Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN KASUS

PUSKESMAS KECAMATAN CILINCING


KUSTA




Oleh :
Nama : Ebbel Tantian Igamu
NIM : 2010730029





FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2014





TINJAUAN PUSTAKA


A. PENDAHULUAN
Kusta telah menyerang manusia sejak 300 SM, dan telah dikenal oleh peradaban
Tiongkok kuna,Mesir kuna,danIndia.Pada1995,Organisasi Kesehatan Dunia(WHO)
memperkirakan terdapat dua hingga tiga juta jiwa yang cacat permanen karena
kusta.Walaupun pengisolasian atau pemisahan penderita dengan masyarakat dirasakan
kurang perlu dan tidak etis,beberapa kelompok penderita masih dapat ditemukan di berbagai
belahan dunia,seperti India dan Vietnam. Kusta berasal dari kata kustha di bahasa Sansekerta,
yang berarti kumpulan gejala-gejala kulit secara umum. Penderita Kusta sebenarnya telah
ditemukan sejak tahun 600 Sebelum Masehi. Namun, kuman penyebab penyakit Kusta, yakni
Mycobacterium leprae, ditemukan pertama kali oleh sarjana dari Norwegia GH Armauer
Hansen pada tahun 1873,maka dari itu Kusta ini dikenal juga dengan nama Morbus Hansen,
sesuai dengan penemukuman penyebab kusta tersebut. Penyakit ini diduga berasal dari Afrika
dan Asia tengah dan kemudian tersebarmelalui perpindahan penduduk di beberapa belahan
dunia, penyebaran penyakit tersebut umumnya dibawa oleh para pedagang yang melintasi
batas negara. Sedangkan Kusta masuk ke Indonesia ini melalui para pedagang dan penyebar
agama sekitar abad ke IV-V oleh orang India.

B. DEFINISI

Kusta merupakan penyakit infeksi kronik, dan penyebabnya ialah Mycobacterium leprae
yang bersifat intraselular obligat.

C. EPIDEMIOLOGI

Frekueni tertinggi terdapat pada kelompok umur antara 25-35 tahun. Kusta terdapat
dimana-mana terutama derah Asia, Afrika, Amerika Latin, daerah tropis dan subtropis, serta
masyarakat sosial ekonomi rendah. Prevalensi di Indonesia per 10.000 penduduk adalah 1,57

D. ETIOLOGI

Kuman penyebabnya adalah Mycobacterium leprae yang berbentuk basil tahan asam
gram positif.

E. PATOGENESIS

Mycobacterium leprae merupakan parasit obligat intraseluler yg terutama tdpt pd sel
makrofag disekitar pembuluh darah superfisial pd dermis atau sel Schwann di jaringan saraf.
Bila kuman Mycobacterium leprae masuk ke dlm tubuh, maka tubuh akan bereaksi
mengeluarkan makrofag yg berasal dari sel monosit darah, sel mononuklear dan histiosit
untuk memfagositosisnya. Kemampuan untuk memfagositosis tergantung pada sistem
imunitas tubuh. Sel Schwann merupakan sel target untuk pertumbuhan Mycobacterium
leprae. Bila terjadi gangguan imunitas tubuh didalam sel Schwann, kuman dapat bermigrasi
dan beraktivasi. Akibatnya aktivitas regenerasi saraf berkurang, terjadi kerusakan saraf yang
progresif.



F. KLASIFIKASI

PB MB
Lesi kulit

- 1-5 lesi
- Hipopigmentasi/eritema
- Distribusi tidak simetris
- Hilangnya sensasi yang
jelas

- > 5 lesi
- Hipopigmentasi/eritema
- Distribusi lebih simetris
- hilangnya sensasi kurang
jelas

Kerusakan saraf - Hanya satu cabang saraf

- Banyak cabang saraf


G. DIAGNOSIS KLINIS

Diagnosis kusta didasarkan pd penemuan tanda-tanda kardinal (Cardinal sign), yaitu
sekumpulan tanda-tanda utama utkmenegakkan diagnosis kusta:
1. Adanya bercak kulit yang mati rasa, dimana bercak tersebut bisa hipopigmentasi
atau bercak eritematosa, plak infiltrat (penebalan kulit) atau nodul-nodul. Mati rasa
pada bercak bisa total atau sebagian saja thd rasa raba, rasa suhu (panas/dingin)
dan rasa sakit.
2. Adanya penebalan saraf tepi. Dapat di sertai rasa nyeri dan gangguan fungsi saraf
yang di kenai.
a.Saraf sensorik: mati rasa
b.Saraf motorik : parese dan paralisis
c.Saraf otonom : kulit kering, retak-retak edema, dll.
3. Dijumpai BTA pada hapusan jaringan kulit, Misalnya:
a.kulit cuping telinga
b.lesi kulit yg aktif
c.terkadang bisa diperoleh dr biopsi kulit atau saraf

H. PENUNJANG DIAGNOSIS

1. Pemeriksaan Bakteriomikroskopik
- Ziehl Neelsen = ditemukan Mycobacterium Leprae
2. Pemeriksaan Histopatologik
3. Pemeriksaan Serologik
- Uji MLPA ( Mycobacterium leprae Particle aglutination)
- Uji ELISA ( Enzyme Linked Immuno-Sorbent Assay)
- ML Dipstick (Mycobacterium leprae dipstick)

I. TATALAKSANA

Tipe PB :
Rifampicin Dapson
Dewasa 600Mg/bln
diminum didepan petugas
kesehatan

100Mg/hr
diminum di rumah

Anak 450Mg/bln
diminum didepan petugas
kesehatan

50Mg/hr
diminum dirumah




Tipe MB :
Rifampicin Dapson Lamprene
Dewasa 600 Mg/bln
diminum didepan
petugas kesehatan

100 Mg/hr
diminum di rumah

300 Mg/bln
diminum di depan
petugas kesehatan,
dilanjutkan dengan
50 Mg/hr diminum
di rumah

Anak 450 Mg/bln
diminum didepan
petugas kesehatan

50 Mg/hr
diminum di rumah

150 Mg/bln
diminum di depan
petugas kesehata,
dilanjutkan dengan
50 Mg selang
sehari diminum
dirumah








LAPORAN KASUS


A. STATUS PASIEN
Nama : Ny. S
Usia : 70 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Tipar Cilincing
Tgl kasus : 14 april 2014
Ruang : TB Paru dan Kusta

B. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Pasien datang dengan keluhan kaki kiri terasa kebas disertai bercak kemerahan pada
seluruh tubuh.
Riwayat Peyakit Sekarang :
Kaki kiri terasa kebas sampai sulit berjalan sejak 1 bulan yang lalu. Pada seluruh
tubuh terdapat banyak bercak kemerahan. Bercak menebal dan mati rasa. Bercak
timbul saat sedang stress.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Belum pernah sakit seperti ini sebelumnya
Riwayat Penyakit Keluarga :
Cucu pasien juga memiliki keluhan yang sama dan sekarang sudah menjalani
pengobatan kusta. Pasien tinggal satu rumah dengan cucunya
Riwayat Alergi :
Makanan (-), obat-obatan (-).
Riwayat Pengobatan:
Tidak mengkonsumsi obat.
Riwayat Psikososial:
Pasien adalah ibu rumah tangga, rumah pasien sempit dan ventilasi sedikit

C. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum:
KU : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Composmentis
BB : 65 kg
TB : 160 cm
Status Gizi : Overweight
Tanda Vital
TD : 190/110 mmHg
N : 90 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 37
0
C
Kepala : Madarosis (+), bercak merah di pipi kiri (+)
Thorax : Bercak merah di dada dan punggung (+)
Abdomen: Bercak merah (+)

Lain-lain
Ekstr. Atas : Bercak merah di lengan kiri dan kanan (+)
Ekstr. Bawah : Bercak di paha dan kaki kiri (+)

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan BTA = Positif (+)

E. DIAGNOSIS
Diferential diagnosis: 1. Kusta
2. Dermatofitosis
3. Tinea Versikolor
Working diagnosis : Kusta

F. TATALAKSANA
MDT COMBI MB
Paracetamol
Prednison

G. KOMPLIKASI
Kecacatan dan kelainan bentuk (amputasi)
Osteoporosis dan patah tulang
Gangguan psikologi
Kerusakan mata

H. PROGNOSIS
-Dapat disembuhkan namun kelainan dan kerusakan saraf yang berhubungan dengan
kusta sering ireversibel
-Prognosis tergantung pada stadium penyakit
-Jika sudah ada ulkus kronik prognosis menjadi kurang baik









DAFTAR PUSTAKA


Djuanda, P. (2007). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran
UI.
PAPDI. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . Jakarta: Interna Publishing.

Anda mungkin juga menyukai