Anda di halaman 1dari 23

KEGAWAT DARURATAN

FRAKTUR MANDIBULA

KELOMPOK 10
Joko Susanto p27825117060
Serlinana S.D p27825117071
Riska Ayu A p27825117077
M. Muadz p27825117079
_LATAR BELAKANG_
Diagnosis fraktur mandibula
Fraktur mandibula adalah putusnya dapat ditandai dengan adanya :
kontinuitas tulang mandibula. Hilangnya rasa sakit, pembengkakan,
kontinuitas pada rahang bawah nyeri tekan, dan maloklusi,
(mandibula), dapat berakibat fatal bila Perubahan Bentuk, Pergerakan
tidak ditangani dengan benar Yang Tidak Normal, Krepitasi.

Faktor etiologi utama terjadinya


fraktur mandibula bervariasi, namun Secara khusus penanganan fraktur
kecelakaan kendaraan berlalulintas mandibula dan tulang pada wajah
menjadi penyebab paling umum. (maksilofasial) mulai diperkenalkan
Beberapa penyebab lain berupa oleh Hipocrates (460-375 SM) dengan
kelainan patologis seperti keganasan menggunakan panduan oklusi
pada mandibula, kecelakaan saat (hubungan yang ideal antara gigi
kerja, dan kecelakaan akibat olahraga bawah dan gigi-gigi rahang atas),
sebagai dasar pemikiran dan
diagnosis fraktur mandibula
_TINJAUAN PUSTAKA_
ANATOMI DAN FUNGSI MANDIBULA
Mandibula adalah tulang rahang bawah pada
manusia dan berfungsi sebagai tempat
menempelnya gigi-geligi.
Mandibula terdiri dari korpus berbentuk tapal
kuda dan sepasang ramus.Korpus mandibula
bertemu dengan ramus masing-masing sisi
pada angulus mandibula

Mandibula dipersarafi oleh 3


cabang nervus yaitu N. Bucalis
Longus, N. Lingualis, dan N.
Alveolaris inferior
DEFINISI FRAKTUR MANDIBULA
Fraktur adalah discontinuitas dari jaringan tulang yang biasanya
disebabkan oleh adanya kecelakaan yang timbul secara langsung.Fraktur
mandibula adalah putusnya kontinuitas tulang mandibula.

Hilangnya kontinuitas pada rahang bawah (mandibula), yang diakibatkan


trauma oleh wajah ataupun keadaan patologis, dapat berakibat fatal bila
tidak ditangani dengan benar

Mandibula dipersarafi oleh 3 cabang nervus yaitu N. Bucalis


Longus, N. Lingualis, dan N. Alveolaris inferior
ETIOLOGI
Factor etiologi utama bervariasi berdasarkan lokasi geografis. Pada
beberapa investigasi seperti Jordan, Singapore, Nigeria, New Zealand,
Denmark, Yunani, dan Japan dilaporkan kecelakaan akibat kendaraan
bermotor paling sering di jumpai

Menurut survey di District of Columbia Hospital, dari 540 kasus fraktur,


69% kasus terjadi akibat kekerasan fisik (perkelahian), 27% akibat
kecelakaan lalulintas, 12% akibat kecelakaan kerja, 2% akibat
kecelakaan saat olahraga dan 4% karena sebab patologi.
KLASIFIKASI FRAKTUR SECARA UMUM

MENURUT PENYEBAB MENURUT HUBUNGAN MENURUT BENTUK


TERJADINYA FRAKTUR DEGAN JARINGAN IKAT FRAKTUR

Fraktur Traumatik Fraktur terbuka Fraktur Komplit

Fraktur komplikasi Fraktur Inkomplit


Fraktur Fatik atau Stress

Fraktur Simple/ Fraktur Komunitif


Fraktur Patologis
Tertutup
Fraktur Kompresi
KLASIFIKASI FRAKTUR MANDIBULA
STATUS PASIEN
Identitas pasien

 Nama : Ny. P
 Umur : 49 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Alamat : Sukuran Kalijambe Sragen Jawa
Tengah
 No RM : 01-30-60-54
 MRS : 29 Juni 2017
Keluhan Utama
Nyeri pada Rahang Kanan Setelah Kecelakaan Lalu Lintas

Riwayat Penyakit Sekarang


6 jam sebelum masuk RS pasien dibonceng sepeda motor,
kemudian terjatuh dengan tangan kanan sebagai tumpuan,
muntah (-), pingsan (+), kejang (-). Pasien mengeluh nyeri
pada rahang dan tangan sebelah kanan, kemudian pasien
dibawa ke puskesmas. Karena keterbatasan fasilitas pasien
dirujuk ke RSUD Dr Moewardi
 Riwayat penyakit serupa : (-)
 Riwayat operasi : (-)
 Riwayat Perawatan : (-)
 Riwayat DM : (-)
 Riwayat Hipertensi : (-)
 Riwayat sakit jantung : (-)
 Riwayat alergi : (-)

Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat keluhan yang sama: disangkal
 Riwayat DM : (-)
 Riwayat Hipertensi : (-)
 Riwayat sakit jantung : (-)
 Riwayat alergi : (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat Kebiasaan
 Kebiasaan makan : teratur dengan gizi seimbang
 Riwayat Merokok : (-)
 Riwayat minum alkohol : (-)
 Riwayat olahraga : Pasien jarang berolahraga

Riwayat Sosial Ekonomi dan Lingkungan


Pasien merupakan karyawan swasta, tinggal di daerah
dengan kebersihan cukup, pasien berobat menggunakan
fasilitas Jamkesmas
Keadaan Umum
 Keadaan Umum : composmentis, E4V5M6, tampak sakit
sedang
 Vital Sign : RR 18X/menit
TD 120/80 mmHg
HR 84 x/menit, regular, isi dan tegangan
cukup
T 36,2 ⁰ C

PEMERIKSAAN FISIK
PENANGANAN PENANGGULANGAN KESADARAN

a. A-Airway (pembebasan jalan napas)


Hal ini harus segera dilakukan pada pasien yang mengalami
depresi pernapasan akut, termasuk memastikan aliran udara ke
saluran napas atas dan bawah lancar. Pada pasien yang mengalami
penurunan tingkat kesadaran, lidah akan jatuh ke belakang dan
menyumbat faring. Hal yang perlu dilakukan adalah mengangkat
dagu atau rahang untuk mencegah penyumbatan oleh lidah
PENANGANAN PENANGGULANGAN KESADARAN

b. B-Breathing (pernafasan)
Pada tahapan ini yang dinilai adalah ada atau tidaknya henti
napas dan kemampuan pasien untuk menghembuskan udara ke luar
dengan baik dari dalam dada. Pernafasan yang baik harus meliputi
fungsi yang baik dari paru-paru, dinding dada dan diafragma.
Gangguan pernafasan sering dijumpai pada pasien yang mengalami
kasus trauma.
Pasien dengan frekuensi napas lebih dari 20 kali per menit
harus diperiksa dengan teliti untuk memastikan ada atau tidaknya
gangguan pernafasan
Dada harus diperiksa dengan melakukan inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi
PENANGANAN PENANGGULANGAN KESADARAN
PENANGANAN PENANGGULANGAN KESADARAN

c. C-Circulation (sirkulasi)
Pada tahapan ini dilakukan penilaian volume intravaskuler
pasien, dengan berpedoman kepada banyaknya perdarahan yang
dialami. Selain pernapasan dan ventilasi yang merupakan faktor
penyebab kematian dini yang sering terjadi pada kasus trauma,
penyebab lain yang juga perlu mendapat perhatian adalah
kegagalan mengembalikan volume darah yang hilang secara
adekuat pada pasien yang mengalami perdarahan hebat.
PENANGANAN PENANGGULANGAN KESADARAN

d. D-Disability (ketidakmampuan)
Tahapan ini menilai status neurologis pasien secara
menyeluruh. Hal yang perlu dilakukan adalah mengamati tingkat
kesadaran dan ukuran atau reaksi pupil, serta respon terhadap
rangsangan suara. Penurunan kesadaran dapat disebabakan oleh
penurunan oksigenasi ke otak atau trauma langsung ke otak.
Penilaian ukuran atau reaksi pupil dapat dilakukan dengan
menyinari mata dengan senter
PENANGANAN PENANGGULANGAN KESADARAN

e. E-Exposure (paparan)
Pada tahapan ini, hal yang perlu dilakukan adalah
melonggarkan atau melepaskan pakaian pasien agar dapat
memeriksa bagian depan dan belakang tubuhnya. Jika sulit
melepaskan pakaian pasien, dapat juga dilakukan dengan
memotong pakaian pasien dengan gunting. Hal yang penting
lainnya adalah menutupi tubuh pasien dengan selimut hangat
untuk mencegah pasien mengalami hipotermia.
PENANGANAN FRAKTUR MANDIBULA

Apabila fraktur disertai perdarahan, maka lakukan metode RICE


untuk menghentikan perdarahan, Kemudian rujuk.
Penatalaksanaan dirumah sakit rujukan Yaitu reposisi, fiksasi,
imobilisasi dan rehabilitasi. Reposisi bisa dilakukan secara tertutup
tanpa melihat garis fraktur, maupun terbuka langsung melihat garis
fraktur dengan membuka kulit atau mukosa di atas fraktur yang
terjadi. Setelah reposisi, fragmen fraktur dapat dilakukan fiksasi
internal menggunakan kawat atau plat dan sekrup. Bila perlu
imobilisasi maka dapat dilakukan pemasangan fiksasi intermaksila
dengan menggunakan arch bar pada maksila dan mandibula yang
kemudian keduanya diikat dengan karet dan kawat.
Untuk Menghindari mobilisasi/pergerakan mandibula
seblum dilakukan tindakan lebih lanjut dapat kita lakukakan
pemasangan bidai pada daerah fraktur.
TRIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai