Anda di halaman 1dari 22

Referat Tumor Payudara

Stevany 102014161

Pembimbing : dr. Rachmat Sp. B

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


I. Pendahuluan

Payudara merupakan organ seks sekunder yang merupakan simbol feminitas perempuan.
Adanya kelainan pada payudara akan dapat menggangu pikiran, emosi, serta menurunkan
kepercayaan diri seorang perempuan.

II. Embriologi

Payudara mulai tumbuh sejak minggu keenam masa embrio berupa penebalan ektodermal di
sepanjang garis susu yang terbentang dari aksila sampai regio inguinal. Beberapa hari setelah
kelahiran dapat terjadi pembesaran payudara unilateral atau bilateral diikuti dengan sekresi
cairan keruh. Keadaan yang disebut mastitis neonatorum ini disebabkan oleh berkembangnya
sistem duktus dan tumbuhnya asinus serta vaskularisasi pada stroma yang dirangsang secara
tidak langsung oleh tingginya kadar estrogen ibu dalam sirkulasi darah bayi. Setelah lahir,
terjadi penurunan kadar estrogen yang merangsang hipofisis untuk memproduksi prolaktin
yang menimbulkan perubahan pada payudara.1

III. Anatomi

Payudara merupakan kelenjar aksesoris kulit yang terletak pada iga dua sampai iga enam,
dari pinggir lateral sternum sampai linea aksilaris media. Kelenjar ini dimiliki oleh pria dan
wanita. Namun, pada masa pubertas, payudara wanita lambat laun akan membesar hingga
membentuk setengah lingkaran, sedangkan pada pria tidak. Pembesaran ini terutama terjadi
akibat penimbunan lemak dan dipengaruhi oleh hormon-hormon ovarium.2

Secara umum, payudara terdiri atas dua jenis jaringan, yaitu jaringan glandular (kelenjar) dan
jaringan stromal (penopang). Jaringan kelenjar meliputi kelenjar susu (lobus) dan salurannya
(ductus). Sedangkan jaringan penopang meliputi jaringan lemak dan jaringan ikat. Selain itu,
payudara juga memiliki aliran limfe. Aliran limfe payudara sering dikaitkan dengan
timbulnya kanker maupun penyebaran (metastase) kanker payudara.

Setiap payudara terdiri atas 15-20 lobus yang tersusun radier dan berpusat pada papilla
mamma. Saluran utama tiap lobus memiliki ampulla yang membesar tepat sebelum ujungnya
yang bermuara ke papilla. Tiap papilla dikelilingi oleh daerah kulit yang berwarna lebih gelap
yang disebut areola mamma. Pada areola mamma, terdapat tonjolan-tonjolan halus yang
merupakan tonjolan dari kelenjar areola di bawahnya.

2
Jika dilakukan perabaan pada payudara, akan terasa perbedaan di tempat yang berlainan.
Pada bagian lateral atas (dekat aksila), cenderung terasa bergumpal-gumpal besar. Pada
bagian bawah, akan terasa seperti pasir atau kerikil. Sedangkan bagian di bawah puting susu,
akan terasa seperti kumpulan biji yang besar. Namun, perabaan ini dapat berbeda pada orang
yang berbeda.

Untuk mempermudah menyatakan letak suatu kelainan, payudara dibagi menjadi lima regio,
yaitu :

a. Kuadran atas bagian medial (inner upper quadrant)


b. Kuadran atas bagian lateral (outer upper quadrant)
c. Kuadran bawah bagian medial (inner lower quadrant)
d. Kuadran bawah bagian lateral (outer lower quadrant)
e. Regio puting susu (nipple)

IV. Definisi Tumor Payudara

Tumor payudara adalah benjolan tidak normal akibat pertumbuhan sel yang terjadi secara
terus menerus. Dalam klinik, istilah tumor sering digunakan untuk semua tonjolan dan
diartikan sebagai pembengkakan, yang dapat disebabkan baik oleh neoplasma maupun oleh
radang, atau

perdarahan. Neoplasma membentuk tonjolan, tetapi tidak semua tonjolan disebabkan oleh
neoplasma.

3
V. Etiologi dan Faktor Resiko Tumor Payudara

Sampai saat ini, penyebab pasti tumor payudara belum diketahui. Namun, ada beberapa
faktor resiko yang telah teridentifikasi, yaitu :3

a.Jenis kelamin

Wanita lebih beresiko menderita tumor payudaradibandingkan dengan pria.Prevalensi tumor


payudara pada pria hanya 1% dari seluruh tumorpayudara.

b.Riwayat keluarga

Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita tumor payudara beresiko tiga kali lebih
besar untuk menderita tumor payudara.

c.Faktor genetik

Mutasi gen BRCA1pada kromosom 17 dan BRCA2pada kromosom 13 dapat meningkatkan


resiko tumor payudara sampai 85%. Selain itu, gen p53, BARD1, BRCA3, dan noey2juga
diduga meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.

d.Faktor usia

Resiko tumor payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia.

e.Faktor hormonal

Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika tidak diselingi oleh
perubahan hormon akibat kehamilan, dapat meningkatkan resiko terjadinya tumor payudara.

f.Usia saat kehamilan pertama

Hamil pertama pada usia 30 tahun beresiko dua kali lipat dibandingkan dengan hamil pada
usia kurang dari 20 tahun.

g.Terpapar radiasi

h.Intake alkohol

i.Pemakaian kontrasepsi oral

Pemakaian kontrasepsi oral dapat meningkatkan resiko tumor payudara. Penggunaan pada
usia kurang dari 20 tahun beresiko lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan pada usia
lebih tua.

4
VI. Diagnosis Tumor Payudara

Diagnosis tumor payudara dapat ditegakkan dengan berdasarkan anamnesis yang baik,
pemeriksaan fisik dasar dan pemeriksaan penunjang. Sedangkan diagnosis pasti adalah
pemeriksaan histopatologi anatomi.

Anamnesa meliputi riwayat reproduksi dan ginekologi, riwayat timbulnya tumor, adanya
faktor resiko untuk terjadinya tumor payudara dan adanya tanda-tanda penyebaran tumor.

Pemeriksaan fisik dari tumor payudara, pada inspeksi pasien diminta untuk duduk tegak dan
berbaring kemudian inspeksi dilakukan terhadap bentuk kedua payudara, warna kulit,
lekukan, retraksi papila, adanya kulit berbintik seperti kulit jeruk, ulkus dan benjolan.
Cekungan kulit akan terlihat jelas dengan pasien mengangkat tangan ke atas. Palpasi pasien
berbaring dengan bantal tipis dipunggung, palpasi dilakukan dengan ruas pertama jari
telunjuk, tengah dan manis yang digerakkan perlahan tanpa tekanan pada setiap kuadran
payudara dengan melingkar lalu memijat halus puting susu untuk mengetahui pengeluaran
cairan. Dilakukan pula perabaan pada aksila dan kelenjar getah bening sekitar leher.

Pemeriksaan penunjang dapat dengan Mammography, Ultrasonografi (USG), Magnetic


Resonance Imaging (MRI), Imunohistokimia (IHK), Biopsi terbuka (dilakukan dengan
operasi seperti biasa dapat berupa pengangkatan seluruh benjolannya (eksisi) atau sebagian
saja (insisi)), Biopsi tertutup (biopsi aspirasi jarum halus), Core biopsi.

Mammography adalah suatu teknik pemeriksaan soft tissue. Adanya proses keganasan akan
memberikan tanda-tanda primer dan sekunder. Tanda primer berupa fibrosis reaktif, cornet
sign, adanya perbedaan yang nyata ukuran klinik, roentgenologik, dan adanya
mikrokalsifikasi. Tanda-tanda sekunder berupa retraksi, penebalan kulit, bertambahnya
vaskularisasi, perubahan posisi papilla dan areola berupa bridge of tumor, keadaan daerah
tumor dan jaringan fibroglanduler tidak teratur, infiltrasi dalam jaringan lunak di belakang
mammae, dan adanya metastasis ke kelenjar. Mammografi dapat mendeteksi tumor-tumor
yang secara palpasi tidak teraba, jadi sangat baik untuk diagnosis dini dan skrining.Hanya
saja untuk mass screening.Cara ini merupakan cara yang mahal dan hanya dianjurkan pada
wanita dengan faktor high risk.Ketepatan 83%-95%, tergantung dari teknisi dan ahli
radiologinya.

Ultrasound digunakan untuk menentukan ukuran lesi dan membedakan kista dengan tumor
solid.

5
MRI dilakukan pada pasien usia muda karena gambaran mammografi yang kurang jelas,
untuk mendeteksi adanya rekurensi dini keganasan payudara.

IHK untuk membantu terapi target antara lain pemeriksaan status ER (estrogen receptor), PR
(progesteron receptor), c-erb-2 (HER-2 neu), cathepsin-D, p53, Ki67, Bcl2.

VII. Tumor Jinak Payudara

a. Kista

Kista payudara biasanya ditemukan pada dekade kelima, dan menurun setelah wanita
melewati menopause. Etiologi pastinya belum jelas, kemungkinan gambaran antara lain
adenosis, epiteliosis, fibrosis stroma, kista multiple yang disertai fibrosis, sehingga
metaplasia dan hyperplasia epitel. Kista merupakan suatu tumor yang berupa kantongan dan
didalamnya berisi cairan encer atau setengah padat.Menyakinkan pasien bahwa “kelainan” ini
tidak berbahaya.Namun, jika pasien memiliki riwayat keluarga penderita kanker payudara
ditambah adanya gambaran hyperplasia yang atipik pada hasil biopsy, potensi keganasan
perlu diwaspadai.

Secara praktis, penemuan dari massa pada payudara yang dapat dipalpasi biasanya diperoleh
dari biopsi jarum, yang membuat diagnosis awal adanya kista. Jika terdapat satu massa
lainnya, pemeriksaan USG dilakukan untuk menyingkirkan kista yang persisten.Jika salah
satu dari keadaan tersebut tidak dipenuhi, maka USG, biopsi jarum, dan mungkin biopsi
eksisi menjadi rekomendasi selanjutnya.1

b. Fibroadenoma

Neoplasma jinak yang menyerang wanita pada usia reproduktif yaitu 25-30 tahun ini disebut
fibroadenoma mammae. Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara yang sering
ditemukan pada masa reproduksi yang disebabkan oleh beberapa kemungkinan yaitu akibat
sensitivitas jaringan setempat yang berlebihan terhadap estrogen sehingga kelainan ini sering
digolongkan dalam mamary displasia.Fibroadenoma biasanya ditemukan pada kuadran luar
atas, merupakan lobus yang berbatas jelas, mudah digerakkan dari jaringan di sekitarnya.Pada
gambaran histologis menunjukkan stroma dengan proliferasi fibroblast yang mengelilingi
kelenjar dan rongga kistik yang dilapisi epitel dengan bentuk dan ukuran yang
berbeda.Setelah menopause, fibroadenoma biasa menjadi mikrokalsifikasi yang dapat terjadi

6
pada tipe distrofi dan terjadi dalam stroma di celah epitel. Fibroadenoma ini harus dieksisi
karena tumor jinak ini akan terus membesar.

c. Tumor Filoides

Tumor phyllodes (dahulu bernama sistosarkoma filodes) merupakan suatu neoplasma jinak
yang berasal dari jaringan penyongkong nonepitel.Tumor Phyllodes merupakan tumor mirip
dengan fibroadenoma dengan stroma seluler yang bertumbuh dengan cepat. Tumor ini
terdapat pada semua usia, tetapi kebanyakan pada usia 30 tahun. Dapat mencapai ukuran
yang besar dan jika tidak dieksisi total dapat terjadi rekurensi. Lesi dapat jinak atau
ganas.Jika jinak, tumor phylloides dapat diatasi dengan eksisi lokal dengan batas jaringan
payudara sekitar.

Penanganan tumor phyllode ganas masih kontroversial, namun pembuangan tumor sempurna
dengan sedikit area normal disekitar tumor dapat mencegah rekurensi.Karena tumor ini dapat
membesar, mastektomi simple biasanya penting dilakukan.Bila tumor ternyata ganas, harus
dilakukan mastektomi radikal walaupun mungkin bermetastasis secara hematogen seperti
sarcoma.

d. Galaktokel

Galaktokel adalah kista retensi berisi air susu. Galaktokel berbatas jelas dan mobile, dan
biasanya timbul 6-10 bulan setelah berhenti menyusui.Galaktokel biasanya terletak di tengah
payudara atau dibawa puting. Tata laksana galaktokel adalah aspirasi jarum untuk
mengeluarkan secret susu dan pembedahan baru dilakukan jika kista terlalu kental untuk bisa
diaspirasi atau jika terjadi infeksi dalam galaktokel.

e. Papiloma intraduktus

Papilloma intraduktal adalah pertumbuhan menyerupai kutil dengan disertai tangkai yang
tumbuh dari dalam payudara yang berasal dari jaringan glandular dan jaringan fibrovaskular.
Papilloma seringkali melibatkan sejumlah besar kelenjar susu. Lesi jinak yang berasal dari
duktus laktiferus dan 75% tumbuh di bawah areola mamma ini memberikan gejala berupa
sekresi cairan berdarah dari puting susu. Papilloma dapat juga ditemukan di duktus yang kecil
di daerah yang jauh dari puting.Keadaan ini seringkali tumbuh dalam jumlah banyak dan juga
mungkin disertai hiperplasi epitelial.Konfirmasi diagnosis papilloma intraduktus dilakukan
dengan duktografi.Terapinya eksisi pada tepi sekeliling areola.

7
f. Duktus ekstasia

Duktus ekstasia merupakan kelainan jinak akibat kerusakan elastin dinding duktus payudara,
diikuti infiltrasi sel radang dan hasil akhirnya adalah dilatasi dan pemendekan duktus.Ectasia
duktus terdiri dari dilatasi duktus subareola yang terisi dengan material yang seperti titik
hitam.Ectasia duktus biasa terjadi pada perokok, dan dipersulit dengan abses periduktus dan
fistel mammae.Ektasia duktus juga menyebabkan cairan pada puting dan retraksi
puting.Kalsifikasi karena ectasia duktus biasanya memiliki karakteriktis.Ia memberi
gambaran kasar, batang, dan kalsifikasi bercabang pada distribusi duktus.Kalsifikasi ini
dibentuk oleh kalsifikasi debris ketika duktus mengalami dilatasi.

Kalsifikasi intraduktal ini telah digambarkan sebagai “broken needle appearance”.Ectasia


ductus biasanya bilateral dan hal ini cukup berguna untuk mendiagnosis daerah ectasia ductal
yang kecil.Biasanya ditemukan debris dalam ductal dan hal ini menyebabkan reaksi inflamasi
meyebabkan “lead pipe” appearance.

Ektasia duktus adalah kondisi yang biasanya menyerang wanita usia sekitar 40 sampai 50
tahun. Ektasia duktus adalah kelainan jinak yang walaupun begitu dapat mengacaukan
diagnosis dengan kanker dikarenakan benjolan yang keras di sekitar duktus yang abnormal
akibat terbentuknya jaringan parut.

Kondisi ini umumnya tidak memerlukan tindakan apapun, atau dapat membaik dengan
melakukan pengkompresan dengan air hangat dan obat-obat antibiotik. Apabila keluhan tidak
membaik, duktus yang abnormal dapat diangkat melalui pembedahan dengan cara insisi pada
tepi areola.

g. Adenosis sclerosis

Secara klinis, adenosis sclerosis teraba seperti kelainan fibrokistik dan digolongkan dalam
kelainan dysplasia, secara histopatologi adenosis sclerosis tampak sebagai proliferasi jinak
sehingga ahli patologi sering terkecoh, mengira suatu karsinoma.

h. Mastitis sel plasma.

Mastitis sel plasma juga disebut mastitis komedo.Lesi ini merupakan radang subakut yang
didapat pada system duktus yang melalui di bawah aerola.Mastitis adalah infeksi yang sering
menyerang wanita yang sedang menyusui atau pada wanita yang mengalami kerusakan atau
keretakan pada kulit sekitar puting. Kerusakan pada kulit sekitar puting tersebut akan

8
memudahkan bakteri dari permukaan kulit untuk memasuki duktus yang menjadi tempat
berkembangnya bakteri dan menarik sel-sel inflamasi. Sel-sel inflamasi melepaskan substansi
untuk melawan infeksi, namun juga menyebabkan pembengkakan jaringan dan peningkatan
aliran darah.Perubahan ini menyebabkan payudara menjadi merah, nyeri, dan terasa hangat
saat perabaan.

Gambaran klinisnya sukar dibedakan dengan karsinoma, yaitu massa berkonsistensi keras,
bisa melekat ke kulit, dan menimbulkan retraksi puting susu akibat fibrosis periduktal, dan
bisa terdapat pembesaran kelenjar getah bening aksila. Kondisi ini diterapi dengan
antibiotik.Pada beberapa kasus, mastitis berkembang menjadi abses atau kumpulan pus yang
harus dikeluarkan melalui pembedahan.

i. Nekrosis lemak

Nekrosis lemak adalah proses inflamesi non-supuratif yang biasa terjadi sebagai suatu
kecelakaan atau karena penyebab iatrogenic. Nekrosis lemak dapat juga terjadi akibat terapi
radiasi. Ketika tubuh berusaha memperbaiki jaringan payudara yang rusak, daerah yang
mengalami kerusakan tergantikan menjadi jaringan parut. Secara klinis ia muncul sebagai
nodul single atau multiple yang dengan permukaan licin dan terfiksir, atau irregular yang
dapat menimbulkan keganasan. Dengan biopsi jarum atau dengan tindakan pembedahan
eksisi sangat diperlukan untuk membedakan nekrosis lemak dengan kanker.Secara
histopatologik terdapat nekrosis jaringan lemak yang kemudian menjadi fibrosis.Pada
mamografi ditemukan kista lemak, mikrokalsifikasi.

Menurut American Cancer Society, beberapa area dari nekrosis dapat berespon berbeda-beda
terhadap cedera. Desamping pembentukan jaringan parut, sel-sel lemak akan mati dan
mengeluarkan isi sel, yang membentuk kumpulan seperti kantong-kantong berisi cairan
berminyak dan disebut kista minyak. Kista minyak dapat ditemukan melalui aspirasi jarum
halus, yang sekaligus merupakan tindakan untuk terapinya.

j. Kelainan lain

Tumor lain jarang tetapi dapat ditemukan di payudara yaitu lipoma, leiomyoma, histiositoma,
kista sebasea, penyakit Mondor, Pseudolump akibat penonjolan iga, yang sebenarnya tidak
ada sangkut pautnya dengan jaringan kelenjar payudara.

9
VIII. Tumor Ganas Payudara

Berdasarkan WHO Histological Classification of breast tumor, kanker payudara


diklasifikasikan sebagai berikut:4

a. Non-invasif karsinoma

Non-invasif karsinoma adalah kanker yang masih berada pada tempatnya, merupakan kanker
dini yang belum menyebar atau menyusup keluar dari tempat asalnya. Non-invasif karsinoma
dibedakan menjadi menjadi dua, yaitu :

 Non-invasif duktal karsinoma


 Lobular karsinoma in situ

b. Invasif karsinoma

Invasif karsinoma adalah kanker yang telah menyebar dan merusak jaringan lainnya, bisa
terlokalisir (terbatas pada payudara) maupun metastatik (menyebar ke bagian tubuh lainnya).
Sekitar 80% kanker payudara invasif adalah kanker duktal dan 10% adalah kanker lobuler.
Invasif karsinoma terdapat beberapa jenis, antara lain :

 Invasif duktal karsinoma

§ Papilobular karsinoma

§ Solid-tubular karsinoma

§ Scirrhous karsinoma

§ Special types

§ Mucinous karsinoma

§ Medulare karsinoma

 Invasif lobular karsinoma

§ Adenoid cystic karsinoma

10
§ karsinoma sel squamos

§ karsinoma sel spindel

§ Apocrin karsinoma

§ Karsinoma dengan metaplasia kartilago atau osseus metaplasia

§ Tubular karsinoma

§ Sekretori karsinoma

§ Lainnya

c. Paget's Disease

Paget’s disease adalah suatu kanker kulit yang jarang terjadi yang menyerupai dermatitis
(peradangan kulit berupa bercak kemerahan dan berasal dari kelenjar di dalam atau di bawah
kulit). Biasanya berasal dari kanker pada saluran susu di payudara, sehingga kanker ini
biasanya ditemukan di sekitar puting susu.

Gejala klinis :

Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-mula kecil,
semakin lama akan semakin besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada
kulit payudara atau pada puting susu. Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik ke dalam
(retraksi), berwarna merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema hingga kulit
kelihatan seperti kulit jeruk (peau d'orange), mengkerut, atau timbul borok (ulkus) pada
payudara. Borok itu semakin lama akan semakin besar dan mendalam sehingga dapat
menghancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk, dan mudah berdarah.

Ciri-ciri lainnya antara lain:

 Pendarahan pada puting susu.


 Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul apabila tumor sudah besar, sudah
timbul borok, atau bila sudah muncul metastase ke tulang-tulang.
 Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema) pada
lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh.

Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria operbilitas
Heagensen sebagai berikut:

11
 Terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara)
 Adanya nodul satelit pada kulit payudara
 Kanker payudara jenis mastitis karsinimatosa
 Terdapat model parasternal
 Terdapat nodul supraklavikula
 Adanya edema lengan
 Adanya metastase jauh
 Serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi kulit, edema kulit,
kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening aksila berdiameter lebih 2,5
cm, dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain.

Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter saat mendiagnosis
suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh manakah tingkat penyebaran
kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar maupun penyebaran ketempat jauh.
Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Untuk
menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan
pemeriksaan penunjang lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen , USG, dan bila
memungkinkan dengan CT Scan, scintigrafi dll. Banyak sekali cara untuk menentukan
stadium, namun yang paling banyak dianut saat ini adalah stadium kanker berdasarkan

12
klasifikasi sistim TNM yang direkomendasikan oleh UICC(International Union Against
Cancer dari WHO atau World Health Organization) / AJCC (American Joint Committee On
Cancer yang disponsori oleh American Cancer Society dan American College of
Surgeons).5,6

Klasifikasi Stadium TNM berdasarkan American Joint Committee on Cancer

 T = ukuran primer tumor.

Ukuran T secara klinis, radiologis, dan mikroskopis adalah sama. Nilai T dalam cm, nilai
paling kecil dibulatkan ke angka 0,1 cm.

Tx : Tumor primer tidak dapat dnilai.

To : Tidak terdapat tumor primer.

Tis : Karsinoma in situ.

Tis(DCIS) : Ductal Carcinoma In Situ.

Tis(LCIS) : Lobular Carcinoma In Situ.

Tis(Paget’s) : Penyakit Paget pada putting tanpa adanya tumor.

Catatan: Penyakit Paget dengan adanya tumor dikelompokkan sesuai dengan ukuran
tumornya.

T1 : Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya 2cm atau kurang.

T1mic : Adanya mikroinvasi ukuran 0,1 cm atau kurang.

T1a : Tumor dengan ukuran lebih dari 0,1 cm sampai 0,5 cm.

T1b : Tumor dengan ukuran lebih dari 0,5 cm sampai 1 cm.

T1c : Tumor dengan ukuran lebih dari 1 cm sampai 2 cm.

T2 : Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya lebih dari 2 cm sampai 5 cm.

T3 : Tumor dengan ukuran diameter terbesar lebih dari 5 cm.

T4 : Ukuran tumor berapapun dengan ekstensi langsung ke dinding dada atau kulit.

T4a : Ekstensi ke dinding dada tidak termasuk otot pektoralis.

13
T4b : Edema (termasuk peau d’orange), ulserasi, nodul satelit pada kulit yang terbatas
pada 1 payudara.

T4c : Mencakup kedua hal di atas.

T4d : inflammatory carcinoma.

 N = kelenjar getah bening regional.

Nx : Kgb regional tidak bisa dinilai (telah diangkat sebelumnya).

N0 : Tidak terdapat metastasis kgb.

N1 : Metastasis ke kgb aksila ipsilateral yang mobil.

N2 : Metastasis ke kgb aksila ipsilateral terfiksir, berkonglomerasi, atau adanya


pembesaran kgb ke mamaria interna ipsilateral (klinis) tanpa adanya metastasis ke kgb aksila.

N2a : Metastasis pada kgb aksila terfiksir atau berkonglomerasi atau melekat ke struktur
lain.

N2b : Metastasis hanya pada kgb mamaria interna ipsilateral secara klinis dan tidak
terdapat metastasis pada kgb aksila.

N3 : Metastasis pada kgb infraklavikular ipsilateral dengan atau tanpa metastasis kgb
aksila atau klinis terdapat metastasis pada kgb aksila; atau metastasis pada kgb
supraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa metastasis pada kgb aksila/mamaria interna.

N3a : Metastasis ke kgb infraklavikular ipsilateral.

N3b : Metastasis ke kgb mamaria interna dan kgb aksila.

N3c : Metastasis ke kgb supraklavikula.

Catatan: Terdeteksi secara klinis; terdeteksi dengan pemeriksaan fisik atau secara imaging (di
luar limfoscintigrafi).

 M = metastasis jauh.

Mx : Metastasis jauh belum dapat dinilai.

M0 : Tidak terdapat metastasis jauh.

14
M1 : Terdapat metastasis jauh.

Klasifikasi stadium carcinoma mammae.6

Stage 0 Tis N0 M0

Stage I T1 N0 M0

Stage IIA T0 N1 M0

T1 N1 M0

T2 N0 M0

Stage IIB T2 N1 M0

T3 N0 M0

Stage IIIA T0 N2 M0

T1 N2 M0

T2 N2 M0

T3 N1 M0

T3 N2 M0

Stage IIIB T4 N0 M0

T4 N1 M0

T4 N2 M0

Stage IIIC T (semua) N3 M0

Stage IV T (semua) N (semua) M1

15
Jalur Penyebaran

a. Invasi lokal

Kanker mammae sebagian besar timbul dari epitel duktus kelenjar. Tumor pada mulanya
menjalar dalam duktus, lalu menginvasi dinding duktus dan ke sekitarnya, ke anterior
mengenai kulit, posterior ke otot pektoralis hingga ke dinding toraks.7

b. Metastasis kelenjar limfe regional

Metastasis tersering karsinoma mammae adalah ke kelenjar limfe aksilar. Data di China
menunjukkan: mendekati 60% pasien kanker mammae pada konsultasi awal menderita
metastasis kelenjar limfe aksilar. Semakin lanjut stadiumnya, diferensiasi sel kanker makin
buruk, angka metastasis makin tinggi. Kelenjar limfe mammaria interna juga merupakan jalur
metastasis yang penting. Menurut observasi klinik patologik, bila tumor di sisi medial dan
kelenjar limfe aksilar positif, angka metastasis kelenjar limfe mammaria interna adalah 50%;
jika kelenjar limfe aksilar negative, angka metastasis adalah 15%. Karena vasa limfatik dalam
kelenjar mammae saling beranastomosis, ada sebagian lesi walaupun terletak di sisi lateral,
juga mungkin bermetastasis ke kelenjar limfe mammaria interna. Metastasis di kelenjar limfe
aksilar maupun kelenjar limfe mammaria interna dapat lebih lanjut bermetastasis ke kelenjar
limfe supraklavikular.

c. Metastasis hematogen

Sel kanker dapat melalui saluran limfatik akhirnya masuk ke pembuluh darah, juga dapat
langsung menginvasi masuk pembuluh darah (melalui vena kava atau sistem vena interkostal-
vertebral) hingga timbul metastasis hematogen. Hasil autopsy menunjukkan lokasi tersering
metastasis adalah paru, tulang, hati, pleura, dan adrenal.7

IX. Penatalaksanaan

Indikasi operasi untuk tumor jinak payudara adalah jika lesi yang bersifat jinak memberikan
keluhan atau tidak berhasil dengan terapi konservatif.Adapun kontraindikasi, jika tumor jinak
payudara tersebut bukan suatu lesi maligna dan tidak ada komorbid yang berat. Berbagai
jenis tindakan dapat dilakukan bergantung pada jenis tumor jinak payudara yang didapatkan,
antara lain: 8

16
a. Aspirasi Kista

Teknik yang digunakan untuk mengaspirasi suatu kista payudara hampir sama dengan teknik
yang digunakan untuk pemeriksaan sitologi biopsi jarum halus. Permukaan kulit dibersihkan
dengan alkohol.Biasanya ‘gauze-needle’ berukuran 21 dilekatkan ke jarum 20ml. kista
difiksasi dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk atau jari telunjuk dan jari tengah.
Jarum dipegang di tangan yang lain, dan kista tersebut diaspirasi sehingga ia tidak dapat
teraba lagi.

Biasanya isi dari suatu kista adalah cairan berwarna kecoklatan, kekuningan, atau kehijauan.
Jika cairan seperti itu didapatkan pada pemeriksaan, maka ia tidaak perlu dikirim untuk
evaluasi sitologi. Pemeriksaan sitologi hanya diperlukan jika didapatkan cairan berwarna
kemerahan pada aspirasi.

b. Eksisi papilloma intraduktal

Galaktrografi ini menunjukkan suatu papilloma intraduktal, penyebab tersering dari cairan
merah yang keluar dari payudara yang timbul dari suatu duktus tunggal. Secara umum,
pasien-pasien ini ditangani secara konservatif, papilloma akan terlepas, dan cairan berwarna
merah biasanya sembuh secara spontan dalam waktu beberapa minggu. Jika ini tidak terjadi,
diindikasi untuk eksisi duktus yang terlibat.

c. Eksisi ‘giant fribroadenoma’

Fibroadenoma adalah lesi benigna, biasanya ditemukan pada wanita muda.Lesi-lesi adalah
keras, berbatas tegas dan mobile.Pada palpasi, suatu fibroadenoma dapat menyerupai biji
yang berguling dibawah jari. Pada wanita muda yang dicurigai dengan suatu fibroadenoma,
biopsy eksisi harus dilakukan, jika memungkinkan, sengan inisiasi periareolar.

d. Drainase suatu abses payudara

Jika seorang pasien datang dengan sebagian payudaranya yang eritematous, hangat, dan
berfluktuasi, ini biasanya mengindikasi suatu abses payudara.Abses payudara harus di
drainase denga cepat. Pada kebanyakan kasus, abses payudara di drainase sama seperti
drainase abses di tempat lain, yaitu suatu insisi dilakukan pada rongga abses, pus dikeluarkan,
dan lukanya dibuka.

17
Beberapa abses yang besar dapat di drainase melalui suatu insisi periareolar, dengan
meletakkan drainase ‘penrose’ pada abses. Drain dibiarkan selama beberapa hari, sehingga
produksi drainasenya berkurang.

Perlu diberi perhatian bahwa eritema payudara dapat menyerupai suatu abses yang lama,
selulitis, atau kanker payudara berinflamasi. Untuk menyingkirkan suaatu kanker payudara
berinflamasi, biopsy kulit kadang diindikasikan.

Untuk tumor ganas :

a. Terapi bedah

Pasien yang pada awal terapi termasuk stadium 0, I, II dan sebagian stadium III disebut
kanker mammae operabel. Pola operasi yang sering dipakai adalah :

Mastektomi radikal :

Tahun 1890 Halsted pertama kali merancang dan mempopulerkan operasi radikal kanker
mammae, lingkup reseksinya mencakup kulit berjarak minimal 3 cm dari tumor, seluruh
kelenjar mammae, m. Pektoralis mayor, m. Pektoralis minor dan jaringan limfatik dan lemak
subskapular, aksilar secara kontinu enblok direseksi. Namun sekitar 20 tahun belakangan ini,
dengan pemahaman lebih dalam atas tabiat biologis karsinoma mammae, ditambah makin
banyaknya kasus stadium sedang dan dini serta kemajuan terapi kombinasi, maka
penggunaan mastektomi radikal konvensional telah makin berkurang.

Mastektomi radikalmodifikasi :

Lingkup reseksi sama dengan teknik radikal, tapi mempertahankan m. Pektoralis mayor dan
minor (model Auchincloss) atau mempertahankan m. Pektoralis mayor, mereseksi m.
Pektoralis minor (model Patey). Pola operasi ini mempunyai kelebihan antara lain memacu
pemulihan fungsi pasca operasi, tapi sulit membersihkan kelenjar limfe aksilar superior.
Dewasa ini, mastektomi radikal modifikasi disebut sebagai mastektomi radikal standar, luas
digunakan secara klinis.

Mastektomi total :

18
Hanya membuang seluruh kelenjar mammae tanpa membersihkan kelenjar limfe. Model
operasi ini terutama untuk karsinoma in situ atau pasien lanjut usia.

b. Radioterapi

Radioterapi terutama mempunyai 3 tujuan :

Radioterapi murni kuratif :

Radioterapi murni terhadap kanker mammae hasilnya kurang ideal, survival 5 tahun 10-37%.
Terutama digunakan untuk pasien dengan kontraindikasi atau menolak operasi.

Radioterapi adjuvan :

Menjadi bagian integral penting dari terapi kombinasi. Menurut pengaturan waktu radioterapi
dapat dibagi menjadi radioterapi pra-operasi terutama untuk pasien stadium lanjut lokalisasi,
dapat membuat sebagian kanker mammae non-operabel menjadi kanker mammae yang
operabel. Radioterapi pasca operasi adalah radioterapi seluruh mammae (bila perlu ditambah
radioterapi kelenjar limfe regional). Indikasi radioterapi pasca mastektomi adalah : diameter
tumor primer ≥ 5 cm, fasia pektoralis terinvasi, jumlah kelenjar limfe aksilar metastatik lebih
dari 4 buah dan tepi irisan positif. Area target iradiasi harus mencakup dinding toraks dan
regio supraklavikular. Regio mamaria interna jarang terjadi rekurensi klinik, sehingga perlu
tidaknya radioterapi rutin masih kontroversial.

Radioterapi paliatif :

Terutama untuk terapi paliatif kasus stadium lanjut dengan rekurensi, metastasis. Dalam hal
meredakan nyeri efeknya sangat baik.

c. Kemoterapi

Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair
atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak hanya sel kanker
pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh. Efek dari kemoterapi adalah pasien mengalami
mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat
kemoterapi.

d. Terapi hormonal

19
Terapi hormonal terutama mencakup bedah dan terapi hormon. Terapi hormonal bedah
terutama adalah ooforektomi (disebut juga kastrasi) terhadap wanita pramenopause,
sedangkan adrenalektomi dan hipofisektomi sudah ditinggalkan. Terapi hormonal
medikamentosa yang digunakan di klinis yang terutama adalah obat antiestrogen. Tamoksifen
merupakan penyekat reseptor estrogen, mekanisme utamanya adalah berikatan dengan
reseptor estrogen secara kompetitif, menyekat transmisi informasi ke dalam sel tumor
sehingga berefek terapi. Tamoksifen juga memiliki efek mirip estrogen, berefek samping
trombosis vena dalam, karsinoma endometrium dan lain-lain. Sehingga perlu diperhatikan
dan diperiksa secara berkala.

X. Prognosis

Banyak faktor yang mempengaruhi prognosis, tapi yang jelas berpengaruh adalah kondisi
kelenjar limfe dan stadium. Survival 5 tahun pasca operasi pada kasus kelenjar limfe negatif
dan positif adalah masing-masing 80% dan 59%, survival 5 tahun untuk stadium 0-I, II, dan
III adalah masing-masing 92%, 73%, dan 47%. Sedangkan pada yang non-operabel, survival
5 tahun kebanyakan dilaporkan dalam batas 20%. Oleh karena itu dalam kondisi dewasa ini
untuk meningkatkan angka kesembuhan kanker mammae kuncinya adalah penemuan dini,
diagnosis dini, terapi dini dan tepat.

XI. Pencegahan

Hampir setiap epidemiologi sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif bagi kejadian
penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan deteksi dini. Begitu pula pada kanker
payudara, pencegahan yang dilakukan antara lain berupa:

Pencegahan primer

Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan
karena dilakukan pada orang yang "sehat" melalui upaya menghindarkan diri dari
keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup sehat.

Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena kanker
payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid normal merupakan populasi at

20
risk dari kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini.
Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan. Skrining
melalui mammografidiklaim memiliki akurasi 90% dari semua penderita kanker payudara,
tetapi keterpaparan terus-menerus pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan
salah satu faktor risiko terjadinya kanker payudara.

Karena itu, skrining dengan mammografi tetap dapat dilaksanakan dengan beberapa
pertimbangan antara lain:

 Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk
assessement survey.
 Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk
dilakukan mammografi setiap tahun.
 Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai usia
50 tahun.

Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih sedikit pada
wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) dibandingkan
yang tidak. Walaupun sensitivitas SADARI untuk mendeteksi kanker payudara hanya 26%,
bila dikombinasikan dengan mammografi maka sensitivitas mendeteksi secara dini menjadi
75%.

Pencegahan tertier

Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker
payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya akan
dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan tertier
ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit
dan meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak
berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh
bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium tertentu,
pengobatan yang diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk mencari
pengobatan alternatif.

XII. Kesimpulan

21
Benjolan pada payudara dapat merupakan tumor jinak ataupun ganas, untuk
mendiagnosa nya diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang yang mendukung terutama biopsi pada benjolan nya lalu diterapi yang
sesua baik dengan bedah, radioterapi, kemoterapi maupun hormonal.

XIII. Daftar Pustaka


1. Sjamsuhidajat R. De jong buku ajar ilmu bedah. Jakarta : EGC, 2012.h.471-97
2. Brunicardi FC. Schwartz’s principles of surgery. United States : McGrawHill, 2015.h.
499-556.
3. USU. Tumor payudara . 24 Mei 2015. http://repository.usu.ac.id.
4. Wan desen, 2008. Onkologi klinis. Edisi 2. FK UI
5. Copeland EM., Bland KI. Payudara dalam sabiston buku ajar bedah. Bagian1.
Jakarta:EGC; hlm.365-413.
6. Tjokronagoro, M. Radioterapi pada carcinoma mammae. Buku ajar kuliah radiasi
onkologi volume II. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada,
2001. Hal. 4-5.
7. Suyatno, Tamir P. Kankerpayudaradalambedahonkologi diagnostic danterapi.
Jakarta: Sagung Seto.2010.Hlm. 35-82
8. Stopeck AT. Breast cancer. 24 Mei 2015. http://emedicine.medscape.com.

22

Anda mungkin juga menyukai