Anda di halaman 1dari 174

CASE 1 DS 5

ENUKLEASI
Melissa A’fifah
160110160059
DEFINISI
Suatu proses dimana dilakukan pembuangan total dari lesi kista atau
pemisahan lesi dari tulang

Enukleasi dapat dilakukan karena kista memiliki lapisan fibrous


connective tissue berupa jaringan ikat antara komponen
epithelial yang melapisi aspek anterior dan dinding kista

Lapisan ini akan lepas sehingga kista dapat diangkat dari kavitas
tulang
INDIKASI KEUNTUNGAN KERUGIAN

 Initial excisional
• Jika terdapat
• Pengangkatan biopsy telah
indikasi
kista pada rahang merawat lesi
marsupialisasi
• Ukuran lesi kecil  Pasien tidak harus
 membahayakan
sehingga tidak merawat marsupial
jaringan normal
banyak merusak  Setelah sembuh,
 Fraktur rahang
jaringan. pasien tidak
 Devitalisasi gigi
terganggu dengan
 Impaksi gigi
kavitas kista
TEKNIK
Pemberian antibiotic profilaksis tidak diperlukan,
kecuali jika pasien memiliki penyakit sistemik
tertentu

Untuk kista yang besar,dapat dilakukan mucoperiosteal


flap dan akses ke kista didapat melalui labial plate of
bone

Saat akses kista sudah didapat,kista di enukleasi


menggunakan osses window
Dilakukan dengan
sangat hati – hati untuk
mencegah kista hancur
Saat kista berhasil diangkat,kavitas tulang diperiksa
kembali untuk memastikan tidak ada sisa kista yang
tertinggal

Jika ada kista yang tertinggal dapat diangkat dengat


kuret,kemudian kavitas diirigasi dan dikeringkan

Daerah tepi kavitas dihaluskan menggunakan bone file


sebelum ditutup
OG E N I K
OD ONT
NON-
KISTA 110 16 00 51
NI TA- 160
ONSA QO
KH
1. KISTA NASOPALATINE
2. Median palatine kista
ZISVIRA JASNI HANDA PUTRI
160110160053
KISTA
ODONTOGENIK

DEVELOPMENT INFLAMATORY
AL

KISTA KISTA LATERAL


DENTIGEROUS PERIODONTAL

• DEFINISI
• ETIOLOGI
• PATOGENESIS
• GAMBARAN KLINIS
• GAMBARAN RADIOGRAFI
• DIAGNOSIS BANDING
• GEJALA KLINIS
• CARA PENANGANAN
KISTA DENTIGEROUS

1. DEFINISI
Kista dentigeraous adalah rongga patologik yang dibatasi oleh
epithelium atau kantung jaringan ikat yang berbatas epithelium skuamusa
berlapis yang terbentuk disekeliling mahkota gigi yang tidak erupsi dan
terdapat cairan.
Kista dentigerous adalah kista yang berasal dari pemisahan foliker
disekitar gigi yang belum erupsi.
2. ETIOLOGI
• Gigi impaksi
• Gigi yang erupsinya tertunda
• Perkembangan gigi
• odontoma
3. PATOGENESIS
• Teori pertama : bahwa kista disebabkan oleh akumulasi cairan antara epitell email
tereduksi dan mahkota. Tekanan cairan mendorong proliferasi epitel email tereduksi
ke dalam kista yang melekat pada cemento-enamel junction dan mahkota gigi
• Teori kedua : kista diawali dengan rusaknya stellate reticulum sehingga membentuk
cairan antara eoitel email bagian dalam dan bagian luar. Tekanan cairan tersebut
mendorong proliferasi epitel email luar yang menyisakanperlekatan pada ggi d
bagian cemento enamel junction, lalu epitel dalam tertekan ke atas permukaan
mahkota
4. GAMBARAN KLINIS
• Kista dentigeraous 22,3% dari semua kista odontogenic.
• Gigi impaksi M3 RB, C RA, P RB, paling sering terlibat dalam pembentukan kista
• Tampak benjolan, kenyal, berbatas tegas, tidak terasa sakit, berwarna merah ungu,
tidak tumbuh gigi pada daerah bengkak.
• Bila kronis terjadi pergeseran gigi disekitar yang ekstrim, dan resorpsi tulang
alveolar dan akakr gigi.
5. GAMBARAN RADIOGRAFI

A. Tipe sentral

B. Tipe lateral

C. Tipe sirkumferensial
6. GAMBARAN HISTOPATOLOGIS
7. PERAWATAN DAN PROGNOSIS
• Diangkat dengan cara ekstripasi, enukleasi
• Kista yang lebih besar dilakukan marpialisasi
• Diberikan juga medikamentosa
• Prognosis kista dentigerous baik, dan tanpa rekurensi ( kecuali pengangkatan keseluruhan
kista tidak baik)
8. DIAGNOSA BANDING
• Odontogenik keratosis
• Ameloblastoma
• Tumor odontogenic adenomatoid
KISTA LATERAL PERIODONTAL

1. Definisi
kista lateral periodontal adalah perkembangan kista non-keratin yang terjadi pada
perlekatan atau bagian lateral dari akar gigi
2. ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
1. Berasal dari kista dentigerous yang berkembang sepanjang permukaan lateral
mahkota sampai gigi erupsi, posisi kista terletak pada permukaan lateral akar.
2. Berasal dari proliferasi sisa Malassez di ligament periodontal meskipun stimulus
untuk proliferasi ini tidak dapat diketahui.
3. Berasal dari kista primordial pada benih gigi supernumery.
4. Berasal dari proliferasi dan transformasi kistik yang berasal dari lamina gigi.
3. GAMBARAN KLINIS
• Kista lateral periodontal hanya 0,3% dari semua kista odontogenic
• Kista ini sering muncul pada region caninus dan premolar rahang bawah
• Kista periodontal biasanya asimptomatik
• Tepi batas kista tampak berupa batas epitel yang tidak padat, tipis, dan tanpa keratin
4. GAMBARAN RADIOGRAFI
5. GAMBARAN HISTOPATOLOGIS
5. PENGOBATAN
• Instruksi keberihan mulut, scaling dan root planning serta bedah flap
untuk akses ke lesinya
• Enukleasi
KISTA
PARADENTAL
DAN KISTA
RESIDUAL
Endah Ayu Lestari
160110160046
KISTA PARADENTAL
Definisi:
Adalah suatu kista odontogenik peradangan yang meningkat dalam hubungan
nya dengan gigi molar ketiga rahang bawah vital yang erupsi sebagian dan
disertai riwayat perikoronitis (Craig 1976).
ETIOLOGI KISTA
PARADENTAL
 Berhubungan dengan gigi yang erupsi sebagian. (berasal dari peradangan yang diawali dengan
perikoronitis pada waktu erupsi gigi).
 Hubungan keberadaan proyeksi enamel bukal (tonjolan enamel) dan keberadaan kista
paradental di bagian dental).
 Craig (1971), Ackermann, Cohen dan Altini: asal epitel pada kista paradental

1. Epitel enamel yang telah berkurang yang menutupi tonjolan enamel. (M2 RB, dan M3 RB)
2. Sisa epitel malasez pada pembentukan jaringan ligament periodontal gigi yang terlibat.
3. Hasil ekspansi unilateral dari folikel gigi sekunder pada destruksi peradangan dari
periodonsium dan tulang alveolar
GAMBARAN HISTOLOGIS
 Gambaran non keratinisasi dan kista yang terinfeksi.
 Sebagian lesi tidak dapat menunjukkan dinding epitel kista yang jelas
(gambaran yang lebih sesuai dengan granuloma) : tidak menunjukkan
keberadaan kolesterol dan proliferasi dari epitel non odontogenik dalam
dinding nya.
 Dilapisi oleh epitel squamous stratified hyperplastic non keratinisasi.
 Terdapat infilrat sel radang yang hebat, yang disertai dengan epitel hiperplastik
di dalam kapsul fibrous yang berdekatan dengan epitel.
GAMBARAN KLINIS
Karakteristik gambaran klinis Kista Paradental :
 Umur

Umur rata-rata pasien dihubungkan dengan type gigi molar yang terlibat kista) : M1 permanen
RB (<10 thn), M2 permanen RB (11-15 thn), M3 permanen RB (18-34 thn).
 Ras

Penelitian Ackermann, Cohen dan Altini : KP > orang kulit putih


 Jenis Kelamin

Craig ( 85% kasus KP : laki-laki)


Vedtofte dan Praetorious ( distribusi JK seimbang : 14 wanita dan 13 pria)
 Tempat

RB> RA (B,D, dan jarang di mesial)


 Rasa sakit
 Pembengkakan (perluasan kista, inflammatory periostitis)
 Pengeluaran pus dari soket periodontal
 Symptom perikoronitis (M3).
GAMBARAN RADIOGRAFI
KISTA PARADENTAL
 Radiolusen bulat yang berbatas jelas (distal tetapi dengan perluasan bukal yang
tidak sama).
 Diameter nya kira-kira 3-8 inch (±1 cm)
 Batasnya jelas berupa garis tipis putih (radioopak)
 Menunjukkan suatu lapisan dari tulang kortikal .
 Ruang ligament periodontal tidak melebar
 Lesi superimposed pada permukaan bukal.
GAMBARAN RADIOGRAFI
1. Batas radiolusen dengan tepi yang bervariasi, dari kortikasi , terletak di
bukal dari gigi yang terlibat.
2. Rangsangan tulang periosteal bukal yang berlanjut atau tidak berlanjut,
dimana mungkin disusun dari selapis tulang baru, tonjolan tulang secara
relative homogen atau perluasan yang terbatas. Dalam beberapa kasus
perluasan bukal tidak berlanjut.
3. Pergeseran apeks akar dari gigi yang terlibat ke dalam korteks lingual.
KISTA RESIDUAL
Definisi:
Kista residual merupakan kista odontogen yang timbul karena pada
pengambilan gigi penyebab tidak ikut terambil. Bila terus berlanjut
bisa menjadi ameloblastoma. (Dian, 2002).

Etiologi:
disebabkan oleh karena sisa-sisa jaringan granulasi pada gigi
penyebab yang tidak ikut terambil pada waktu dilakukan pencabutan
(Dian, 2002).
GAMBARAN KLINIS
1. Didapatkan rahang tidak bergigi dengan sejarah pernah dilakukan ekstraksi
2. Secara khas dapat dilihat adanya proses radang dengan ditemukannya
banyak sel neutrofil pada dinding kista.
3. Terlihat asimetri pada tampak intraoral atau ekstraoral pada pasien.
4. Bahkan terjadi parastesia karena tekana pada saraf. (White, Pharoah, 2004).
GAMBARAN HISTOPATOLOGIS
 Adanya suatu rongga yang berlapiskan epitel yang tidak mengalami
keratinisasi squamosa dan mempunyai ketebalan yang bervariasi.
 Memperlihatkan seperti spongrosa, dan hiperplasia karena terisi oleh cairan
dan debris selalar (Neville, dkk 2002).
GAMBARAN RADIIOGRAFIS
 Radiolusen bulat / oval berbatas jelas seringkali dibatasi garis tipis radiopaque
dan terlihat pada daerah yang tidak bergigi.
 Diameter kista residual biasanya 1-1,5 cm, atau lebih apabila diameternya
dalam ukuran yang lebih besar akan terjadi resorbsi pada tulang alveolar.
 Ada daerah tidak bergigi akan terdapat kerusakan pada tulang dan akan
menimbulkan rasa sakit jika terkena infeksi sekunder.
 Lokasi
Kista residual terletak pada kedua rahang, walaupun sering terdapat pada rahang bawah dan
lokasi sentral yaitu pada periapikal pada mandibula letaknya di atas nervus alveolasis inferior.
 Luas dan Bentuk
Kista residual mempunyai batas tepiterluar yang bisa menjadi infeksi sekunder. Bentknya oval
atau bulat dengan diameter lebih dari 1,5 cm.
 Struktur residual Internal
Aspek internal kista residual adalah radiolucent bila terjadi kekurangan klasifikasi nutrisi akan
menghasilkan kista lama. Ameloblastroma.
 Efek pada stuktur di sekitarnya
Kista residual bisa mengakibatkan pergeseran atau perpindahan gigi atau resorpsi tulang, pada
lapisan terluar tulang akan mengalami perkembangan. Perkembangan ini bisa menyebabkan
terjadinya penekanan terhadap saraf alveolaris inferior (White, Pharoah 2004).
DIFFERENTIAL DIAGNOSA
(PERBANDINGAN
DIAGNOSA)
 Kista odontogenic keratocyst (OKC)
 Kista radikular (terjadi pada gigi yang nekrosis atau keradangan).
 Granuloma periapikal (tidak terdapat gambaran tipis radiopaque)
 Memiliki kemiripan dengan lesi lain
Non-odontogenic benogn neoplasma : hemangioma benign neoplasma.
Odontogenic benign neoplasma : Unicystic ameloblastoma, adenomatoid.
Odontogenic tumor, dll
Lesi Primer pada tulang : langerhans cell histiocytis
 (Sedano, 1996)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan mikroskpis
 Diagnosis seperti diagnosis klinis, deskripsi, lesi berdasarkan lokasi, durasi, lama, warna,
Tekstur, konsistensi, mobilitas, potologi sehingga hasil pemeriksaan lebih akirat.
 Teknik biopsy ada 2 yaitu teknik eksisional dan teknik insisional.
a. Teknik eksisional merupakan teknik yang digunakan untuk lesi yang kecil dan jinak
dengan diameter < 1 cm lebih.
b. Teknik insisional merupakan teknik untuk lesi yang dari 1 cm lesi yang ganas
( Pedeson, 1996).
 Sitologi adalah suatu teknik sederhana untuk mendeteksi berbagai macam lesi di rongga
mulut dan bermanfaat untuk mengevaluasi keadaan yang dicurigai. Teknik diperoleh dari
darah, urin, dahak, dan bahan lain yang keluar spontan(Pedeson, 1986).
PENANGANAN KISTA
RESIDUAL
Penanganan kista residual bisa dilakukan dengan pembedahan yang terdiri dari :
 Enukleasi (intoto) yang dilakukan pengangkatan atau membuang sebagian
atau seluruh organ yang berbatas jelas atau lesi yang mengisi rongga dengan
lapisan yang menutupinya. Biasanya pada kista kecil ± 2 cm.
 Marsupialisasi (operasi partsch) yaitu dengan membuat jendela yang
berhubungan kantong kista dengan membuat jendela yang besar, dan apabila
pengambilan kista secara keseluruhan tidak memungkinkan.
 Kombinasi marsupialisasi disusul enukleasi (Basoeseno, 1986).
KISTA JARINGAN LUNAK
Anna Nurshofa
160110160052
Kista Nasolabial
(Nasolabial Cyst)
 Jarang ditemukan
 Belum diketahui etiologinya  Sel epitel pada mesenkim yang
berfusi pada masa embrional.
 Sering ditemukan pada dekade keempat dan kelima
 Laki-laki : perempuan = 1 : 4
 Lokasi: pembengkakan pada lipatan hidung, bisa membesar
 Menyebabkan distorsi dan resorbsi pada maksila
 Tindakan: eksisi
Gambaran Radiografi
Gambaran Klinis
Kista Dermoid Sublingual dan Dermoid
(Sublingual Dermoid and Dermoid Cyst)

• Lokasi: garis tengah bawah lidah – tulang hyoid. Di atas mylohyoid,


muncul ke dasar mulut.
• Berasal dari sel epidermis yang terjadi saat proses fusi embrional
• berlokasi sangat dalam dan penuh dengan keratin, membuat
perlekatannya menjadi kencang.
• Tidak menjukkan gejala awal, namun apabila ukuran >>
mempengaruhi bicara dan menelan.
• Kista lain: kulit kepala dan leher
• Perawatan: eksisi
Gambaran Radiografi
Gambaran Klinis
Kista Cabang Limfoepitelial (Banchial
Lymphoepithelial Cyst)
• Terjadi akibat penghapusan yang tidak lengkap dari celah cabang atau
inklusi epitel dalam kelenjar getah bening.
• Lokasi: dasar mulut dan lidah posterior. Di lateral aspek leher di
perbatasan anterior ke sternomastoid.
• Jarang ditemukan, timbul beserta infeksi akut
• Sering terjadi pada anak-anak dan dewasa muda
• Perlu dilakukan pemindaian MRI.
Gambaran Radiografi
Gambaran Klinis
Kista Tiroglosal
(Thyroglossal Cyst)

• Lokasi: Duktus tiroglossal, yang membagi migrasi dari kelenjar tiroid


dari foramen caecum di utero.
• Klinis: Pembengkakan di garis tengah dari dasar lidah ke kelenjar
tiroid dan biasanya tanpa gejala.
• Bergerak pada gerakan menelan yang terlihat pada tonjolan lidah.
• Pemeriksaan: MRI
• Perawatan: sistrunk (eksisi kista dan bagian tengah tulang hyoid)
Gambaran Radiografi
 Pemeriksaan MRI
Gambaran Klinis
Kista non-odontogenik

Salsabila Farah Nasuha


160110160057
Kista globulomaksilaris
• Kista fissural
• a maxillary lateral incisor and the
adjacent canine
• inverted pear shaped
• Pseuodostratified columnar
epithelium
Clinical Features

• Asimtomatik
• Gigi yang berdekatan biasanya vital
• Mukosa di atas korteks yang membesar tetap
berwarna normal
Fitur Radiografi
• Radiolusen dengan
bentuk “inverted pear
shaped”
• Diameter > 3-4 mm
• Resorpsi akar
Kista nasolabial
• Kista fissural
• Processus alveolaris dan di atas
apeks gigi insisiv.
• Pseudostratified columnar
epithelium.
• Epidemiologi
Perempuan : laki-laki = 3:1
10% dari kasus ini adalah bilateral
Clinical Features

• Pembengkakan tanpa gejala tanpa rasa sakit di


daerah nasolabial
• Palpasi -> lesi tampak lunak dan berfluktuasi.
• Keluhan pasien -> masalah penyumbatan
hidung
Fitur
Pemeriksaan radiografi
panoramik dan periapikal :
Radiografi
normal

CT
• Lokasi : jaringan lunak
nasolabial dan bibir atas
dekat lubang hidung.
• Bentuk : lesi melingkar
atau oval dengan sedikit
peningkatan jaringan
lunak di batasannya
Lesi Patologis &
Kista secara Umum
NURUL ALISYA SAUFIKA
160110160060
Lesi Patologis
Lesi adalah diskontinuitas jaringan patologis yang menyebabkan
perubahan strukur jaringan dan menimbulkan gejala. Lesi dapat
disebabkan karena infeksi, neoplasma maupun trauma. Lesi
dalam konteks bedah mulut dibedakan menjadi lesi yang bersifat
jinak dan ganas. Menurut, Regezi (Oral Pathology), lesi
diklasifikasikan di 3 tempat, yaitu pada mukosa, submucosa dan
rahang.
Mucosa
Vesiculobullous diseases
Ulcerative conditions
White lesion
Pigmented Lessions
Verucal-Papillary lesion
Red & blue lesion
Vesiculobullous diseases Ulcerative conditions White lesion

Primary herpex Minor apthous Hairy leukoplakia


simplex infections ulcer
Pigmented Lessions Verucal-Papillary lesion Red & blue lesion

Papillary Hiperplasia Smoking associated Periapical giant


melanosis cell granuloma
Submucosa
Gingiva
Floor of mouth
Lips and buccal mouse
Tongue
Palate
Neck
Gingiva Floor of mouth Lips and buccal mouse

Pyogenic Lymphoephitalial cyst, at Focal fibrous


granuloma lingual frenulum hyperplasia
Tongue Palate Neck

Granular cell tumor, Lymphoma Branchial cyst


at lateral tongue
Jaw
Cyst Jaw and Neck
Odontogenic tumor
Benign Non-Odontogenic tumor
Malignancies of the jaw
Inflammatory of the jaw
Cyst Jaw and Neck
Odontogenic
Non-odontogenic
Non-epitel
Odontogenic
Radicular
Residual
Dentigerous
Lateral Periodontal
Odontogenic Keratocyst
Calcifying epithelial odontogenic cyst
Non-Odontogenic
Nasopalatine Cyst
Fissural Cyst
Median mandibular cyst
Globulomaxillary cyst
Non-epitel
Stafne Bone Cyst
Aneurysmal Bone cyst
Solitary bone cyst
Perbedaan Kista
Kista Odontogenic Kista Non-Odontogenic
Dinding epitel berasal dari sisa epitel Epitel berasa dari sumber selain
pembentukan gigi, berdasarkan etiologi pembentukan gigi
dapat dibagi menjadi developmental
dan inflammatory
Kista yang paling sering terjadi Kista yang paling sering terjadi

Radikular Nasopalatin

Dentigerous
Keratosis odontogenik
Marsupialisasi
Tania Kusuma Wijaya
160110160054

84
Definisi
Marsupialisasi adalah teknik yang dianjurkan untuk
mendekompresi dan mengecilkan kista atau tumor dengan
cara membuat suatu”jendela” pada dinding kista, bagian kista
yang diambil hanya isi dari kista sementara batas dari dinding
kista dengan orl mukosa dibiarkan pada tempatnya.

85
Lesi kista luas

Lesi kista dekat dengan struktur vital


Indikasi
Kista dentigerous yang berhubungan
dengan gigi
Kista dengan lapisan yang tipis dan rapuh
dimana sulit untuk dihilangkan seluruhnya
Pasien yang secara medis berbaha untuk
dilakukan prosedur bedah
Kombinasi dengan enukleasi pada kasus
lesi yang besar
86
Keuntungan

Meninimalkan Teknik Membantu Mencegah


defek bedah sederhana pengecilan fraktur
yang rongga kista patologis
disebabkan
oleh
pengangkatan
lesi kistik
Mengurangi Menyelamatkan Mencegah
waktu operasi struktur vital fistula oronasal
dan oroantral

87
Kerugian

Pasien bisa merasa kurang nyaman karena rongga kista harus selalu dijaga
kebersihannya untuk mencegah terjadinya infeksi,

Jaringan patologis yang ditinggalkan secara in situ tidak dilakukan


pemeriksaan histologis

88
Teknik

Lakukan insisi kista ( sirkular/eliptik) untuk menciptakan celah ke


kista yang selebar mungkin

Penrose drain 1 ”(2,5 cm) dipotong secukupnya untuk mencapai


kedalaman lesi
Pinggirannya dijahit ke mukosa gingiva dan alveolar di sekitar defek
dengan kira-kira delapan jahitan 89
90
Irigasi luka dengan salin dan drainase dibiarkan terkelupas secara spontan,

Area ulserasi atau ketebalan dinding kista harus diperhatikan drg untuk
mencegah kemungkinan adanya perubahan displasia atau neoplasma pada
dinding kista
Kavitas harus dipacked dengan gauze yang telah dioleskan benzoin atau
antibiotik
Setelah terjadi initial healing ( biasanya 1 minggu ) lakukan
pencetakan pada rongga mulut untuk membuat obturator dari akrilik
untuk mencegah masuknya makanan kedalam kavitas.

Marsupialisasi dapat digunakan sebagai perawatan tunggal atau


sebagai suatu perawatan awal dan selanjutnya dilakukan tahap
enukleasi
92
SLIDE 1

KISTA ODONTOGENIK
MAYANG NADHIRA HASNA

160110160050
SLIDE 3

KISTA

SUATU RUANGAN PATOLOGIS YANG BERKAPSUL JARINGAN


IKAT BERISI CAIRAN KENTAL, SEMILIQUID ATAU DARAH
DAN DAPAT BERADA DALAM JARINGAN LUNAK ATAU KERAS
KISTA ODONTOGENIK
Dinding epitelnya berasal dari sisa-sisa epitel organ pembentuk
gigi. Adanya proliferasi dan degenerasi kistik dari epitel
odontogenik dapat menimbulkan kista odontogenik.
KISTA
SLIDE 4
ODONTOGENIK

DEVELOPMENTAL INFLAMMATORY
• PRIMORDIAL • RADICAL
• GINGIVAL CYST OF INFANTS
• GINGIVAL CYST OF ADULTS • RESIDUAL
• LATERAL PERIODONTAL • PARADENTAL CYST
• DENTIGEROUS
• ERUPTION CYST
• CALCIFYING ODONTOGENIC CYST
• KERATOCYST ODONTOGENIC
KISTA
SLIDE 5 PRIMORDIAL
• Ditemukan di daerah di mana gigi seharusnya terbentuk tetapi hilang. 
• Kista primordial paling sering muncul di daerah molar ketiga rahang bawah

• The cyst looks like an odontogenic keratocyst (also called a Keratocyst odontogenic
tumor) whereby the lesions displays a parakeratinized epithelium with palisading basal
epithelial cells.

• The term "Primordial cyst" is considered an outdated term and should be avoided.Most
"primordial cysts" are actually Keratocyst odontogenic tumors (KOT's).

Sumber: Kahn, Michael A. Basic Oral and Maxillofacial Pathology. Volume 1. 2001.
Kista odontogenik berkembang dari reticulum
stellate yang terbentuk menggantikan gigi.

Gambaran klinis:

• 5-10% dari kista rahang


• Di tempat gigi di daerah edentulous
• Lokasi: wilayah molar 3 RB, wilayah ramus, wilayah
premolar, dan wilayah gigi seri
• Dapat terjadi pada awal kehidupan tetapi biasanya
ditemukan kemudian
• Bervariasi dalam ukuran
• Dapat memperluas tulang dan menggusur gigi
Fitur Radiografi:

• Radiolusensi bulat atau oval dengan batas


sklerotik atau reaktif
• Unilocular atau multilocular
• Terdapat dibawah atau diantara akar atau dekat
dengan alveolar ridge
• Sering berhubungan dengan M3

Treatment:
Radical surgery – curettage of bone
GINGIVAL
SLIDE 7 CYST OF INFANTS
 Biasa disebut Bohn’s nodules
 Manifestasi: sedikit atau banyak, berwarna putih
kekuningan dengan bentuk bulat hingga oval
 Umumnya tanpa gejala dan tidak menimbulkan rasa
tidak nyaman bagi bayi.
 Kista gingiva pada bayi baru lahir adalah lesi mukosa oral
yang bersifat sementara.
 Lesi ini sangat umum dalam 3 sampai 6 minggu setelah
kelahiran,
 Umumnya berukuran 2 hingga 3 milimeter dalam
dimensi terbesarnya.
Meskipun prevalensinya tinggi, sekitar 25-
53% kista ini jarang terlihat oleh dokter gigi
atau dokter anak karena sifat sementara kista
ini, yang menghilang dalam 2 minggu hingga
5 bulan setelah kelahiran.
GINGIVAL CYST OF ADULTS
 Kista gingiva dewasa bersifat jarang, kecil, non inflamasi,
dan dapat timbul dari sisa lamina gigi.

 Biasa terjadi pada facial gingiva sebagai satu pembengkakan


kecil berwarna daging, kadang-kadang dengan rona
kebiruan karena cairan kistik,

 Terdapat di daerah taring dan premolar mandibula


Gambaran Radiografi : Tidak terlihat keterlibatan radiograf
Treatment : Exicisional biopsy
Odontogenic Keratocyst
&
Radicular Cyst
Risni Gustiana
160110160047
Keratocyst adalah kista odontogenic yang memiliki
perkembangan yang khas yang dilihat secara histopatologi
dan keadaan klinis. Biasanya terjadi pada usia dekade ke-
3. Keratocyst memiliki tingkat kekambuhan yang tinggi
sekitar 25% -60%. Pada pria ditemukan selama 4 tahun
dan untuk wanita itu terjadi 7 tahun.
 Dari segi lokasi, hal ini paling sering terjadi pada RB daripada RA
 Sebagian besar terjadi sebagai lesi intraosseous melalui perifer
 padanan juga telah dilaporkan pada gingiva bukal di gigi kaninus
 wilayah mandibula.
Site  Pada mandibula biasanya terjadi secara miring dan melewati
median.
 Kista rahang atas dapat melibatkan sinus.
 Nyeri, bengkak karena keluarnya cairan dan parestesia bibir
bawah dan gigi (tahap akhir)
 Displacement gigi selama ekspansi
Tanda dan  Lesi maksila terinfeksi dan terdeteksi lebih awal dari lesi
mandibula karena kedekatannya dengan antrum
gejala  Ekspansi bukal lebih umum daripada palatal atau lingual
 Perforasi korteks tulang terlihat selama pembesaran
 Lapisan skuamosa bertingkat
 Permukaan parakeratotik secara khas bergelombang
 Dinding thin dan freable

Histologi
Radiography

 OKC menyajikan unilocular atau multilocular (25%


-40%) lesi radiolusen dengan margin halus.
 Berhubungan dengan gigi baik pada perikorornal,
interradicular atau periapikal
 Paling sering melibatkan daerah molar ramus.
 Lesi multilokular dapat muncul sebagai satu kista
besar
 Border : Halus atau bergigi menunjukkan
pertumbuhan yang tidak merata
 Ekspansi bukal dengan resorpsi lempeng kortikal
bawah terkadang dengan perforasi tulang.
 Resorpsi akar gigi yang berdekatan
 Secara histologis: Myxoma, Ameloblastoma, sel raksasa tengah
granuloma, kista Odontogenik.
Differential  Secara radiografis: Kista dentigerous (40%), kista residual, kista
diagnosis radikular, kista periodontal lateral (25%), kista primordial (25%),
kista globulomaxillary (10%), ameloblastoma unicystic.
 Enukleasi dengan kuretase
 Enukleasi dengan ostektomi perifer
 Enukleasi dengan solusi Carnoy dengan atau tanpa ostektomi
perifer
Treatments  Enukleasi dan cryotherapy
 Marsupialisasi (dekompresi)
 Marsupialisasi dengan kistektomi: (metode Waldron)
 Reseksi
FIGURE 26.27 Marginal/En bloc resection of OKC in right mandibular body. (A, B) 3D CT scan and
OPG showing the extent of the lesion. (C, D) Marginal mandibulectomy and the specimen.
(E) Reconstruction of the bony defect with Rib graft. (F) Closure of the wound.
Radicular Cyst

Kista radikular dikenal sebagai kista periapikal, kista periodontal, kista ujung akar atau kista gigi,
berasal dari sel epitel dalam ligamen periodontal sebagai akibat dari peradangan karena nekrosis
pulpa atau trauma. Biasanya terjadi pada usia dekade 3 dan 5.
 Gigi non vital
 Tidak nyeri kecuali terinfeksi
Tanda dan  Mobilitas tinggi
gelaja  Perpindahan gigi yang tidak erupsi
 Biasanya terjadi di bukal/ palatal
Radiografi & Histologi

 Kista radikular tampak bulat atau lesi radiolusen


unilokular berbentuk buah pir di wilayah periapikal.
 Kista dapat menggantikan gigi yang berdekatan atau
menyebabkan resorpsi akar ringan.

 Epitel skuamosa bertingkat non-keratin


Pilihan perawatan dapat ditentukan oleh beberapa faktor seperti
perpanjangan lesi, hubungan dengan struktur sekutar, karakteristik
klinis lesi, kerja sama dan kondisi sistemik pasien.
 non-bedah konvensional ketika lesi terlokalisasi
Treatment  perawatan bedah enukleasi
 Marsupialisasi
 dekompresi ketika lesi besar
Odontogenic Cyst

Revi Sarah Fadhilah


160110160055
Eruption Cyst

118
Eruption Cyst merupakan kista yang
berkembang pada jaringan lunak
bersifat jinak mengelilingi mahkota
gigi yang sedang erupsi.

Terjadi ketika gigi yang erupsi


terhambat di dalam jaringan lunak
yang menutupi tulang.

119
Epidemiologi
Etiologi
• Ditemukan di gigi insisif dan molar
pertama maxilla pada anak-anak usia Akumulasi darah atau cairan
<10 tahun (6-9 tahun) diantara mahkota gigi yang
• Kadang-kadang ditemukan pada pasien erupsi dan berkurangnya
yang lebih tua dengan erupsi gigi yang epitel enamel dari folikel gigi
tertunda. di sekitarnya.
• Jarang ditemukan yang bersifat
congenital atau bawaan.
• Lebih banyak ditemukan pada laki-laki
(2:1).

120
Gejala Klinis

○ Pembengkakan yang licin di atas gigi yang sedang erupsi dengan warna
gingival yang normal atau biru.
○ Asimtomatik, jika terjadi infeksi terasa nyeri, lunak dan berfluktuasi.
○ Ukuran biasanya <1,5 cm.
○ Terkadang multiple cyst

121
Radiografi

o Terdapat bayangan radiolusen pada


jaringan lunak.
o Biasanya tidak melibatkan tulang
kecuali adanya erupting tooth crypt
yang melebar.

122
Treatment
o Tidak memerlukan perawatan
dan sebagian besar akan
menghilang sendiri.
o Pembedahan (marsupialisasi)
diperlukan ketika sakit,
berdarah, terinfeksi, atau
masalah estetika muncul.

123
Calcifying Odontogenic
Cyst

124
WHO
Merupakan kista jinak (bisa
agresif dan rekuren) yang
berasal dari odontogenik,
ditandai dengan epitel mirip
ameloblastoma dengan ghost
cell yang dapat terkalsifikasi.

Disebut juga Gorlin Gold Cyst

125
Gejala Klinis
o Pembengkakan yang bersifat
asimtomatik.
Epidemiologi
o Ukuran 2 hingga 4 cm.
○ Ditemukan pada usia 20-40
tahun ○ Perbesaran dari lesi kadang
akan menyebabkan
○ 75% kasus terdapat di area
displacement pada gigi atau
kaninus.
root tipping.
○ Dapat disertasi resorpsi akar
gigi

126
Radiografi

o Radiolusen unilokuler atau multilokuler


dengan margin yang jelas.
o Radiolusen tersebar tidak beraturan
karena berbagai ukuran kalsifikasi
sehingga menimbulkan variasi derajat
opasitas.

Treatment
o Enukleasi
o Kuretase

127
Interpretasi Kasus
Ruti Diahayu Suryandari
160110160056
Interpretasi Gambaran Radiologi

Interpretasi kista biasanya besarnya lebih dari 5 mm,


batasnya jelas, tegas dan radioopak.

Kista dentigerus memiliki karakteristik salah satunya yaitu


terbentuk dari cej-cej, dan biasanya tidak dialami pada gigi
yang tidak erupsi

129

Interpretasi
Gambaran
Radiologis

130
▪ Site: dari cej bagian mesial mahkota ke cej ▪ Content: Radiolusen
bagian distal mahkota gigi 38 ▪ Asosiasi: mengekspansi hingga ke ramus
▪ Shape: monolokuler mandibula
▪ Size: ±10 mm ▪ Suspek radiologis: Kista Dentigerus pada
▪ gigi 38
Simetri: asimetri
▪ Border: radioopak dengan batas jelas dan tegas
131
Pemeriksaan
Patologi Anatomi
Kista Dentigerus

132

Pelayanan Patologi Anatomi merupakan pelayanan diagnostik dan
laboratorium terhadap jaringan dan/atau cairan tubuh. Pelayanan ini
berperan dalam penegakkan diagnosis yang berbasis perubahan morfologi
sel dan jaringan sampai pemeriksaan imunologik dan molekuler. Patologi
anatomi berperan dalam mendeteksi kelainan jaringan tubuh. Peran Patologi
Anatomi semakin meluas mencakup penentuan pilihan terapi.
133
134
Woven bone diproduksi ketika
osteoblast memproduksi osteoid
dengan cepat
136
137
138
PENATALAKSANAAN
KISTA
N A B I I L A H T I YA S B - 1 6 0 11 0 1 6 0 0 4 9
ENUKLEASI DAN KURATASE

• Prosedur invasive minimal, dengan sedikit morbiditas dan komplikasi


• Kebanyakan kista odontogenik dapat diangkat secara efektif dengan
enukleasi yang sederhana pada batas kista dan kuratase pada kavitas
tulang

• Lapisan kista serta sisa-sisa epitel harus


dihilangkan sepenuhnya
ENUKLEASI DAN KURATASE

Keuntungan :
• Mengurangi kemungkinan rekurensi

Kerugian
• Bersifat lebih destruktif pada
jaringan tulang dan sekitarnya
ENUKLEASI DAN KURATASE

Teknik
• Setelah enakluasi, dilakukan kuratase dengan kuret yang tajam
atau bur tulang dengan irigasi steril digunakan untuk
mengangkat 1-2 mm lapisan tulang disekitar kavitas
• Kavitas dibersihkan dan ditutup
ENUKLEASI DAN OSTEOTOMI

• Keuntungan : memberikan tambahan


“margin” pengangkatan tulang selama
eksisi lesi

Kekurangan : menempatkan struktur


anatomis lainnya pada resiko cedera, yaitu
gigi dan saraf alveolar inferior, dan dapat
melemahkan struktur rahang
ENUKLEASI DAN OSTEOTOMI
• Pewarnaan metilen biru sering
digunakan untuk membantu
identifikasi margin tulang
• Menggunakan instrument putar
untuk menghilangkan tulang
yang berdekatan dengan lapisan
kista
PERKEMBANGAN KISTA
FITRIA JUDAPUTRI
160110160058
Inisiasi kista
yang menghasilkan proliferasi lapisan
epitel dan pembentukan rongga kecil.

Perkembangan Kista
untuk kista berlapis epitel, di mana
inisiasi berbeda untuk setiap kelompok
kista, proses pembesaran kemungkinan
besar serupa untuk semua kista berlapis
epitel, meskipun mungkin ada beberapa
variasi dalam pembesarannya.

Pembesaran atau ekspansi


kemudian terjadi rongga kistik
INISIASI KISTA

Stimulus untuk fenomena inisiasi kista tidak diketahui,


selain kista odontogenik inflamasi/inflammatory odontogenic
cysts, di mana infeksi yang dianggap sebagai faktor pencetus
yang menghasilkan inisiasi kistik.
Dalam kasus lain, ada Sel rest of
kemungkinan bahwa Malassez, dll.
ada kecenderungan
pada beberapa individu
untuk membentuk kista
dari pengembangan
Epitel enamel
epitel odontogenik,
yang berkurang
yaitu :

Perluasan sel
basal dari epitel
oral di atasnya

Lamina gigi dan


Enamel organ
sisa-sisanya
Apapun yang mungkin merupakan faktor pencetus dalam inisiasi lesi
kistik, diikuti oleh pembentukan kista, faktor-faktornya yaitu :
• Proliferasi lapisan epitel
• Akumulasi cairan di dalam rongga kista dan
• Resorpsi tulang.
Peningkatan volume konten

Pembesaran Peningkatan luas


Kista permukaan kantung atau
Setelah pembentukan kista
telah dimulai, ia terus tumbuh proliferasi epitel
dan membesar, terlepas dari
jenis dan asalnya. Mekanisme
berikut telah diteruskan, Resorpsi tulang di
terkait pembesaran lesi kistik:
sekitarnya

Pemindahan jaringan lunak


di sekitarnya.
PENINGKATAN VOLUME KONTENNYA
Secara umum dianggap bahwa volume isi kista dapat meningkat karena faktor yang
dapat menyebabkan pembesaran kistik, yaitu :
Sekresi
- Kista mensekresi lendir, di mana lapisannya mengeluarkan lendir, akumulasi lendir
menjelaskan peningkatan volume.
- Transudasi dan eksudasi Kista inflamasi atau adanya infeksi sel-sel radang, yang
biasanya ada dalam kapsul, melepaskan kofaktor, limfosit melepaskan limfokin, faktor
pengaktif osteoklas (OAF) dan monosit melepaskan interleukin I yang merangsang
fibroblas untuk melepaskan prostaglandin.
Produk-produk pemecahan sel epitel ini menghasilkan cairan kista
hyperosmolar.
• Meningkatnya hiperosmolaritas, semakin menarik cairan dari
jaringan di sekitarnya, karena dinding kista adalah membran
semipermeable. Dengan demikian, peningkatan tekanan hidrostatik,
yang sangat tergantung pada jenis lapisan kistik, permeabilitasnya
dan kandungan kistiknya menyebabkan pembesaran kistik.
• Peningkatan osmolaritas cairan kista dapat berperan dalam
pembesarannya, perbedaan osmotik antara serum dan cairan kistik
terkait dengan protein yang ada dalam cairan kistik, seperti molekul
besar produk globulin, albumin, fibrinogen dan fibrindegradasi,
bertanggung jawab atas peningkatan tekanan osmotik suatu kista,
yang pada gilirannya menghasilkan ekspansi kistik.
PROLIFERASI EPITEL
Pertumbuhan mural dalam bentuk proliferasi epitel,
adalah salah satu proses penting dimana area permukaan
kantung meningkat, pada dasarnya oleh pembelahan sel
perifer atau dengan akumulasi konten seluler.
• Pola multisentris pertumbuhan kista yang disebabkan
oleh proliferasi kelompok sel epitel lokal seperti pada
keratokista, menghasilkan ekspansi kistik
• Aktivitas kolagenase pada beberapa kista seperti kista
primordial dan radikular dengan cara peningkatan
kolagenolisis dapat mengakibatkan ekspansi kista.
• Pertumbuhan yang tidak henti dari lapisan epitel tertentu
karena nilai mitosis yang tinggi seperti pada keratokista
berperan dalam pembesaran kistik.
• Adanya infeksi tingkat rendah merangsang sel-sel seperti
sel rest of Malassez untuk berkembang biak dan
membentuk arcade. Jumlah lapisan epitel kemudian
ditentukan oleh periode viabilitas masing-masing sel dan
tingkat pematangan dan deskuamasi.
RESORPSI TULANG
Saat sel epitel membelah, kista dapat membesar di dalam rongga tulang
yang kaku dengan melepaskan faktor resorpsi tulang dari kapsul, yang
merangsang fungsi osteoklas, mis. prostanoid seperti PGE2 dan PGI2
dan leucotrienes tertentu. Perbedaan ukuran berbagai lesi kistik
mungkin tergantung pada jumlah pelepasan prostaglandin dan faktor-
faktor penyerap tulang lainnya
REGRESI KISTA
Setiap proses yang mengarah pada involusi epitel kista, mis. ekstraksi
gigi nekrotik atau konversi lapisan epitel menjadi mukosa oral dan
pengurangan tekanan intrakistik seperti dengan marsupialisasi dapat
menyebabkan kapsul jaringan ikat mengalami kemunduran/regresi dan
rongga harus diisi oleh tulang atau jaringan parut.
Pengembangan kista dimulai dan berlanjut dengan
stimulasi sitokin dari rest epitel dan ditambahkan
oleh produk pemecahan seluler sentral, yang
menciptakan solution intraluminal hipertonik yang
mentransmisikan cairan untuk ekspansi kista lebih
lanjut, menekan jaringan ikat sekitarnya untuk
membentuk dinding kista.
Pseudokista adalah kista tanpa
lapisan epitel. Terdiri dari beberapa
jenis yaitu:
Pseudokista 1. Solitary bone cyst
(kista non- 2. Aneurismal bone cyst
epitel)
3. Static bne cyst
 Merupakan tumor jinak, kista dengan rongga kosong
intraosseous mengandung sedikit cairan serosa atau
1. Solitary serosanguineous.
 Lokasi : molar dan premolar mandibula, dilapisi oleh
bone membran jaringan ikat tipis yang longgar.
cyst/Simple  Epidemologi : 85% terjadi pada anak-anak dan
bone remaja (usia 3 dan 14 tahun dengan rata-rata usia 9
cyst/Unicamer tahun)
 Rasio kejadian pria dan wanita 2:1,5
al bone cyst
 Asimptomatik, didiagnosis ketika fraktur patologis
terjadi atau ditemukan saat foto radiografi
 Etiologi : gangguan dalam pertumbuhan tulang
secara lokal, peran lesi yang sudah ada, perdarahan
intramedullary karena beberapa kista posttraumatic,
sel sinovial terperangkap dalam posisi intraoseus,
penyumbatan pada drainase vena
 Gambaran radiografi : radiolusen soliter yang
terbatas. Lesi meluas diantara akar gigi
menghasilkan penampilan bergigi (karakteristik)
 Perawatan : injeksi, dekompresi dan teknik bedah
gabungan (disesuaikan dengan fitur klinis dan
radiologis)
* Yang paling sering dilakukan adalah kuretase
dikombinasikan dengan cangkok tulang atau sintetis
graft seperti hidroksiapatit (HA), kalsium fosfat atau
kalsium sulfat
 Aneurysmal Bone Cyst (ABC) adalah lesi tulang jinak
dapat menyebabkan nyeri lokal, pembengkakan,
dan fraktur patologis.
 Epidemiologi : pada usia anak sekitar 13 tahun dan
usia dewasa sekitar 30 tahun.
2. Aneurysmal  Etiologi : peningkatan tekanan vena menyebabkan
Bone Cyst ekstravasasi seluler dan isi darah masuk ke dalam
rongga mirip kista di tulang.
 Lokasi : mandibula posterior sering meluas ke ramus
dan maksila terbatas pada daerah molar, tulang
belakang, panggul, sakrum, klavikula, kaki, dan jari-
jari, menjadikan ini penyakit yang dapat menyerang
seluruh tulang.
 Gambaran histologis : mengandung banyak ruang
besar berisi darah yang dipisahkan oleh septa
jaringan ikat yang mengandung jaringan sel raksasa.
 Gambaran radiografi : radiolusen, oval atau
fusiformis di mana korteks menipis atau terkikis. Gigi
sering berpindah, akarnya diresorpsi. Lesi biasanya
unilokular.
 Perawatan : kuretasi intralesi
 Stafne’s bone cyst adalah defek radiolusen
berbentuk oval unilateral, asimptomatik, di daerah
posterior mandibula di bawah kanal alveolar inferior.
 Prevalensi berkisar dari 0,10% hingga 0,48% dan
3. Static bone lebih umum pada pria. Sebagian besar merupakan
temuan insidental radiografi panoramik.
cyst (Stafne’s
 Etiologi : masih belum pasti. Hipotes yang
bone defect) dikemukakan -> kekurangan pembentukan tulang,
tekanan vaskular abnormal dari arteri wajah yang
menyebabkan nekrosis dan resorpsi tulang yang
berdekatan, *tekanan yang diberikan oleh jaringan
kelenjar pada korteks mandibula.
- Gambaran radiografi : rongga berbentuk elips, oval
atau bulat homogen, radiolusen, unilokular, sering
dengan margin sklerotik, dan di antaranya berukuran
1 sampai 3 sentimeter.
 Merupakan pembengkakan dasar mulut yang berhubungan dan
melibatkan glandula sublingualis atau glandula salivari minor.
 Dapat disebut juga dengan Ranula.
 Ukuran ranula dapat membesar : mengganggu fungsi bicara,
3. Mucus mengunyah, menelan, dan bernafas.
retention cyst  Etiologi : terjadi akibat trauma, obstruksi kelenjar saliva, dan
aneurisma duktus glandula saliva. Post traumatic ranula terjadi
akibat trauma pada glandula sublingual atau submandibula yang
menyebabkan ekstravasasi mukus, sehingga terbentuk
pseudokista.
- Gambaran Klinis
1) Biasanya terjadi atau dialami oleh orang tua kelompok usia >50
tahun
2) Biasanya berada di bibir atas,palatum,pipi,dan dapat berada di
dasar mulut
3) Asymptomatic
4) Ukurannya Bervariasi dari 3-10 mm

Anda mungkin juga menyukai