Anda di halaman 1dari 57

Kusta (Morbus Hansen)

Awan Rochaniawan – Christian Prijana– Erinca Horian


Preceptor:
Rasmia Romawi, dr., SpKK(K)
Identitas
• Nama : Tn. S
• Umur : 43 tahun
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Suku : Jawa
• Alamat : Sukajadi, Kel. Pamarican, Kab. Ciamis.
• Pendidikan : SMA
• Pekerjaan : Petani
• Agama : Islam
• Status marital : Sudah menikah
• Tanggal pemeriksaan : Selasa, 24 Mei 2016
Keluhan Utama

Benjolan-benjolan kemerahan pada hampir seluruh


bagian tubuh yang terkadang terasa gatal dan tidak
terasa nyeri.
Anamnesis Khusus
• Penderita mengeluhkan benjolan-benjolan kemerahan yang
bertambah banyak di daerah punggung, perut, dan lengan kiri sejak 3
bulan sebelum masuk rumah sakit.
• Pertama kali muncul bercak putih di daerah punggung yang terasa
baal 1 tahun sebelum masuk rumah sakit  6 bulan kemudian,
bercak putih menyebar ke lengan kiri dan perut  mulai berobat
• Di puskesmas, pasien didiagnosis kusta  mendapatkan multi drug
therapy multibasiler  tidak terdapat perbaikan.
Timeline
2 minggu
SMRS, bercak-
4 bulan SMRS: bercak
bercak-bercak kemerahan
1 tahun SMRS: kemerahan di semakin
bercak putih di punggung, banyak hingga
punggung yang perut dan hampir ke
terasa baal lengan kiri seluruh tubuh

6 bulan SMRS: 2,5 bulan 1 hari SMRS,


bercak putih SMRS, dirawat dibawa ke
menyebar ke dengan RSUD Banjar
lengan kiri dan diagnosis TB karena sesak
perut, berobat paru di RSUD napas, lalu
Banjar dirujuk ke RSHS
• Terasa sedikit gatal, tidak nyeri di luka tersebut
• Pasien merasakan kesemutan di kedua tangan
• Pasien mengeluhkan adanya penebalan cuping telinga
• Riwayat keluhan yang sama pada keluarga dan kenalan dekat
disangkal
• Keluhan batuk pilek, nyeri tenggorokan, sakit gigi disangkal
pasien
• Pasien pernah dirawat di RS karena tuberkulosis paru dan
membaik
• Keluhan nyeri seperti ditusuk disangkal.
• Keluhan kesulitan menutup mata dan gangguan penglihatan
disangkal.
• Keluhan tangan dan kaki lunglai disangkal. Keluhan jari-jari
tangan dan kaki berbentuk seperti cakar disangkal.
• Keluhan pemendekan jari-jari tangan dan kaki disangkal.
• Keluhan rasa gatal bertambah parah oleh keringat atau suhu
panas disangkal.
• Pasien tidak memiliki hewan peliharaan di rumah.
• Pasien menyangkal riwayat suka meminjam/memakai
pakaian/handuk orang lain.
Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum : tampak sakit ringan
• Kesadaran : Compos mentis
• Tanda-tanda vital: T = 140/90 mmHg,
N = 92x/menit
R = 24x/menit
S = 37,2oC
• Tinggi badan = 165cm, Berat badan = 64 kg.
• Kepala: • Madarosis -/-
• Wajah: facies leonina tidak • Hidung: saddle nose tidak
ada ada
• Telinga: sekret -/- • Leher :
• Mata: konjungtiva anemis -/- • KGB tidak tampak dan teraba
• Sklera ikterik -/- membesar.
• Lagoftalmus -/- • JVP tidak meningkat
• Thoraks: • Eksremitas atas
Bentuk dan gerak simetris, Bentuk dan gerak simetris
Ginekomastia -/- Kontraktur -/-
Jantung: S1 S2 murni reguler, murmur Edema -/-
tidak ada.
Pseudomutilasi -/-
Paru: VBS kanan = kiri, ronchi -/-,
wheezing -/- Claw hand -/-
• Abdomen: datar lembut Kelainan kuku -/-
• Ekstremitas bawah
Bentuk dan gerak simetris
Kontraktur -/-
Edema -/-
Pseudomutilasi -/-
Claw hand -/-
Kelainan kuku -/-
Status Dermatologikus
• Distribusi lesi : generalisata
• At regio : Hampir seluruh bagian tubuh
• Karakteristik Lesi: multiple, sebagian diskrete, bentuk bulat
dan sebagian ireguler, ukuran terkecil 0.1 x 0.1 cm x 0,1cm
sampai ukuran terbesar 25 x 15 x 0,5cm, berbatas tidak
tegas, sebagian besar menimbul dari permukaan, sebagian
besar kering.
• Efloresensi : papula eritema, plak eritema, nodul eritema,
erosi, skuama, makula hiperpigmentasi.
• Tampak lesi punch out pada lengan kiri atas dan perut
Status Neurologis
• Status perifer:
• N. Aurikularis magnus: pembesaran -/-
Konsistensi dalam batas normal
Nyeri tekan -/-
• N. Ulnaris: pembesaran -/+
Konsistensi kenyal di kanan
Nyeri tekan -/-
• N. Peroneus komunis: pembesaran +/+
Konsistensi kenyal/kenyal
Nyeri tekan +/-
• Fungsi saraf sensorik: Hiperestesi pada kedua telapak tangan
• Fungsi saraf motorik: dalam batas normal.
• Fungsi saraf otonom: kulit tampak kering.
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan apus sayat kulit pada daun telinga kanan, daun
telinga kiri, dan 1 lesi.
• Pemeriksaan mikroskopis jamur dengan larutan KOH 10%
pada kerokan kulit.
• Pemeriksaan tetesan lilin dan tanda Auspitz
Diagnosis

Diagnosis Banding Diagnosis Kerja


• Morbus Hansen tipe Morbus Hansen tipe
Borderline Lepromatous Borderline Lepromatous
• Tinea Korporis
• Psoriasis
Penatalaksanaan
Umum:
1. Edukasi mengenai penyakit bahwa penyakit yang diderita pasien
bersifat kronis dan dapat menular sehingga disarankan pada orang
yang tinggal serumah dan sekitar rumah pasien untuk juga
melakukan pemeriksaan BTA.
2. Edukasi mengenai pengobatan jangka panjang (12-18 bulan)
sehingga membutuhkan kontrol rutin dan pengobatan yang teratur
dan disiplin.
3. Edukasi mengenai perawatan ekstremitas pada kusta.
Khusus:
MDT – MB 1 bulan (selama 12 bulan)
• Hari pertama: Rifampicin 300mg x 2, Klofazimin 100 mg x 3,
Dapsone 100mg x 1
• Hari ke- 2 -30: Klofazimin 50mg x 1, Dapsone 100mg x 1
Prognosis
• Quo ad vitam : ad bonam
• Quo ad functionam : dubia ad bonam
• Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Pembahasan
Definisi
• Infeksi granulomatosa yang kronis dan disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium leprae.
• Jalur transmisinya masih belum jelas, kemungkinan dari
nasal droplet, kontak dengan tanah yang terkontaminasi
• Laki-laki > perempuan
• Insidensi tertinggi pada usia 10-20 tahun
Etiologi
• M. leprae: Bakteri gram (+), obligat intraseluler, basil tahan
asam
• Tumbuh baik di daerah dingin (27-30oC, biasanya di kulit dan
saraf perifer)
• Dinding selnya tersusun dari peptidoglikan, arabinogalactan
dan asam mikolat.
• Masa inkubasi 5-7 tahun
Patogenesis
• Kapabilitas tubuh dalam membentuk cell-mediated immunity
terhadap M. leprae  mempengaruhi klinis
• Bakteri dapat bermultiplikasi di saraf perifer dan bertahan
hidup di sel endotel atau sel fagosit.
• Pembentukan granuloma  bentuk klinis kusta
M. leprae
Invasi saraf tepi (multiplikasi di
Fungsi makrofag kurang baik
sel Schwann)
Masuk melalui saluran napas
atau luka terbuka
Bakteri tidak dibunuh dan
Sel Schwann mati
membentuk sel Virchow
Beredar di pembuluh darah
dan limfe
Bakteri invasi sel Schwann
Sel Virchow menua dan mati
yang lain
Difagosit oleh makrofag
Kerusakan saraf (sensorik,
Difagosit oleh makrofag
motorik, autonom)
Antigen bakteri
dipresentasikan MHC kelas II
Membentuk neoantigen dan
dipresentasikan MHC kelas II
Interaksi dengan sel T (Th1)
Interaksi dengan sel T (Th2)
Mengeluarkan sitokin (IL-2
dan IFN-gama
Aktivasi sel B  Sel plasma
Aktivasi makrofag lain
Antibodi anti-M. leprae
Membentuk sel epiteloid (granuloma)
Tanda Kardinal
• Lesi kulit yang mati rasa (dapat berbentuk bercak putih atau
kemerahan)
• Penebalan saraf tepi disertai gangguan fungsi saraf
• Adanya BTA di dalam kerokan jaringan kulit
Diagnosis Banding Bercak Merah
Kusta Psoriasis T. Corporis D. seboroik

Etiologi M. leprae Autoimun Dermatofita Belum diketahui

Ekstensor dekat Alis, pipi, nasolabial,


Lokasi lutut/siku lipatan mamae, dll

Mati Rasa (+) (-) (-) (-)

Skuama berlapis-lapis Skuama kuning


Lesi Tetesan llin (+) Central healing berminyak

iPembesaran saraf
Gejala Lain perifer Pitting nail
Diagnosis Banding Bercak Putih
Kusta Vitiligo P. Vesikolor P. Alba

Etiologi M. leprae Belum diketahui M. furfur Streptokokus (?)


Jari, sekitar mata,
mulut, hidung, tibialis
anterior, pergelangan Mulut, dagu, pipi,
Lokasi tangan bag. fleksor dahi

Mati Rasa (+) (-) (-) (-)

Makula Plas berbentuk


hipopigmentasi, sangat Plak hipopigmentasi bulat/oval
Lesi putih Skuama halus berskuama

iPembesaran saraf
Gejala Lain perifer
Diagnosis Banding Nodul
Kusta Neurofibromatosis Sarkoma kaposi Veruka vulgaris

Etiologi M. leprae Genetik HHV 8 HPV

Lokasi Ekstensor

Mati Rasa (+)/(-) (-) (-) (-)

Nodus lunak berwarna Papul dengan


Lesi Café au lait biru keunguan permukaan kasar
Mulut
iPembesaran saraf GI
Gejala Lain perifer Pernafasan
Klasifikasi
Tanda Utama PB dan MB
Alur Diagnosis
Pemeriksaan Bakteriologis
• Slit skin smear  diambil di 2 atau 3 tempat
• Pewarnaan  Ziehl-Neelsen
• Indeks bakteri (IB)  ukuran semikuantitatif BTA dalam
sediaan apus
• Indeks morfologi  mengetahui daya penularan kuman,
menilai hasil pengobatan, dan menentukan resistensi
terhadap hati
Komplikasi
• Disabilitas kronik
• Kerusakan saraf permanen (tangan atau kaki)
• Kebutaan
• Dermatitis stasis
• Ulcer pada kaki
• Pseudomutilasi
• Lemah otot, deformitas, kontraktur
Penatalaksanaan (Umum)
• Edukasi mengenai penyakit bahwa bersifat kronis dan dapat
menular.
• Edukasi tentang pengobatan: jangka panjang.
• Edukasi mengenai kepatuhan.
• Edukasi mengenai reaksi dan penyebab reaksi.
• Pemeriksaan narakontak.
Penatalaksanaan (Khusus)
Penatalaksanaan (Khusus)
Pedoman Kusta 2012
Multi drug therapy
• Memutuskan mata rantai penularan.
• Mencegah resistensi obat.
• Memperpendek masa pengobatan.
• Meningkatkan keteraturan berobat.
• Mencegah terjadinya cacat atau mencegah bertambahnya
cacat yang sudah ada sebelum pengobatan.
MDT
1. Pasien yang baru didiagnosis kusta dan belum pernah
mendapat MDT.
2. Pasien ulangan, yaitu pasien yang:
a. Relaps
b. Masuk kembali setelah default (dapat PB aupun MB)
c. Pindahan (pindah masuk)
d. Ganti klasifikasi / tipe
PB (Dewasa)
• Pengobatan bulanan: hari pertama (obat diminum di depan
petugas)
• 2 kapsul Rifampisin @300 mg (600 mg)
• 1 tablet Dapson/DDS100 mg

• Pengobatan harian : hari ke 2-28.


• 1 tablet Dapson/DDS100 mg

• Satu blister untuk 1 bulan. Dibutuhkan 6 blister yang


diminum selama 6-9 bulan.
MB (Dewasa)
• Pengobatan bulanan: hari pertama
• 3 tablet Lampren @100 mg (300 mg)
• 2 kapsul Rifampisin @300 mg (600 mg)
• 1 tablet Dapson/DDS100 mg

• Pengobatan harian : hari ke 2-28


• 1 tablet Lampren 50 mg
• 1 tablet Dapson/DDS100 mg

• Satu blister untuk 1 bulan. Dibutuhkan 12 blister yang diminum


selama 12-18 bulan.
PB (Anak)
• Pengobatan bulanan: hari pertama
• 2 kapsul Rifampisin 150 dan 300 mg
• 1 tablet Dapson/DDS 50mg

• Pengobatan harian : hari ke 2-28.


• 1 tablet Dapson/DDS 50mg

• Satu blister untuk 1 bulan. Dibutuhkan 6 blister yang


diminum selama 6-9 bulan.
MB (Anak)
• Pengobatan bulanan: hari pertama
• 3 tablet Lampren @ 50 mg (150 mg)
• 2 kapsul Rifampisin 150 dan 300 mg
• 1 tablet Dapson/DDS 50mg

• Pengobatan harian : hari ke 2-28


• 1 tablet Lampren 50 mg selang sehari
• 1 tablet Dapson/DDS 50mg

• Satu blister untuk 1 bulan. Dibutuhkan 12 blister yang diminum


selama12-18 bulan.
• Dosis anak < 5 tahun
• Lampren: 1mg/kg/BB
• Rifampisin: 10-15 mg/kg/BB
• Dapson/DDS: 1-2 mg/kg/BB
Sediaan dan Sifat Obat
DDS/Dapson
• Diamino Diphenyl Sulphone.
• Sediaan bentuk tablet warna putih 50 dan 100 mg.
• Bersifat bakteriostatik.
• Dosis dewasa 100 mg/hari, anak 50 mg/hari (umur 10-15 th).
Lampren (B663)/Klofazimin
• Sediaan berbentuk kapsul lunak 50 mg dan 100 mg, warna
coklat.
• Bersifat bakteriostatik, bakterisidal lemah, dan anti inflmasi.
• Cara pemberian secara oral, diminum sesudah makan.
Rifampisin
• Sediaan berbentuk kapsul 150 mg, 300 mg, 450 mg dan 600
mg.
• Bersifat bakterisidal.
• Cara pemberian secara oral, diminum setengah jam sebelum
makan.
Efek Samping
Monitoring dan Evaluasi Obat
• Tanggal pengambilan obat
• Apabila pasien terlambat mengambil obat, paling lama
dalam 1 bulan harus dilakukan pelacakan.
• RFT dapat dinyatakan setelah dosis dipenuhi tanpa
diperlukan pemeriksaan laboratorium. Setelah RFT pasien
dikeluarkan dari register kohort.
• Pasien yang sudah RFT namun memiliki faktor risiko
• Pasien PB yang telah mendapat pengobatan 6 dosis (blister)
dalam waktu 6-9 bulan dinyatakan RFT, tanpa harus
pemeriksaan laboratorium.
• Pasien MB yang telah mendapat pengobatan MDT 12 dosis
(blister) dalam waktu 12-18 bulan dinyatakan RFT, tanpa
harus pemeriksaanlaboratorium.
• Default: PB 3 bulan, MB 6 bulan.
Prognosis
• Quo ad vitam: Ad bonam.
• Quo ad functionam: Dubia ad bonam.
• Quo ad sanationam: Dubia ad bonam.

Anda mungkin juga menyukai