Anda di halaman 1dari 13

ANATOMI KRANIUM

AP View Skull

Proyeksi AP Skull

1
Lateral View Skull

Proyeksi Lateral Skull

2
CT Scan of Brain

Cross Section CT Scan of Brain

3
CT Scan of Brain : Brain Mid Cross Section

Cross Section CT Scan of Brain

4
CT Scan of Brain : Brain inferior Cross Section

CT Scan of Brain : Brain Superior Cross Section

5
TRAUMA MAKSILOFASIAL

A. Definisi
Trauma maksilofasial adalah trauma yang mengenai wajah dan jaringan sekitarnya.
Trauma pada jaringan maksilofasial dapat mencakup jaringan lunak dan jaringan keras.
B. Etiologi
Kecelakaan kendaraan bermotor bertanggung jawab untuk 60% fraktur fasial, serta
sisanya adalah penyerangan 24%, jatuh 9%, kecelakaan industri 4%, olahraga 2%, dan
tembakan senjata 2%. Tergantung pada pusat trauma, jumlah penderita trauma fasial akibat
penyerangan bersaing dengan kecelakaan kendaraan bermotor.
Diantara trauma akibat olahraga, tinju yang terutama dihubungkan dengan trauma
fasial yang insidensnya tinggi. Dalam rangkaian lebih dari 200 fraktur fasial yang terlihat di
pusat trauma perkotaan, penyerangan dilaporkan hampir 50%. Rasio pria dibanding wanita 3:1
untuk dewasa, tetapi rasio ini berkurang pada pasien anak-anak 3:2.
C. Klasifikasi
1. Lefort I (transversal)
Fraktur yang berjalan transversal melalui maksila & dasar nasal, biasanya di dasar rongga
sinus maksila di atas gigi atau diatas palatum durum, palatum durum mengapung (floating
palate) bergeser ke posterior (maloklusi).
Fraktur jenis ini memisahkan prosesus alveolaris, palatum, dan prosesus pterigoid dari
struktur tengkorak wajah di atasnya.
2. Lefort II (piramidal)
Fraktur yang berbentuk piramida.
Garis fraktur berjalan diagonal dari lemoeng pterigoid melewati maksila menuju tepi
inferior orbita dan ke atas melewati sisi medial orbita hingga mencapai hidung.
Fraktur ini memisahkan alveolus maksila, dinding medial orbita dan hidung sebagai bagian
tersendiri.
3. Lefort III (piramidal)
Craniofacial disjunction
Garis fraktur yang melewati sutura zigomatikofrontalis, berlanjut ke dasar orbita hingga
sutura nasofrontalis.
Pada tipe fraktur ini, tulang tulang wajah terpisah dari cranium.

6
D. Diagnosis
Anamnesis: Jika memungkinkan, riwayat cedera seharusnya didapatkan sebelum pasien tiba di
departemen emergency. Pengetahuan tentang mekanisme cedera memungkinkan dokter untuk
mencurigai cedera yang terkait selain cedera primer. Waktu diantara cedera atau penemuan
korban dan inisiasi treatment merupakan informasi yang amat berharga yang mempengaruhi
resusitasi pasien.
Pemeriksaan dilakukan menyeluruh dengan memperhatikan kerusakan di tempat lain, baik
yang dekat maupun yang jauh, terutama cedera otak. Pemeriksaan lokal dilakukan dengan
inspeksi dan palpasi ekstraoral maupun intraoral. Pada inspeksi diperhatikan adanya asimetris
muka, pembengkakan, hematoma, trismus dan nyeri spontan serta maloklusi. Fraktur
maksilofasial biasanya disertai udem dan hematoma sehingga muka tampak sangat bengkak
(wajah balon).
Palpasi harus dilakukan secara serentak (kanan kiri bersama-sama), saksama (hati-hati) dan
sistematis. Penderita fraktur maksilofasial tanpa gangguan kesadaran dapat diperiksa dalam
posisi berbaring atau duduk. Diagnosis ditentukan atau didukung oleh foto rontgen menurut
Waters.

7
Fraktur maksila pada umumnya bilateral. Fraktur unilateral terjadi pada trauma lokal
langsung. Secara klinis wajah tampak bengkak, mata tertutup karena hematoma, perdarahan
hidung dan seringkali disertai dengan gangguan kesadaran.
Manifestasi klinis trauma maksilofasial:
 Nyeri tekan lokal
 Hematom lokal
 Gangguan oklusi rahang
 Gangguan faal rahang bawah
 Gangguan sensibilitas
- N. supraorbitalis
- N. infraorbitalis
- N. Mandibularis
 Mata juling disertai bengkak atau hematom orbita
 Arkus zigomatikus kiri kanan tidak simetris
 Perubahan bentuk hidung

8
E. Pemeriksaan Penunjang
Radiologi : Foto Water.
Foto Waters yakni proyeksi occipitomental yang membentuk sudut 37 derajat
terhadap disc

9
Foto Waters pada Trauma : McGrigor dan Campbell lines

10
11
12
DAFTAR PUSTAKA

1. Asbeutah, A. M. Radiology Anatomy of the Head and Neck. Kuwait University :

Faculty of Allied Health Sciences. https://www.slideshare.net/AHS_anatomy2/head-

neck-rs-xrays
2. Sjamsuhidajat R., Prasetyono T.O., Rudiman R., et al. 2017. Buku Ajar ilmu Bedah vol

1 s.d 3. Edisi 4. Jakarta: EGC.


3. Kairupan C, Monoarfa A, Ngantung J. Angka kejadian penderita fraktur tulang fasial

di SMF bedah BLU RSU Prof. R.D. Kandou periode Januari 2012-Desember 2012.

Jurnal e-Clinic. 2014; 2(2):1-4


4. Frey R. Craniofacial reconstruction. The Gale Encyclopedia of Surgery. Vol. 1. 2008. p.

363
5. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2006

13

Anda mungkin juga menyukai