Anda di halaman 1dari 26

Fraktur

Zygomaticomaxillary
complex akibat kecelakaan
Hanin Farah Savitri (102020067)
Skenario 7
Seorang laki-laki umur 26 tahun mengalami KLL satu jam
sebelum datang ke Gawat Darurat Rumah Sakit. Saat naik sepeda
motor menabrak balok yang dibawa oleh sebuah truk, mengenai
pipi kanan.
• Identifikasi Istilah
-

• Rumusan Masalah
- laki-laki 26 tahun mengalami KLL dengan menabrak balok yang
dibawa truk sehingga mengenai pipi kanan

• Hipotesis
- laki-laki 26 tahun mengalami fraktur os. zygomaticus
Mind map
Anamnesis
Tata Pemeriksaan
Laksana Fisik

Differential Pemeriksaan
Diagnosis RM Penunjang

Patofisiologi Etiologi
Working
Diagnosis
anamnesis
● Identitas pasien : laki-laki berusia 26 tahun
● Keluhan utama : pipi kanan menabrak balok
● Keadaan umum : sakit sedang
● Kesadaran : sempat pingsan
● Hidung pasien berdarah
● Mual dan muntah (-)
● Masih bisa berjalan pelan
● Sakit pada pipi kanan
Working
diagnosis

Fraktur Os. Zygomaticus


Zygoma terletak diwajah bagian tengah (midface) yg terhubung ke
tulang rahang atas pada permukaan medialnya (garis sutura
zygomaticomaxillary), tulang frontal pd permukaan atasnya (garis
sutura frontozygomatic), dan tulang temporal pada permukaan
lateralis (garis sutura zygomaticotemporal). Meskipun memiliki
kekuatan stabilitas, tulang wajah yg lebih tebal karena sifatnya yg
secara intrinsik menonjol cembung masih rentan terhadap cedera.
Fraktur zygomatic biasanya disebabkan oleh pukulan langsung ke
eminensia malar atau pipi selama serangan.
Tulang zygomatic sangat erat kaitannya dengan maksila, frontal dan
tulang temporal dan ketiga bagian tersebut biasanya terlibat ketika
fraktur zygomatic terjadi sehingga disebut fraktur zygomatikcomplex.
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
Fraktur Nasal
Fraktur yang paling sering terjadi pada fraktur kepala leher dan menempati urutan ketiga dari seluruh
fraktur tubuh manusia. Fraktur nasal sering berupa fraktur sederhana, tetapi komunitif dan dapat
disertai dengan luka terbuka pada kulit luar hidung.

Fraktur Mandibula
Merupakan putusnya kontinuitas tulang mandibula. Hilangnya kontinuitas pada rahang bawah
(mandibula), dapat berakibat fatal bila tidak ditangani dengan benar. Klasifikasi fraktur mandibula
berdasarkan pada letak anatomi dapat terjadi pada daerah-daerah dentoalveolar, kondilus,
koronoideus, ramus, sudut mandibula, korpus mandibula, simfisis, dan parasimfisis.

Fraktur Maxilla
Sebagai bagian dari trauma maxillofacial cukup sering ditemukan, walaupun lebih jarang dibandingkan
dengan fraktur mandibula. Pada fraktur maksila juga dapat muncul berbagai komplikasi yang cukup
berat, dimana apabila tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan kecacatan dan kematian.

Sumber : Airlangga, I. U. (2016). Ir-perpustakaan universitas airlangga.


Pemeriksaan fisik
TTV : 120/80 mmHg, Nadi 80 x/menit, Nafas 20 x/menit, suhu
37,2 C
Inspeksi :
- mata kanan: orbital hematoma, kebiruan, susah dibuka karena
bengkak. Saat melihat ke atas mata kanan tidak dapat
digerakkan ke atas. Pasien mengalami diplopia, namun jika
melihat ke arah depan normal, terdapat hematom subkonjungtiva
kanan.
- Tidak terjadi perubahan dalam bentuk wajah
- Hidung : bentuk normal, masih ada sisa pendarahan yang
sudah kering
Palpasi :
- Tonjolan pipi : zygoma kanan lebih rendah dari kiri
- Mata : krepitasi di infra orbital kanan
- Sensibilitas menurun pada daerah hidung lateral kanan dan
supra labial kanan
Hidung bentuk normal masih ada sisa pendarahan yg sudah
kering
Gerakan : kesulitan membuka dan menutup mulut (-)
Pemeriksaan
penunjang

X-ray 3 dimensi : Ditemukan fraktur


maxilla dan zygoma kanan, dengan
dasar fraktur orbita kanan, ada
kekabutan serta penurunan isi orbita
ke sinus maxillary kanan

Foto tiga dimensi (3D) sangat penting


untuk analisis dan visualisasi fraktur
kompleks. Foto tersebut memberikan
gambaran fragmen dan dislokasi yang
lebih relevan, sehingga dapat dicari
kesimpulan mekanisme trauma.
Anatomy kepala

Zygoma memiliki 4 artikulasi atau dinding penopang,


yang disebut Complex ZMC :
- Zygomaticotemporal (ZT) suture
- Zygomaticomaxillary (ZM) suture
- Zygomaticofrontal (ZS) suture
- Zygomaticosphenoidal (ZS) suture
fraktur

Fraktur merupakan hilangnya atau terputusnya kontinuitas


tulang, sering diikuti oleh kerusakan jaringan lunak dengan
berbagai macam derajat, mengenai pembuluh darah, otot
dan persarafan.
etiologi
Etiologi trauma pada wajah dapat meliputi :
1. Tindakan kekerasan
2. Olahraga
3. Terjatuh
4. Injuri karena perang
5. Luka tembak
6. Kecelakaan kerja
Kecelakaan lalu lintas adalah penyebab utama trauma maksilofasial yang dapat membawa
kematian dan kecacatan pada orang dewasa secara umum dibawah usia 50 tahun dan angka
terbesar biasanya terjadi pada pria dengan batas usia 21-30 tahun.
Bagi pasien dengan kecelakaan lalu lintas yang fatal menjadi masalah karena harus rawat inap di
rumah sakit dengan cacat permanen yang dapat mengenai ribuan orang per tahunnya.
Berdasarkan studi yang dilakukan, 72% kematian oleh trauma maksilofasial paling banyak
disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas
epidemiologi
• Fraktur bervariasi antar populasi, terutama berkaitan dengan kejadian, distribusi demografis
dari fraktur, etiologi dan jenisnya karena perbedaan lingkungan, soial ekonomi, budaya dan
gaya hidup.
• Fraktur maksilofasial terbanyak pada laki-laki usia produktif antara usia 21-30 tahun yaitu
81,73% dari jumlah kasus
• Penyebab terbanyak adalah kecelakaan lalu lintas dan sebagian besar adalah pengendara
sepeda motor
• distribusi patah tulang wajah yaitu 72,9% mandibula, 13,9% rahang atas, 13,5% zygomatic,
24,0% zygomaticoorbital, 2,1% kranial, 2,1% hidung, dan 1,6% cedera frontal. Penyebab
cedera maksilofasial ini adalah mobil (30,8%) dan sepeda motor (23,2%), olahraga (6,3%), dan
peperangan (9,7%).
patofisiologi
• Memiliki kaitan yg erat dengan tulang maxilla, tulang temporal, frontal dan orbital
• Berfungsi untuk membangun struktur dan estetika/penampilan pada wajah. ZMC memberikan
contour pada pipi yang normal, ikut berpartisipasi dalam mengatur lebar mid face, mengatur
menonjolnya pipi dan memiliki fungsi sebagai pemisah orbita dari fossa temporal dan sinus
maxillaris
• Fraktur complex zygomaticomaxillary terjadi karena adanya pukulan langsung ke bagian yang
menonjol malar dan menghasilkan tiga komponen fraktur yg berbeda, akibatnya mengganggu
penahan zygoma.
• Selain itu, complex fraktur dapat menyebabkan benturan otot temporalis, trismus atau kesulitan
mengunyah, dan dapat mengganggu foramen/saraf infraorbital yg mangakibatkan hipoestesia
(mati rasa) dalam distribusi sensoriknya.
Klasifikasi Knight dan North dibagi menjadi enam, yaitu :
• Kelompok 1 : fraktur tanpa pergeseran signifikan yang dibuktikan secara klinis dan radiologi
• Kelompok 2 : fraktur yg hanya melibatkan arcus yg disebabkan oleh gaya langsung yg menekuk malar eminence
kedalam
• Kelompok 3 : fraktur yg tidak berotasi
• Kelompok 4 : fraktur yg berotasi ke medial
• Kelompok 5 : fraktur yg berotasi ke lateral
• Kelompok 6 : fraktur kompleks yaitu adanya garis fraktur tambahan sepanjang fragmen utama

Klasifikasi menurut zingg :


• Type A : relatif jarang terjadi, luka terbatas pada 1 komponen dari struktur tetrapod yaitu zygomatic arch, dinding
lateral orbital, tepi inferior orbital
• Type B : mencakup seluruh 4 penopang ZMC, dan terjadi sekitar 62% dari fraktur ZMC
• Type C : fraktur komplek dengan patahnya os zygomatic itu sendiri dan biasannya fraktur terjadi pada
zygomaticomaxillary dan xygomaticotemporal
Manifestasi klinis
1. Pembengkakan yang disertai dengan hematom periorbita
2. Perdarahan subkonjungtiva
3. Kontur muka tidak simetris
4. Krepitasi
5. Perdarahan hidung pada sisi yang mengalami fraktur
6. Gangguan membuka mulut dapat terjadi akibat rotasi dan pergeseran dari atau
processus zygomaticus ke caudal
7. Jika melibatkan fraktur orbita maka dapat ditemui gangguan penglihatan berupa
diplopia
8. Dapat disertai juga enopthalamus dan eksopthalamus
PRIMARY TATA LAKSANA
SECONDARY
SURVEY SURVEY
Menilai airway, breathing, Menilai tingkat kesadaran,
circulation, disability dan anamnesis, pemeriksaan fisik
environment dan pemeriksaan penunjang

Indikasi dilakukan operasi :


1. Terdapat gangguan fungsi seperti diplopia, kesukaran membuka mulut
(trismus), dan menyebabkan parastesia
2. Terdapat gangguan estetik, yaitu adanya asimetri yg sangat mencolok
fraktur dan deformitas disertai diplopia
Tindakan Tata laksana
Tindakan non
operatif operatif
Operasi dilakukan melalui sayatan pada
kelopak mata bagian bawah (subciliary) dan Obat analgesik golongan opoid untuk
bagian lateral mata dilanjutkan dengan meredakan nyari karena fraktur,
reposisi dan pemasangan implant dgn Open kalsium dan vitamin D untuk proses
Reduction Interna Fixation (ORIF) dengan pemulihan
miniplate dan screws. Alat-alat ini dilekatkan
pada sisi tulang atau juga dipasang melalui
fragmen tulang atau langsung ke rongga
sum-sum tulang.

• Open Reduction = sebuah tindakan


pembedahan yang dilakukan agar
memperbaiki bentuk tulang.
• Internal Fixation= yang digunakan untuk
mempertahankan fragmen tulang dalam
posisinya sampai tulang benar-benar
sembuh
komplikasi
1. Paresthesia Infraorbita
2. Malunion dan asimetris
3. Enophtahlmos
4. Diplopia
5. Hyphema Traumatik
6. Trauma Neuropathy Optik
7. Sindrom Superior Orbital Fissure
8. Perdarahan retrobulbar
9. Trismus
pencegahan
• Mengonsumsi vitamin D / mendapatkan vitamin D dari sinar matahari dapat
menyebabkan produk kalsium-fosfat adekuat, sehingga akan sangat memungkinkan
untuk terjadi mineralisasi tulang yang efektif. Dengan begitu kekuatan tulang akan
meningkat dan tulang tidak mudah untuk patah maupun keropos
• Pada saat berkendara harus selalu berhati-hati, jika menggunakan mobil hendaknya
selalu ingat untuk menggunkan sabuk pengamandan jika menggunakan motor juga
lakukan proteksi dengan menggunakan helm dengan baik dan benar sesuai standar
lalu lintas
prognosis
• Pasien yg tidak memerlukan tindakan bedah, dengan penanganan dan pemberian
obat yang tepat pasien akan berlangsung baik
• Pembedahan dengan hasil yang buruk sangat jarang terjadi
• Asimetris wajah membutuhkan bedah lagi, hanya ditemukan 3-4% pasien
• Tingkat infeksi pasca operasi sangat rendah, dan infeksi ini hampir selalu sembuh
dengan antibiotik oral
• Secara umum, prognosis jangka panjang setelah perbaikan fraktur
zygomaticomaxillary complex (ZMC) sangat baik
kesimpulan
Hipotesis diterima. Laki-laki tersebut di diagnosa mengalami fraktur complex
zygomaticomaxillary, dikarenakan adanya fraktur maxilla kanan, fraktur
zygoma kanan dan fraktur dasar orbita kanan serta diplopia. Perubahan wajah
yang terjadi pada pasien diakibatkan karena cidera yang mengenai tulang,
otot, saraf, serta pembuluh darah yang terdapat di sekitar os. Zygoma. Tata
laksana yang diberikan adalah terapi medis dan terapi bedah. Prognosis sangat
baik jika ditangani dengan baik karena tingkat tingkat infeksi pada operasi
sangat rendah dan infeksi ini hampir selalu sembuh dengan antibiotik oral.
Daftar Pustaka
1. Paulsen F & Waschke J, 2019; Sobotta Atlas Anatomi Manusia, Jilid 3, Edisi 24, EGC,
Jakarta.
2. Henry MM, ThompsonJN. Principles of management of fracture, joint injuries, and
peripheral nerve injuries. In Clinical Surgery. 2 nd ed. United Kingdom : Elsevier
Saunders ; 2005.h.677-92.
3. Airlangga, I. U. (2016). Ir-perpustakaan universitas airlangga.
4. Bernado, P., Prihartiningsih, P., & Hasan, C. Y. Penatalaksanaan Fraktur Kompleks
Zygomatikomaksilaris Sinistra dengan Miniplate Osteosynthesis. Majalah Kedokteran
Gigi Indonesia, 20(2), 161-169.
5. Istikharoh, U. (2020). GAMBARAN EPIDEMIOLOGI KASUS TRAUMA KRANIOFASIAL
DI RSUD PROVINSI NTB PADA SEPTEMBER 2018 –SEPTEMBER 2019. Jurnal
Kedokteran, 9(1), 37-42.
6. Euerle B. Maxillofacial injuries: clinical characteristicts and initial management.
Reliasmedia. 2010
7. Galvani A, Martial L. Konsep post operasi ORIF. Jurnal Politeknik Kesehatan Malang.
H.1-37 : 2013.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai