Anda di halaman 1dari 13

Bagian Ilmu Penyakit Dalam Palu, 2022

FK Universitas Alkhairaat
Rumah Sakit Umum Anutapura Palu

LAPORAN KASUS
Bronchitis

Disusun oleh:
Muhammad Fadhel
17 20 777 14 448

PEMBIMBING :
dr. Sarifuddin Anwar, Sp.P

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN KEDOKTERAN ILMU PENYAKIT DALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Bronkitis adalah sebuah kondisi dimana saluran bronkus mengalami inflamasi. Saluran ini
membawa udara ke paru – paru. Orang yang mengalami bronkitis sering menderita batuk
disertai lendir (mukus). Bronkitis juga dapat menyebabkan mengi (sebuah siulan atau suara
melengking ketika bernapas), nyeri dada, demam, dan sesak napas.

Penyakit bronkitis kronik dan emfisema ternyata selalu berhubungan dengan bronkitis asma
oleh adanya spasme bronkus.20 Cor pulmonale kronik umumnya disebabkan oleh
penyumbatan emfisema paru yang kronik dan sering ditemukan pada bronkitis asma kronik

Klasifikasi bronkitis terdiri dari bronkitis akut dan bronkitis kronik. Karakter bronkitis akut
ditandai dengan adanya batuk dengan atau tanpa produksi sputum yang berlangsung
kurang dari 3 minggu. Bronkitis akut sering terjadi selama masa akut akibat virus seperti
influenza. Virus menyebabkan sekitar 90% kasus bronkitis, dimana bakteri mencapai sekitar
10%. Bronkitis kronik, salah satunya adalah jenis penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
ditandai dengan adanya batuk selama 3 bulan atau lebih pertahun sekurang-kurangnya
selama 2 tahun. Bronkitis kronik biasanya berkembang karena cedera yang berulang pada
saluran udara yang disebabkan oleh iritasi zat-zat yang dihirup. Merokok merupakan
penyebab paling umum, diikuti dengan paparan polutan udara seperti sulfur dioksida atau
nitrogen dioksida, pajanan iritasi pernapasan individu yang terpapar asap rokok, iritasi
paru-paru kimia, atau immunocompromised yang memiliki peningkatan resiko bronkitis. 4
Berdasarkan hal ini, penulis ingin membahas lebih lanjut tentang bronchitis akut dan kronis
BAB II
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny.N
Jenis kelamin : perempuan
Lahir pada tanggal : 03-03-1992
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
Alamat : jl.kabonga kecil
Masuk Di Ruangan : Cendrawasih Bawah

Anamnesis
Keluhan utama : Batuk-batuk
Keluhan Sekarang :
Seorang perempuan 21 tahun masuk dengan keluhan batuk-batuk kurang lebih 7 hari,
batuk disertai dahak berwarna kekuningan, selain itu pasien juga mengeluhkan sesak nafas
(+), demam (+) mual (-) muntah (-) nyeri dada (-) BAB-BAK lancar.

Riwayat Penyakit Dahulu :


 Riwayat DM (-)
 Riwayat HT (-)
 Riwayat jantung (-)
o Kebisaan (lifestyle) :
 Riwayat Merokok (-)
 Riwayat minum alkhohol (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :


- Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan serupa

PEMERIKSAAN FISIS
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Berat badan : 58kg
Tanda Vital : TD :110/76 mmHg Pernapasan : 23x/menit
Nadi : 110x/ menit Suhu : 37.0°C
 Sianosis : tidak ada
 Anemia : tidak ada
 Ikterus : tidak ada
Kepala
Bentuk : Normochepal
Rambut : Sukar dicabut
Mata : Anemis -/-
Telinga : Pendengaran Normal
Mulut : Tidak ada keluhan
Leher
KGB : Pembesaran (-)
Tiroid : Pembesaran (-)
JVP : -
Massa lain : Tidak ada
Thoraks
Inspeksi : Bentuk dada Kanan Kiri simetris
Palpasi : Krepitasi (-)
Perkusi : Sonor (+) di kedua lapangan paru
Auskultasi : Ronkhi +/+, Wheezing +/+
Jantung
Inspeksi : Iktus Kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus Kordis teraba di SIC V linea midclavicula sinistra
Perkusi batas Jantung : TDP
Auskultasi :BJ S1 dan S2 murni regular,murmur(-),gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Tampak datar
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Perkusi : Timpani (+)
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-)
Tes Shifting dullness : (-)
Anggota Gerak
Atas : akral hangat (+/+) edema (-/-)
Bawah : edema (-/-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
DARAH LENGKAP NILAI RUJUKAN

WBC 11.0x 103uL H 4,8 - 10.8

RBC 4,11x 106uL L 4.7 – 6,1

HGB 12.6 g/dL 12 - 16

HCT 36.1 % L 37 - 47

MCV 87.8 fL 80 - 100

MCH 30.7 pg 27 - 31

MCHC 34.9 g/dL 33 - 37

PLT 359 x 103uL 150 - 450

b. Foto Thorax AP

 Corakan bronchovaskuler prominen


 Tidak tampak proses spesifik
 Cor dalam batas normal
 sinus dan diafragma baik
 Tulang - tulang intak
Kesan :
 Bronchitis

DISKUSI
Definisi
Bronkitis adalah penyakit respiratorius karena mukosa pada jalur bronkus di paru-paru
mengalami inflamasi. sehingga mempersempit saluran nafas yang menuju paru-paru. Hal
ini dilihat dari gejala batuk yang disertai dahak dan dapat juga disertai keluhan lainnya
seperti sesak nafas. Bentuk dari penyakit ini terdiri dari 2 yaitu bronkitis akut (berlangsung
kurang dari 3 minggu) dan bronkitis kronik yang frekuensinya hilang timbul selama periode
lebih dari 2 tahun.

Manifestasi Klinis
Batuk merupakan gejala klinis yang sering diamati. Bronkitis akut mungkin akan sulit
dibedakan dari infeksi saluran nafas atas lainnya pada beberapa hari pertama. Meskipun
demikian, jika batuk berlangsung lebih dari 5 hari maka bisa diarahkan sebagai penyakit
bronkitis akut. Pasien dengan bronkitis akut, dapat biasanya dapat terjadi selama lebih dari
10-20 hari. Produksi sputum hampir dialami pada seluruh orang yang mengeluhkan batuk
akibat bronkitis akut ini. Warna sputum biasanya jernih, kuning, hijau, atau bahkan seperti
seperti warna darah. Sputum purulen dilaporkan pada 50% orang dengan bronkitis akut.
Perubahan warna sputum dikarenakan pelepasan peroksidase oleh leukosit dalam sputum.
Karena itulah, warna sputum tidak dapat menjasi indikator terhadap adanya infeksi bakteri.
Demam bukan merupakan tanda khas dan biasanya ketika disertai dengan batuk akan lebih
mengarah pada influenza ataupun pneumonia. Mual, muntah, dan diare jarang dikeluhkan.
Kasus yang berat mungkin akan menyebabkan malaise dan nyeri dada. Ketika keluhan
berat hingga mengenai trakea, gejala dengan sensasi terbakar pada daerah substernal akan
dirasakan dan nyeri dada berhubungan pada saat batuk serta proses bernafas. Sesak nafas
dan sianosis tidak teramati pada penyakit bronkitis ini kecuali pasien memiliki penyakit
paru obstruktif kronik ataupun kondisi lainnya yang mengganggu fungsi paru. Gejala lain
dari bronnkitis akut ini meliputi nyeri tenggorokan, hidung berair atau tersumbat, nyeri
kepala, nyeri otot dan kelelahan. Bronkhitis kronis sering dikaitkan dengan gejala
eksaserbasi akut dimana kondisi pasien mengalami perburukan dari kondisi sebelumnya
dan bersifat akut. Eksaserbasi akut ini dapat ditandai dengan gejala yang khas, seperti
sesak napas yang semakin memburuk, batuk produktif dengan perubahan volume atau
purulensi sputum atau dapat juga memberikan gejala yang tidak khas seperti malaise,
kelelahan dan gangguan tidur. Gejala klinis bronkhitis kronis eksaserbasi akut ini dapat
dibagi menjadi dua yaitu, gejala respirasi dan gejala sistemik. Gejala respirasi berupa sesak
napas yang semakin bertambah berat, peningkatan volume dan purulensi sputum, batuk
yang semakin sering, dan napas yang dangkal dan cepat. Gejala sistemik ditandai dengan
peningkatan suhu tubuh, peningkatan denyut nadi, serta gangguan status mental pasien.15

Diangnosis
Anamnesis
Anamnesis bertujuan untuk mendapatksan gejala sebagai berikut :
 Batuk berdahak.
Batuk biasanya merupakan tanda dimulainya bronkitis. Pada awalnya pasien
mengalami batuk produktif di pagi hari dan tidak berdahak, tetapi 1-2 hari
kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna putih atau mukoid, jika ada infeksi
menjadi purulen atau mukopurulen.
 Sesak nafas
Bila timbul infeksi, sesak napas semakin lama semakin hebat. Terutama pada musim
dimana udara dingin dan berkabut.
 Sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu).
 Wheezing (mengi).
Saluran napas menyempit dan selama bertahun-tahun terjadi sesak progresif
lambat disertai mengi yang semakin hebat pada episode infeksi akut
 Wajah, telapak tangan atau selaput lendir berwarna kemerahan Bronkitis infeksiosa
seringkali dimulai dengan gejala seperti pilek, yaitu hidung meler, lelah, menggigil,
sakit punggung, sakit otot, demam ringan dan nyeri tenggorokan. Pada bronkitis
berat, setelah sebagian besar gejala lainnya membaik, kadang terjadi demam tinggi
selama 3-5 hari dan batuk bisa menetap selama beberapa minggu

Pemeriksaan fisik
 Bila ada keluhan sesak, akan terdengar ronki pada waktu ekspirasi maupun inspirasi
disertai bising mengi.

 Pasien biasanya tampak kurus dengan barrel-shape chest (diameter anteroposterior


dada meningkat).

 Iga lebih horizontal dan sudut subkostal bertambah.


 Perkusi dada hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih rendah,
pekak jantung berkurang.

 Pada pembesaran jantung kanan, akan terlihat pulsasi di dada kiri bawah di pinggir
sternum.

 Pada cor pulmonal terdapat tanda-tanda gagal jantung kanan dengan peninggian
tekanan vena, hepatomegali, refluks hepato jugular dan edema kaki

 Penampilan blue bloater. Gambaran khas bronchitis kronis, gemuk, sianosis, edema
tungkai dan ronki basah di basal paru. Sianosis di sentral dan perifer.

Pemeriksaan Penunjang

Beberapa pemeriksaan penunjang yang mendukung diangnosis adalah sebagai berikut:

 Cultures dan Staining..


Mendapatkan kultur sekresi pernapasan untuk virus influenza,
Mycoplasmapneumoniae, dan Bordetella pertussis ketika organisme ini diduga.
Metode kultur dan tes imunofluoresensi telah dikembangkan untuk diagnosis
laboratorium pneumoniaeinfection dengan mendapatkan usap tenggorokan. Kultur
dan gram stainning dari dahak sering dilakukan, meskipun tes ini biasanya tidak
menunjukkan pertumbuhan atau flora saluran pernapasan normal. Kultur darah
dapat membantu jika superinfeksi bakteri dicurigai.
 Kadar Procalcitonin.
Kadar procalcitonin mungkin berguna untuk membedakan infeksi bakteri dari
infeksi nonbakterial. enunjukkan bahwa tes tersebut dapat membantu terapi
panduan dan mengurangi penggunaan antibiotik
 Radiologi
Pemeriksaan radiologi Ada hal yang perlu diperhatikan yaitu adanya tubular shadow
berupa bayangan garis-garis yang paralel keluar dari hilus menuju apeks paru dan
corakan paru yang bertambah ataupun tramline shadow yang menunjukkan adanya
penebalan dinding bronkus.
 Bronkoskopi.
Bronkoskopi mungkin diperlukan untuk menyingkirkan adanya aspirasi benda asing,
tuberkulosis, tumor, dan penyakit kronis lainnya dari pohon trakeobronkial dan
paru-paru.
 Tes Influenza.
Tes influenza mungkin berguna. Tes serologi tambahan, seperti bahwa untuk
pneumonia atipikal, tidak ditunjukkan.
 Spirometri.
Spirometri mungkin berguna karena pasien dengan bronkitis akut sering memiliki
bronkospasme signifikan, dengan penurunan besar dalam volume ekspirasi paksa
dalam satu detik (FEV1). Ini biasanya menyelesaikan lebih 4-6 minggu.
 Temuan histologis.
Sel piala hiperplasia, sel-sel inflamasi mukosa dan submukosa, edema, fibrosis
peribronchial, busi lendir intraluminal, dan otot polos peningkatan temuan
karakteristik di saluran udara kecil pada penyakit paru obstruktif kronis.

RESUME
Seorang perempuan 21 tahun masuk dengan keluhan batuk-batuk kurang lebih 7 hari, batuk
disertai dahak berwarna kekuningan, selain itu pasien juga mengeluhkan sesak nafas (+),
febris (+) nausea (-) vomitus (-) nyeri dada (-) BAB-BAK lancar. pada auskultasi ditemukan
ronkhi +/+, wheezing +/+ TD : 110/76 P ; 23x/menit Nadi : 110x/menit Suhu : 37,0
Riw.asma (+)
Diagnosis kerja :
 Bronchitis
 Asma
Pentalaksanaan :
Non Medikamentosa
 Modifikasi Gaya hidup
 Kontrol dan minum obat teratur
Medikamentosa
 IVFD RL 20 Tetes/Menit

 Cefixime 2x200mg

 N.acetylsistein 1x600mg
 Inhalasi pulmicort/1 respule/12jam

 Inhalasi combivent/1 respule / 8jam

Diagnosis :

 Bronchitis
 Asma bronchial
BAB IV
KESIMPULAN
Penyakit bronkitis kronik selalu berhubungan dengan bronkitis asma oleh adanya spasme
bronkus.20 Cor pulmonale kronik umumnya disebabkan oleh penyumbatan emfisema paru
kronik dan sering ditemukan pada bronkitis asma kronik.
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan dari anamnesis pasien mengeluhkan batuk-
batuk kurang lebih 7 hari, batuk disertai dahak berwarna kekuningan, selain itu pasien juga
mengeluhkan sesak nafas (+), febris (+). Pada pemeriksaan fisik auskultasi ditemukan
ronkhi +/+, wheezing +/+ dan pada pemeriksaan penunjang Foto thorax Ap memiliki kesan
Bronchitis sehingga pasien tersebut di diagnosis dengan bronchitis dan asma bronchial.
DAFTAR PUSTAKA

1. NHLBI. National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI). [Online]


http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/brnchi/.
2. Albert. Diagnosis and treatment of acute bronkitis, Am Fam Physician, Vol. 11,
pp. 1345-1350.
3. Cohen, Jonathan, Powderly, William.Infectious Diseases, 2nd ed. 2. Mosby :
Elsevier
4. Kumar, vinay, Abul K. Abbas, Nelson Fausto, Richard N and Mitchell.The Lung
Robbins Basic Pathology. 8. Philadelphia : Saunders Elsevier,
5. Knutson D, Braun C. Diagnosis and management of acute bronkitis. Am Fam
Physician;65(10):2039-44. [Medline].
6. Drake, R.L., Vogl, A.W., Mitchell, A.W.M. Gray Dasar-Dasar Anatomi. Elsevier
Churchill Livingstone, Singapore.
7. Black S. Epidemiology of pertussis. Pediatr Infect Dis J;16(4 Suppl):S85-89.
[Medline].
8. Sethi S, Murphy TF. Infection in the pathogenesis and course of chronic
obstructive pulmonary disease. N Engl J Med.;359(22):2355-65. [Medline].
9. Bowler.NationalJewish Health. [Online]
http://www.nationaljewish.org/healthinfo/conditions/copd-chronic-
obstructive-pulmonary-disease/associated-conditions/chronic-bronkitis/.
10. Macfarlane J, Holmes W, Gard P, et al. Prospective study of the incidence,
aetiology and outcome of adult lower respiratory tract illness in the
community. Thorax.;56(2):109-14. [Medline].
11. Rab, Tabran. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : Hipokrates.
12. Wenzel RP, Fowler AA 3rd. Clinical practice. Acute bronkitis. N Engl J
Med;355(20):2125-30. [Medline].
13. Somantri, Irman. Asuhan Keperawatan pada Klien Gangguan Sistem
Pernapasan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
14. Speizer FE. Occupational exposures and pulmonary disease. In: Braunwald E,
Fauci AS, Kasper DL (editors). Harrison's principles of internal medicine. 15th
edition. McGraw-Hill Education, New York, NY
15. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD).,
16. Global Strategy for Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic
Obstructive Pulmonary Disease.
17. Smelzter, Suzanne C. Buku Ajar Medikal- Bedah. Volume 1. Jakarta: EGC
18. Walsh EE. Acute bronchitis. In: Mandell GL, Bennett JE, Dolin R, eds. Principles
and Practice of Infectious Diseases. 7th ed. Philadelphia, Pa: Elsevier Churchill
Livingstone:chap 61
19. Manurung, Santa. Asuhan Keperawatangangguan Sistem Pernafasan Akibat
Infeksi. Jakarta Timur : CV. Trans Indo Media
20. Braman SS. Chronic cough due to acute bronchitis: ACCP evidence-based
clinical practice guidelines. Chest. 129 (supplement 1): S95-S103.
21. Rasad, Sjahriar & Iwan Ekayuda. Radiologi Diagnostik. Jakarta: FK-UI
22. Helms, CA & William EB. Fundamental Diagnostic of Radiology.. USA.
Lippincott Wlliams & Wilkins

Anda mungkin juga menyukai