Anda di halaman 1dari 20

L/O/G/O

FETAL
DISTRESS
DR. dr. Joserizal Serudji, Sp.OG(K)

Kuliah Blok 2.3 (REPRODUKSI)


HIPOKSIA
Sebagai Suatu Keadaan Gawat Janin

 Hipoksia merupakan salah satu penyebab tersering


morbiditas dan mortalitas perinatal

 HIPOKSIA: berkurangnya kadar oksigen dalam jaringan.

 Dalam klinik tak jarang dipakai istilah gawat janin 


ketidakadekuatan suplai oksigen selama kehamilan disebut
dengan hipoksia

www.themegallery.com
Oksigenasi janin
Oksigenasi pada janin dipengaruhi oleh beberapa faktor:
• Aliran darah arteri uterina
Aliran darah melalui pembuluh-pembuluh darah intrmural akan
berkurang atau terhenti sama sekali selama kontraksi uterus.
Bila kontraksi terlalu sering, berkurangnya waktu pemulihan antar
kontraksi akan menimbulkan kondisi hipoksia pada janin
• Transfer gas melalui plasenta
Dalam kondisi normal terdapat perbedaan tekanan (pressure gradient)
oksigen yang besar antara sisi maternal (pO2: 100-120 mmHg) dengan
sisi fetal (pO2: 20-30 mmHg).
Pada persalinan normal, janin mengkonsumsi 5 ml O2/kg/menit, Janin
memiliki kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan
tekanan O2 lingkungan yang rendah, karena afiditas hemoglobin fetus
(HbF) yang cukup tinggi terhadap oksigen.

www.themegallery.com
• Sirkulasi darah janin
Darah yang datang dari plasenta melalui vena umbilikalis hampir
seluruhnya memasuki duktus venosus, dari atrium kanan melewati
foramen ovale untuk masuk ke atrium kiri, untuk kemudian
dipompakan oleh ventrikel kiri ke arkus aorta dan pembuluh-
pembuluh leher dan kepala. Arkus aorta dan badan karotid (carotid
bodies) yang memiliki kemoreseptor, sensitif terhadap perubahan kadar
oksigen dalam darah yang berasal dari plasenta, dan janin memberikan
respons kadiovaskuler terhadap kondidi yang demikian.
• Kardiak output janin
Kardiak output janin lebih kurang 230 ml/kg/menit. Vasokonstriksi yang
lama menyebabkan iskemia pada paru, usus, dan ginjal, yang dapat
menimbulkan efek yang tidak diinginkan begitu janin dilahirkan,
terutama pada bayi prematur (respiratory distress syndrome, necrotising
enteritis, dan renal insufficiency) yang pada akhirnya terjadi
metabolisme anaerob dan timbulnya asidosis.
www.themegallery.com
Kompensasi Dan Adaptasi
• Berkurangnya kandungan oksigen dalam darah (hipoksemia) akan
merangsang syaraf simpatis, sehingga akan meniimbulkan takikardi.

• Bila kondisi hipoksemia tidak teratasi dan berlanjut jadi hipoksia, akan
menyebabkan perubahan aktivitas biofisik.

• Menurut Manning (1992), respon biofisik terhadap kondisi hipoksia


terbagi menjadi 2 kategori yaitu pertama respons akut/intermediat
(yakni perubahan atau hilangnya aktivitas yang diregulasi oleh sistim
syaraf pusat/SSP), dan kedua respons kronik (yakni berkurangnya
produksi air ketuban/ oligohidramnion, gangguan pertumbuhan, dan
meningkatnya risiko komplikasi neonatal).

www.themegallery.com
Aplikasi Dalam Alat Diagnostik
1. Gerak Janin
Gerak janin dapat memberikan informasi mengenai kesejahteraan
janin. ”Janin yang sehat adalah janin yang aktif. Janin yang geraknya
kurang, mungkin sedang mengalami masalah” Gerak janin dapat
dihitung oleh pasien sendiri atau oleh pemeriksa.
Dianjurkan dilakukan sekali sehari semenjak kehamilan berusia 27
minggu (7 bulan kehamilan).
Catat waktu mulai pertama kali gerak janin dirasakan, kemudian
hitung gerak janin sampai 10 kali, dan catat berapa lama waktu yang
dibutuhkan.
Bila:
• Janin tidak bergerak sebanyak 10 kali dalam 2 jam, atau
• Tidak dirasakan gerak janin sepanjang hari (12 jam), atau
• Dirasakan perubahan gerak janin yang sangat bermakna,
• berkemungkinan janin mengalami masalah, dan harus segera diperiksakan ke
sarana pelayanan obstetri untuk dievaluasi lebih lanjut.
www.themegallery.com
2. Auskultasi
Ada 2 cara auskultasi djj, yaitu AUSKULTASI BIASA pada punktum
maksimum dan AUSKULTASI MENURUT METODE WHITFIELD (Pernoll,
1982). Dengan cara biasa, yang menggunakan stetoskop janin (fetoskop)
atau hand-handled Dopplert, dapat dihitung djj, baik dengan
‘mengalikan hasil hitungan dalam 15 detik dengan empat’, atau
‘dihitung satu menit penuh’. Hasilnya menggambarkan frekuensi djj.
Dianggap normal bila berada antara 120—160 kali permenit, disebut
takikardi bila lebih dari 160 kali permenit, dan bradikardi bila kurang
dari 120 kali permenit.

www.themegallery.com
3. Kardiotokografi
KTG dapat memberikan informasi tentang pola djj dihubungkan
dengan adanya kontraksi uterus (tes dengan tekanan =TDT), dan pola
djj dihubungkan dengan adanya gerak janin (tes tanpa tekanan = TTT).
Ada empat hal mengenai djj yang dinilai pada KTG yaitu :
o Frekuensi dasar djj (baseline fetal heart rate)
o Variabilitas djj
o Akselerasi
o Deselerasi (dini, lambat, dan variabel).

www.themegallery.com
4. Ultrasonografi
• B/M Mode. Dengan B/M mode dapat diperiksa gerak jantung janin dan
tayangannya dalam bentuk gelombang.Dengan mengukur panjang
gelombang gerakan jantung ini dapat dinilai frekuensi djj.
Interpretasinya sesuai dengan penjelasan terdahulu.
• B-Scan. Dengan B-Scan dapat dinilai biometri janin, lingkaran perut,
dan indek cairan ketuban. Indeks cairan ketuban yang rendah,
memberikan informasi bahwa telah terjadi brain sparing effect. Biometri
dan lingkaran perut yang kecil dari standar menunjukkan telah
terjadinya gangguan pertumbuhan.
• Velosimetri Doppler. Dengan velosimetri Doppler dapat dilihat aliran
darah pada pembuluh-pembuluh darah tertentu, baik dalam keadaan
sistole maupun dalam keadaan diastole.

www.themegallery.com
Definisi Gawat Janin
Fetal Distress (Gawat Janin)
Kekhawatiran Keadaan SC / Persalinan
obstetris janin buatan lainnya

Dinilai dengan menghitung denyut jantung janin &


memeriksa mekonium dalam cairan amnion

www.themegallery.com
Etiologi
insufisiensi plasenta

ibu diabetes

partus lama

Gawat janin dapat terjadi infus oksitosin


dalam persalinan karena :
infeksi

perdarahan

kehamilan pre dan posterm

prolapsus tali pusat

www.themegallery.com
 Denyut Jantung Janin (DJJ) < 100/i
Kriteria Gawat atau >160/i.
Janin  DJJ tidak teratur
 Air ketuban hijau kental
(mengandung mekonium)

Diagnosis gawat janin saat


persalinan didasarkan pd denyut
jantung janin yg abnormal.
DIAGNOSIS

Diagnosis lebih pasti jika disertai air


ketuban hijau dan kental/sedikit.

www.themegallery.com
A. Denyut Jantung Janin Abnormal
• DJJ, irama dan intensitasnya harus diperiksa setiap 2 jam selama kala I
bila ketuban intak, bila telah pecah setiap ½ jam.
• Auskultasi dilakukan setelah selesai kontraksi.
• DJJ normal dapat melambat sewaktu his, dan segera kembali normal
setelah relaksasi.
• DJJ lambat (<100/i) saat tidak ada his, menunjukkan adanya gawat
janin.
• DJJ cepat (>160/i)disertai takhikardi ibu bisa karena ibu demam,efek
obat,hipertensi,atau amnionitis. Jika denyut jantung ibu normal,denyut
jantung janin yang cepat sebaiknya dianggap sebagai tanda gawat
janin.

www.themegallery.com
B. Mekonium
• Adanya mekonium pada cairan amnion lebih sering terlihat saat janin
maturitas dan dengan sendirinya bukan merupakan tanda-tanda
gawat janin. Sedikit mekonium tanpa dibarengi dengan kelainan pada
denyut jantung janin merupakan suatu peringatan untuk pengawasan
lebih lanjut.

• Mekonium kental merupakan tanda pengeluaran mekonium pada


cairan amnion yang berkurang dan merupakan indikasi perlunya
persalinan yang lebih cepat dan penanganan mekonium pada saluran
nafas atas neonatus untuk mencegah aspirasi mekonium.

• Pada presentasi sungsang, mekonium dikeluarkan pada saat persalinan


akibat kompresi abdomen janin pada persalinan. Hal ini bukan
merupakan tanda kegawatan kecuali jika hal ini terjadi pada awal
persalinan.
www.themegallery.com
Pengelolaan
Penanganan Umum
• Pasien dibaringkan miring ke kiri.
• Berikan oksigen.
• Hentikan infus oksitosin (jika diberikan).

www.themegallery.com
Penanganan Khusus
Fetal Distress

Sebab dari Ibu (demam,obat-obatan)

Diketahui Tak diketahui

Penanganan Periksa Dalam


sesuai sebab

www.themegallery.com
Penanganan Khusus
1. Jika terdapat perdarahan dengan nyeri yang hilang timbul atau
menetap,pikirkan kemungkinan solusio plasenta.
2. Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, sekkret vagina bau )
berikan antibiotika untuk amnionitis.
3. Jika tali pusat terdapat terletak dibagian bawah janin atau dalam
vagina,lakukan penanganan prolaps tali pusat.

• Jika servik telah berdilatasi dan kepala janin tidak lebih dari 1/5 diatas
simpisis kubis atau bagian teratas tulang kepala janin pada stasiun 0,
lakukan persalinan dengan EKSTRAKSI VAKUM ATAU FORSEPS.

• Jika servik tidak berdilatasi penuh dan kepala janin berada > 1/5 diatas
simpisis kubis atau bagian teratas tulang kepala janin berada diatas
stasiun 0, lakukan persalinan dengan SEKSIO SESAREA

www.themegallery.com
Kesimpulan Pengelolaan
Denyut Jantung Janin
 Cara Pemantauan
 Kasus resiko rendah  auskultasi teratur DJJ selama persalinan : setiap 15
menit selama kala I, setiap setelah his pada kala II, hitung selama 1 menit
bila his selesai
 Kasus resiko tinggi  pergunakan pemantauan DJJ elektronik secara
berkesinambungan

 Interpretasi & Pengelolaan


• Untuk memperbaiki aliran darah uterus : miringkan ibu ke kiri, hentikan
infus oksitosin, beri infus 1 L kristaloid untuk cegah hipotensi dengan
kecepatan infus dinaikkan
• Untuk memperbaiki aliran darah umbilikus : ubah posisi ibu seperti diatas,
Oksigen 6-8 L/I, hadirkan spesialis anak

 Tergantung pada terpenuhi syarat-syarat, melahirkan janin dapat pervaginam


ataupun perabdominam
www.themegallery.com
L/O/G/O

Thank You!
L/O/G/O

• Baca :
– Kardiotokografi
– Hipoksia intrauterin

Cari di: www.obginemas-fkua.org

Anda mungkin juga menyukai