Anda di halaman 1dari 11

Visum et Reperetum pada Kasus Penganiayaan pada Perempuan 24 tahun

Delina Fiona
102015070
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara no. 6 Jakarta Barat
Email: Delinafiona13@gmail.com

Pendahuluan

Ilmu forensik semakin berkembang sejajar dengan kebutuhan manusia.ilmu forensik


digunakan dalam urusan penegakan hukum dan keadilann, membantu penyelesaian klaim asuransi
yang adil, membantu pemecahan masalah paternitas, membantu upaya keselamtan kerja dalam
bidang industri dan otomotif dengan pengumpulan data korban kecelakaan industri maupun
kecelakaan lalu lintas dan sebagainya.1 Kasus pembunuhan, bunuh diri dan kecelakaan sering
terjadi dan memerlukan ahli forensik untuk menangani kasus seperti ini.

Forensik yang memeriksa mayat disebut forensik patologi. Pada mayat, dilakukan
pemeriksaan luar dan dalam mayat untuk mengetahui sebab kematian dan saat kematian.
Tanatologi dan traumatologi diperiksa pada mayat untuk membantu menyelesaikan kasus.

Dalam menangani kasus forensik, kita tidak terlepas dari kasus medikolegal yang berkait
dengan pelanggaran hukum. Hukum diperlukan untuk menegakkan hak korban dalam sesuatu
kasus.

Prosedur Medikolegal

Prosedur medikolegal yaitu tata cara prosedur penatalaksanaan dan berbagai aspek yang
berkaitan dengan pelayanan kedokteran untuk kepentingan umum. Secara garis besar prosedur
medikolegal mengacu kepada peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia dan pada beberapa
bidang juga mengacu kepada sumpah dokter dan etika kedokteran.1
Lingkup prosedur medikolegal antara lain yakni pengadaan Visum et Repertum (VeR),
pemeriksaan kedokteran terhadap tersangka, pemberian keterangan ahli pada masa sebelum
persidangan dan pemberian keterangan ahli di dalam persidangan, penerbitan surat keterangan

1|Page
kematian dan surat keterangan medik serta kompetensi pasien untuk menghadapi pemeriksaan
penyidik.1

Dasar Hukum

1. Kewajiban dokter membantu peradilan


Pasal 133 KUHAP menyebutkan:
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan maupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman
atau dokter dan atau ahli lainnya.
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayatdan atau pemeriksaan bedah mayat.
(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus
diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi
label yang memuat identitas mayat, dilak dengan cap jabatan yang dilekatkan pada ibu
jari kaki atau bagian lain badan mayat.1
Pasal 179 KUHAP
(1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter
atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
(2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang memberikan
keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji akan
memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya menurut pengetahuan
dalam bidang keahliannya.
Yang berwenang meminta keterangan ahli adalah penyidik dan penyidik pembantu
sebagaimana bunyi pasal 7 (1) butir h dan pasal 11 KUHP.Yang dimaksud dengan
penyidik disini adalah penyidik sesuai dengan dengan pasal 6 (1) butir a, yaitu penyidik
yang pejabat Polisi Negara RI. Penyidik ini adalah penyidik tunggal bagi pidana umum,
termasuk pidana yang berkaitan dengan kesehatan dan jiwa manusia.
Oleh karena visum et repertum adalah keterangan ahli mengenai pidana yang berkaitan
dengan kesehatan dan jiwa manusia, maka penyidik pegawai negeri sipil tidak berwenang

2|Page
meminta visum et repertum, karena mereka hanya mempunyai wewenang sesuai dengan
undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing (Pasal 7(2) KUHP).1
2. Bentuk bantuan dokter bagi peradilan dan manfaatnya
Pasal 183 KUHAP
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurang-
kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-
benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannnya.1
Pasal 184 KUHAP
(1) Alat bukti yang sah adalah:
a. Keterangan saksi
b. Keterangan ahli
c. Surat
d. Pertunjuk
e. Keterangan terdakwa
(2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan.1
Pasal 186 KUHAP
Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.
Pasal 180 KUHAP
(1) Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di sidang
pengadilan, Hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat pula minta agar
diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan.
(2) Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat hukum terhadap
hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Hakim memerintahkan agar
hal itu dilakukan penelitian ulang.
(3) Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian ulang
sebagaimana tersebut pada ayat (2).
(4) Penelitian ulang sebagaimana tersebut pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan oleh instansi
semula dengan komposisi personil yang berbeda dan instansi lain yang mempunyai
wewenang untuk itu.1
3. Sanksi bagi pelanggar kewajiban dokter
Pasal 216 KUHP

3|Page
(1) Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan
menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat
berdasarkan tugasnya. Demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa
tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi
atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak Sembilan ribu rupiah.
(2) Disamakan dengan pejabat tersebut di atas, setiap orang yang menurut ketentuan undang-
undang terus-menerus atau untuk sementara waktu diserahi tugas menjalankan jabatan
umum.
(3) Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya pemidanaan
yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka pidananya dapat ditambah
sepertiga.2
Pasal 222 KUHP
Barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan pemeriksaan
mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau
pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.2
Pasal 224 KUHP
Barang siapa yang dipanggil menurut undang-undang untuk menjadi saksi, ahli atau jurubahasa,
dengan sengaja tidak melakukan suatu kewajiban yang menurut undang-undang ia harus
melakukannnya:2
1. Dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 9 bulan.
2. Dalam perkara lain, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 6 bulan.

Pasal 522 KUHP


Barang siapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa, tidak
datang secara melawan hukum, diancam dengan pidana denda paling banyak sembilan ratus
rupiah.2
Pemeriksaan Medis
Pemeriksaan fisik yang mungkin dapat dilakukan oada korban yang di duga mendapatkan
kan kekerasan fisik antara lain :
1. Ambil data-data Polisi, korban dokter dan perawat terkait.3

4|Page
2. Anamnesis merupakan suatu yang tidak dapat dilihat atau ditemukan oleh dokter sehingga
bukan merupakan pemeriksaan yang objektif, sehingga seharusnya tidak dimasukkan kedalam
visum et repertum. Anamnesis dibuat terpisah yang diperoleh dari korban. Dalam mengambil
anamnesis dokter meminta pada korban untuk menceritakan segala sesuatu tentang kejadian
yang dialaminya dan sebaiknya terarah. Anamnesis terdiri dari bagian yang bersifat umum dan
khusus.3 Anamnesis meliputi : Umur, Urutan kejadian, Jenis penderaan, Oleh siapa, kapan,
dimana, dengan apa, berapa kali, Orang yang ada disekitar, Waktu jeda antara kejadian dan
kedatangan ke RS, Kesehatan sebelumnya, Trauma serupa waktu lampau dan riwayat penyakit
lampau.

3. Pemeriksaan fisik :
 Keadaan umum, fungsi vital
 Keadaan fisik umum.
 Daftar dan plot pada diagram topografi jenis luka yang ada.
 Kasus berat bisa dipotret.
 Raba dan periksa semua tulang.
Pemeriksaan Terhadap Tanda-Tanda Kekerasan/Luka
Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya
dengan berbagai tindak kekerasan. Berdasarkan kasus korban mempunyai tanda-tanda kekerasan
oleh benda tajam.4
Ada tiga hal yang ciri khas/ hasil dari trauma yaitu :
1. Adanya luka
2. Perdarahan dan atau skar
3. Hambatan dalam fungsi organ
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan
oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik , atau
gigitan hewan atau juga gangguan pada ketahanan jaringan tubuh yang disebabkan oleh kekuatan
mekanik eksternal, berupa potongan atau kerusakan jaringan, dapat disebabkan oleh cedera atau
operasi.4
Pemeriksaan terhadap luka :
1. Penyebab luka

5|Page
 Gambaran luka sering kali dapat memberi petunjuk mengenai bentuk benda yang mengenai
tubuh, misalnya luka yang disebabkan oleh benda tumpul berbentuk bulat panjang akan
meninggalkan negative imprint oleh timbulnya marginal haemorrhage.
 Luka lecet tekan memberikan gambaran bentuk benda penyebab luka.
2. Arah kekerasan
 Pada luka lecet geser dan luka robek, arah kekerasan dapat ditentukan. Hal ini sangat
membantu dalam melakukan rekonstruksi terjadinya perkara.
3. akibat kecelakaan biasanya terdapat pada bagian tubuh yang terbuka.
 Bagian tubuh yang biasanya terlindung jarang mendapat luka pada suatukecelakaan.
Daerah terlindung ini misalnya daerah ketiak, sisi depan leher, lipat siku, dan lain-lain.
 Luka akibat pembunuhan dapat ditemukan tersebar pada seluruh bagian tubuh.
 Pada korban pembunuhan yang sempat mengadakan perlawanan, dapat ditemukan luka
tangkis yang biasanya terdapat pada daerah ekstensor lengan bawah atau telapak tangan.
Pada korban bunuh diri, luka biasanya menunjukkan sifat luka percobaan(tentative wounds) yang
mengelompok dan berjalan kurang lebih sejajar.4
Penentuan Derajat Luka

Salah satu yang harus diungkapkan dalam kesimpulan sebuah VeR perlukaan adalah
derajat luka atau kualifikasi luka. Dari aspek hukum, VeR dikatakan baik apabila substansi yang
terdapat dalam VeR tersebut dapat memenuhi delik rumusan dalam KUHP. Penentuan derajat luka
sangat tergantung pada latar belakang individual dokter seperti pengalaman, keterampilan,
keikutsertaan dalam pendidikan kedokteran berkelanjutan dan sebagainya.5

Suatu perlukaan dapat menimbulkan dampak pada korban dari segi fisik, psikis, sosial dan
pekerjaan, yang dapat timbul segera, dalam jangka pendek, ataupun jangka panjang. Dampak
perlukaan tersebut memegang peranan penting bagi hakim dalam menentukan beratnya sanksi
pidana yang harus dijatuhkan sesuai dengan rasa keadilan. Hukum pidana Indonesia mengenal
delik penganiayaan yang terdiri dari tiga tingkatan dengan hukuman yang berbeda yaitu
penganiayaan ringan (pidana maksimum 3 bulan penjara), penganiayaan (pidana maksimum 2
tahun 8 bulan), dan penganiayaan yang menimbulkan luka berat (pidana maksimum 5 tahun).
Ketiga tingkatan penganiayaan tersebut diatur dalam pasal 352 (1) KUHP untuk penganiayaan

6|Page
ringan, pasal 351 (1) KUHP untuk penganiayaan, dan pasal 352 (2) KUHP untuk penganiayaan
yang menimbulkan luka berat. Setiap kecederaan harus dikaitkan dengan ketiga pasal tersebut.5

Untuk hal tersebut seorang dokter yang memeriksa cedera harus menyimpulkan dengan
menggunakan bahasa awam, termasuk pasal mana kecederaan korban yang bersangkutan.
Rumusan hukum tentang penganiayaan ringan sebagaimana diatur dalam pasal 352 (1) KUHP
menyatakan bahwa “penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk
menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian, diancam, sebagai penganiayaan ringan”. Jadi bila
luka pada seorang korban diharapkan dapat sembuh sempurna dan tidak menimbulkan penyakit
atau komplikasinya, maka luka tersebut dimasukkan ke dalam kategori tersebut. Selanjutnya
rumusan hukum tentang penganiayaan (sedang) sebagaimana diatur dalam pasal 351 (1) KUHP
tidak menyatakan apapun tentang penyakit. Sehingga bila kita memeriksa seorang korban dan
didapati “penyakit” akibat kekerasan tersebut, maka korban dimasukkan ke dalam kategori
tersebut. Rumusan hukum tentang penganiayaan yang menimbulkan luka berat diatur dalam pasal
351 (2) KUHP yang menyatakan bahwa Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang
bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun”. Luka berat itu sendiri telah
diatur dalam pasal 90 KUHP secara limitatif. Sehingga bila kita memeriksa seorang korban dan
didapati salah satu luka sebagaimana dicantumkan dalam pasal 90 KUHP, maka korban tersebut
dimasukkan dalam kategori tersebut. Luka berat menurut pasal 90 KUHP adalah5 :

• jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, atau yang
menimbulkan bahaya maut;
• tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pencarian;
• kehilangan salah satu panca indera;
• mendapat cacat berat;
• menderita sakit lumpuh;
• terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;
• gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.
Visum et Repertum

Visum et Repertum sendiri adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter, berisi
temuan dan pendapat berdasarkan keilmuannya tentang hasil pemeriksaan medis terhadap manusia
atau bagian dari tubuh manusia, baik yang hidup maupun mati, atas permintaan tertulis (resmi)

7|Page
dari penyidik yang berwenang yang dibuat atas sumpah atau dikuatkan dengan sumpah, untuk
kepentingan peradilan.6

Umumnya, korban dengan luka ringan datang ke dokter setelah melapor ke


penyidik/pejabat kepolisian, sehingga mereka datang dengan membawa serta surat permintaan
visum et repertum. Sedangkan para korban dengan luka sedang dan berat akan datang ke dokter
atau rumah sakit sebelum melapor ke penyidik, sehingga surat permintaan visum et repertumnya
akan datang terlambat. Keterlambatan surat permintaan visum et repertum ini dapat diperkecil
dengan diadakannya kerjasama yang baik antara dokter/institusi kesehatan dengan
penyidik/instansi kepolisian. Baik terhadap Surat Permintaan Visum et repertum yang datang
bersamaan dengan korban, maupun yang datang terlambat, harus dibuatkan visum et repertum.
Visum et repertum ini dibuat setelah perawatan/pengobatan selesai, kecuali pada visum et
repertum sementara, dan perlu pemeriksaan ulang pada korban bila surat permintaan pemeriksaan
datang terlambat. Meskipun tidak ada keseragaman format, namun pada umumnya Visum et
Repertum terdiri dari 5 bagian yaitu6 :
1. Projustitia
2. Pendahuluan
3. Pemberitaan
4. Kesimpulan
5. Penutup
Bagian pendahuluan merupakan uraian tentang identitas dokter pemeriksa, instansi pemeriksa,
tempat dan waktu pemeriksaan, instansi peminta visum, nomor dan tanggal surat permintaan, serta
identitas korban yang diperiksa sesuai dengan permintaan vsum et repertum tersebut.
Bagian hasil pemeriksaan diberi judul “hasil pemeriksaan”, memuat semua hasil
pemeriksaan terhadap “barang bukti” yang dituliskan secara sistematik, jelas dan dapat dimengerti
oleh orang yang tidak berlatar belakang kedokteran.6
Bagian kesimpulan berisi kesimpulan pemeriksa atas hasil pemeriksaan dengan
berdasarkan keilmuan/keahliannya. Pada korban hidup berisi setidaknya jenis perlukaa atau
cedera, penyebab, serta derajat luka.6
Bagian penutup, ditulis tanpa judul dan merupakan uraian kalimat penutup yang menyatakan
bahwa “visum et repertum dibuat dengan sebenarnya, berdasarkan keilmuan serta mengingat
sumpah dan sesuai dengan Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana”.6

8|Page
RS Cipto Mangunkusumo
Jl. Diponegoro No.71 Jakarta Pusat
Telp 021-5685328
_______________________________________________________________________
PRO JUSTITIA Jakarta, 14 Desember 2018

VISUM ET REPERTUM
No.02/TU.RSCM/1/2018

Yang bertanda tangan di bawah ini, …….., dokter ahli kedokteran forensik pada
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta,
menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari Kepolisian Resort Polisi Jakarta Selatan
No Pol.: B/789/VR/XII/95/Serse tertanggal 14 Desember 2018, maka pada tanggal empat
belas Desember tahun dua ribu delapan belas, pukul delapan lewat tiga puluh menit Waktu
Indonesia bagian Barat, bertempat di ruang Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
telah melakukan pemeriksaan atas korban yang menurut surat permintaan tersebut adalah:

Nama : ………………

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 24 tahun

Kebangsaan : …………….

Agama : ………………

Pekerjaan : …………….

Alamat : ……………..

Hasil Pemeriksaan:…………………..

9|Page
1. Korban datang dalam keadaan sadar penuh, dengan keadaan umum tampak sakit
ringan
2. Korban mengaku telah dipukuli oleh seseorang yang merupakan temannya
3. Wanita tersebut berprofesi sebagai seorang penyanyi di café
4. Pada korban ditemukan:……………………
a. Tanda vital: ttv,suhu, frekuensi nafas
b. Adanya luka memar dan luka lecet pada pipi kiri berukuran 5x4

Kesimpulan:……………………….

Pada korban perempuan berusia 24 tahun ini, ditemukan luka lecet pada pipi kiri
berukuran 5x4 yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan dalam menjalankan
pekerjaan jabatan atau pencaharian.

Demikian visum et reperetum ini dibuat dengan sebenarnya dengan menggunakan


keilmuan yang sebaik-baiknya, mengingat sumpah sesuai dengan Undang-undang Hukum
Acara Pidana.

Jakarta, 14 desember 2018

Dokter pemeriksa,

Dr…………….…….SpF

10 | P a g e
Daftar Pustaka
1. Slamet P, Djaja SA, Yuli B et al. Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:1994, Jakarta, h33-6
2. Van De Tas, Kamus Hukum Bahasa Indonesia, Cet 2 (Jakarta: Timur Mas ,2011) Hal. 363
3. Staf Pengajar Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1994.h.32-7.
4. Safitry O. Mudah membuat visum et repertum kasus luka. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2013. H.17-21,34-5.
5. Sampurna B, Syamsu Z, Siswaja TD. Bioetik dan hukum kedokteran pengantar bagi
mahasiswa kedokteran dan hukum. Jakarta: Pustaka Dwipar; 2007.h.8-83.
6. Saanin S. Aspek-Aspek Fisik/ Medis Serta Peran Pusat Krisis dan Trauma dalam
Penanganan Korban Tindak Kekerasan. Dalam
http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/kekerasan.htm. diakses 14 Desember 2018.

11 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai