Anda di halaman 1dari 36

MORBUS HANSEN

TIPE MULTI BASILER


Oleh:
dr. Lisan Gigih Prakoso
dr. Maria Silvia S.P. Welan
dr. Paskalina Joe Ongge

Pembimbing :

dr. Ruth Natalia Butarbutar


PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
PUSKESMAS JAYAPURA UTARA
KOTA JAYAPURA PAPUA
2023
“LAPORAN KASUS”
Identitas

Nama : Tn. J.N


Umur : 25 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Suku : Papua
Agama : Kristen Protestan
Status : Belum Menikah
No. RM : 467790
Alamat : Jayapura
Tanggal Pemeriksaan : 26-01-2023
Anamnesis
Sumber Data : pasien (autoanamnesis)

Keluhan Utama : mati rasa pada tangan kanan yang terdapat bercak merah

.
.
.

RPS : Pasien Tn.J.N datang ke Poli Balai Pelayanan Umun Puskesmas Jayapura Utara dengan keluhan mati
rasa pada area tangan sebelah kanan yang terdapat bercak merah sejak tahun 2022, namun pasien tidak datang
ke fasilitsa kesehatan terdekat untuk berobat. Keluhan demam (-), gatal pada area bercak (-), riwayat
penggunaan salep disangkal.
RPD :
• Riwayar MH (-)
• Hipertensi tidak terkontrol (-), Diabetes
Melitus (-)
• Jantung (-) RPK :
• Morbus Hansen (-)
• Hipertensi (-)
Riwayat Sosial dan Kebiasaan : • Diabetes Melitus (-)
• Merokok (+) • Jantung (-)
• Minum alkohol (+) dulu
Pemeriksaan Fisik

Tanda Vital
• Kesadaran umum : Tampak sakit sedang
• Kesadaran : Composmentis, GCS = 15 E4V5M6
• Tekanan darah : 120/80 mmHg
• Nadi : 85x/menit
• Respirasi : 20 x/menit
• Suhu : 36,5 C
Status Generalis

• Thorax : tidak dilakukan pemeriksaan


Kepala Leher • Abdomen : tidak dilakukan pemeriksaan
• Kepala : normocephal, simetris, tidak ada kelainan • Extremitas atas : akral hangat, lengan
• Wajah : simetris kanan terdapat bercak merah dengan diameter
• Mata : exoftalmus (-/-), konjungtiva anemis(-/-), ± 8 cm, dan pada siku tangan kanan terdapat
sclera ikterik (-/-), edema palpebra (-/-) bercak merah dengan diameter ± 3 cm
• Hidung : Deformitas (-), deviasi (-), secret (-/-) • Extremitas bawah : tidak dilakukan
• Telinga : Bercak dan nodul pada daun telinga kiri pemeriksaan
dan kanan dengan diameter ± 2 cm • Genetalia : tidak dilakukan pemeriksaan
• Mulut : Mukosa bibir lembab, sianosis (-), oral • Vegetatif : makan dan minum baik,
candidiasis (-), stomatitis (-), caries (-) BAB (+), BAK (+)
• Leher : Tidak tampak benjolan dan tidak teraba
benjolan/ pembesaran KGB lokal
Status
Dermatologis

• Et Regio antebracii dextra, cubiti dextra,


dan auricula dextra et sinistra terdapat
macula eritematosa dengan batas yang
jelas, berbentuk tidak teratur, dengan
diameter bervariasi 2-8 cm, jumlah lesi
• Didapatkan penebalan pada n.
< 5, pada regio cubiti dextra
hipoestesi positif, pada regio Ulnaris dextra et sinistra. Tidak

antebracii dextra anestesi positif, regio didapatkan penebalan pada n.

auricula sinistra et dextra hipoestesia Aurikulari Magnus dextra et sinistra,

atau anestesia negative. dan n.Communis Peroneus dextra et


sinistra.
Gambaran klinis pada regio brachii
dextra, cubiti dextra, dan auricula
sinistra.
Pemeriksaan Penunjang
Tatalaksana
Diagnosis
• Rifampicine 600mg/bulan, diminum didepan
petugas
Morbus Hansen tipe Multi Basiler
• Lamprene 300mg/hari, diminum didepan
petugas

Ditambahkan dengan :
• Lamprene 50mg/hari
• Dapson/DDS : tidak diberikan karena pasien
alergi terhadap dapson
Prognosis

Dubia ad bonam
2
“TINJAUAN PUSTAKA”
Morbus Hansen
Definisi

• Kusta merupakan penyakit infeksi yang kronik, yang


disenyebabkan oleh Mycobacterium leprae yang
bersifat intraselular obligat. Saraf perifer sebagai
afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus
respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ lain
kecuali susunan saraf pusat.
Epidemiologi

• Di Indonesia penderita kusta hampir terdapat pada seluruh


provinsi dengan pola penyebaran yang tidak mereata.
• Provinsi terbanyak melaporkan penderita kusta baru adalah
Maluku, Papua, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan dengan
prevalensi lebih besar dari 20 per 100.000 penduduk.
• Pada tahun 2010, tercatat 17.012 kasus baru kusta di
Indonesia dengan angka prevalensi 7,22 per 100.000
penduduk sedangkan pada tahun 2011, tercatat 19.371 kasus
baru kusta di Indonesia dengan angka prevalensi 8,03 per
100.000 penduduk
Etiologi

• Kuman penyebab kusta adalah Mycobacterium leprae yang


ditemukan oleh G.A. Hansen pada tahun 1874 di Norwegia.
• Mempunyai sifat yang tahan asam dan alkohol serta positif-Gram.
• Mycobacterium leprae merupkan kuman aerob yang tidak
membentuk spora, berbentuk batang, dan dikelilingi oleh membran
sel lilin.
• Diluar tubuh manusia mikroba ini bisa bertahan hidup selama 9
hari, setelah itu membelah dalam jangka 14-21 hari dengan masa
inkubasi 2-5 tahun.
• Setelah 5 tahun, tanda seperti bercak putih, merah, rasa kesemutan
sudah mulai muncul.
Etnik atau Suku

Faktor Risiko Sosial dan Ekonomi

Distribusi menurut usia


Patofisologi
Daya tahan tubuh
Kulit yang lecet menurun (pubertas, Kuman M.Leprae akan
menopause, kehamilan, menuju ke sel Schwan
atau mukosa nasal serta faktor infeksi dan di saraf tepi
malnutrisi)

Timbul gejala: Sel akan pecah dan


hipoestesia/anastesi, kemudian menginfeksi sel
Schwan yang lain
bercak ermatosa
Klasifikasi
• TT (Tuberkuloid Polar)
• Ti (Tuberkuloid Indefinite)
Ridley dan •

BT (Borderline Tuberculoid)
BB (Mid borderline)
Jopling • BL (Borderline Lepromatous) 
• Li (Lepromatosa Indefinite) 
• LL (Lepromatosa Polar)

• PB (Pausibasilar)
WHO
(1981) • MB (Multibasilar)
Kusta Tipe Mid
Borderline

Kusta Tipe Tuberkuloid


Kusta Tipe Borderline
Lepromatosa

Kusta Tipe Borderline Tuberkuloid Kusta Tipe Lepromatosa


Gejala Klinis

Kelainan Saraf Tepi : kerusakan saraf tepi bisa


bersifat sensorik (anastesia atau hipoestesia),
motorik (kelemahan otot), autonomic (kelenjar
keringat berkurang kulit kering)

Kelainan Kulit dan Organ Lain : Facies leonina


(gejala infiltrasi difus di muka), penebalan cuping
telinga, madarosis (penipisan alis bagian lateral),
anastesi simetris pada kedua tungkai.
Diagnosis

Anamnesis

Pemeriksaan fisik : dermatologi, saraf tepi, otonom

Pemeriksaan penunjang : skin smear (Ziehl Neelsen),


histopatologis, dan serologis
Reaksi Kusta

Tipe 1
Reaksi reversal, terjadi
Tipe 2
pada masa pengobatan
Hipersnsitivitas tipe III
MDT 6 bulan pertama

Erithema Nodosum Leprosum


Perubahan warna lesi (ENL) : lesi lebih eritematus,
menjadi semakin mengkilap, tampak nodul atau
eritem, udem, atau lesi plakat, ukuran bernacam-
menjadi lebih infiltratif macam, pada umunnya kecil,
dan lebih luas. terdistribusi bilateral dan
simetris
Komplikasi

1. Disabilitas Primer
Disebabkan langsung oleh aktivitas penyakit, seperti anestesi, claw
hand,dan kulit kering.

2. Disabilitas Sekunder
Terjadi akibat disabilitas primer, terutama akibat adanya kerusakan
saraf, seperti ulkus dan kontraktur.
Tatalaksana

1. Pausibasiler (PB)
- Rifampicine 600mg/bulan, diminum didepan petugas.
- DDS 100mg/hari

2. Multibasieler (MB)
- Rifampicine 600mg/bulan, diminum didepan petugas.
- Lamprene 300mg/hari, diminum didepan petugas.
Ditambahkan dengan :
- Lamprene 50mg/hari
- DDS 100mg/hari
Efek Samping Obat MDT dan Penanganannya
3
“PEMBAHASAN”
- Dalam kasus ini pasien di diagnosa Kusta Tipe Multibasiler (MB) yang
didapatkan dari anamnesis yaitu pasien Tn.J.N datang ke Poli Balai Pelayanan
Umun Puskesmas Jayapura Utara dengan keluhan mati rasa pada area tangan
sebelah kanan yang terdapat bercak merah sejak tahun 2022, namun pasien
tidak datang ke fasilitas kesehatan terdekat untuk berobat. Keluhan demam (-),
gatal pada area bercak (-), riwayat penggunaan salep disangkal.

- Berdasarka status dermatologis pada regio antebracii dextra, cubiti dextra, dan auricula
dextra et sinistra terdapat macula eritematosa dengan batas yang jelas, bentuk tidak
teratur, dengan diameter bervariasi 2-8 cm, jumlah lesi < 5, pada regio cubiti dextra
hipoestesi positif, pada regio antebracii dextra anestesi positif, regio auricula dextra et
sinistra hipoestesia atau anestesia negative. Terdapat penebalan pada n. Ulnaris dextra
et sinistra. Tidak didapatkan penebalan pada n. Aurikulari Magnus dextra et sinistra,
dan n.Communis Peroneus dextra et sinistra.
- Dari hasil pemeriksaan skin smear didapatkan pada cuping
kanan BI : negati, MI : 0%, cuping kiri BI : 4+, MI : 8,28%,
lesi 1 BI : negati, MI : 0%, lesi 2 : 4+, MI : 8,28%, dan hasil
pemeriksaan darah DHS (Dapson Hypersensitive Syndrome)
positif.

- Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, status dermatologis, dan


hasil pemeriksaan penunjang sesuai dengan teori gejala klinis dan
status dermatologis pada pasien Morbus Hansen tipe MB yaitu
penderita pada umumnya mengeluh mengalami mati rasa pada
bagian tubuh yag terdapat lesi.
- Tatalaksana pada pasien ini dengan menggunakan MDT

 Rifampicine 600mg/bulan, diminum didepan petugas

 Lamprene 300mg/hari, diminum didepan petugas.

 Ditambahkan dengan Lamprene 50mg/hari

 Pasien ini tidak diberikan Dapson/DDS karena pasien alergi terhadap dapson.

- Pengobatan dilakukan secara teratur sebanyak 12 dosis (bulan) dan diselesaikan dalam
waktu maksimal 18 bulan. Setelah selesai 12 dosis, pasien dinyatakan RFT.
- Pasien sudah menjalani pengobatan selama 3 bulan (Januari-Maret) secara rutin, selama
3 bulan ini belum terdapat reaksi kusta maupun alergi terhadapat obat yang diberikan
kecuali dapson yang sudah diketahui alergi saat pemeriksaan darah.

- Prognosis baik jika pengobatan dilakukan secara tekun dan konsisten selama 1 tahun
dan serta faktor predisposisi dapat dihindari.
Kesimpulan
- Kusta merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya ialah Mycobacterium leprae yang
bersifat intraselular obligat.

- Diagnosis didasarkan atas hasil anamnesis yang cermat dan pemeriksaan klinis yang teliti. Berdasarkan
anamnesa dan status dermatologis sesuai dengan teori gejala klinis dan status dermatologis pada pasien
Morbus Hansen tipe Multi Basiler, yaitu penderita mengeluh mengalami mati rasa pada bagian tubuh
yag terdapat lesi. Kelainan kulit pada penyakit ini bergantung pada jumlah bakteri yang ditemukan.

- Pasien sudah menjalani pengobatan selama 3 bulan (Januari-Maret) secara rutin, selama 3 bulan ini
belum terdapat reaksi kusta maupun alergi terhadapat obat yang diberikan kecuali dapson yang sudah
diketahui alergi saat pemeriksaan darah.

- Penatalaksanaan Morbus Hansen tipe MB terdiri dari penatalaksanaan non medikamentosa dan
medikamentosa selama 12 bulan.

Anda mungkin juga menyukai