Anda di halaman 1dari 39

RESPONSI ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

PSOARIASIS VULGARIS

ARINDA NADA SALSABILA


2017.04.200.201
BAB 1
DATA PASIEN
IDENTITAS PENDERITA
• Nama : Tn. M
• Umur : 63 tahun
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Alamat : Menanggal, Surabaya
• Pekerjaan : Pensiunan
• Status Pernikahan : Menikah
• Agama : Islam
• Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
• Tanggal pemeriksaan : 28 Mei 2018
ANAMNESA
• Keluhan Utama
Gatal pada bagian lengan bawah kiri

• Keluhan Tambahan
Bersisik dan berwarna putih pada area yang gatal
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang ke Poli kulit RSAL Dr. Ramelan Surabaya pada 28 Mei 2018
dengan keluhan gatal pada bagian tangan kiri mulai dari lengan bawah
sampai sela ibu jari sejak 4 bulan yang lalu. Pada mulanya pasien mengeluh
gatal dan pada bagian yang gatal timbul merintis kecil-kecil, berwarna
kemerahan dan makin lama makin melebar. 3 minggu kemudian pada area
yang gatal muncul sisik berwarna putih, tebal, dan kasar dan pasien
menjadi tambah gatal. Pasien mengaku bahwa pasien selalu menggaruk
lukanya sehingga sisik hilang dan menjadi berwarna merah. 1 bulan yang
lalu muncul dengan keluhan yang sama yaitu gatal dan bersisik putih pada
bagian kepala, pasien mengaku menggaruknya hingga berdarah. Keluhan ini
bukan pertama kali pernah dirasa pasien, tapi 2 tahun yang lalu pasien
mengeluh keluhan yang sama dan berobat di poli kulit kelamin Rumah Sakit
Islam Surabaya dan sembuh.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
• Tidak ada keluarga pasien yang mengalami sakit serupa
• Riwayat alergi disangkal
• Riwayat diabetes melitus disangkal
• Riwayat hipertensi disangkal
• Riwayat asma dan rhinitis alergi disangkal
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
• Pasien pernah sakit seperti ini sebelumnya
• Riwayat hipertensi disangkal
• Riwayat diabetes Melitus disangkal
• Riwayat alergi obat disangkal
• Riwayat alergi makanan disangkal
• Riwayat alergi lain-lain disangkal
• Riwayat asma dan rhinitis alergi disangkal
• Riwayat penyakit kulit (-)
RIWAYAT PSIKOSOSIAL
• Pasien merupakan seorang pensiunan tinggal bersama istrinya.
• Pasien mandi 2 kali sehari menggunakan air PDAM dan memakai
sabun mandi lifebuoy
• Lingkungan tempat tinggal pasien cukup bersih
PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan umum : Tampak baik
• Kesadaran : Compos mentis
• GCS : 456
• Status gizi : Baik
• Tekanan darah : tidak dievaluasi
• Nadi : 90 kali/menit, regular
• Laju respirasi : 22 kali/menit, regular
• Suhu Axillar : 37,5 0C
• TB/BB : 175cm/65kg
• Status Generalisata
• Kepala : Lihat status dermatologis
• Leher : Dalam batas normal
• Thorax : Dalam batas normal
• Abdomen : Dalam batas normal
• Ekstremitas : Lihat status dermatologis
• Status Dermatologis
Status Lokalis
• Regio antebrachii sinistra
• Regio dorsum manus sinistra
• Regio capitis
Regio facialis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Fenomena tetesan lilin (+)
• Fenomena Auspitz tidak dilakukan
• Fenomena Kobner tidak dilakukan
RESUME
• Laki-laki usia 63 tahun datang ke Poli Kulit RSAL dr. Ramelan surabaya
dengan keluhan gatal disertai bercak putih kemerahan pada bagian lengan
bawah sebelah kiri sampai dengan sela ibu jari. Gatal dirasakan sejak 4
bulan sebelumnya dan 3 minggu sebelumnya kemudian muncul sisik
berwarna putih pada area yang gatal. Pasien pernah sakit seperti ini
sebelumnya. Pada status dermatologis terdapat bercak-bercak eritema
yang meninggi, berbatas tegas dengan skuama yang menutupi. Skuama
berwarna putih dan kasar.
• Dari pemeriksaan fisik didapatkan:
Pada Regio Antebrachii Sinistra terdapat bercak eritema yang meninggi
(plak), berbatas tegas, dengan skuama yang menutupi, skuama berwarna
putih dan kasar.
Pada Regio Dorsum Manus Sinistra terdapat skuama yang berubah menjadi
warna putih seperti tetesan lilin setelah digores dengan kaca objek.
Pada Regio Capitis terdapat macula eritematous, berbatas tegas, dan
permukaan yang mengering.
Pada Regio fascialis terdapat macula eritematous disertai
hiperpigmentasi yang dilapisi dengan skuama.

• DIAGNOSA KERJA
Psoariasis Vulgaris

• DIAGNOSIS BANDING
Dermatitis seboroik
Dermatofitosis
PENATALAKSANAAN
• Planning Terapi

Medikamentosa:
Obat sistemik : Loratadine 10mg 1x1
Obat topikal : kortikosteroid betamethasone valerate 0,1% cream2x1
dioles pada lesi.
Non-Medikamentosa
• Edukasi pada pasien tentang penyakitnya
• Edukasi pasien untuk tidak menggaruk lesi terlalu sering
• Edukasi pasien untuk selalu menjaga kesehatan
• Mengingatkan pasien untuk memakai obat secara teratur serta segera
kontrol saat obat habis

PROGNOSIS
Bersifat residif sehingga pemakaian obat dapat berlangsung seumur
hidup
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

• Psoariasis adalah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat


kronik dan residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema
berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan
transparan, disertai fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan Kobner.
Letaknya dapat terlokalisir, misalnya pada siku, lutut, atau kulit kepala
(skalp) atau menyerang hampir 100% luas tubuhnya.
EPIDEMIOLOGI

• Psoariasis terus mengalami peningkatan. Di Indonesia pencatatan


pernah dilakukan oleh sepuluh RS besar dengan angka prevalensi
pada tahun 1996, 1997, 1998 berturut-turut 0,62%; 0,59%; dan
0,92%.
• Insiden psoriasis pada pria agak lebih banyak dari pada wanita,
psoriasis dapat terjadi pada semua usia, tetapi umumnya pada orang
dewasa muda.
• Psoriasis lebih banyak dijumpai pada daerah dingin dan lebih banyak
terjadi pada musim hujan.
ETIOPATOGENESIS
• Faktor Genetik: Berdasarkan awitan penyakit dikenal dua tipe:
psoariasis tipe I dengan awitan dini bersifat familial, psoariasis tipe II
dengan awitan lambat bersifat nonfamilial. Hal lain yang menyokong
adanya faktor genetik ialah bahwa psoariasis berkaitan dengan HLA.
• Faktor Pencetus: stress psikis, infeksi fokal, trauma (fenomena
kobner), endokrin, gangguan metabolik, obat, juga alkohol dan
merokok. Stress psikis merupakan faktor pencetus utama. Infeksi
fokal mempunyai hubungan erat dengan salah satu bentuk psoariasis
ialah psoariasis gutata, umumnya infeksi disebabkan oleh
Streptococcus
• Faktor Endokrin: faktor endokrin mempengaruhi perjalanan penyakit.
Puncak insiden psoariasis pada waktu pubertas dan menopause.
Gangguan metabolisme, contohnya hipokalsemia dan dialisis telah
dilaporkan sebagai faktor pencetus. Obat yang umumnya dapat
menyebabkan residif ialah betaadrenergic blocking agents, litium,
antimalarial, dan penghentian mendadak kortikosteroid
GAMBARAN KLINIS
• Gambaran klasik berupa plak eritematosa diliputi skuama putih
disertai titik-titik perdarahan bila skuama dilepas, berukuran dari
seujung jarum sampai dengan plakat menutupi sebagian besar area
tubuh, umumnya simetris. Penyakit ini dapat menyerang kulit, kuku,
mukosa dan sendi tetapi tidak mengganggu rambut. Penampilan
berupa infiltrate eritematosa, eritema yang muncul bervariasi dari
yang sangat cerah (“hot” psoariasis) biasanya diikuti gatal sampai
merah pucat (“cold” psoariasis).
1. PSOARIASIS VULGARIS
• Bentuk ini ialah yang lazim
terdapat karena itu disebut
vulgaris, dinamakan pula tipe
plak karena lesi-lesinya
umumnya berbentuk plak
• Pada gambar disamping,
psoariasis vulgaris lesi primer
berbatas tegas, papul berwarna
kemerahan atau pink-salmon,
dengan sisik perak
2. PSOARIASIS GUTATA

• Psoariasis vulgaris: tipe gutata,


lesi kecil, eritematosa, bersisik,
papul yang cenderung menyatu
3. PSOARIASIS INVERSA
• Psoariasis tersebut mempunyai
tempat predileksi pada daerah
fleksor sesuai dengan namanya.
4. PSOARIASIS SEBOROIK
• gabungan antara psoariasis dan
dermatitis seboroik, skuama
yang biasanya kering menjadi
agak berminyak dan agak lunak.
Selain berlokasi pada tempat
yang lazim, juga terdapat pada
tempat seboroik.
5. PSOARIASIS PUSTULOSA
PSOARIASIS PUSTULOSA PALMOPLANTAR Psoariasis Pustulata Generalisata Akut (Von
Zumbusch)
Bersifat kronik dan residif, mengenai
telapak tangan atau telapak kaki atau Plak psoariasis yang telah ada makin eritematosa.
keduanya. Kelainan kulit berupa Setelah beberapa jam timbul banyak plak
kelompok-kelompok pustule kecil steril edematosa dan eritematosa pada kulit yang normal.
dan dalam, diatas kulit yang eritematosa Dalam beberapa jam timbul banyak pustular miliar
disertai rasa gatal pada plak-plak tersebut. Dalam sehari-hari pustul-
pustul berkonfluensi membentuk lake of pus
berukuran beberapa cm.
CARA MENEGAKKAN DIAGNOSA
• ANAMNESA

Dari autoanamnesis pasien Psoriasis Vulgaris mengeluh adanya bercak


kemerahan yang menonjol pada kulit dengan pinggiran merah, tertutup
dengan sisik keperakan, dengan ukuran yang bervariasi, makin melebar,
bisa pecah dan menimbulkan nyeri, bisa juga timbul gatal-gatal
• Pemeriksaan fisik
1. Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika
(mica-like scale), serta transparan. Plak eritematous yang tebal
menandakan adanya hiperkeratosis, parakeratosis, akantosis,
pelebaran pembuluh darah dan inflamasi. Besar kelainan bervariasi
dari milier, lentikular, numular, sampai plakat, dan berkonfluensi,
dengan gambaran yang beraneka ragam. Tempat predileksi pada
ekstremitas bagian ekstensor terutama (siku, lutut, lumbosakral),
daerah intertigo (lipat paha, perineum, aksila), skalp, perbatasan
skalp dengan muka, telapak kaki dan tangan, tungkai atas dan
bawah, umbilikus, serta kuku.
2. Fenomena tetesan lilin (+) Fenomena Auspitz(+) Fenomena Koebner
(+)
HISTOPATOLOGI
• Pada pemeriksaan histopatologis psoariasis plakat yang matur
dijumpai tanda spesifik berupa: penebalan (akantosis) dengan
penipisan epidermis
• Gambaran spesifik psoriasis adalah bermigrasinya sel radang
granulosit-neutrofilik berasal dari ujung subset kapiler dermal
mencapai bagian atas epidermis yaitu lapisan parakeratosis stratum
korneum yang disebut mikroabses Munro atau pada lapisan
spinosum yang disebut spingioform pustules of Kogoj
DIAGNOSA BANDING
• Pada diagnosa banding hendaknya selalu diingat, bahwa psoariasis
terdapat tanda-tanda yang khas, yakni skuama kasar, transparan
serta berlapis-lapis, fenomena tetesan lilin, dan fenomena Auspitz.
• Diagnosa Banding:
Dermatofitosis
Pada stadium penyembuhan, eritema dapat terjadi hanya dipinggir
hingga menyerupai dermatofitosis. Perbedaanya ialah keluhan pada
dermatofitosis gatal sekali dan pada sediaan ditemukan jamur.
 Dermatitis Seboroik
Dermatitis seboroik berbeda dengan psoariasis karena skuamanya
berminyak dan kekuningan dan bertempat predileksi pada tempat
yang seboroik.
PENATALAKSANAAN

1. Topikal Kortikosteroid 2. Kalsipotriol/Kalsipotrien (topikal)


• Topikal kortikosteroid bekerja sebagai • Kalsipotrol tersedia dalam bentuk
antiinflamasi, antiproliferasi, dan krim, salap atau solusio yang
vasokonstriktor. dipakai 2 kali sehari, sedangkan
• Efektif pada lesi daerah fleksural atau bentuk salap cukup dioles sekali
daerah dengan kulit yang relative sehari.
tipis, misalnya kelopak mata dan • Reaksi iritasi berupa gatal dan rasa
genital, berefek baik terhadap terbakar dapat mengawali
kortikosteroid. Efek samping yang
mengancam cukup banyak, seperti keberhasilan terapi, tetapi adapula
penipisan kulit, atrofi, striae, yang tetap teriritasi dalam
telangekrasis, erupsi akneiformis, pemakaian berulang. Lesi dapat
rosasea, dermatitis kontak, dll menghilang sempurna, eritema
dapat pula bertahan
3. Tazaroten (Retinoid topikal) 4. Ter dan Antralin

• Tazaroten menormalkan • Pada kulit normal, salap coal ter 5%


mengakibatkan hyperplasia
proliferasi dan diferensiasi sementara. Ter dapat
kerinosit dikombinasikan dengan ultraviolet
B (UVB) yang dikenal dengan
• Tazaroten 0,1% lebih efektif “rejimen Goeckerman”.
dibandingkan dengan 0,05%, • Antralin mempunyai efek
pada pemakaian 12 minggu antimitotic, dapat digunakan
sebagai kombinasi dengan
sediaan ini lebih efektif fototerapi yang dikenal dengan
dibandingkan vehikulum dalam “formulasi Ingram”. antralin
meredakan skuama dan ilfitrat konsentrasi terendah 0,05% sekali
sehari kemudian di tingkatkan
psoariasis sampai menjadi 1%
5. fototerapi 6. Agen Biologik

• Fototerapi memiliki kemampuan • bekerja dengan menghambat


menginduksi apoptosis, biomolekuler yang berperan
imunosupresan dalam tahapan pathogenesis
• penyinaran 3-5 kali seminggu psoariasis.
dengan dosis eritomogenik • Perkembangan agen biologik ini
memiliki hasil yang efektif. sangat pesat dan yang dikenal
Psoariasis sedang sampai berat adalah alefacept, efalizumab,
dapat diobati dengan UVB, infliximab, dan ustekinumab.
kombinasi dengan ter
meningkatkan efektivitas terapi
7. Sistemik

 Metotreksat

mampu menekan proliferasi limfosit dan produksi sitokin, oleh karena


itu bersifat imunosupresif. merupakan indikasi untuk penanganan
jangka panjang pada psoariasis berat seperti psoariasis pustulosa dan
psoariasis eritroderma. Dosis pemakaian untuk dewasa dimulai dengan
dosis rendah 7,5-15mg setiap minggu dengan pemantauan ketat.
 asitetrin
Dosis yang dipakai berkisar 0,5-1mg per kilogram berat badan perhari

Siklosporin
adalah penghambat enzim kalsineurin sehingga tidak terbentuk gen
interleukin-2 dan inflamasi lainnya. Dosis rendah: 2,5mg/kgBB/hari
dipakai sebagai terapi awal, dengan dosis maksimum
4mg/kgBB/hari.
PROGNOSIS
1. Meskipun psoariasis tidak menyebabkan kematian, tetapi psoariasis
bersifat kronis dan residif
2. Psoariasis gutata akut seringkali, psoariasis tipe ini berkembang
menjadi psoariasis plak kronis. Penyakit ini bersifat stabil, dan dapat
remisi setelah beberapa bulan atau tahun
3. Pada psoariasis tipe pustular, dapat bertahan beberapa tahun.
Psoariasis vulgaris juga dapat berkembang menjadi psoariasis tipe
ini. Pasien dengan psoariasis pustulosa generalisata sering dibawa
kedalam ruang gawat darurat dan harus dianggap sebagai
bakterimia sebelum terbukti kultur darah menunjukkan hasil
negative

Anda mungkin juga menyukai