PENDAHULUAN
kecelakaan lalu lintas.1 Trauma tumpul yang cukup keras merupakan etiologi dari
terjadi pada semua usia terutama 1-37 tahun. Hampir 50% di Amerika Serikat
kejadian persen hingga 85% fraktur mandibula terjadi pada laki-laki, dengan
mayoritas terjadi pada individu di usia dua puluhan dan tiga puluhan. Penyebab
paling umum adalah serangan yang diperparah dan tabrakan kendaraan bermotor
(MVC) pada pria, dan jatuh dan MVC pada wanita. Penyebab umum lainnya
termasuk kegiatan olahraga dan luka tembak. Mekanisme cedera penting untuk
pengobatan yang berbeda. MVC dan luka tembak, misalnya, karena sifat kekuatan
1
derah yang dicurigai ada patah. Pemeriksaan klinis dilengkapi dengan radiografi
arah lateral dan anterior, pelebaran dan pemanjangan wajah. Pusat pertumbuhan
kondilar adalah koordinator utama dari pertumbuhan mandibula, karena itu setiap
semua tulang wajah, mandibula adalah yang paling terakhir dalam menyelesaikan
yaitu sesuai ATLS (Advenced trauma Life Support), dimulai dengan primary
dengan pemasangan erich arch bar. Pada umur antara 5-12 tahun, dapat dilakukan
3.
2
1.3 Tujuan
3
BAB 2
PEMBAHASAN
Seorang ahli bedah mulut dan maksilofasial pada milenium ini harus
mampu mengevaluasi dan merawat cedera jaringan lunak dan jaringan keras di
kepala dan leher dengan kompetensi yang sama. Untuk mencapai standar tinggi
ini, pendekatan yang logis dan terdokumentasi baik harus dimulai segera setelah
Mendapatkan riwayat yang adekuat dari korban trauma adalah sulit karena
biasanya mereka tidak mampu memberi respon dengan baik. Keadaan tidak sadar
(koma), syok, amnesia, dan intoksikasi merupakan hambatan yang sering terjadi
pekerja pada UGD. Tanggal, waktu, tempat kejadian, dan peristiwa khusus
dicatat(Peterson , 1988).
Bagaimana kejadiannya?
Kapan kejadiannya?
Spesifikasi luka, termasuk tipe objek yang terkena, arah terkena, dan alat
4
Gejala apa yang sekarang diperlihatkan oleh pasien, termasuk nyeri,
pernah dilakukan. Jejas pada sepertiga wajah bagian atas dan kepala biasanya
mati rasa di daerah kening. Jejas pada sepertiga tengah wajah menimbulkan
mati rasa di daerah paranasal dan infraorbital, dan obstruksi jalan nafas. Jejas pada
harus dipastikan bahwa cedera sistemik lain telah dievaluasi misalnya cedera
spina servikal atau trauma dada. Pemeriksaan neurologi sesuai dengan Glasgow
Coma Scale (GCS) untuk mengetahui status neurologi pasien. Jika pasien
Indikasi untuk melakukan konsultasi pada trauma mulut dan maksilofasial adalah
apabila ada penyimpangan dicatat. Kisaran gerak dievaluasi pada semua arah dan
jarah interinsisal dicatat. Apabila ada meatus acusticus externus penuh dengan
5
darah dan cairan, jari telunjuk dapat dimasukkan dengan telapak mengarah ke
bawah dan kedepan untuk melakukan palpasi terhadap caput condylus pada saat
Pada fraktur subcondylus tertentu, bisa dijumpai adanya nyeri tekan yang
amat sangat atau caput mandibula tidak terdeteksi. Tepi inferior dan posterior
untuk melihat adanya laserasi pada area gingiva dan kelainan pada bidang oklusi.
menahan kening pasien menggunakan salah satu tangan. Kemudian ibu jari dan
2016).
Tanda-tanda atau gejala fraktur yang dapat dibedakan menjadi tanda fraktur yang
pasti (definitif) dan tanda yang tidak pasti. Tanda fraktur yang pasti menunjukkan
bahwa memang pasti terdapat fraktur, sedangkan tanda fraktur yang tidak pasti
muka. Kontur muka pada bagian yang mengalami fraktur terlihat lebih
6
cekung. Pada fraktur hidung juga terlihat displacement dengan jelas berupa
Krepitasi
· Tampak fragmen patahan dari tulang. Tanda-tanda fraktur yang tidak pasti:
Rasa sakit
Pembengkakan, hematoma.
Maloklusi
wajah.
Fort pada 1901, melaporkan penelitian pada jenazah yang mengalami trauma
tumpul. Disimpulkan terdapat pola prediksi fraktur berdasarkan kekuatan dan arah
trauma. Terdapat tiga predominan tipe yaitu Le Fort I –III (Paramesti & yusuf,
2008).
Garis fraktur pada maksila bagian bawah dapat memisahkan palatum dari
korpus maksila. Bila komplit garis fraktur dapat meliputi septum nasi bagian
7
bawah, dasar hidung, bagian lateral apertura piriformis, fosa kanina, dasar sinus
horizontal. Bila komplit garis fraktur pada tulang nasal, prosesus frontalis
maksila, tulang lakrimal, daerah infra orbita (mendekati garis sutura zygomatiko
maksilaris) dan lateral inferior dinding sinus maksilaris(Paramesti & yusuf, 2008).
dengan basis kepala, namun tipe ini jarang dijumpai sekitar 5-15%. Arah trauma
dapat oblik maupun horizontal. Bila komplit garis fraktur terletak pada sisi atas
hidung (sutura fronto nasal) yaitu fraktur tulang nasal, prosesus frontal maksila,
tulang lakrimal, lamina papirasea, sinus ethmoid dan fisura orbitalis inferior.
hemi Le Fort atau hanya berdasar lokasi spesifik seperti fraktur maksila secara
khusus disebut fraktur maksila medial, sagital atau para sagital fraktur palatum
durum.Trauma wajah jarang muncul hanya dalam satu klasifikasi saja namun
dapat berupa kombinasi tipe fraktur, tapi penggolongan menurut Le Fort ini masih
8
2. Parasymphyseal : dari bagian distal symphysis hingga tepat pada garis
molar 3).
4. Angle : area segitiga yang berbatasan dengan batas anterior otot masseter
molar 3).
ramus.
Gambar 1
9
2.4 Perawatan fraktur
ditemukan luka robek disertai fraktur terbuka pada tulang kepala lebih dari satu
tabula. Fraktur depress lebih dari satu tabula merupakan indikasi cnaiectomy. Hal
ini untuk mencegah infeksi dan mencegah terjadinya defisit neurologis fokal yang
infeksi intrakranial terutama jika disertai dengan fraktur depress tulang kepala dan
robeknya duramater. infeksi ini bisa berkembang menjadi meningitis dan abses
otak. Luka penetrasi yang menembus tulang kepala seperti benda tajam yang
(Saleh, 2016).
Peralatan proteksi diri yang dibutuhkan saat operasi adalah google, boot
dengan povine iodine, lalu drapping area operasi. Debridement dilakukan pertama
10
kali pada daerah kulit. Kemudian rawat perdarahan di vena dengan melakuan
koagulasi. Buka fascia untuk menilai otot dan tendon. Viabilitas otot dinilai
Irigasi dilakukan dengan normal saline. Penggunaan normal saline adalah 6-10
liter untuk fraktur terbuka. Tulang dipertahankan dengan reposisi. Penutupan luka
dilakukan jika memungkinkan. Pada fraktur terbuka yang tidak bisa dilakukan
penutupan luka, dilakukan rawat luka terbuka, hingga luka dapat ditutup
Salah satu konsep dasar dari perawatan fraktur mandibula adalah bahwa
oklusi dapat dijadikan patokan untuk mereduksi fraktur oleh sebab itu MMF
awal dari pasien ini adalah aplikasi arch bar dan MMF untuk mendapatkan oklusi
pemasangan fiksasi rigid, hal ini dapat dilakukan dengan pemasangan wire
disebut juga reduksi tertutup karena tidak adanya pembukaan dan manipulasi
terhadap area fraktur secara langsung. Teknik IMF yang biasanya paling banyak
11
Dengan pengecualian pada hidung, fraktur mandibula terjadi dua kali lebih
sering daripada fraktur tulang wajah lainnya. Pentingnya mandibula tidak hanya
kosmetik; itu juga berfungsi dalam menggigit, mengunyah, dan berbicara. Tujuan
pengobatan fraktur mandibula adalah untuk mengembalikan oklusi gigi yang tepat
fiksasi internal (IF) telah secara dramatis merevolusi pendekatan terhadap fraktur
periode imobilisasi ini termasuk masalah saluran napas, nutrisi yang buruk,
penurunan berat badan, kebersihan mulut yang buruk, kesulitan fonasi, insomnia,
dalam memulihkan fungsi rahang rentang normal. Fiksasi rigid fraktur mandibula
memungkinkan mobilisasi awal dan pemulihan fungsi rahang dan kontrol saluran
pasien; dan memungkinkan kembalinya lebih awal ke tempat kerja (Anwar dkk,
2015).
rigid MMF setelah OR / IF menggunakan plat titanium mini sama efektif dan
aman dengan mempertahankan MMF pasca operasi. Oleh karena itu, peran pasca
operasi dari rigid MMF telah menurun, tetapi penting untuk mempertahankan
oklusi yang tepat. sampai fiksasi internal dari fraktur(Anwar dkk, 2015).
12
Gambar 2 : bahan untuk fiksasi
mandibula diperoleh pasca operasi untuk tindak lanjut. Operasi ini dilakukan di
menggunakan arch bar dan kabel dilakukan pertama kali pada kelompok kontrol.
Pengurangan terbuka fraktur (s) dilakukan melalui insisi sublabial yang lebih
rendah. Dalam kelompok studi, paparan, diseksi, dan disimpaksi fraktur dilakukan
saat mandibula dibuka, maka 3MF intraoperatif sementara dilakukan oleh asisten
13
(ahli bedah maksilofasial) untuk mendapatkan dan mempertahankan oklusi gigi
lokasi bedah dan ekstra oral diikuti dibersihkan dengan handuk steril.
Dua titanium miniplates (ketebalan 1,5 mm) dengan setidaknya dua lubang
Perawatan diambil selama insisi, diseksi, dan IF untuk menghindari cedera saraf
mental. Insisi sublabial kemudian ditutup, dan pada pasien dalam kelompok
diberi diet lunak selama 1 bulan. Antibiotik profilaksis dan analgesik diresepkan
untuk semua pasien. Neurotonik diresepkan untuk kasus mati rasa pada dagu, dan
pasien dipulangkan dari rumah sakit pada hari kedua setelah operasi(Anwar dkk,
2015).
14
Gambar 3 : intraoral pada fraktur
15
Gambar 5: intraoperative fraktur mandibula
16
Gambar 7: bila fraktur pada angulus dapat ditempatkan a sagittal split
osteotomy plate
tertutup tidak menyebabkan trauma pada vaskular dan lebih murah untuk pasien;
Namun, hal ini terkait dengan periode imobilisasi dan penutupan rongga mulut
yang signifikan, dan membutuhkan gigi yang utuh atau beberapa bentuk catatan
dan pemulihan oklusi preinjury pasien tanpa fiksasi lengkap mandibula dan
maksila. Hal ini memungkinkan penyembuhan tulang dalam waktu yang lebih
nutrisi serta kebersihan mulut yang lebih baik. Penting untuk dicatat,
bagaimanapun, bahwa potensi infeksi benda asing lebih mungkin dengan teknik
ini. Selain itu, penelitian yang telah memeriksa komplikasi dengan kedua teknik
penelitian acak yang membandingkan keduanya. Ini juga bisa karena ORIF (Open
reduksi dan fiksasi internal) biasanya digunakan dalam cedera yang lebih
Satu studi mencatat bahwa hingga 60% pasien yang dirawat karena fraktur wajah
17
bisa tidak sesuai dalam beberapa bentuk. Menentukan bentuk yang tidak sesuai
adalah penting ketika memutuskan antara IMF / MMF atau ORIF, karena pasien
ini paling baik diobati dengan ORIF untuk mengurangi risiko pelepasan dini IMF
IMF / MMF juga merupakan pilihan yang masuk akal bagi mereka yang
tumpang tindih antara kelompok berisiko ini untuk komplikasi dan kelompok
berisiko untuk ketidakpatuhan, dan IMF / MMF mungkin bukan pilihan terbaik
untuk hasil jangka panjang. Pada titik ini, penilaian menyeluruh harus dilakukan
dan diskusi menyeluruh yang diadakan dengan pasien untuk menentukan metode
yang paling baik dalam tindakan reduksi adalah oklusi dari gigi geligi. Secara
umum terdapat dua metode dalam tindakan reduksi rahang, yaitu reduksi
18
tertutup (closed reduction) dan reduksi terbuka (open reduction)(Anwar dkk,
2015).
Reduksi Tertutup
Reduksi Terbuka
suatu interosseus wiring, bone plate with screw, intramedullary wire, pin
terjadi trauma. Namun tentu saja perawatan definitif ini harus dilakukan setelah
keadaan umum pasien stabil, terkontrol, dan telah melewati masa kritis. Seperti
2015).
19
Untuk mendapatkan hasil penyembuhan fraktur yang baik, fragmen -
fragmen tulang harus terikat dengan kuat pada posisi anatomi semula. Adanya
normal. Pada prinsipnya fiksasi dapat berupa alat yang rigd, semi-rigid, atau
akurat, oklusi dan angulasi yang baik, tidak adanya interposisi jaringan lunak
penyembuhan tulang yang baik. Penutupan jaringan lunak baik itu mukosa
tiga jenis:
Fiksasi Intramaksila
Yaitu suatu cara fiksasi dengan jalan pengikatan gigi geligi hanya pada
rahang atas atau rahang bawah saja. Misalnya metode wiring eyelet,
Essig, rigid arch bar pada satu rahang, dan lain – lain.
20
Gambar 7 : Tahap – tahap pembuatan eyelet
Fiksasi Intermaksila
Adalah suatu cara fiksasi fraktur rahang dengan cara mengunci gigi geligi
rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan oklusi dengan menggunakan
kawat atau rubber elastic band. Misalnya metode Gilmer, Ivy’s loop, Stout
continous, arch bar dari Jelenko, Winter, Erich, Austin, dan penggunaan
splint dari logam atau akrilik. Untuk perawatan kasus fraktur rahang
21
Gambar 10 : Erich bar & rubber elastic
Fiksasi Ekstramaksila
Adalah suatu cara fiksasi yang dilakukan dari luar rongga mulut, dapat
servikal. Sedangkan alat yang digunakan dapat berupa: bandage, head cap
strips, adhesive tape, head gear, head frame, dll( Hollier, 2015).
22
Pelat dan sekrup berfungsi untuk memfiksasi secara kaku dan mencegah
setiap gerakan segmen fraktur dengan menyerap semua atau sebagian beban
dibuat mengenai panjang dan ketebalan pelat yang tepat yang diperlukan, dan
penempatan lebih dari satu sekrup di kedua sisi fraktur untuk membatalkan
kekuatan dinamis yang bekerja pada mandibula. Dalam kondisi yang ideal, tiga
diperlukan untuk menstabilkan segmen tulang yang retak. Pilihan untuk stabilisasi
penguncian fraktur universal / pelat tanpa kunci, profil 1,5-mm; sekrup lag) atau
2.0-, 2.5-, atau 2.8-mm). Pilihan-pilihan ini berbeda dalam diameter sekrup
internal, ketebalan, luas permukaan dari tulang yang bersentuhan (jejak), tingkat
tulang melawan gaya intrinsik pada mandibula. Karakteristik ini, secara umum,
23
Menentukan antara bentuk-bentuk fiksasi kaku ini didasarkan pada kualitas
tulang dari segmen yang retak dan gaya intrinsik pada mandibula. Jika kualitas
tulang buruk, seperti dengan kominusi yang signifikan, cacat, atau atrofi, maka
seperti dengan pasien laki-laki muda yang sehat, plate yang lebih kuat dan sekrup
ekstra akan diperlukan karena kekuatan gigitan yang lebih besar yang ditempatkan
mandibula yang mengalami tingkat kekuatan yang lebih kecil. Pada tahun 1978,
disebut garis ketegangan Champy, dengan bagian superior dari garis juga disebut
sekrup untuk "terkunci" ke plate , sehingga memutar pelat dan sekrup alat ke
ini, termasuk risiko maloklusi yang lebih rendah akibat kontur pelat yang tidak
dan berkurangnya waktu untuk aplikasi. Selain itu, penelitian telah menunjukkan
penggunaan dan klinisnya. Namun, manfaat yang jelas atas pelat dan sekrup
nonlocking belum terbukti secara definitif. Meskipun teknik fiksasi kaku ini telah
menjadi status quo untuk fiksasi fraktur, perlu dicatat bahwa satu kelemahan
adalah bahwa ahli bedah mungkin mendapatkan masukan sensorik yang menurun
24
mengenai tulang yang adekuat. membeli karena desain plate dan sekrup( Hollier,
2015).
ORIF dari lokasi fraktur merupakan langkah pertama yang penting dan sering
diabaikan. Hal ini dapat dicapai dengan menciptakan fraktur setelah menarik
tidak adanya tekanan pada fraktur dan masalah memperoleh oklusi / pengurangan
tulang anatomi, akhirnya menghasilkan hasil yang lebih baik( Hollier, 2015).
Gambar 12: 4 titik screw fiksasi yang digunakan untuk stabilisasi IMF/MMF
25
Selama penempatan plat, menahan pengurangan, atau lebih penting oklusi,
sementara pengeboran dan penempatan sekrup, adalah yang paling penting. Jika
lengkung harus ditempatkan sebelum mencoba ORIF dan IMF / MMF dapat
menahan oklusi saat plating. Namun, salah satu manfaat dari fiksasi pelat adalah
waktu ruang operasi yang berharga dengan menempatkan lengkungan bar hanya
untuk membuangnya dan memakan waktu. Dalam kasus ini, di mana pasca
pengurangan oklusal manual, sementara 4 atau 6-titik IMF / MMF dengan sekrup,
forceps pengurangan tulang, atau, paling umum, kombinasi dari ini. Teknik-teknik
ini tidak hanya menghemat waktu tetapi juga memungkinkan untuk ppembuangan
inkremental. Sebuah sistem potensial dapat muncul jika pengurangan manual atau
fiksasi 4-titik terlalu dekat dengan garis tengah / terfokus pada batas inferior dari
dari tubuh posterior atau fraktur sudut mandibula. Ini dapat dihindari dengan
tekanan manual bilateral yang didistribusikan ke seluruh tubuh dan simfisis atau
dengan jarak yang tepat (antara canine dan bicuspid) 4-point IMF / MMF. Namun,
penempatan IMF / MMF dengan arch bar dan wire akan selalu menjadi cara
26
Pilihan sekrup juga membutuhkan beberapa pemikiran. Sekrup dapat
salah satu korteks tulang karena panjangnya yang menurun. Selanjutnya, sekrup
membantu di daerah dengan struktur dasar yang penting, seperti akar gigi, atau
Gambar 13: Garis tegangan Champy sesuai dengan daerah mandibula yang
diameter sekrup meningkat, begitu juga stabilitas terhadap gaya pada mandibula.
Selanjutnya, sekrup yang lebih kecil (2,0 mm) efektif untuk fraktur sederhana, dan
27
sekrup dengan diameter yang lebih besar (2,3 mm) lebih cocok untuk fraktur
2,0-, 2,3-, dan 2,7-mm yang dapat digunakan di salah satu pelat (miniplates, pelat
pengeras suara, dll.). Namun, secara umum, semakin berat pelat yang digunakan,
terdekat fraktur keluar untuk menghindari splaying lokasi fraktur, seperti yang
bisa terjadi ketika bekerja di arah yang berlawanan. Menggunakan panduan bor
berada dalam toleransi angulasi dari threading di plate , dan oklusi tidak akan
yang lebih besar dari pelat sehingga dapat di tolerir, sekrup dapat dipaksa
menyesuaikan dalam toleransi dari lubang pelat setelah oklusi( Hollier, 2015).
ditempatkan pada sudut 90 derajat ke fraktur pada bidang yang sejajar dengan
sumbu panjang tulang. Untuk mencegah rotasi dan kekuatan lain dari
mengganggu fiksasi kaku dari lokasi fraktur, setidaknya dua sekrup diperlukan
untuk stabilisasi. Penggunaan sekrup lag yang tepat, dan banyak metode fiksasi
28
Algoritma untuk manajemen fraktur subkondilaris berdasarkan stabilitas
langkah kunci. Pada awalnya, semua pasien yang telah menjalani ORIF harus
ditempatkan pada diet makanan lunak pasca operasi. Ini akan berfungsi untuk
gerakan fraktur. Pasien yang ditempatkan di IMF / MMF untuk waktu yang lama
perlu diberi konseling mengenai risiko signifikan untuk masalah gizi. Pasien perlu
mulut, dan penggunaan larutan kumur mulut Peridex (3M, St. Paul, MN) sangat
penting untuk tujuan ini. Pencitraan pasca operasi harus dilakukan untuk menilai
status oklusi. Ini dapat dilakukan dengan Panorex (dapat dilakukan di klinik) atau
melalui CT scan (menawarkan visualisasi yang lebih baik) (Gopinath dkk, 2016).
29
Tindak lanjut pasca operasi dilakukan setiap minggu selama 1 bulan,
kemudian pada 3 bulan dan 6 bulan pasca operasi, dengan pemantauan komplikasi
dan hasil fungsional. Hasil dinilai oleh ahli bedah yang tidak mengetahui jenis
mm
35 mm
mm
Evaluasi Klinis:
Para pasien dinilai pada interval satu, dua, empat, enam dan dua belas
30
dalam pembengkakan membengkak dan akan menghilang ketika jari
normal.
c- Luka operasi: Luka diperiksa untuk tanda dan gejala infeksi termasuk
d- Keadaan oklusi.
e-Kondisi gigi.
B- Evaluasi radiografi:
dan setelah 3 bulan oleh orthopantomographs (OPG) dan setelah 6 bulan oleh
2017):
31
Kepadatan tulang.
2.7 Komplikasi
yang paling umum adalah infeksi dan malunion / nonunion. Penelitian telah
penyebab fraktur, cedera wajah terkait, waktu untuk memperbaiki, dan lama rawat
inap tidak terkait dengan perkembangan komplikasi. Namun, beberapa faktor lain
penting dalam hasil sebagai studi telah menunjukkan bahwa tingkat komplikasi
ORIF dengan mayoritas ini (60-72%) yang bersifat infeksius (Kim dkk, 2013 ;
Hollier, 2015).
Namun, penyebab yang mendasari dalam banyak kasus adalah fiksasi yang tidak
memadai, dan jika ada kekhawatiran, reoperation dan baik IMF / MMF, fiksasi
eksternal, atau pelat pengulangan harus diterapkan untuk fiksasi kaku. Infeksi
yang terjadi dalam 2 minggu (infeksi awal) cenderung menjadi masalah jaringan
lunak yang dapat diobati dengan drainase, asalkan plat di tempatnya stabil. Jika
ada plat keras yang longgar, bagaimanapun, itu harus diganti. Infeksi yang terjadi
setelah 2 minggu (infeksi lanjut) lebih mungkin disebabkan oleh fiksasi yang
tidak memadai atau patologi gigi. Ini memerlukan pemindahan plat dan fiksasi
32
yang lebih besar (lempengan yang lebih besar). Peran antibiotik perioperatif dan
pasca operasi untuk mencegah komplikasi ini saat ini tidak jelas, karena ada data
dilakukan sampai ada bukti yang lebih pasti(Bouchard dan Mansori, 2013 ;
Hollier, 2015 ).
fiksasi yang buruk, osteomielitis, dan faktor risiko pasien, antara lain. Komplikasi
33
BAB 3
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
tepat tergantung pada karakteristik fraktur dan pasien. Sedangkan daerah tertentu
dari mandibula memiliki pilihan yang jelas dan solusi dalam kasus cedera, banyak
tahun penelitian belum dapat menggambarkan jawaban berbasis bukti yang jelas,
dan sebenarnya, mungkin ada tidak menjadi jawaban yang pasti, tetapi ada hal
yang perlu dipertimbangkan keahlian dan kemampuan ahli bedah bersama dengan
34