Anda di halaman 1dari 37

TRAUMA MAKSILOFASIAL

& EPISTAKSIS

dr. Mukhlis Imanto M.Kes. Sp.THT-KL

BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL


FAKULTAS KEDOKTERAN UNILA/RSUAM
PENDAHULUAN

DEFINISI

Trauma maksilofasial adalah trauma yang


menyebabkan cedera pada jaringan lunak
serta jaringan keras di daerah wajah,
mulut dan dentoalveolar

2
PENDAHULUAN

ETIOLOGI

• Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab


utama terjadinya trauma
• Kecelakaan sewaktu bekerja atau industri.
• Kecelakaan sewaktu berolahraga.
• Perkelahian dan lain-lain.

3
4
PENDAHULUAN

KLASIFIKASI

• Fraktur kerangka wajah (meliputi fraktur mandibula, fraktur


maksila, fraktur tulang alveolar, fraktur zygomatik, dan fraktur
tulang – tulang wajah lainnya)
• Cedera jaringan gigi.
• Cedera jaringan lunak.

Fraktur yang melibatkan tulang wajah yang kompleks


dan meliputi sepertiga wajah bagian atas, tengah dan
bawah disebut juga dengan “fraktur panfasial”

5
DIAGNOSIS TRAUMA MAKSILOFASIAL

Anamnesis

• Identitas pasien
• Kapan trauma itu terjadi?
• Dimana trauma itu terjadi?
• Bagaimana trauma itu terjadi?
• Perawatan apa yang telah diberikan?
• Apakah ditemukan adanya gigi atau serpihan gigi ditempat kejadian
trauma?
• Bagaimana status kesehatan umum pasien?
• Apakah pasien mengalami mual, muntah, pingsan, amnesia, sakit
kepala, gangguan penglihatan, atau kebingungan setelah kejadian?
• Apakah ada gangguan oklusi?

6
DIAGNOSIS TRAUMA MAKSILOFASIAL

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik baru dapat dilakukan setelah pasien dalam
kondisi stabil, perdarahan dan jalan pernapasan telah
ditangani.

Pemeriksaan Kepala, meliputi seluruh kerangka


kraniomaksilofasial dan jaringan lunak disekitarnya:
•Laserasi jaringan lunak
•Palpasi bimanual untuk memeriksa adanya step,
diskontinuitas, pergesaran , dan hilangnya tonjolan pada
tulang wajah fraktur

7
DIAGNOSIS TRAUMA MAKSILOFASIAL

Pemeriksaan Wajah Bagian Tengah,


• Dimulai dengan memperkirakan adanya mobilitas
dari maksila sebagai struktur maksila itu sendiri
dan hubungannya dengan zygoma atau tulang
nasal.
• Fraktur Le Fort (LeFort Fractures) merupakan
tipe fraktur tulang-tulang wajah yang klasik terjadi
pada maksilofasial. Fraktur Le Fort diambil dari
nama seorang ahli bedah Perancis René Le Fort
(1869-1951)

8
DIAGNOSIS TRAUMA MAKSILOFASIAL

• Fraktur Le fort I
Garis Fraktur berjalan dari
sepanjang maksila bagian bawah
sampai dengan bawah rongga
hidung. Disebut juga dengan
fraktur “guerin”. Kerusakan yang
mungkin :
• Prosesus alveolaris
• Bagian dari sinus maksilaris
• Palatum durum
• Bagian bawah lamina pterigoid

9
DIAGNOSIS TRAUMA MAKSILOFASIAL

• Fraktur Le fort II
Garis fraktur melalui tulang
hidung dan diteruskan ke tulang
lakrimalis, dasar orbita, pinggir
infraorbita dan menyeberang ke
bagian atas dari sinus maksilaris
kearah lamina pterigoid sampai
ke fossa pterigo palatine.
Disebut juga fraktur “pyramid”

10
DIAGNOSIS TRAUMA MAKSILOFASIAL

• Fraktur Le fort III


Garis Fraktur melalui sutura
nasofrontal diteruskan sepanjang
ethmoid junction melalui fissure
orbitalis superior melintang kearah
dinding lateral ke orbita, sutura
zigomatikum frontal dan sutura
temporo-zigomatikum. Disebut
juga sebaga “cranio-facial
disjunction”

11
12
DIAGNOSIS TRAUMA MAKSILOFASIAL

Pemeriksaan Mandibula,
• Lokasi mandibula terhadap maksila dievaluasi
apakah tetap digaris tengah, terjadi pergeseran
lateral, atau inferior? Pergerakan mandibula juga
dievaluasi dengan jalan memerintahkan pasien
melakukan gerakan-gerakan tertentu.
• Tepi inferior dan posterior mandibula dipalpasi
mulai dari prosesus kondilaris sampai ke simphisis
mandibula. Dicatat apakah terdapat nyeri tekan
atau rasa baal, diskontinuitas, dan displacement.

13
DIAGNOSIS TRAUMA MAKSILOFASIAL

Fraktur mandibula dapat


diklasifikasikan berdasarkan
lokasi anatomi, yaitu
kondilar, ramus, angle, body,
simphisis, alveolar, dan
daerah prossessus koronoid

14
DIAGNOSIS TRAUMA MAKSILOFASIAL

Fraktur mandibula juga


dapat diklasifikasikan
berdasarkan tipe frakturnya,
yaitu: fraktur greenstick,
simpel, kominuted, dan
kompon.

15
DIAGNOSIS TRAUMA MAKSILOFASIAL

Pemeriksaan Rongga Mulut, meliputi:


• Bersihkan bekuan darah, serpihan gigi, benda asing
• Oklusi gigi geligi
• Laserasi mukosa oral
• Step dan displacement pada procesus alveolaris
• Jumlah gigi geligi
• Protesa

16
17
18
DIAGNOSIS TRAUMA MAKSILOFASIAL

Pemeriksaan Radiografis

Fraktur Mandibula:
• Panoramik
• Proyeksi Towne
• Proyeksi posteroanterior
• Proyeksi oblik lateral kiri dan kanan

19
DIAGNOSIS TRAUMA MAKSILOFASIAL
Berbagai proyeksi radiografi
untuk fraktur mandibula
A. Proyeksi posterior-anterior
menunjukkan fraktur pada
daerah angle mandibula (panah)
B. Proyeksi oblik lateral
menunjukkan fraktur pada
daerah angle mandibula (panah).
C. Proyeksi Towne menunjukkan
adanya pergeseran fraktur
kondilar (panah).
D. Foto panoramik menunjukkan
fraktur yang bergeser pada
sebelah kiri corpus mandibula
dan fraktur subkondilar kanan
(panah)

20
DIAGNOSIS TRAUMA MAKSILOFASIAL

Pemeriksaan Radiografis

Fraktur Midface:
Radiografis pilihan untuk fraktur wajah bagian
tengah adalah proyeksi Waters, proyeksi wajah
lateral, proyeksi wajah posteroanterior, dan
proyeksi submento verteks

21
DIAGNOSIS TRAUMA MAKSILOFASIAL
Berbagai proyeksi radiografi
untuk fraktur wajah bagian
tengah
A. Proyeksi Waters
menunjukkan fraktur pada
dasar orbita
B. Proyeksi wajah lateral
menunjukkan fraktur Le Fort
III atau terjadi pemisahan
kraniofasial. Garis fraktur
(panah) memisahkan wajah
bagian tengah dari kranium.
C. Proyeksi submental verteks
menunjukkan fraktur arkus
zygomatikus (panah)

22
DIAGNOSIS TRAUMA MAKSILOFASIAL

Modalitas lain

• CT scan
• 3D imaging

23
PERAWATAN TRAUMA MAKSILOFASIAL

Perawatan Gawat darurat

Prinsip utama perawatan gawat darurat


(emergency care) adalah untuk menyelamatkan
hidup dan memberikan kenyamanan yang layak
bagi pasien. Secara berurutan primary survey
dalam perawatan gawat darurat disingkat
dengan ABCD

24
PERAWATAN TRAUMA MAKSILOFASIAL

Perawatan Gawat darurat

Airway, menjaga kelancaran jalan nafas:


• Bersihkan bekuan darah, fragmen tulang dan gigi,
benda asing
• Lakukan chin lift, headtilt , jaw trust
• Pasien dengan GCS < 8, dibutuhkan airway definitif
(intubasi)
• Dalam keadaan kecurigaan fraktur servikal, harus
dipakai alat imobilisasi (collar neck)

25
Perawatan Gawat darurat

Breathing dan Ventilasi, Ventilasi yang baik meliputi fungsi


yang baik dari paru, dinding dada dan diafragma:
• Periksa bentuk dan gerak daerah thoraks kiri dan kanan
• Auskultasi untuk memastikan masuknya udara ke dalam
paru-paru, bunyi nafas yang abnormal
• Perkusi dilakukan untuk menilai adanya udara atau darah
dalam rongga pleura

26
Perawatan Gawat darurat

Circulation dan kontrol perdarahan:


• Temukan dan hentikan sumber perdarahan
• Pemeriksaan hemodinamik: tekanan darah, nadi, Hb
• Jika terdapat tanda – tanda Hipovolemik syok segera
lakukan resusitasi cairan dan persiapan transfusi

27
Perawatan Gawat darurat

Disability ( Neurologic Evaluation), dilakukan evaluasi


terhadap keadaan neurologis secara cepat dengan GCS
(Glasgow Coma Scale)
• Penurunan kesadaran dapat disebabkan penurunan
oksigenasi atau/ dan penurunan perfusi ke otak, atau
disebabkan trauma langsung pada otak.
• Penurunan kesadaran menuntut dilakukannya
reevaluasi terhadap keadaan oksigenasi, ventilasi dan
perfusi. Bila diperlukan konsul ke ahli bedah syaraf.

28
GLASGOW COMA SCALE
Eye Motor Verbal
opening response response
Spontaneous 4 Move to 6 Converse 5
command
To speech 3 Localizes to 5 Confused 4
pain
To pain 2 Withdraw 4 Gibberish 3
from pain
none 1 flexes 3 grunts 2
Extends 2 none 1
none 1
Score 8 or less indicates poor prognosis, moderate head injury between
9-12 and mild refereed to 13-15

29
PERAWATAN TRAUMA MAKSILOFASIAL

Perawatan Definitif

Perawatan definitif trauma maksilofasial dilakukan


setelah keadaan umum pasien lebih baik, terkontrol
dan telah melewati masa kritis melalui perawatan
gawat darurat. Tujuan dari perawatan fraktur
maksilofasial adalah merehabilitasi jaringan yang
terlibat, mengurangi rasa sakit, penyembuhan
tulang, serta perbaikan oklusi gigi

30
Teknik Bottom up and inside out

A dan B, Dimulai dengan pemasangan fiksasi


maksilomandibula, kemudian reduksi dan fiksasi
fraktur kondilus dan simfisis mandibula

31
EPISTAKSIS

Semua umur
Etiologi :
- Infeksi
- Trauma
- Plexus Kiesselbach
- Neoplasma
- Korpus Alienum
- Atmosfer
- HT, ALL, gangguan pembekuan darah dll

Macam epistaksis :
- Epistaksis anterior  littles area / Kiesselbach’s
- Epistaksis posterior  Woodruff’s
PENATALAKSANAAN :
Prinsip :
a. Menghentikan perdarahan
b. Mencegah komplikasi
c. Mencari Etiologi
- Penekanan di daerah cuping hidung
- Tampon vaselin
- Ligasi
- Kauterisasi :
- Kimiawi : Ag NO3 10 – 50 %
Trichlor Acetic Acid
- Electric
Kontra Indikasi Kauter :
- Perdarahan aktif
- Kelainan darah
- Anak-anak
37

Anda mungkin juga menyukai