Anda di halaman 1dari 12

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ALKHAIRAAT


Bag/SMF Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin FK UNISA Palu / RSU Anutapura

STATUS PENDERITA

Diagnosis : Morbus Hansen

Nama : Muhammad Fadhel , S.Ked

NIM : 17 21 777 14 448

Pembimbing : dr. Sari Handayani Pusadan, M.Kes, Sp.KK


1. Nama : Nn. F
Umur : 21 Tahun
Alamat : Desa Bangkir
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Tgl. Masuk Rs/Poli : 23 Agustus 2022
2. Anamnesis : Autoanamnesis
Keluhan Utama : Timbul ruam merah pada kedua tangan dan kedua
kaki
Anamnesis Terpimpin:
Seorang perempuan berusia 21 tahun datang ke Rumah Sakit Anutapura
Palu dengan keluhan demam (+) sejak 8 hari yang lalu, pada demam hari ke-
2 timbul ruam merah pada kedua tangan dan kedua kaki, tidak ada rasa nyeri
pada ruam yang muncul, akan tetapi pasien mengeluh sakit kepala (+), pasien
juga sulit tidur (+) dan badan terasa lemas sebelumnya pasien sering demam
sejak 6 bulan yang lalu namu di perberat sejak 8 hari terakhir. pasien
mengatakan tidak pernah mangalami keluhan seperti ini. Riwayat penyakit
HT (-), riwayat DM (-), riwayat keluarga yang mengalami keluhan yang sama
(-)
3. Status Pasien
Keadaan Umum : Sakit (Sedang): Kesadaran: Compos Mentis
Gizi (Baik) Higiene (Baik)
Tanda Vital : Tensi: 123/68 mm/Hg; Nadi: 87 x/mnt;
Pernapasan: 20 x/mnt ; Suhu: 36,8oC
Kepala : Sklera : Ikterus ( - )
Konjungtiva : Anemia( - )
Bibir : Sianosis( - )
Jantung / Paru : Tidak dilakukan pemeriksaan
Abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : Akral hangat pada keempat ekstremitas, Edema -/-
Kelenjar Limfa : Tidak dilakukan pemeriksaan
4. Status Lokalis : Ekstremitas superior dan inferior
5. Status Dermatologi
6. Lokasi : Regio antebrachi dextra et sinistra, regio articulation genu
dextra et sinistra
Ukuran : Lentikular, numular
Efloresensi : Nodul, hyperpigmentasi
7. Laboratorium
Reitz serum : (+) positif 1
Kerokan : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Pemeriksaan BTA : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
8. Resume :
Seorang perempuan berusia 21 tahun datang ke Rumah Sakit Anutapura
Palu dengan keluhan febris sejak 8 hari yang lalu dan timbul eritema pada
kedua tangan dan kedua kaki. pada febris hari ke-2 timbul eritema pada kedua
tangan dan kedua kaki, tidak ada rasa nyeri pada eeritema yang muncul,
akan tetapi pasien mengeluh chepalgia (+), pasien mengalami insomnia
(+).sebelumnya pasien sering mengalami febris sejak 6 bulan yang lalu
namun di perberat sejak 8 hari terakhir Riwayat penyakit HT (-), riwayat DM
(-), riwayat keluarga yang mengalami keluhan yang sama (-). Pada
pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit sedang, kesadaran
compos mentis, pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan: TD= 123/68,
nadi= 87 x/menit, pernapasan= 20x/menit, suhu tubuh= 36,8 oC pemeriksaan
dermatologis didapatkan: ukuran= lenticular, nummular, eflorensensi= nodul,
hyperpigmentasi.
9. Diagnosis : Morbus Hansen
10. Diagnosis Banding : Eritema Nodosum Leprosum
11. Diskusi : Dilampirkan
12. Terapi
Sistemik : metylprednisolon 16mg, pantoprazole 20mg,
Topikal : Dexocort 10gr
Carmed 40gr
13. Prognosis:
Quo ad vitam : Dubia ad Bonam
Quo ad functionam : Dubia ad Bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad Bonam
Quo ad cosmetikum : Dubia ad Bonam
DOKUMENTASI
MORBUS HANSEN

A. DEFINISI
Morbus Hansen atau kusta atau lepra merupakan penyakit infeksi yang
kronik, dan penyebabnya ialah Mycobacterium leprae yang bersifat
intraselular obligat. Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan
mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ lain
kecuali susunan saraf pusat.1

B. EPIDEMIOLOGI
Kusta terdapat di seluruh dunia, terutama di Asia, Afrika, Amerika Latin,
daerah tropis dan subtropic. Sebagian besar berasal dari Angola, Bangladesh,
Brazil, China, Ethhiophia, Indonesia, Myanmar, Filipina, Nepal, Sri Langka.
Mayoritas pada masyarakat yang sosial ekonominya rendah. Makin rendah
sosial ekonomi makin berat penyakitnya, sebaliknya faktor sosial ekonomi
tinggi sangat membantu penyembuh. Lebih sering terjadi pada lakilaki
daripada perempuan.1,2

C. ETIOLOGI
Morbus Hansen disebabkan oleh Mycobacterium Leprae berbentuk
batang, tahan asam & alkohol, serta merupakan bakteri gram positif. Dapat
ditularkan melalui droplet dan inhalasi serta kontak langsung dengan kulit
penderita, 1

D. PATOGENESIS
Patomekanisme Morbus Hansen belum sepenuhnya diketahui, tetapi
diyakini menular melalui saluran pernafasan bagian atas. 3
Individu yang memiliki respon imun seluler yang kuat terhadap M
leprae memiliki bentuk penyakit tuberkuloid yang biasanya melibatkan kulit
dan saraf perifer. Jumlah lesi kulit terbatas, dan cenderung kering dan
hipoestetik. Keterlibatan saraf biasanya asimetris. Bentuk penyakit ini juga
disebut sebagai kusta paucibacillary karena jumlah bakteri yang rendah pada
lesi kulit (yaitu <5 lesi kulit, tanpa adanya organisme pada apusan). Hasil tes
kulit dengan antigen dari organisme yang dibunuh positif pada individu ini.3
Individu dengan respon imun seluler minimal atau rendah memiliki bentuk
penyakit lepromatosa, yang ditandai dengan keterlibatan kulit yang luas. Lesi
kulit sering digambarkan sebagai nodul dan plak yang menyusup, dan
keterlibatan saraf cenderung simetris dalam distribusi. Organisme ini tumbuh
paling baik pada 27-30 °C; oleh karena itu, lesi kulit cenderung berkembang
di area tubuh yang lebih dingin, kecuali di selangkangan, aksila, dan kulit
kepala. Bentuk penyakit ini juga disebut sebagai kusta multibasiler karena
banyaknya bakteri yang ditemukan pada lesi (yaitu, >6 lesi, dengan
kemungkinan visualisasi basil pada apusan).3

E. GEJALA KLINIS
- Periode inkubasi selama 2-40 tahun (paling sering 5-7 tahun). 2
- Terdapat makula eritematous yang kurang rasa atau mati rasa.
- Adanya gangguan fungsi saraf yang dapat menyebabkan kelumpuhan
otot, atrofi otot, nyeri,3
Kusta dapat dikategorikan dalam subbagian yaitu 2 :
- Kusta Tuberkuloid (TT) : makula hipopigmentasi berbatas tegas,
- Borderline Tuberkuloid (BT) : makula hipopigmentasi seperti tipe TT,
namun jumlah lesi lebih banyak.
- Mid borderline : merupakan lesi perantara antara tuberkuloid dan
lepromatosa, yaitu terdiri dari makula, papula, dan plak, serta anastesi
- Lepromatous leprosy (LL dan BL) : Makula, papul dan nodul
hipopigmentasi atau eritematous, Lesi meluas, adanya fasies leonina
Cardinal Sign :
1. Lesi (kelainan) kulit yang mati rasa
- Effloresensi : makula hipopigmentasi atau eritematous
- Mati rasa dapat berupa kurang (hiposestesi) atau tidak merasa sama
sekali (anastesi)
2. Penebalan saraf tepi disertai gangguan fungsi saraf
- Gangguan fungsi saraf berupa : sensoris (anastesi), motoris
(parese/paralisis), otonom (kulit kering, retak, edema, pertumbuhan
rambut terganggu)
- Basil tahan asam (BTA) positif (sediaan diperoleh dari apusan kulit
cuping telinga / lesi kulit pada bagian yang aktif)

F. DIAGNOSIS
Diagnosis klinis berdasarkan WHO 1
No Tanda utama PB MB
1. Lesi Kulit 1-5 lesi >5 lesi
(makula datar, Hipopigmentasi/eritema Distribusi lebih
papul yang Distribusi tidak simetris simetris
meninggi, nodus) Hilangnya sensasi yang Hilangnya sensasi
jelas kurang jelas
2. Keusakan Saraf 1 saraf >1saraf
(menyebabkan
hilangnya
sensasi/kelemahan
otot yg dipersarafi)

Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Bakterioskopik (kerokan jaringan kulit)
Kepadatan BTA tanpa membedakan solid dan nonsolid pada
sebuah sediaan dinyatakan dengan lndeks Bakteri (IB) dengan nilai
dari 0 sampai 6+ menurut RIDLEY. 1
0 bila tidak ada BTA dalam 100 lapang pandang (LP)
1+ bila 1-10 BTA dalam 100 LP
2 + bila 1-10 BTA dalam 10 LP
3 + bila 1-10 BTA rata-rata dalam 1 LP
4 + bila 11-100 BTA rata-rata dalam 1 LP
5+ bila 101-1000BTA rata-rata dalam 1 LP
6 + bila > 1000 BTA rata-rata dalam 1 LP
2. Pemeriksaan Serologi
Untuk mengukur antibody IgM terhadap glikolipid-1 fenolik (PGL-
1).2
3. Pemeriksaan Histopatologi
Kusta tuberkuloid (TT) dan tuberkuloid borderline (BT): ditandai
dengan infiltrasi dermis dan lemak subkutan dengan granuloma non-
kaseosa epiteloid yang berbatas tegas dan sedikit atau tidak ada basil
tahan asam (BTA).4
Kusta lepromatosa (LL) dan kusta borderline (BL): Terdiri dari
makrofag dengan sitoplasma vakuolar, sel plasma, limfosit, dan
banyak basil tahan asam (BTA).4

G. PENATALAKSANAAN 5
H. PROGNOSIS
Prognosis kusta tergantung pada beberapa faktor, yang meliputi: stadium
penyakit saat diagnosis, inisiasi pengobatan dini, akses pasien terhadap
pengobatan, dan kepatuhan terhadap terapi.3
Dengan dimulainya terapi multidrug (MDT) tepat waktu setelah onset
awal, kusta umumnya dipandang sebagai penyakit yang dapat disembuhkan.
Perawatan dengan MDT dapat mencegah deformitas yang luas dan kecacatan
neurologis. Dengan mengikuti terapi yang ditentukan dengan benar, tingkat
kerusakan neurologis dapat dibatasi. Kekambuhan (munculnya kembali
penyakit setelah pengobatan selesai) minimal setelah MDT diterapkan, dan
kematian juga jarang terjadi.3
DAFTAR PUSTAKA

1. Menaldi S, Bramono kusmarinah, Indriatmi wresti. Ilmu Penyakit Kulit


Dan Kelamin. Badan Penerbit FKUI; 2019.
2. Wolff klaus, Jhonson R, Saavedra A, Roh E. Fitzpatrick’s Clinical
Dermatology. 8th ed. McGraw-Hill Education; 2017.
3. Smith D. Leprosy. Medscape. Available from : Leprosy: Background,
Pathophysiology, Epidemiology (medscape.com)
4. Bhandari J, Awais M, Robbins BA, Gupta V. Leprosy. Statpearls. 2021.
Available from Leprosy - StatPearls - NCBI Bookshelf (nih.gov)
5. Widiaty S, Soebono H, Nilasari H, et al. Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter Spesialis Kulit Dan Kelamin Di Indonesia. PERDOSKI; 2017.

Anda mungkin juga menyukai