Anda di halaman 1dari 46

MANAJEMEN KASUS

Psoariasis Vulgaris
Pembimbing: dr. Dina Fatmasari, Sp.DV

Oleh:
Kelompok D
Hanifa Yuniasari - 1918012007
Shafa Inayatullah - 1918012033
M. Irfan Adi Shulhan - 1918012032
Nabil Abdurrahman - 1918012040

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


RSD A. DADI TJOKRODIPO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
ILUSTRASI KASUS
Identitas
• Nama : Tn. A
• Usia : 64 tahun
• Jenis kelamin : Laki-laki Anamnesis
• Agama : Islam
• Alamat : Bandar Keluhan utama:
Lampung Bercak kemerahan bersisik
• Pekerjaan : Tidak Bekerja pada hampir seluruh tubuh
Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 6 bulan lalu, pasien mengeluhkan muncul bercak kemerahan menebal pada leher
bagian belakang berukuran koin logam. Keluhan bercak kemerahan menebal tidak
disertai rasa gatal, nyeri ataupun panas. Kemudian pasien berobat ke dokter umum dan
diberikan obat antibiotik, CTM, dan salep. Keluhan kulit yang menebal sudah membaik
namun bercak kemerahan masih ada dan bertambah luas.
Sejak 5 bulan lalu, pasien mengeluhkan kuku-kuku tangannya mulai rapuh dan lepas.
Pasien tidak memeriksakan kukunya dan hanya menunggu kukunya tumbuh kembali
dengan sendirinya.
Sejak 4 bulan lalu, bercak kemerahan bersisik timbul di bagian perut dan dada, tanpa
disertai rasa gatal ataupun nyeri. Beberapa hari kemudian bercak kemerahan bersisik
bertambah luas dan juga muncul di punggung, tangan, kaki, dan wajah. Pasien hanya
mengompreskan rivanol pada bercak kemerahan, namun keluhan tidak membaik.
Sejak 3 bulan lalu, bercak kemerahan bersisik masih dirasakan hampir diseluruh tubuh
pasien, dan terdapat bercak kemerahan yang menebal terutama di kaki dan tangan
pasien. Kemudian pasien kembali berobat ke dokter umum dan diberikan obat yang
sama, keluhan hanya membaik di daerah wajah.
Sejak 2 minggu lalu, bercak kemerahan bersisik masih dirasakan hampir
diseluruh tubuh, dan pasien mengeluhkan bengkak pada kaki kirinya. Pasien
kembali berobat ke dokter umum, dan disarankan untuk berobat ke dokter
spesialis kulit.
HMRS, pasien mengeluhkan bercak kemerahan bersisik pada hampir seluruh
tubuh pasien dan bengkak pada kaki kiri pasien.

Riwayat penyakit dahulu:


• Pasien pernah mengalami keluhan serupa pada tahun 2001 dan 2011
• Riwayat asma, rhinitis alergi, makanan, dan obat disangkal oleh pasien

Riwayat penyakit keluarga:


• Tidak ada keluarga mengeluhkan hal serupa
Status Generalis
01 Tanda tanda vital
Keadaan Umum
T : 36,5OC
Tampak sakit sedang
04 HR : 90x/menit
RR : 20x/menit

02
Kesadaran
Compos mentis
05 Fisik
Kepala: DBN
Leher: DBN
Thorak: DBN
03 Abdominal: DBN
Status gizi
(BB: 50 kg, TB: 160 cm) 06 Extremitas: DBN
Gizi baik
KGB
Dalam batas normal
Status Dermatologis
Regio cervicalis anterior: eritema
difus ditutupi skuama sedang-kasar
selapis berwarna putih

Regio thorax posterior:


• Patch eritema-hiperpigmentasi,
difus, sebagian ditutupi skuama
sedang-kasar selapisberwarna
putih
• Erosi, batas tegas, soliter, bentuk
ireguler, lentikuler
Status Dermatologis

Regio cruris bilateral, regio anterbrachii bilateral:


• Plak eritema berbatas tegas ditutupi skuama sedang-kasar berlapis berwarna
putih
DIAGNOSIS

DIAGNOSIS BANDING DIAGNOSIS KERJA

1. Psoriasis Vulgaris 1. Psoriasis Vulgaris


2. Dermatitis Atopik
3. Eritroderma
Tatalaksana
Umum
● Konfirmasi = Menjelaskan kepada pasien mengenai
perjalanan penyakit (tujuan pengobatan, hasil
pengobatan yang diharapkan, lama terapi, cara
penggunaan obat, dan efek samping obat yang
mungkin terjadi).

● Informasi = Mengidentifikasi dan menghindari


kemungkinan penyebab dan menjelaskan
pentingnya kontrol hingga keluhan teratasi dan
tidak kambuh

● Edukasi = Menjelaskan kepada pasien cara


menjaga dan mengembalikan barrier kulit yang
rusak dan cara penggunaan obat, hindari/atasi
faktor pencetus. Cegah garukan dan jaga hidrasi
kulit agar tidak kering.
Tatalaksana
Khusus
● Terapi Topikal

o Urea cream 10% 2 kali sehari setelah mandi


o Desoximetason cream 0,25% 2 kali sehari

● Terapi Sistemik
○ Metil prednisolone tab 24 mg/hari
TINJAUAN
PUSTAKA &
ANALISIS KASUS
TINJAUAN
PUSTAKA

13
DEFINISI
Psoriasis adalah penyakit peradangan kulit
kronik dengan dasar genetik yang kuat
dengan karakteristik perubahan
pertumbuhan dan diferensiasi sel epidermis
disertai manifestasi vaskuler, juga diduga
adanya pengaruh sistem saraf.

14
GAMBARAN KLINIS
Gambaran klasik: Plak eritematosa diliputi skuama putih disertai titik-titik
perdarahan bila skuama dilepas, berukuran dari seujung jarum sampai
dengan plakat menutupi sebagian besar area tubuh, umumnya simetris.

Eritema yang muncul bervariasi: “hot psoriasis” atau “cold psoriasis”.

Dapat menyerang: kulit, kuku, mukosa dan sendi, tetapi tidak mengganggu
rambut

Fenomena koebner (peristiwa munculnya lesi psoriasis setelah terjadi


trauma maupun mikrotrauma pada kulit pasien psoriasis)
Pada lidah: dapat dijumpai plak putih berkonfigurasi mirip peta yang disebut
lidah geografik.
ETIOLOGI

• Penyebab dasarnya belum diketahui secara pasti, namun berbagai


penelitian telah mengetahui adanya peran imunologis.

• Sampai saat ini tidak ada pengertian yang kuat mengenai pathogenesis
psoriasis, tetapi peranan autoimunitas dan genetic dapat merupakan
akar yang dipakai dalam prinsip terapi.

16
PATOGENESIS
Sel makrofag (APC/Antigen presenting cell)
melalui MHC
mempresentasikan antigen tersangka dan diikat
ke sel T naif.

Sel T naif berproliferasi menjadi sel T efektor
dan memori

Masuk ke sirkulasi sistemik dan bermigrasi ke
kulit.

• IL-17A mampu meningkatkan ekspresi keratin


17 yang
merupakan karakteristik Psoriasis
• IL-23 dan IL-21  memicu proliferasi
keratinosit dan
menghasilkan gambaran hiperplasia
epidermis
• IL-22 dan IL-17A dan CCR 6  menstimulasi
reaksi
peradangan psoriasis
17
PATOGENESIS

18
HISTOPATOLOGI PSORIASIS
Dijumpai tanda spesifik berupa :
-Penebalan (akantosis) dengan elongasi seragam
dan penipisan epidermis di atas lapingan basal.

-Massa sel epidermis meningkat 3-5 kali dan masih


banyak dijumpai mitosis di atas lapisan basal

-Ujung rete ridge berbentuk gada  bertaut


dengan rete ridge sekitarnya

-Tampak hiperkeratosis dan parakeratosis dengan


penipisan atau hilangnya stratum granulosum.

-Pembuluh Darah di papila dermis membengkak


tampak memanjang, melebar, dan berkelok-kelok

-Migrasi sel radang granulosit-neutrofilik ke bag. atas


epidermis yaitu lapisan parakeratosis stratum
korneum  Mikroabses Munro atau lap. Spinosum
 Spongioform pustules of Kogoj
PEMERIKSAAN FISIK dan
PENUNJANG
Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan
Kobner (isomorfik).

Kedua fenomena tetesan lilin dan Auspitz dianggap khas,


sedangkan Kobner dianggap tidak khas, hanya kira-kira 47% dari
yang positif dan didapat pula pada penyakit lain, misalnya Liken
Planus dan Veruka plana juvenilis.

20
Fenomena Tetesan Lilin
skuama yang berubah warnanya menjadi putih pada goresan seperti lilin yang
digores, disebabkan oleh perubahan indeks bias.

Cara pemeriksaannya:
 Pada lesi di gores dengan benda berujung agak tajam (ujung kuku, punggung
scalpel, atau pensil)
 Bagian bening (skuama psoriasis) akan tampak lebih putih daripada sekitarnya
 Kemudian akan tampak tidak transparan lagi dan berbentuk linier sesuai
goresan
 Tes di nyatakan (+)

21
22
Fenomena Auspitz
Ketika pengerokan dilanjutkan maka akan dijumpai bintik-bintik perdarahan
berukuran kecil (pin point bleeding) disebabkan oleh papilomatosis.  tanda
Auspitz

Cara pemeriksaannya:
 mengerok skuama yang berlapis secara perlahan dengan menggunakan
object glass hingga skuama habis
 setelah skuama habis maka pengerokan harus dilakukan dengan pelan-pelan
karena jika terlalu dalam tidak tampak perdarahan yang berupa bintik-bintik
melainkan perdarahan yang merata.

Positif
Positif bila
bila terdapat
terdapat bintik-bintik
bintik-bintik
perdarahan
perdarahan
23
24
FENOMENA KOEBNER (ISOMORFIK )
Kulit sehat yang sebelumnya digaruk oleh penderita dapat berkembang menjadi lesi dalam
jangka waktu kurang lebih 2 minggu

25
PEMERIKSAAN PENUNJANG

HISTOPATOLOGI

 Psoriasis memberi gambaran histopatologik yang khas, yakni


parakeratosis dan akantosis.

 Pada sratum spinosum terdapat kelompok leukosit yang disebut abses


Munro

 Selain itu juga terdapat papilomatosis dan vasodilatasi di subepidermis

26
TATALAKSANA NON MEDIKAMENTOSA

Pasien datang, tentukan tipe, Pengukuran QOL (Quality of Life)


luas area yang terkena, dan pasien psoriasis: menggunakan
atau PASI (Psoriasis Area instrumen Dermatology Life Quality
Severity Index). Index.

Identifikasi dan
Identifikasi Penyakit
penghindaran faktor
Penyerta
pencetus

27
PEMILIHAN
PENGOBATAN
Pilihan terapi sangat individual

Sebagian besar pasien akan mendapatkan terapi multipel simultan

Pemilihan terapi atau perpindahan terapi dari yang satu ke yang lain tergantung pada:
 Berat dan tipe penyakit, adanya komorbiditas
 Respons atau kegagalan terapi yang terdahulu
 Kemampuan pasien untuk mengerti dan bekerjasama (dalam pengertian efek samping
obat)
 Tersedianya fasilitas dan biaya terapi
 Umur dan seks
 Membutuhkan atau menginginkan terapi yang agresif
 Pilihan pasien (kenyamanan) dan gaya hidup
 Tingkat beratnya gangguan QOL
 Untuk pengobatan jangka panjang, mengingat ada risiko berupa toksisitas obat maka
sebaiknya dipakai pengobatan rotasi.
TATALAKSANA MEDIKAMENTOSA

Prinsip
Pasien tidak perlu dirawat kecuali untuk pasien psoriasis pustulosa atau
eritroderma sebaiknya dirawat, untuk mendapatkan suplementasi cairan/elektrolit
dan pengawasan pengobatan sistemik.

Langkah pengobatan psoriasis:


Langkah 1: Pengobatan topikal (obat luar) untuk psoriasis ringan, luas kelainan kulit
kurang dari 3%.
Langkah 2: Fototerapi/fotokemoterapi untuk mengobati psoriasis sedang sampai
berat, selain itu juga dipakai untuk mengobati psoriasis yang tidak berhasil dengan
pengobatan topikal.
Langkah 3: Pengobatan sistemik (obat makan atau obat suntik) khusus untuk
psoriasis sedang sampai parah (lebih dari 10% permukaan tubuh) atau psoriatik
arthritis berat (disertai dengan cacat tubuh). Juga dipakai untuk psoriatik eritroderma
atau psoriasis pustulosa
29
TERAPI TOPIKAL
• Emolien: misalnya urea, petrolatum, parafin cair, minyak mineral, gliserin, asam glikolat
dan lainnya.

• Kortikosteroid: kortikosteroid potensi sedang dan kuat dapat dikombinasi dengan obat
topikal lain, fototerapi, obat sistemik. Skalp: lotion, spray, solusio dan gel. Wajah: potensi
rendah, hindari poten-superpoten. Lipatan tubuh: potensi rendah bentuk krim atau gel.
Palmar dan plantar: steroid potensi sangat poten, hanya sedikit efektif.

• Keratolitik: asam salisilat adalah keratolitik yang paling sering digunakan. Jangan
digunakan pada saat terapi sinar karena asam salisilat dapat mengurangi efikasi UVB.

• Retinoid (topikal): paling baik dikombinasi dengan topikal kortikosteroid. Analog Vitamin
D: preparat yang tersedia adalah kalsipotriol, dapat digunakan sebagai terapi rumatan.

• Kombinasi kortikotikosteroid dan analog vitamin D: preparat tunggal yang tersedia


adalah sediaan kombinasi kalsipotriol dan betamethasone diproprionat. Tidak dapat
diracik sendiri karena berbeda pH.

• Tar: LCD 3-10%


FOTOTERAPI/FOTOKEMO
TERAPI
Ultraviolet B (UVB) broadband Ultraviolet B (UVB) narrowband (NB)
Efek: penyembuhan awal terlihat Efek: penyembuhan awal terlihat
setelah 4 minggu terapi, kulit bersih setelah 8-10 terapi, kulit bersih dapat
(clearance) dapat tercapai setelah 20- tercapai setelah 15-20 terapi, terapi
30 terapi, terapi pemeliharaan pemeliharaan dapat memperpanjang
(maintenance) dapat memperpanjang masa remisi. Laju remisi 38% setahun
masa remisi. Dosis awal: menurut tipe kulit 130-400
Dosis awal: menurut tipe kulit 20-60 mJ/cm2 atau 50% minimal erythemal
mJ/cm2 atau 50% minimal erythemal dose (MED), dosis dinaikan 15-65
dose (MED), dosis dinaikan 5-30 mJ/cm2 atau ≤10% MED Dermato-
mJ/cm2 atau ≤25% MED awal, Alergo-Imunologi 234 awal, penyinaran
penyinaran 3-5 kali/minggu. 3-5 kali/minggu
FOTOTERAPI/FOTOKEMO
TERAPI
PUVA
Efek: penyembuhan awal terlihat dalam
satu bulan terapi, 89% pasien
mendapatkan perbaikan plak dalam 20-
25 kali terapi selama 5,3-11,6 minggu.
Terapi pemeliharaan tidak ditetapkan,
masa remisi 3-12 bulan.
Dosis: 8-metoksi psoralen, 0,4-0,6
mg/kgBB diminum peroral 60-120 menit
sebelum disinar UVA. Kaca mata
bertabir ultraviolet diperlukan untuk
perlindungan di luar rumah 12 jam
setelah minum psoralen. Dosis UVA
menurut tipe kulit 0,5-3,0 J/cm2, dosis
dinaikan 0,5-1,5 J/cm2 penyinaran 2-3
kali/minggu.
TERAPI SISTEMIK (KONVENSIONAL)
Methotreksat
Dosis: diberikan sebagai dosis oral 2,5- Toksisitas: peningkatan nilai fungsi hati (bila 2 kali lipat
5 mg selang 12 jam. Dosis dapat pantau lebih sering; 3 kali lipat turunkan dosis dan bila
ditingkatkan secara bertahap sampai lebih dari 5 kali lipat hentikan pemberian). Anemia
menghasilkan repons pengobatan yang aplastik, leukopenia, trombositopenia, pneumonitis
optimal; dosis maksimal tidak boleh intersisial, stomatitis ulserativa, mual, muntah, diare,
melebihi 25 mg/minggu. Dosis harus lemah, cepat lelah, menggigil, demam, pusing,
diturunkan serendah mungkin sampai menurunnya ketahanan terhadap infeksi, ulserasi dan
jumlah yang dibutuhkan secara perdarahan lambung, fotosensitif dan alopesia.
memadai dapat mengendalikan
psoriasis dengan penambahan obat Interaksi obat: obat hepatotoksik misalnya barbiturat,
topikal. Dianjurkan untuk melakukan sulfametoksazol, NSAID, penisilin, trimetoprim.
dosis uji 0,5-5 mg/minggu

Kontraindikasi absolut: hamil, menyusui, alkoholisme, penyakit hati kronis, sindrom imunodefisiensi, hipoplasia
sumsum tulang belakang, leukopenia, trombositopenia, anemia yang bermakna, hipersensitivitas terhadap
metotreksat.
Kontraindikasi relatif: abnormalitas fungsi renal, hepar, infeksi aktif, obesitas, diabetes melitus.
Pemantauan: Riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, Pemeriksaan laboratorium: darah lengkap, fungsi hati dan renal,
biopsi sesuai anjuran, pemeriksaan kehamilan, uji HIV, PPD, foto toraks
TERAPI SISTEMIK
(KONVENSIONAL)
Siklosporin Toksisitas: Gangguan fungsi ginjal, hipertensi,
keganasan, nyeri kepala, hipertrikosis, hiperplasia
Dosis: 2,5-4 mg/kgBB/hari dosis
gingiva, akne memburuk, mual, muntah, diare, mialgia, flu
terbagi. Dosis dikurangi 0,5-1,0 like syndrome, letargia, hipertrigliserida, hipomagnesium,
mg/kgBB/hari bila sudah berhasil, hiperkalemia, hiperbilirubinemia, meningkatnya risiko
atau mengalami efek samping. infeksi dan keganasan.
Pengobatan dapat diulang setelah Interaksi obat: obat-obatan yang
masa istirahat tertentu, dan dapat menginduksi/menghambat sitokrom P450 3A4.
Menurunkan pembuangan (clearence) digoksin,
berjalan maksimal selama 1 tahun,
prednisolon, statin, diuretik (potasium sparing), tiazid,
selama tidak ada efek samping. vaksin hidup, NSAID, grapefruit.

Kontraindikasi: bersamaan dengan pemberian imunosupresan lain (metotreksat, PUVA, UVB, tar
batubara, radioterapi), fungsi renal terganggu, keganasan, hipersensitif terhadap siklosporin, hindari
vaksin, perhatian seksama bila diberikan pada pasien dengan infeksi berat juga diabetes melitus
tidak terkontrol.
TERAPI SISTEMIK
(KONVENSIONAL)
Toksisitas: keilitis, alopesia, xerotic, pruritus,
mulut kering, paronikia, parestesia, sakit kepala,
Retinoid pseudomotor serebri, nausea, nyeri perut, nyeri
Dosis: 10-50 mg/hari, untuk sendi, mialgia, hipertrigliserida, fungsi hati
mengurangi efek samping lebih abnormal.
baik digunakan dalam dosis rendah Interaksi obat: meningkatkan efek hipoglikemik
dengan kombinasi misalnya UV glibenklamid, mengganggu pil kontrasepsi:
dengan radiasi rendah. microdosedprogestin, hepatotoksik, reduksi
ikatan protein dari fenitoin, dengan tetrasiklin
meningkatkan tekanan intrakranial.

Kontraindikasi: perempuan reproduksi,


gangguan fungsi hati dan ginjal.
TERAPI SISTEMIK
(KONVENSIONAL)
Toksisitas: saluran pencernaan, konstipasi, diare, mual
Mofetil mikofenolat atau turunannya dan muntah, pendarahan, myelosuppression, leukopenia.
Dosis: inisial 500-750 mg, dua Sakit kepala, hipertensi, edema perifer, penyakit infeksi,
kali/hari dan dapat naik dosis dan limfoma.
hingga 1,0-1,5 gram dua kali/hari. Monitoring: pemeriksaan darah perifer lengkap dan CMP
Efektivitas: cukup efektif untuk (comprehensive metabolic panel). Pemeriksaan lab tiap
minggu selama 6 minggu, dan selanjutnya setiap 2
pengobatan psoriasis. minggu selama 2 bulan lalu berikutnya setiap bulan.
Monitoring tekanan darah.

Kontraindikasi: pasien dengan infeksi


berat dan keganasan.
TERAPI SISTEMIK
(KONVENSIONAL)
Toksisitas: sakit kepala, mual dan muntah
Sulfasalazin namun hanya pada satu sampai tiga pasien,
Dosis: Dosis awal 500 mg tiga ruam, pruritus, dan anemia hemolitik
kali/hari, dapat naik dosis sampai (berhubungan dengan defisiensi enzim G6PD).
1,0 gram tiga kali/hari. Jika dapat Monitoring: pemeriksaan DPL (darah perifer
ditoleransi dosis dapat dinaikan lengkap), CMP (comprehensive metabolic panel),
menjadi 1,0 gram empat kali/hari. G6PD. Pengulangan DPL dan CMP setiap
Efektivitas: cukup efektif untuk minggu selama 1 bulan, setelahnya setiap 2
psoriasis berat minggu selama 1 bulan lalu setiap bulan selama
3 bulan dan selanjutnya setiap 3 bulan.

Kontraindikasi: hipersensitif terhadap sulfasalazin,


obat-obatan golongan sulfa, salisilat, obstruksi
saluran cerna dan saluran urin, porphyria. Perhatian
khusus pada pasien dengan defiensi enzim G6PD.
TATALAKSANA MEDIKAMENTOSA

Prinsip
Pasien tidak perlu dirawat kecuali untuk pasien psoriasis pustulosa atau
eritroderma sebaiknya dirawat, untuk mendapatkan suplementasi cairan/elektrolit
dan pengawasan pengobatan sistemik.

Langkah pengobatan psoriasis:


Langkah 1: Pengobatan topikal (obat luar) untuk psoriasis ringan, luas kelainan kulit
kurang dari 3%.
Langkah 2: Fototerapi/fotokemoterapi untuk mengobati psoriasis sedang sampai
berat, selain itu juga dipakai untuk mengobati psoriasis yang tidak berhasil dengan
pengobatan topikal.
Langkah 3: Pengobatan sistemik (obat makan atau obat suntik) khusus untuk
psoriasis sedang sampai parah (lebih dari 10% permukaan tubuh) atau psoriatik
arthritis berat (disertai dengan cacat tubuh). Juga dipakai untuk psoriatik eritroderma
atau psoriasis pustulosa
38
Agen Biologik
● Agen biologik untuk psoriasis yang akan/telah tersedia di Indonesia: etarnecept, ustekinumab,
adalimumab, infliximab, secukinumab.
● Indikasi:
● Psoriasis derajat parah dan keadaan khusus, yaitu pasien dengan psoriasis dengan keterlibatan
area permukaan tubuh (Body Surface Area/BSA) ≥10% dan/atau nilai indeks kualitas hidup
dermatologi (Dermatology Life Quality Index/DLQI) >10, dengan nilai indeks keparahan area
psoriasis (Psoriasis Area Severity Index/PASI) >10, disertai dengan salah satu dari 4 kriteria
berikut:
• Pasien yang tidak memberikan respon baik dengan minimal 2 terapi sistemik standar seperti: CsA,
etretinat/asitresin, MTX, termasuk fototerapi (PUVA, UVB).

• Riwayat efek samping/hipersensitivitas pengobatan sistemik.

• Kontraindikasi terhadap terapi sistemik konvensional.

• Pada pasien psoriasis artritis karena potensi terjadinya kerusakan sendi.


● Keadaan khusus:

○ Keterlibatan area luas pada kulit kepala yang tidak respon dengan obat
topikal

○ Keterlibatan daerah yang tampak, seperti tangan (palmo plantar) dan wajah

○ Keterlibatan area yang resisten terhadap pengobatan topikal.


Kriteria penyembuhan
Pengobatan dikatakan berhasil jika
tercapai PASI 75 (berkurang sebanyak
Kontraindikasi Umum Penggunaan 75% dari PASI awal) dan dikatakan gagal
Agen Biologik jika tidak mencapai PASI 50. PASI antara
- Kehamilan 50 dan 75 dengan DLQI 5 dikatakan
- Laktasi gagal.
- Usia <18 tahun, kecuali ada
pertimbangan khusus
- Infeksi Sistemik, terutama TB,
Edukasi
Hepatitis, HIV • Penjelasan bahwa psoriasis adalah penyakit
- Penyakit Jantung (NYHA III/IV) kronik residif dan pengobatan yang diberikan
- Keganasan hanya bersifat menekan keluhan kulit bukan
- Kelainan Neurologis menyembuhkan.
• Menghindari faktor pencetus (Infeksi, obat-
obatan, stres, dan merokok)
• Kontrol secara teratur dan patuh terhadap
pengobatan
ANALISIS
KASUS

42
Anamnesis
Sejak 6 bulan lalu, pasien mengeluhkan muncul bercak kemerahan menebal pada leher bagian belakang
berukuran koin logam. Keluhan bercak kemerahan menebal tidak disertai rasa gatal, nyeri ataupun panas.
Kemudian pasien berobat ke dokter umum dan diberikan obat antibiotik, CTM, dan salep. Keluhan kulit yang
menebal sudah membaik namun bercak kemerahan masih ada dan bertambah luas.
Sejak 5 bulan lalu, pasien mengeluhkan kuku-kuku tangannya mulai rapuh dan lepas. Pasien tidak
memeriksakan kukunya dan hanya menunggu kukunya tumbuh kembali dengan sendirinya.
Sejak 4 bulan lalu, bercak kemerahan bersisik timbul di bagian perut dan dada, tanpa disertai rasa gatal
ataupun nyeri. Beberapa hari kemudian bercak kemerahan bersisik bertambah luas dan juga muncul di
punggung, tangan, kaki, dan wajah. Pasien hanya mengompreskan rivanol pada bercak kemerahan, namun
keluhan tidak membaik.
Sejak 3 bulan lalu, bercak kemerahan bersisik masih dirasakan hampir diseluruh tubuh pasien, dan terdapat
bercak kemerahan yang menebal terutama di kaki dan tangan pasien. Kemudian pasien kembali berobat ke
dokter umum dan diberikan obat yang sama, keluhan hanya membaik di daerah wajah. Pasien pernah
mengalami hal serupa pada tahun 2001 dan tahun 2011
Regio cervicalis anterior: eritema difus ditutupi skuama
sedang-kasar selapis berwarna putih

Regio thorax posterior:


• Patch eritema-hiperpigmentasi, difus, sebagian ditutupi
skuama sedang-kasar selapisberwarna putih
• Erosi, batas tegas, soliter, bentuk ireguler, lentikuler

Regio cruris bilateral, regio anterbrachii bilateral:


• Plak eritema berbatas tegas ditutupi skuama sedang-
kasar berlapis berwarna putih
Penggunaan agen topikal tidak dianjurkan sebagai monoterapi pada
Tatalaksana kasus psoriasis luas dan berat, Agen topikal dapat digunakan baik untuk
jangka pendek maupun panjang. Namun, untuk mengurangi efek
samping, agen topikal dengan potensi yang kuat dapat digunakan untuk
● Terapi Topikal jangka pendek terlebih dahulu, setelah itu pemakaian dapat dilanjutkan
dengan cara berselang seling atau sebentar-sebentar untuk terapi jangka
panjang. Sedangkan untuk agen topikal dengan potensi yang rendah,
o Urea cream 10% 2 kali sehari setelah mandi dapat digunakan secara berkelanjutan.
o Desoximetason cream 0,25% 2 kali sehari
Kombinasi dari beberapa agen topikal direkomendasikan dalam
● Terapi Sistemik pengobatan psoriasis. Kombinasi steroid topikal dan asam
salisilat memberikan hasil yang baik dikarenakan kemampuan asam
salisilat untuk meningkatkan efikasi kerja steroid dengan meningkatkan
○ Metil prednisolone tab 24 mg/hari penetrasi. Untuk mencegah toksisitas steroid ketika dikombinasikan
dengan asam salisilat, maka direkomendasikan untuk menggunakan
○ Vit D 1000 IU/hari steroid topikal dengan potensi medium

Kombinasi steroid topikal dengan analog vitamin D menunjukkan efikasi yang lebih baik dibandingkan
monoterapi dari masing-masing agen. Analog Vitamin D bekerja dengan cara berikatan dengan
reseptor vitamin D, memengaruhi ekspresi berbagai gen, dan membantu diferensiasi keratinosit.
Efikasi obat ini meningkat pada penggunaan secara kombinasi dengan steroid topikal, namun harus
diperhatikan adanya risiko iritasi pada area pemakaian dan hiperkalsemia pada pasien dengan
jumlah pemakaian berlebih.
● Gudjonsson, J. E., & Elder, J. T. (2011). Psoriasis. In L. A. Goldsmith, S. I. Katz, B. A.
Gilchrest, A. S. Paller, D. J. Leffel, & K. Wolff, Fitzpatrick's Dermatology in General
Medicine, 8th Ed, 2V (Vol. 1, pp. 197-231). New York: McGraw-Hill.
● AAD. (2010, 11). Psoriasis Clinical Guideline. Retrieved 16 September 2021, from AAD:
https://www.aad.org/practicecenter/quality/clinical-guidelines/psoriasis
● PPK, 2020, Psoriasis Vulgaris RSUD Dr Soetomo Surabaya, diakses tanggal 16
September 2021 : https://
rsudrsoetomo.jatimprov.go.id/wp-content/uploads/2021/02/ICD10_L.40_Kulit_Psoriasis-
Vulgaris_v081220.pdf

Anda mungkin juga menyukai