Anda di halaman 1dari 47

Laporan Kasus

Epistaksis Anterior Dekstra/Sinistra


Et Causa Fraktur Os Nasal

Fiqih V Halim
11.2015.182

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT THT-KL


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
PERIODE 19 DESEMBER 21 JANUARI 2017
RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA DR. ESNAWAN ANTARIKSA
IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. AC Jenis Kelamin : Laki-laki


Tempat / tanggal lahir : Rembang, 30- Suku Bangsa : Jawa
03-1981
Status Perkawinan : Menikah Agama : Islam
Pekerjaan : Serda AU Pendidikan : SMA
Alamat : Jalan Pahlawan Gg Apu No Masuk rumah sakit: 27 Des
5 002/009 2016
ANAMNESIS
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital:
Suhu : 37,5oC Pernafasan : 22x/menit
Nadi : 120x/menit Tekanan Darah: Tidak dilakukan
BB : 75kg
Kanan Kiri
Bentuk daun telinga Normotia Normotia
Kelainan Kongenital Tidak ditemukan Tidak ditemukan
Tumor/ tanda
peradangan
Tidak ditemukan Tidak ditemukan
Pre aurikuler
Tidak ditemukan Tidak ditemukan
Retroaurikuler
Nyeri tekan tragus (-) (-)
Penarikan daun (-) (-)
telinga
Tes Fungsi Tuba
Valsava Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Thoinbee
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Liang Telinga CAE lapang, serumen CAE lapang, serumen
(-), Sekret (-), Hiperemis (-), Sekret (-), Hiperemis
(-) (-)
Membran Timpani Utuh, refleks cahaya di Utuh, refleks cahaya di
jam 5 jam 7
Tes Penala Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Rinne
Weber
Swabach
PEMERIKSAAN FISIK
Hidung dan Sinus Paranasal

Bentuk : Deviasi ke kiri


Tanda Peradangan : Tidak ditemukan
Vestibulum : Sulit dinilai
Konka inferior kanan/ kiri : Sulit dinilai
Meatus inferior kanan/kiri: Sulit dinilai
Konka medius kanan/ kiri : Sulit dinilai
Meatus nasi medius kanan/ kiri : Sulit dinilai
Septum nasi : Deviasi (+), Krepitasi (+)
Daerah sinus frontalis dan maksilaris : Tidak dilakukan
PEMERIKSAAN FISIK
Tenggorok
Faring

Dinding faring : Tidak hiperemis, permukaan licin


Arkus faring : simetris kanan-kiri
Tonsil : T1-T1, hiperemis (-), kripta lebar (-), detritus (-)
Uvula : simetris ditengah, hiperemis (-)
Gigi geligi : bekas pencabutan gigi (-), oral hygiene baik
Lain-lain : radang ginggiva (-), mukosa pharynx tenang
PEMERIKSAAN FISIK
Leher
Kelenjar limfe submandibula : tidak ada pembesaran
Kelenjar limfe servikal : tidak ada pembesaran

Maksillo Fasial
Deformitas
Tidak ditemukan deformitas os maxilla, os mandibula, dan os
zygomaticum
Hematoma (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tampak garis graktur multiple
pada oss nasale
Posisi garis fraktur impresi ke
dalam, terutama pada sisi kanan
Tulang- tulang dindin sinus
ethmoidalis dan maxilla masoh
tampak baik
Tampak deviasi septum ke arah
kanan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kimia
Ureum : 25 mg/dl
Kreatinin : 1.0 mg/dl
GDS : 152 mg/dl
Darah rutin
Hb : 14,1 gr/dl
Leukosit : 9500 mm3
Ht : 43%
Trombosit : 196.000 mm3
Bleeding Time : 3 menit
Clotting Time : 6 menit
RESUME
DIAGNOSIS KERJA
Epistaksis anterior dekstra/sinistra et causa
fraktur os nasal
Dasar Diagnosis: Gejala nyeri pada hidung serta
terdapat mimisan akibat trauma. Hasil pemeriksaan
fisik tampak septum hidung mengalami deviasi dan
edem pada mata kiri.
PENATALAKSANAAN
Anti Nyeri : Asam Mefenamat 500mg 3x1 tab
Antibiotik : Cefixim 200mg 2x1 tab
Operatif : Rencana reposisi os nasal dengan general
anestesi
EDUKASI
Istirahat yang cukup
jangan memencet-mencet batang hidung
PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam : ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Maksilofasial dibagi menjadi
tiga bagian
Sepertiga atas wajah =
tulang frontalis, regio supra
orbita, rima orbita dan
sinus frontalis.
Sepertiga tengah =
maksila, zigomatikus,
lakrimal, nasal, palatinus,
nasal konka inferior, dan
tulang vomer
Sepertiga bawah =
ETIOLOGI
FRAKTUR MANDIBULA
TANDA DAN GEJALA
Nyeri, dapat dirasakan saaat pasien mencoba menggerakkan rahang untuk
berbicara, mengunyah atau menelan.
Perdarahan dari rongga mulut.
Maloklusi. Keadaan dimana rahang tak dapat dikatupkan.
Trismus. Ketidakmampuan membuka mulut lebih dari 35 mm, batas terendah nilai
normal adalah 40 mm.
Pergerakan Abnormal
Ketidakmampuan menutup rahang = menandakan fraktur pada prosessus
alveolar, angulus, ramus dari simfisis.
Krepitasi tulang.
Mati rasa pada bibir dan pipi.
Oedem daerah fraktur dan wajah tidak simetris.
DIAGNOSIS
Anamnesis
Keluhan subyektif berkaitan dengan fraktur mandibula
dicurigai dari adanya nyeri, oklusi abnormal, mati rasa
pada distribusi saraf mentalis, pembengkakan, memar,
perdarahan gigi, gigi yang fraktur atau tanggal, trismus,
ketidakmampuan mengunyah.
Riwayat trauma seperti kecelakaan lalu lintas,
kekerasan, terjatuh, kecelakaan olah raga ataupun
riwayat penyakit patologis.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Fisik
Patient showing deviation
of the mandible to the
right side when
attempting to open the
mouth (A). This patient
has a right condylar
fracture (arrow) that is
seen on panoramic
radiography (B).
Fraktur Sepertiga Tengah Wajah

Fraktur Le Fort (LeFort


Fractures) merupakan tipe
fraktur tulang-tulang wajah
yang adalah hal klasik
terjadi pada trauma-trauma
pada wajah.
Fraktur Le Fort diambil dari
nama seorang ahli bedah
Perancis Ren Le Fort
(1869-1951) yang
mendeskripsikannya
pertama kali di awal abab
20.9
Fraktur Le Fort tipe I (Guerins)/ (transversal)

merupakan jenis fraktur


yang paling sering
terjadi,
Fraktur Le Fort I
meliputi fraktur
horizontal bagian
bawah antara maxilla
dan palatum/arkus
alveolar kompleks.
Garis fraktur berjalan
ke belakang melalui
lamina pterigoid.
Fraktur ini bisa
unilateral atau bilateral.
Fraktur Le Fort tipe II
Fraktur Le Fort tipe II
= fraktur piramidal.
Berjalan melalui tulang
hidung dan diteruskan
ke tulang lakrimalis,
dasar orbita, pinggir
infraorbita dan
menyebrang ke bagian
atas dari sinus maksila
juga ke arah lamina
pterigoid sampai ke
arah fossa
pterigopalatina.
FRAKTUR ZYGOMA
insiden dari fraktur zigoma (27,64%)
Predileksi terutama pada laki-laki, dengan
perbandingan 4:1 dengan perempuan.
Penyebab dari fraktur zigoma yang paling sering
adalah dikarenakan kecelakaan kendaraan
bermotor.
Bilateral fraktur zigoma jarang terjadi, hanya
sekitar 4 % dari 2067 kasus
A patient with a depressed
zygomaticomaxillary complex
fracture. Note the loss of cheek
contour on the left.
Palpation of the zygoma externally
(A) and in the maxillary vesibule (B)
for osseous irregularities.
Fraktur Nasal
Patah tulang hidung didiagnosis
oleh riwayat trauma dengan
bengkak, dan krepitus pada
jembatan hidung. Pasien mungkin
mengalami epistaksis, namun tidak
harus selalu bercampur dengan
CSF.
Fraktur nasal sering menyebabkan
deformitas septum nasal karena
adanya pergeseran septum dan
fraktur septum.
Method of palpating the nasal
complex for fractures. The nasal
pyramid should be moved right
and left to detect mobility.
Patient with naso-orbitoethmoid
fracture and cerebrospinal fluid
rhinorrhea (A). The fluid leaves
a double ring where it drips onto
fabric (B).
Penatalaksanaan Pasien Fraktur Maksilofasial

Manajemen Umum
A : Airway maintenance with cervical
spine control/ protection
B : Breathing and adequate ventilation
C : Circulation with control of
hemorrhage
D : Disability neurologic examination
E: Exposure/ enviromental control
Pembedahan

Prinsip dasar pada bedah yang harus


dipersiapkan sebagai penunjuk untuk perawatan
fraktur maksilofasial ialah :
reduksi fraktur (mengembalikan segmen-
segmen tulang pada lokasi anatomi semula) dan
fiksasi segmen-segmen tulang untuk meng-
imobilisasi segmen-segmen pada lokasi fraktur.
FRAKTUR MANDIBULA
IDW
Arch Bar
Miniplate dan screw
FITTING AN ARCH BAR. A, bending it to shape. B, fitting it round the
maxilla. C, wiring it to the maxilla. D, passing a win round a tooth. E, fixing
the rubber bands. After R.O. Dingman and P. Navig Surgery of Facial
Fractures W.B. Saunders Co. Publishers, permission requested
Le Fort I : Reposisi dan arch bar maxilla
digantung dengan snar wire pada tepi bawah
orbita atau IMW.
Le Fort II : Reposisi dengan Rowe Forceps
Fiksasi : IDW + IMW / arch bar + suspense
Miniplate
Fiksasi wire/arch bar dipertahankan selama 5
6 minggu.
Le Fort III : Open reduction internal fixation
Fiksasi dengan miniplate dan wire
Fraktur Zygomaticum
Fraktur Nasal
ELEVATING A
FRACTURE OF THE
NOSE.
A, inflitrating the site
of the fracture.
B, raising the
depressed bones with
curved artery forceps.
Always suspect a
fracture after any
blow on the nose.
Swelling of the soft
tissues can easily hide
it.

Anda mungkin juga menyukai