Anda di halaman 1dari 8

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

ODONTOGENIC MYXOMA
Suchitra Gupta, Neeraj Grover, Ajit Kadam1, Shally Gupta2, Kunal Sah, J.
D. Sunitha
National Journal of Maxillofacial Surgery, Vol 4, Issue 1, Jan-Jun 2013
TAHUN 2013

Ulfa Sahara
1207101230039

JOURNAL READING

Dosen Pembimbing : drg. Fakhrurrazi, Sp.BM

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM-BANDA ACEH
SEPTEMBER 2014

MIKSOMA ODONTOGENIK
ABSTRAK
Miksoma odontegenik adalah neoplasma intraosseous langka, yang jinak tetapi
agresif secara lokal. Neoplasma ini jarang muncul dalam tulang selain rahang.
Neoplasma ini dianggap dianggap berasal dari bagian mesenkim benih gigi.
Secara klinis, pertumbuhannya lambat, meluas, tanpa rasa sakit, non-metastasis,
tumor sentral di rahang, terutama mandibula. Disini kami melaporkan kasus
miksoma odontogenik pada pasien wanita 26 tahun, dengan dimensi yang besar
dan melibatkan seluruh bagian kiri mandibula termasuk ramus, sehingga
menghasilkan deformitas wajah dalam rentang waktu satu setengah tahun.
Kata kunci : Agresifn, Mesenkimal, miksoid, miksoma, odontogenik.
PENDAHULUAN
Miksoma jaringan lunak sering ditemukan, tetapi miksoma intraosseous jarang
ditemui, dan ditemukan hampir secara ekslusif terbatas pada rahang. Sangat
sedikit miksoma intraosseous ditemukan di lokasi selain rahang, seperti yang
dilaporkan oleh Stout dkk klavikula, atau tulang rusuk, atau femur, tetapi sebagian
besar peneliti telah menemukan bahwa miksoma intraosseous paling sering
ditemukan pada rahang dan berasaldari odontogenik.
Miksoma odontogenik pertama kali dijelaskan oleh Thoma dan Goldman pada
tahun 1947. Dari seluruh biopsi, tumor odontogenik terdiri dari 1.3%, sementara
dari semua tumor odontogenik, miksoma odontogenik hanya berkontribusi 3-11%.
Miksoma odontogenik paling sering terjadi pada dekade kedua atau ketiga
kehidupan, agak sedikit cenderung terjadi pada perempuan, dan lebih sering
melibatkan mandibula daripada maksila. Secara klinis, pertumbuhannya lambat,
meluas, tanpa rasa sakit, dapat menyebabkan resorpsi akar, mobilitas gigi,
perluasan hingga tulang, kerusakan kortikal dan distorsi wajah. Secara radiografi,
tampilan klasik yaitu radiolusan multilokular, dengan locules berkembang baik,
yang terdiri dari trabekula tajam, bersusun 900, dan dikenal sebagai Raket
Tennis atau pola Anak Tangga. Tampilan sinar matahari atau ledakan
matahari juga dilaporkan dalam literatur. Pada pemeriksaan, spesimen bedah
bersifat longgar, licin atau seperti gelatin. Secara histopatologi, lesi terdiri dari
spindle longgar yang bersusun, sel-sel berbentuk stellata atau bulat, dalam stroma
miksoid yang berlimpah.

Kami melaporkan kasus ini dalam rangka mengajukan kasus tumor jinak yang
jarang, yaitu miksoma odontogenik pada seorang wanita 26 tahun, yang tumbuh
dengan melibatkan bagian mandibula yang cukup besar, dalam jangka pendek
yaitu satu setengah tahun.

LAPORAN KASUS
Seorang pasien wanita 26 tahun dilaporkan dengan keluhan utama pembengkakan
progresif bertahap yang tidak sakit di sisi kiri bawah wajah, yang awalnya terlihat
sebagai pembengkakan kecil di vestibula kiri bawah dan tumbuh hingga ukuran
saat ini dalam kurun waktu satu setengah tahun. Tidak ada riwayat trauma.
Riwayat medis dan gigi tidak mendukung.
Pemeriksaan ekstraoral menunjukkan pembengkakan tulang keras yang menyebar,
tidak lunak, di regio kiri badan mandibula, dengan ukuran sekitar 3-4 cm [Gambar
1]. Tidak ada kenaikan suhu lokal atau perubahan warna kulit di atasnya yang
terlihat. Tidak ada limfadenopati.
Pada pemeriksaan intra-oral, pembengkakan tunggal berbatas jelas dan terlokalisir
di regio bukal kiri dan vestibulum lingual, meluas dari regio 34 ke 37, dengan
pergerakan gigi 35 dan 36 dan mobility gigi 34, 35, 36 dan 37. Tidak ada eritema,
ulserasi atau pus pada mukosa diatasnya [Gambar 2].
Secara radiografi, ortopantomograf (OPG) menunjukkan radiolusensi
multilokular, meluas secara anteroposterior dari midline ke regio ramus kiri, dan
secara superoinferior dari prosessus alveolar ke batas bawah mandibula.
Radiolusensi dengan batasan tidak jelas menyebabkan sedikit ekspansi kortikal,
dengan trabekula tajam, beberapa potongan pada sudut siku-siku terlihat jelas.
perpindahan gigi 34, 35, 36, resorpsi akar gigi 34, 35, 36, 37, 38 serta scalloping
antara akar gigi yang terlibat, juga terlihat jelas [Gambar 3].
Lesi dibiopsi dan diserahkan ke Departemen Patologi Oral dengan diagnosis
sementara ameloblastoma atau odontogenik keratocyst (OKC).
Pada pemeriksaan makroskopik, spesimen biopsi terdiri dari beberapa bagian,
dengan ukuran 1-2 cm, berwarna putih, transparan dan licin dan lunak
konsistensinya. Pada pemeriksaan mikroskopis, stain H dan E menunjukkan sel
berbentuk susunan stellate longgar dengan campuran fibrin dalam zat mucoid
homogen dengan beberapa fibril kolagen dan kapiler [Gambar 4 dan 5]. Sangat
sedikit rest epitel odontogenik, area perdarahan, dan foci trabekula tulang terlihat.
Miksoma odontogenik adalah diagnosis definitif.

PEMBAHASAN
Miksoma odontogenik adalah neoplasma intraosseous jinak yang langka, yang
disebut malignan secara lokal karena agresivitas lokal yang sangat tinggi, tingkat
kekambuhan tinggi dan tidak bermetastasis.
Zimmerman dkk melaporkan bahwa usia rata-rata miksoma odontogenik adalah
26.5 tahun, meskipun sebagian besar dari para peneliti menemukan bahwa lesi ini
terjadi pada dekade kedua atau ketiga kehidupan. Sebagian besar laporan
menunjukkan bahwa ada sedikit dominansi pada wanita, predileksi mandibula,
dan lesi memiliki sifat merusak diam-diam secara lokal. Semua tampilan ini
terlihat jelas dalam kasus kami. Dalam kasus kami, meskipun tumor jinak, lesi
sangat agresif, melibatkan hampir setengah mandibula dalam jangka pendek yaitu
satu setengah tahun. Temuan lain yang menarik adalah bahwa hal tersebut tidak
banyak menyebabkan ekspansi kortikal atau kelainan bentuk wajah dan
tampaknya menyerang tulang secara anteroposterior, dan scalloping antar akar
gigi yang terlibat, sama seperti odontogenik keratocyst.
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Secara radiografi, kemunculan miksoma odontogenik mungkin berbeda mulai dari
radiolusensi unilocular hingga lesi multilokular, dengan margin berbatas jelas
hingga menyebar. Namun, tampilan unilocular lebih umum terjadi pada anak-anak
dan di bagian anterior rahang. Di area bantalan gigi, tumor sering membentuk
scallop antara akar dan resorpsi akar dapat terjadi, sehingga memberikan tampilan
seperti OKC. Namun, tampilan radiografi klasik dari miksoma odontogenik,
dimana trabekula tulang radiolusen multilokular berpotongan pada sudut 90 dan
lesi menyebabkan resorpsi akar, yang mengakibatkan mobilitas gigi, mudah
diidentifikasi dalam kasus kami. Sifat spesimen yang lunak, licin dan sperti
gelatin pada pemeriksaan makroskopik dan temuan histopatologi juga sesuai
dengan literatur. Jadi kasus kami adalah prototipe dari suatu miksoma
odontogenik.
Gamabar 4
Namun, dalam kasus gambaran klinis, diagnosis diferensial harus ditetapkan
dengan entitas klinis serupa lainnya seperti kista sederhana, ameloblastoma, OKC,
hemangioma intraosseous dan granuloma sel raksasa.
Penyebab dan histogenesis tumor tetap kontroversial, tetapi jaringan dianggap
berasal dari mesenkim. Dua teori mengenai asalnya telah diajukan. Pertama,

tumor berasal dari degenerasi miksomatus stroma fibrosa. Kedua, berasal dari
bagian mesenkim benih gigi, seprti papilla dental, folikel atau ligamen periodontal
(PDL).
Gamabar 5

KESIMPULAN
Berdasarkan bagian yang sering terlibat (daerah rahang), umur dan predileksi jenis
kelamin (kedua atau ketiga dekade dan kecenderungan perempuan), kemiripan
histologist dengan mesenkim gigi, dan adanya sporadis pulau epitel odontogenik,
WHO dan banyak pengarang menganggap neoplasma ini berasal dari mesenkim
odontogenik. Kasus kami juga tampaknya berada dalam kategori yang sama,
karena semua kriteria muncul.

REFERENSI
1. Li TJ, Sun LS, Luo HY. Odontogenik myxoma: A clinicopathological
study of 25 cases. Arch Pathol Lab Med 2006;130:1799-806.
2. Zimmerman DC, Dahlin DC. Myxomatous tumors of the jaws. Oral surg
Oral Med Oral Pathol 1958;11:1069-80.
3. Pansecchi V. Considerations and findings concerning a case of myxoma of
the ribs. Minerva Ortop 1967;18:674-9.
4. Chacha PB, Tan KK. Periosteal myxoma of femur. A case report. J Bone
Joint Surg 1972;54:1091-4.
5. Adekeye EO, Avery BS, Edwards MB, Williams HK. Advanced central
myxoma of the jaws in Nigeria: Clinical features, treatment, and
pathogenesis. Int J Oral Surg 1984;13:177-86.
6. Stewart SS, Baum SM, Arlen M, Elguezabal A. Myxoma of the lower jaw.
Oral Surg Oral Med Oral Pathol 1973;36:800-8.
7. Regezi JA, Donald AK, Richard MC, Arbor A. Odontogenic tumorsAnalysis of 706 cases. J Oral Surg 1978;36:771-8.
8. Odikoya O. Odontogenic tumors: Analysis of 289 Nigerian cases. J Oral
Pathol Med 1995;24:454-7.
9. Rajendran R, Sivapathasundaram B. Shafers textbook of oral pathology.
5th ed. USA: Elsevier science; 24:454-7.
10. Kangur TT, Dahlin CD, Turlington EG. Myxomatous tumors of the jaws. J
Oral Surg 1975;33:523-8.
11. Dezotti MS, Azevedo LR, Fontao FN, Capelozza AL, Santana E.
Odontogenic myxoma: A case report and clinico-radiographic study of 7
tumors. J Contemp Dent Pract 2006;7:117-24.

12. Langlais RP, Langland OE, Lortje PJ. Diagnostic imaging of the jaws.
USA: Williams and Wilkins Waverly Company Ltd; 1995. p.722-4.
13. Neville BW, Damm DD, Allen CM, Bouguot JE. Oral and Maxillofacial
Pathology. 2nd ed. Pennysylvania: WB Saunders Company Ltd; 2004.
p.625-7.
14. Barros RE, Dominguez FV, Cabrini RL. Myxoma of the jaws. Oral Surg
Oral Med Oral Pathol 1969;27:225-36.
15. Wood NK, Goaz PW. Differential diagnosis of oral lesions. St Louis:
Mosby;1978.p.543-5
16. Reddy SP, Naag A, Kasyap B. Odontogenic myxoma: Report of 2 cases
Natl J Maxillofac Surg 2010;1:183-6.
17. Farman GA, Nortje CJ, Grotepass Fw, Farman FJ, Zyl JAV. Myxofibroma
of the jaws. Br J Oral Maxillofac Surg 1977;15:3-18

Anda mungkin juga menyukai