Anda di halaman 1dari 33

PRESENTASI KASUS

Fraktur Os Nasal dan lefort II

Agung Wahyudi
1813020049
Dokter pembimbing:
Dr. Yunie Wulandari, Sp. THT-KL
Identitas Pasien
• Nama : Tn. T
• Umur : 24 tahun
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• No. CM : 19-20-411935
• Alamat : Babatan 22/4 Duren kec. Tengaran Semarang
• Tanggal Masuk : 16-01-2019
Anamnesis
Keluhan Utama : Sumbatan hidung kanan dan mimisan

Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) : Pasien datang ke IGD dengan mengeluhkan mimisan
setelah kecelakaan lalu lintas, penciuman menurun pada hidung kanan, hidung kanan
terasa tersumbat dan nyeri, tidak terdapat demam, mual muntah dan nyeri kepala.

Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) : Pasien mengaku tidak pernah mengalami keluhan
yang serupa sebelumnya. Pasien tidak memiliki riwayat asma, alergi obat, diabetes
meliitus, dan jantung.

Riwayat Penyakit Keluarga (RPK) : Pasien mengaku bahwa salahsatu keluarga


pasien ada yang memiliki riwayat penyakit serupa. Riwayat jantung dan diabetes
mellitus disangkal.
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran Komposmentis (GCS E4V5M6)
Umum
Vital Signs / RR : 20x/menit
Tanda-Tanda Nadi : 70x/menit
Vital Suhu : 36,6C
SpO2 : 97 %
TD : 124/65 mmHg
Status Gizi Baik

Status Generalis
Kepala dan Leher DBN
Pulmo DBN
Cor DBN
Abdomen DBN
Ekstremitas DBN
Status Lokalis THT
Pemeriksaan Penunjang
Klinis Suspect fracture os nasal et causa KLL

Hasil Tampak soft tissue swelling extracranial regio frontalis


pada windows tulang dan format 3D tampak diskontinuitas dinding komplate os maxilla dextra
diskontinuitas rim orbita sinistra inferior, diskontinuitas linier multiple os frontalis, diskontinuitas dinding sinus maxill
dextra aspek posterolateral.
Gyri mendatar, sulci dan fissura sylvii dangkal.
Batas white matter dan grey matter tegas.
Midline ditengah, tak terdiviasi.
Tampak lesi hipodens bikonveks (50 HU) diregio frontalis sinistra (volume Ik 1,5 cc).
Tampak lesi hipodens (-795 HU) multiple diregio frontalis bilateral.
Sistema ventrikel dan sisterna tak tampak melebar dan menyempit.
Tampak lesi hiperdens pada sinus maxillaris bilateral sinus ethmoidalis bilateral, sinus sphenoidalis dan sinus frontalis.
Air cellulae mastaoidea normodens.

Kesan
Extradural haemoraghe regio frontalis sinistra
Pneumocephalus multiple regio frontalis bilateral
Oedema cerebri
Pan hematosinus
Fraktur os maxilla bilateral, os frontalis, dinding sinus maxillaris dextra aspek posterolateral
Extracranial hematoma regio frontalis
DIAGNOSIS (ASSESMENT) : Frakture os nasal dan Le Fort II

TERAPI (PLANING)
Infuse RL 20 tpm
Cefotaxim 2x1g
Metilprednosolon iv 2x125 mg
Ketorolac iv 3x1 Amp
Ranitidin iv 2x1 Amp
Asam Tranexsamat iv 3x 500 mg
Program Reposisi FON
ANATOMI
Hidung terdiri atas hidung bagian luar dan hidung bagian dalam.
Hidung luar berbentuk seperti piramid dengan bagian-bagiannya dari
atas ke bawah yaitu pangkal hidung (bridge), batang hidung (dorsum
nasi), puncak hidung (hip), ala nasi, kolumela, dan lubang hidung
(nares anterior).
Hidung dalam terdiri
Vascularisasi hidung
Fraktur Os Nasal
Definisi : Fraktur adalah terjadinya diskontinuitas jaringan tulang (patah tulang) yang
biasanya disebabkan benturan keras. Fraktur tulang hidung dapat mengakibatkan
terhalangnya jalan pernafasan dan deformitas pada hidung.

Etiologi :
1. Mendapat serangan misal dipukul.
2. Injury karena olah raga
3. Kecelakaan (personal accident).
4. Kecelakaan lalu lintas.
Klasifikasi
Tipe
I Cedera terbatas pada jaringan lunak
II A Simple, unilateral nondisplaced fracture
II B Simple, bilateral nondisplaced fracture
III Simple, displaced fracture
IV Closed comminuted fracture
V Open comminuted fracture atau complicated
fracture
Fraktur lateral
Adalah kasus yang paling sering terjadi, dimana fraktur hanya terjadi pada salah satu sisi saja, kerusakan
yang ditimbulkan tidak begitu parah.

Fraktur bilateral
Merupakan salah satu jenis fraktur yang juga paling sering terjadi selain fraktur lateral, biasanya
disertai dislokasi septum nasal atau terputusnya tulang nasal dengan tulang maksilaris.

Fraktur direct frontal


Yaitu fraktur os nasal dan os frontal sehingga menyebabkan desakan dan pelebaran pada
dorsum nasalis. Pada fraktur jenis ini pasien akan terganggu suaranya.

Fraktur comminuted
Adalah fraktur kompleks yang terdiri dari beberapa fragmen. Fraktur ini akan menimbulkan
deformitas dari hidung yang tampak jelas.
Patofisiologi
• Tipe dan berat-ringannya fraktur nasal tergantung pada kekuatan, arah, jenis
dan mekanisme trauma.
• Avulsi dan dislokasi kartilago nasalis lateralis superior os nasal dan septum
akan menyebabkan cekungan pada pertengahan dorsum nasi. mengakibatkan
robekan arteri yang keluar antara os. nasal dan kartilago sehingga dapat terjadi
hematom dorsum nasi.
• Fraktur nasal sering disertai cedera septum. Cedera septum nasi (kartilago
quadrangularis dan lamina perpendikularis os etmoid ) dapat berupa fraktur
sederhana, dislokasi atau fraktur komunitif yang dapat menyebabkan
deformitas dan disfungsi hidung berupa obstruksi jalan napas.
• Pada penderita dewasa muda cenderung lebih mudah terjadi dislokasi, pada
orang tua cenderung terjadi fraktur komunitif sedangkan pada anak umumnya
terjadi terjadi fraktur greenstick
• Fraktur inkomplet pada septum menyebabkan
lepasnya artikulasi kartilago sehingga dapat
menimbulkan gangguan pada pusat pertumbuhan dan
menyebabkan deformitas
• Trauma lateral menyebabkan fraktur depresi
ipsilateral, deformitas dorsum nasi bentuk C atau S,
fraktur dinding medial os maksila dan deformitas
septum
• Trauma anterior menyebabkan fraktur apeks nasi,
dorsum nasi menjadi rata dan melebar disebut saddle
nose dan deformitas septum.
• Trauma inferior menyebabkan pola fraktur yang lebih
kompleks disertai faktur dan dislokasi septum
• Fraktur depresi yaitu apabila kekuatan trauma dari
frontal cukup besar sehingga menyebabkan open book
fracture dimana septum menjadi kolaps dan os. nasal
melebar. Kekuatan trauma yang lebih kuat dapat
menyebabkan fraktur komunitif os. nasal dan pros.
Frontalis os maksila menjadi rata dan dorsum nasi
menjadi lebar
• Fraktur angulasi atau fraktur bilateral yaitu trauma
dari arah lateral yang dapat menyebabkan fraktur
depresi unilateral sisi trauma atau dapat juga pada
kedua sisi os. nasal dan deviasi septum serta fraktur
greenstick yang banyak terjadi pada anak.
Diagnosis
Anamnesis
1. Riwayat trauma tumpul pada midface.
2. Mekanisme terjadinya cedera harus dipahami dengan benar
karena dapat memperkirakan derajat berat ringannya cedera.
3. Meliputi usia penderita, mekanisme, arah, kekuatan, lokasi,
dan waktu terjadinya trauma. Perlu ditanyakan pula apakah
fraktur nasal terjadi karena kecelakaan bermotor, perkelahian
dengan atau tanpa senjata, atau karena terjatuh
4. Riwayat medis sebelumnya apakah pernah mengalami fraktur
sebelumnya atau pernah menjalani operasi hidung sebelumnya.
Alkohol sering berhubungan dengan fraktur nasal maka dapat
pula ditanyakan perihal konsumsi alkohol sebelum cedera8
Pemeriksaan Fisik
• Memastikan kondisi pasien stabil, airway bebas dan ventilasi
adekuat
• Pemeriksaan fisik paling akurat dilakukan sebelum timbul udim
yaitu sekitar 2-3 jam setelah cedera.
• Inspeksi untuk melihat adakah laserasi mukosa nasal, adakah
kartilago atau tulang yang terekspose, udem dan deformitas
hidung, perubahan patologis warna kulit, kesimetrisan dan
gerakan bola mata.
• Palpasi untuk mencari iregularitas tulang, dan pergerakan
fragmen fraktur atau krepitasi
• Pemeriksaan intranasal dapat dengan rinoskopi anterior apabila
tidak mempunyai endoskopi. Evaluasi mukosa cavum nasi,
posisi septum nasi dan mencari adakah hematom septum.
• Fraktur nasal dapat disertai epistaksis, nyeri, udim, buntu
hidung dan perdarahan subkonjungtiva, sedangkan tanda yang
lebih spesifik adalah ditemukannya krepitasi, laserasi mukosa
hidung, fraktur atau dislokasi septum.
• Reposisi harus segera dilakukan dalam waktu 5-10 hari setelah
cedera
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang radiologi berupa foto polos nasal view, foto
Water’s dan bila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan CT scan
Penatalaksanaan
• Mengatasi kegawatdaruratan dengan memperhatikan jalan
nafas, tanda vital, dan perdarahan.
• Pasien dengan perdarahan hidung yang hebat biasanya
dikontrol dengan pemberian vasokonstriktor topikal, jika tidak
berhasil pasang tampon pita, katerisasi balon atau ligasi
pembuluh darah mungkin diperlukan walaupun jarang
dilakukan. Tampon hidung dipasang pada daerah perdarahan
untuk menekan suplai pembuluh darah, umumnya dilepaskan 2-
5 hari kemudian.
• Pada kasus akut pasien harus diberi es pada hidungnya dan
kepala sedikit ditinggikan untuk mengurangi edema.
• Antibiotika diberikan untuk mengurangi risiko infeksi dan
analgetika berperan simptomatis mengurangi rasa nyeri
Reposisi Tertutup
1. Reposisi tertutup dikerjakan dalam waktu 3 jam pertama setelah
cedera sebelum timbul udim atau antara 3-10 hari sesudah udim
berkurang dan sebelum terbentuk kalus
2. Cara yang paling ideal untuk diterapkan pada jenis fraktur nasal tip
atau fraktur nasal depresi pada satu sisi.
Dilakukan anastesi kemudian elevator Boies dimasukan lebih
dalam ke lubang hidung sampai di bawah fragmen fraktur depres
sekitar 1 cm sudut nasofrontal. Kemudian elevator Boeis dengan
tuntunan ibu jari dibagian luar secara perlahan mencoba
menaikan fraktur yang mengalami fraktur depresi dan mendorong
ke sisi kontralateral sehingga fraktur kembali ke posisi anatomi
Setelah dilakukan reposisi nasal, dilakukan fiksasi dengan
penggunaan gips sebagai fiksasi eksterna dan tampon antibiotik
sebagai fiksasi interna
4. Fiksasi ini bertujuan untuk mempertahankan posisi
fraktur setelah dilakukan reposisi. Gips
dipertahankan selama 7-14 hari sedangkan tampon
antibiotik dipertahankan selama 3-7 hari.
5. Sementara itu penderita dapat diberikan antibiotik
dan analgetik oral, pasien dapat rawat jalan
Reposisi Terbuka
Reposisi terbuka hanya dilakukan apabila reposisi tertutup mengalami
kegagalan atau terjadi reposisi yang tidak sempurna. Pada beberapa
kasus, reposisi terbuka digunakan untuk kasus fraktur third plane,
fraktur yang melibatkan orbita, maksila atau fraktur Le fort pada daerah
midface paling sering dilakukan pendekatan tehnik endonasal rinoplasti
Prognosis
Secara umum prognosis fraktur nasal sederhana tanpa komplikasi adalah
baik dan dapat sembuh dalam waktu 2 sampai 3 minggu dengan
memberikan hasil kosmetik dan fungsi hidung yang cukup baik

Komplikasi
1. Komplikasi segera berupa cedera pada ligamen kantus medius, cedera
duktus lakrimalis, nyeri hidung, hematom septum yang bila tidak
ditangani dapat menyebabkan deformitas saddle nose, fraktur lamina
kribiformis yang menyebabkan rinore CSF dan anosmia, epistaksis
persisten dan obstruksi jalan napas.
2. Komplikasi lambatnya adalah deformitas hidung, perforasi dan nekrosis
septum saddle nose, kontraktur karena jaringan parut dan nyeri hidung
yang terus menerus
Fraktur Maxilla dan le fort
• Maksila mewakili jembatan antara basal kranial di superior dan
lempeng oklusal gigi di inferior.
• Fraktur pada tulang-tulang ini memiliki potensi yang mengancam
nyawa
klasifikasi

• Le Fort I
Garis fraktur horizontal memisahkan bagian bawah dari maksila, lempeng horizontal dari tulang palatum, dan
sepertiga inferior dari sphenoid pterygoid processes dari dua pertiga superior dari wajah. Seluruh arkus dental maksila
dapat bergerak atau teriris. Hematoma pada vestibulum atas (Guerin’s sign) dan epistaksis dapat timbul
• Le Fort II
Fraktur dimulai inferior ke sutura nasofrontal dan memanjang melalui tulang nasal dan sepanjang maksila menuju
sutura zygomaticomaxillary, termasuk sepertiga inferomedial dari orbita. Fraktur kemudian berlanjut sepanjang sutura
zygomaticomaxillary melalui lempeng pterygoid
• Le Fort III
Pada fraktur Le Fort III, wajah terpisah sepanjang basal tengkorak akibat gaya yang langsung pada level orbita. Garis
fraktur berjalan dari regio nasofrontal sepanjang orbita medial melalui fissura orbita superior dan inferior, dinding
lateral orbita, melalui sutura frontozygomatic. Garis fraktur kemudian memanjang melalui sutura zygomaticotemporal
dan ke inferior melalui sutura sphenoid dan pterygomaxillary.

Penatalaksanaan
• fraktur Le Fort I dirawat dengan menggunakan arch bar, fiksasi
maksilomandibular, dan suspensi kraniomandibular yang didapatkan dari
pengawatan sirkumzigomatik. Apabila segmen fraktur mengalami impaksi,
maka dilakukan pengungkitan dengan menggunakan tang pengungkit, atau
secara tidak langsung dengan menggunakan tekanan pada splint/arch bar.
• Le Fort II serupa dengan fraktur Le Fort I. Hanya perbedaannya adalah
perlu dilakukan perawatan fraktur nasal dan dasar orbita juga. Fraktur
nasal biasanya direduksi dengan menggunakan molding digital dan
splinting
• Le Fort III dirawat dengan menggunakan arch bar, fiksasi
maksilomandibular, pengawatan langsung bilateral, atau pemasangan pelat
pada sutura zigomatikofrontalis dan suspensi kraniomandibular pada
prosessus zigomatikus ossis frontalis.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang maka Tn. T didiagnosa mengalami fraktur os nasal dan le fort
II oleh karena itu pada pasien dilakukan reposisi secara tertutup.
Reposisi yang dilakukan bertujuan untuk mengembalikan fragmen
fraktur kembali ke posisi seanatomis mungkin dan menghindari
komplikasi jangka panjang.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai