Anda di halaman 1dari 34

Skenario A

Tn. Fendi, 17 tahun, mengalami kecelakaan lalu lintas saat berjalan kaki, ia diserempet motor dengan
kecepatan tinggi dan terpental dengan kepala dan lengan kiri membentur motor. Terdapat luka di kepala dan
nyeri lengan bawah kiri. Tn. Fendi dibawa ke UGD RSMP dalam keadaan tidak sadar. Setelah berada di UGD
Tn. Fendi sadar dan ketika akan diperiksa oleh dokter UGD, Tn. Fendi tiba-tiba tidak sadar.

Hasil pemeriksaan dokter di UGD


Pemeriksaan Fisik:
Primary Survey:
- Airway : Tidak ada suara napas tambahan
- Breathing : RR 24 x/menit, suara napas kanan dan kiri vesikuler, bunyi jantung normal
- Circulation : Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 90 x/menit, isi dan tegangan cukup
- Disability : Membuka mata ketika diberi rangsang nyeri, mengeluarkan kata-kata yang tidak jelas,
ekstremitas fleksi abnormal. Pupil isokor, reflex cahaya (+) lambat
- Exposure :
 Hematom di daerah kepala dan lengan kiri bawah
 Tampak luka terbuka pada lengan bawah kiri disertai dengan deformitas
 Suhu 36C

Secondary Survey:
- Kepala :
 Terdapat jejas di region temporal
 Mata: dalam batas normal
 Telinga dan hidung: dalam batas normal
 Mulut: terpasang sungkup oksigen NRM
- Leher : dalam batas normal, vena jugularis datar (tidak distensi)
- Thoraks :
 Inspeksi: tidak ada jejas, frekuensi 24x/menit, gerak napas simetris
 Palpasi: nyeri tekan tidak ada, krepitasi tidak ada, stem fremitus sama kanan dan kiri
 Perkusi: sonor kanan dan kiri
 Auskultasi: suara paru vesikuler, suara jantung jelas, reguler
- Abdomen :
 Inspeksi: datar
 Palpasi: lemas
 Perkusi: timpani
 Auskultasi: bising usus normal terdengar diseluruh bagian abdomen
- Genitalia OUE : darah (-), skrotum tidak tampak hematom dan edema
- Ekstremitas superior : terdapat hematom dan luka terbuka pada lengan bawah kiri bagian anterior
dengan ukuran 20x2 cm dengan dasar tulang yang fraktur. Kulit sewarna dengan sekitar, arteri radialis dan
ulnaris teraba
- Ekstremitas inferior : dalam batas normal

Shafa Almira (702018097)


I. Identifikasi masalah
1. Tn. Fendi, 17 tahun, mengalami kecelakaan lalu lintas saat berjalan kaki, ia diserempet motor dengan
kecepatan tinggi dan terpental dengan kepala dan lengan kiri membentur motor. Terdapat luka di
kepala dan nyeri lengan bawah kiri.
2. Tn. Fendi dibawa ke UGD RSMP dalam keadaan tidak sadar. Setelah berada di UGD Tn. Fendi sadar
dan ketika akan diperiksa oleh dokter UGD, Tn. Fendi tiba-tiba tidak sadar.
3. Primary survey
4. Secondary survey
5. Pemeriksaan radiologi
II. Prioritas masalah  identifikasi masalah no. 2  gadar
III. Analisis masalah
1. Tn. Fendi … kiri
a. Apa makna ia diserempet motor dengan kecepatan tinggi dan terpental dengan kepala dan lengan
kiri membentur motor. Terdapat luka di kepala dan nyeri lengan bawah kiri?
Jawab: Maknanya pasien mengalami trauma pada kepala dan lengan bawah kirinya. Trauma pada
kepala dapat menyebabkan cedera otak primer baik cedera tertutup (coup, countercoup,
perdarahan epidural, perdarahan subdural dan perdarahan subarachnoid), cedera terbuka (trauma
tembus: peluru, pisau, obeng, dll) maupun fraktur multiple. Pada kasus, kecelakaan terjadi sangat
hebat sampai pasien terpental. Lengan yang terbentur motor menunjukkan terjadinya trauma
tumpul, dapat berupa luka lecet (abration), luka memar (contution), luka robek (laceration)
maupun fraktur yang menyebabkan nyeri pada lengan bawah kirinya.
b. Bagaimana mekanisme trauma pada kasus?
2. Tn. Fendi … sadar
a. Apa makna ia dibawa ke UGD RSMP dalam keadaan tidak sadar. Setelah berada di UGD Tn.
Fendi sadar dan ketika akan diperiksa oleh dokter UGD, Tn. Fendi tiba-tiba tidak sadar?
Jawab: Maknanya pasien mengalami lucid interval yang biasanya terjadi pada pasien perdarahan
epidural
b. Bagaimana patofisiologi lucid interval pada kasus?
3. Ps
a. Bagaimana interpretasi ps?
Jawab: disability: GCS E2V3M3, reflex cahaya (+) lambat. Exposure: hematom di daerah kepala
dan lengan kiri bawah, luka terbuka pada lengan bawah kiri disertai dengan deformitas
b. Bagaimana mekanisme abnormalnya?
4. Ss
a. Bagaimana interpretasi ss?
Jawab: kepala: jejas di region temporal, ekstremitas superior: hematom dan luka terbuka pada
lengan bawah kiri bagian anterior dengan ukuran 20x2 cm dengan dasar tulang yang fraktur
b. Bagaimana mekanisme abnormalnya?
5. Pr
a. Bagaimana interpretasi pr?
Jawab: fraktur terbuka 1/3 distal os radius ulna sinistra grade IIIB
b. Bagaimana mekanisme abnormalnya?
6. Hwd? (liat sken bae)
7. Dd?
Hematom epidural Hematom subdural Hematom subarachnoid
Gambaran radiologi  Gambaran radiologi  Gambaran radiologi 
bikonveks/lenticular akibat cresen/bikonkaf akibat perdarahan mengisi sulkus
pecahnya arteri meningea media pecahnya bridging vein (seperti bintang/jasa)
Shafa Almira (702018097)
Penurunan kesadaran dan lucid
Kesadaran menurun Kesadaran menurun
interval
Reflex cushing (tanda
peningkatan TIK)  tekanan Sakit kepala tiba-tiba
Ada stadium akut, sub akut
darah tinggi, denyut jantung (thunderclap headache), kaku
dan kronik
melambat dan pernapasan tidak kuduk, mual muntah, fotofobia,
teratur deficit neurologis (N. 3, N. 4, N.
Dilatasi pupil ipsilateral, Lateralisasi, perubahan pola 6), hemiparesis
hemiparesis kontralateral pernapasan, dilatasi pupil
- Suspect hematom epidural et causa trauma kapitis berat + fraktur terbuka 1/3 distal os radius
ulna sinistra grade IIIB
- Suspect hematom subdural et causa trauma kapitis berat + fraktur terbuka 1/3 distal os radius
ulna sinistra grade IIIB
- Suspect hematom subarachnoid et causa trauma kapitis berat + fraktur terbuka 1/3 distal os
radius ulna sinistra grade IIIB
8. Pp? CT-Scan, MRI (untuk cedera kepala), X-ray (untuk fraktur), pemeriksaan darah
9. Wd? suspect hematom epidural et causa trauma kapitis sedang + fraktur terbuka 1/3 distal os radius
ulna sinistra grade IIIB
10. Talak?
A  pertahankan patensi jalan napas
B  beri oksigenasi 100% 10 L/menit
C  monitor tanda vital dan resusitasi RL/normal saline yang dihangatkan
D  lakukan pemeriksaan neurologis
E  buka semua pakaian pasien, jaga agar pasien tidak hipotermi (selimuti)
- Tatalaksana hematom epidural: rujuk ke spesialis bedah saraf
- Tatalaksana fraktur: hentikan perdarahan eksternal dengan melakukan penekanan (balut tekan
steril), bersihkan dan debridemen dengan cairan saline sebanyak 5-10 liter, imobilisasi fraktur
(pasang bidai)  jika terdapat fraktur terbuka tidak perlu memasukkan kembali tulang yang
keluar ke dalam luka karena akan dilakukan debridemen secara operatif, berikan profilaksis
tetanus dan antibiotic spectrum luas (cephalosporin), rujuk ke spesialis orthopedic
Tatalaksana lain: hentikan perdarahan eksternal dengan balut tekan steril, imobilisasi fraktur
(pasang bidai) diikuti dengan menutupi daerah fraktur dengan kain steril (jangan dibalut), rujuk
 dalam anestesi dilakukan pembersihan luka dengan aquadest steril atau larutan garam
fisiologis secara irigasi, debridement, reposisi (dilakukan alignment terhadap fragmen tulang),
penutupan luka (golden periode: 6-7 jampenutupan luka secara primer karena kontaminasi
tidak luas. >7 jam  memerlukan jahitan situasi; beberapa hari kemudian (tidak lebih dari 10
hari), dilakukan eksisi dan jahitan kembali [delayed primary closure]. Kulit yang hilang luas
diganti skin graft), fiksasi dan restorasi
11. Prosedur rujukan?
1) Informasi dari dokter pengirim  dokter yang mengirim harus berbicara langsung dengan dokter
penerima. Informasi yang perlu disampaikan yaitu identitas pasien, anamnesa singkat kejadiannya
(termasuk data prehospital yang penting), temuan inisial pada saat di UGD, respon terhadap terapi
2) Informasi untuk petugas pendamping  petugas harus tahu tentang kondisi dan kebutuhan pasien
selama transportasi seperti cara mempertahankan airway, penggantian dan volume cairan,
prosedur khusus yang mungkin perlu dilakukan, revised trauma score (RTS), prosedur resusitasi
dan perubahan yang mungkin terjadi dalam perjalanan
3) Dokumentasi  permasalahan pasien, terapi yang diberikan, keadaan pasien saat di transfer harus
disertakan pada saat transfer

Shafa Almira (702018097)


4) Pengobatan sebelum transfer  harus diresusitasi dan diupayakan kondisi pasien menjadi stabil
a) Airway  pasang airway/intubasi (jika perlu), suction (jika perlu), pasang NGT untuk
mencegah aspirasi
b) Breathing  nilai RR dan berikan oksigenasi, berikan ventilasi mekanik (jika perlu), pasang
chest tube (jika perlu)
c) Circulation  control perdarahan eksternal, pasang 2 akses vena dan berikan cairan
kristaloid, perbaiki kehilangan darah dengan cairan kristaloid atau komponen darah dan
pertahankan selama transportasi, pasang kateter urin untuk memonitor output urin, monitor
irama dan denyut jantung
d) SSP  bantu pernapasan pada pasien dengan penurunan kesadaran, berikan mannitol (jika
perlu), immobilisasi pada trauma kepala, servikal, thorax dan vertebra lumbal
e) Pemeriksaan diagnostic (bila ada indikasi, dapat dilakukan tetapi jangan menunda transfer) 
foto rontgen thorax, pelvis dan ekstremitas, pemeriksaan CT dan aortografi (biasanya bukan
indikasi), hb dan ht, golongan darah dan cross match serta pemeriksaan ABG (arterial blood
gas) dilakukan pada semua pasien trauma, juga tes kehamilan pada wanita usia subur
f) Periksa irama jantung dan saturasi oksigen denngan EKG dan pulse oximetry
g) Luka (prosedur jangan menunda transfer)  setelah control perdarahan, bersihkan dan tutup
luka dengan perban, berikan profilaksis tetanus dan antibiotic (jika ada indikasi)
h) Fraktur  pasang bidai dan traksi yang tepat dan sesuai
5) Pengobatan saat transport  petugas yang tepat mendampingi pasien saat transfer, tergantung dari
kondisi pasien dan potensi masalah yang akan timbul. Pengobatan saat transport seperti monitor
tanda vital dan pulse oximetry, bantuan system kardiorespirasi (jika perlu), pemberian darah (jika
perlu), pemberian obat sesuai instruksi dokter atau sesuai protokol
12. Komplikasi? Hematom epidural: kompresi otak, herniasi, kejang. Fraktur: kerusakan vascular
(pulseless, sianosis, hematom yang lebar), sindrom kompartemen (5P), infeksi, avascular nekrosis
(akibat terganggunya aliran darah ke tulang  nekrosis tulang), syok, mal union (sembuh pada
saatnya tetapi ada deformitas), delayed (sembuh lebih lama), non union (gagal tesambungnya tulang),
myositis osifikans (terbentuk tulang baru pada jaringan lunak), kekakuan sendi
13. Prognosis? Dubia ad bonam
14. Skdu? 3B
15. Nni? As-Syuara:80  dan apabila aku sakit, Dia-lah yang menyembuhkanku
IV. Kesimpulan
Tn. Fendi, 17 tahun, dalam keadaan tidak sadar karena mengalami suspect hematom epidural et causa
trauma kapitis berat + fraktur terbuka 1/3 distal os radius ulna sinistra grade IIIB
V. Kerangka konsep

Jawablah pertanyaan berikut ini:


1. Bagaimana anatomi kepala (SCALP)?
a. Skin atau kulit
b. Connective tissue atau jaringan subkutis  kaya akan PD
c. Aponeurosis galea  fascia yang melekat pada otot (anterior—m.frontalis, posterior—m.occipitalis,
lateral—m.temporoparietalis)
d. Loose areolar tissue atau jaringan ikat longgar  mengandung vena emissary/vena tanpa katup
e. Pericranium  periosteum yang melapisi tulang tengkorak
f. Duramater  selaput keras pembungkus otak yang mengandung rongga yang mengalirkan darah dari
vena otak
g. Arachnoidea  selaput tipis yang berisi cairan otak yang meliputi ssp

Shafa Almira (702018097)


h. Piamater  selaput tipis pada permukaan jaringan otak yang berhubungan dengan arachnoidea melalui
trebekhel

2. Bagaimana pandangan islam terhadap mencelakai orang lain?


- "Tidak boleh melakukan perbuatan yang bisa membahayakan diri sendiri dan membahayakan orang
lain." (HR Ibnu Majah, No 2340 dan 2341)
- “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu” (Al-Baqarah: 185)

Shafa Almira (702018097)


Skenario B

Zidane, anak laki-laki, berusia 7 tahun dengan berat badan 22 kg dibawa ibunya ke Puskesmas
Perawatan karena kaki tangannya dingin. Tampak lesu dan mata cekung. Zidane sudah tidak BAK sejak 12 jam
yang lalu. Sejak 4 hari yang lalu, Zidane BAB cair frekuensi 5-6x/lhari, BAB sebanyak ¼ - ½ gelas perkali
BAB, konsistensi cair, darah tidak ada, lendir tidak ada, muntah ada frekuensi 3-4 x/hari, isi apa yang dimakan.

Pemeriksaan Fisik:
Primary Survey:
- Airway : Tidak ada sumbatan, tidak ada suara napas tambahan
- Breathing : Pernapasan 30x/menit, gerak napas simetris
- Circulation : Tekanan darah tidak terukur, nadi filiformis, frekuensi nadi 140 x/menit, ekstremitas
terlihat pucat dan teraba dingin, capillary refilled time >3 detik. Dokter Puskesmas melakukan tindakan
pertolongan pertama, yaitu memposisikan anak dalam posisi hirup kemudian saat akan memberikan cairan
resusitasi akses vena sulit didapat. Sehingga dokter melakukan resusitasi cairan melalui metode lain.
Setelah nadi teraba, dokter melakukan pemasangan IVFD.
- Disability : Membuka mata dengan panggilan, gerakan ekstremitas dengan rangsangan nyeri,
orientasi berbicara baik, pupil isokor, reflex cahaya (+)
- Exposure : Kutis marmorata dan akral dingin

Selanjutnya dokter melakukan secondary survey.

I. Identifikasi masalah
1. Zidane, anak laki-laki, berusia 7 tahun dengan berat badan 22 kg dibawa ibunya ke Puskesmas
Perawatan karena kaki tangannya dingin. Tampak lesu dan mata cekung. Zidane sudah tidak BAK
sejak 12 jam yang lalu.
2. Sejak 4 hari yang lalu, Zidane BAB cair frekuensi 5-6x/lhari, BAB sebanyak ¼ - ½ gelas perkali BAB,
konsistensi cair, darah tidak ada, lendir tidak ada, muntah ada frekuensi 3-4 x/hari, isi apa yang
dimakan.
3. Primary survey
4. Selanjutnya dokter melakukan secondary survey
II. Prioritas masalah  identifikasi masalah no. 1  gadar
III.Analisis masalah
1. Zidane, … lalu
a. Apa makna zidane mengeluh kaki tangan dingin, tampak lesu dan mata cekung serta sudah tidak
BAK sejak 12 jam yang lalu?
Jawab: Menunjukkan tanda-tanda dehidrasi atau kekurangan cairan yang ditandai dengan tampak
lesu, mata cekung dan tidak BAK. Tidak BAK selama 12 jam menunjukkan pasien mengalami
anuria akibat terjadinya retensi air dan Na oleh ginjal untuk mempertahankan volume cairan. Kaki
tangan dingin menunjukkan terjadinya gangguan sirkulasi.

Shafa Almira (702018097)


b. Bagaimana patofisiologi pada kasus?
2. Sejak … dimakan
a. Apa makna sejak 4 hari yang lalu, Zidane BAB cair frekuensi 5-6x/lhari, BAB sebanyak ¼ - ½
gelas perkali BAB?
Jawab: Menunjukkan bahwa pasien mengalami diare akut (GEA; Gastroenteritis Akut). 1 gelas
belimbing adalah 200 ml. ¼ - ½ nya adalah 50-100 ml x 5-6x/hari yaitu 250-500 ml/hari atau 300-
600 ml/hari. Pasien mengalami diare sejak 4 hari yang lalu, berarti pasien telah kehilangan cairan
sebanyak 1000-2000 ml atau 1200-2400 ml.
b. Apa makna konsistensi cair, darah tidak ada, lendir tidak ada?
Jawab: Menyingkirkan diagnosis banding disentri. Terjadi gangguan absorbsi sehingga konsistensi
air lebih banyak dari pada ampas, hal ini di akibatkan karena infeksi virus yang selektif menginfeksi
dan menghancurkan sel-sel ujung-ujung villus pada usus halus sehingga kemungkinan darah dalam
tinja negative
c. Apa makna muntah ada frekuensi 3-4 x/hari, isi apa yang dimakan?
Jawab: Menunjukkan bahwa selain diare pasien juga mengalami muntah yang merupakan etiologi
dari kehilangan cairan dan elektrolit pada kasus
d. Bagaimana patofisiologi pada kasus?
3. Ps
a. Bagaimana interpretasi ps?
Jawab: breathing: 30xmenit, circulation: tekanan darah tidak terukur, nadi filiformis, frekuensi nadi
140 x/menit, ekstremitas terlihat pucat dan teraba dingin, capillary refilled time >3 detik, disability
GCS E3V5M5, exposure: kutis marmorata dan akral dingin
b. Bagaimana mekanisme abnormalnya?
c. Apa makna dokter Puskesmas melakukan tindakan pertolongan pertama, yaitu memposisikan anak
dalam posisi hirup kemudian saat akan memberikan cairan resusitasi akses vena sulit didapat?
Jawab: pertolongan pertama berupa ABCDE dimana posisi hirup merupakan posisi hiperesktensi
yang bertujuan untuk memperbaiki jalan napas agar ventilasi adekuat. Resusitasi bertujuan untuk
memperbaiki sirkulasi. Akses vena sulit didapat karena terjadi vasokonstriksi perifer akibat
kehilangan cairan
d. Apa saja metode resusitasi cairan selain IVFD?
Jawab: akses vena perifer (radialis, dorsalis)  akses vena femoral  akses vena sentral
(subklavia, jugularis interna)  infus intraosseus  vena seksi
4. Selanjutnya dokter melakukan secondary survey
a. Apa saja penilaian PAT?
Jawab: Assessment (TICLS; tone, interactiveness, consolability, look, speech), work of breathing
dan circulation to the skin (mottled, sianosis, pale)
b. Apa yang dilakukan pada ss?

Shafa Almira (702018097)


Jawab: pemeriksaan head-to-toe, riwayat SAMPLE (sign/symptom, allergies, medication, past
illness, last ate, event)
5. Hwd? (liat sken bae)
6. Dd? Syok hipovolemik, syok kardiogenik, syok disributif, syok obstruktif
7. Pp? pemeriksaan tinja (makroskopis, mikroskopis), pemeriksaan darah (elektrolit, kadar ureum dan
kreatinin untuk mengetahui faal ginjal)
8. Wd? Syok hipovolemik derajat III ec gastroenteritis akut dengan dehidrasi berat
9. Tatalaksana?
A: nilai patensi dan pertahankan jalan napas yang adekuat
B: menjamin ventilasi dengan pemberian oksigenasi 10 L/menit
C: monitor tanda vital dan lakukan resusitasi ringer laktat 2 jalur intra vena dengan jarum besar,
pemberian posisi trendelenberg yang dimodifikasi dengan meninggikan tungkai pasien sekitar 20
derajat, lutut diluruskan, truncus horizontal dan kepala agak dinaikkan untuk meningkatkan arus balik
vena. Pasang kateter urin untuk memantau urin output. Observasi warna kulit dan CRT
D: monitor status neurologis (periksa GCS, pupil)
E: jaga agar pasien tidak hipotermi (selimuti, resusitasi kristaloid yang telah dihangatkan)
Tatalaksana tambahan:
Antibiotik: doksisiklin 2x100 mg selama 7 hari, eritromisin 3x500 mg selama 7 hari
Zink: 20 mg/hari selama 10 hari  apabila tidak muntah lagi
10. Komplikasi? hiponatremia, hypokalemia, gagal ginjal
11. Prognosis? Dubia ad bonam
12. Skdu? 3B
13. Nni? As-Syuara:80  dan apabila aku sakit, Dia-lah yang menyembuhkanku
IV. Kesimpulan
Zidane, anak laki-laki, berusia 7 tahun mengalami akral dingin, tampak lesu dan mata cekung karena
mengalami syok hipovolemik derajat III ec gastroenteritis akut dengan dehidrasi berat
V. Kerangka konsep
Jawablah pertanyaan berikut ini:
1. Apa indicator sirkulasi, disability dan exposure yang ditatalaksana dengan baik?
Sirkulasi: tekanan darah terukur, nadi teraba, frekuensi 60-100x/menit, ekstremitas tidak pucat dan teraba
hangat, CRT <3 detik
Disability: GCS E4V5M6  composmentis
Exposure: kutis marmorata (-), ekstremitas teraba hangat

Shafa Almira (702018097)


Skenario C

Nn. Simi, 24 tahun dibawa keluarganya ke Instansi Gawat Darurat RSMP dengan keluhan muntah hebat
sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Nn. Simi muntah 5 kali sebanyak ½ gelas tiap muntah, dari muntahan
dan mulut tercium bau racun serangga. Nn. Simi merasakan nyeri ulu hati namun sesak napas dan kejang tidak
ada. Keluarga Nn. Simi mengatakan bahwa 2.5 jam sebelum masuk rumah sakit Nn. Simi meminum racun
serangga sebanyak 1 botol ukuran 600 cc dalam percobaan bunuh diri karena ditinggal menikah oleh pacarnya.

Pemeriksaan Fisik:
Primary Survey:
- Airway : Tidak ada sumbatan jalan napas, napas bau racun serangga
- Breathing : RR 20x/menit, tidak ada ronki dan tidak ada wheezing
- Circulation : TD 110/80 mmHg, nadi 110 x/menit, capillary refilled time <3 detik
- Disability : Pasien sadar, pupil miosis (+/+)
- Exposure : Turgor kulit normal

Secondary Survey:
- Kepala :
a. Mata : conjungtiva tidak anemis
b. Hidung : napas cuping hidung (-)
c. Telinga : dalam batas normal
d. Mulut : napas bau racun serangga
- Leher : dalam batas normal
- Thoraks : dalam batas normal
- Abdomen : cembung, nyeri tekan epigastrium (+), bising usus meningkat
- Ekstremitas atas dan bawah: dalam batas normal

Pemeriksaan laboratorium : Hb 13,4 g/dL, ureum 38 mg/dl, creatinine 0,9 mg/dl, natrium 135 mmol/l,
kalium 2,9 mmol/l

I. Identifikasi masalah
1. Nn. Simi, 24 tahun dibawa keluarganya ke Instansi Gawat Darurat RSMP dengan keluhan muntah
hebat sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Nn. Simi muntah 5 kali sebanyak ½ gelas tiap muntah,
dari muntahan dan mulut tercium bau racun serangga. Nn. Simi merasakan nyeri ulu hati namun sesak
napas dan kejang tidak ada.
2. Keluarga Nn. Simi mengatakan bahwa 2.5 jam sebelum masuk rumah sakit Nn. Simi meminum racun
serangga sebanyak 1 botol ukuran 600 cc dalam percobaan bunuh diri karena ditinggal menikah oleh
pacarnya.
3. Primary survey
4. Secondary survey
Shafa Almira (702018097)
5. Pemeriksaan laboratorim
II. Prioritas masalah  identifikasi masalah no. 1  gadar
III. Analisis masalah
1. Nn. Simi … tidak ada
a. Apa makna pasien mengeluh muntah hebat sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Muntah 5 kali
sebanyak ½ gelas tiap muntah, dari muntahan dan mulut tercium bau racun serangga?
Jawab: Menunjukkan gejala intoksikasi insektisida berupa peningkatan aktivitas muskarinik
parasimpatis di gastrointestinal yang ditandai dengan muntah hebat. 1 gelas belimbing sekitar 200
ml x 5 kali berarti pasien kehilangan cairan sebanyak 500 ml. Dari muntahan dan mulut tercium
baru racun serangga menunjukkan rute masuk racunnya secara oral. Tempat masuknya toksin dapat
melalui berbagai cara yaitu inhalasi, oral, absorpsi kulit dan mukosa atau parenteral. Hal ini penting
untuk diketahui karena mempengaruhi kecepatan dan durasi reaksi keracunan. Racun yang melalui
oral biasanya dapat dideteksi melalui bau mulut atau muntah, kecuali racun yang pada dasarnya
tidak berbau dan tidak berwarna.
b. Apa makna merasakan nyeri ulu hati namun sesak napas dan kejang tidak ada?
Jawab: Menunjukkan peningkatan aktivitas muskarinik parasimpatis di gastrointestinal tetapi tidak
pada sistem respiratori. Kejang tidak ada menunjukkan tidak ada gejala nikotinik dan ssp
c. Bagaimana patofisiologi keluhan pada kasus?
2. Keluarga … pacarnya
a. Apa makna 2.5 jam sebelum masuk rumah sakit Nn. Simi meminum racun serangga sebanyak 1
botol ukuran 600 cc?
Jawab: 2,5 jam yang lalu menunjukkan waktu dimana racun mungkin telah menyebar ke dalam
tubuh yang menyebabkan gejala-gejala pada pasien. Gejala keracunan karbamat muncul setelah 30-
60 menit dan mencapai maksimum dalam 2-8 jam. Konsentrasi puncak zat ini dapat dideteksi
setelah 30-40 menit setelah konsumsi. Pasien meminum sebanyak 600 ml yang merupakan dosis
maksimal tubuh pasien. Banyaknya jumlah dan durasi paparan serta bantuan yang tidak memadai
merupakan faktor yang memperburuk kondisi pasien
b. Apa makna percobaan bunuh diri karena ditinggal menikah oleh pacarnya?
Jawab: Menunjukkan bagaimana keracunan terjadi yaitu dengan attempt poisoning. Ditinggal
menikah oleh pacarnya merupakan faktor pencetus pasien ingin mengakhiri hidupnya
3. Ps
a. Bagaimana interpretasi ps?
Jawab: airway: napas bau racun serangga, circulation: nadi 110 x/menit, disability: pupil miosis (+/
+)
b. Bagaimana mekanisme abnormalnya?
4. Ss
a. Bagaimana interpretasi ss?
Jawab: mulut: napas bau racun serangga, abdomen: cembung, nyeri tekan epigastrium (+), bising
usus meningkat
b. Bagaimana mekanisme abnormalnya?
5. Pl
a. Bagaimana interpretasi pl?
Jawab: kalium menurun
b. Bagaimana mekanisme abnormalnya?
6. Hwd? (liat sken bae)
7. Dd?
Waktu Manifestasi Mekanisme Manifestasi
Akut (Menit ke 24 jam) Aksi reseptor nikotinik Kelemahan, fasciculations, kram,
Shafa Almira (702018097)
paralisis
Salivasi, lakrimasi, urinasi, defekasi,
Aksi reseptor muskarinik kram perut, emesis, bradikardi,
hipotensi, miosis, bronkospasme
Anxiety, restlessness, konvulsi, depresi
Reseptor SSP
system pernapasan
Aksi reseptor nikotinik Intermediate syndrome
Delayed (24 jam ke 2 Gejala kolinergik-bradikardia, miosis,
Aksi reseptor muskarinik
Minggu) salivasi
Reseptor SSP Koma, manifestasi ekstrapiramidal
Late (lebih dari 2 Peripheral-neuropathy target
Peripheral neuropathic process
minggu) esterase
- Intoksikasi akut
- Intoksikasi tertunda
- Intoksikasi terlambat
8. Pp? analisis toksikologi, pemeriksaan radiologi, laboratorium klinis (analisis gas darah, pemeriksaan
fungsi hati, ginjal dan sedimen urin, pemeriksaan kadar gula darah, darah perifer lengkap), EKG
9. Wd? Intoksikasi insektisida akut
10. Talak?
a. A: Jalan napas → pembebasan jalan napas
b. B: Pernapasan → peningkatan fungsi pernapasan (ventilasi dan oksigenasi)
c. C: Sirkulasi → tanda vital dan perbaikan sistem sirkulasi darah → monitor tanda vital
d. D: Dekontaminasi → keluarkan isi lambung dengan muntah atau aspirasi yang diinduksi dan bilas
lambung dapat mengurangi jumlah paparan zat beracun
1) Induksi muntah → stimulasi mekanis orofaring
2) Pengenceran → air dingin atau susu 250 ml
3) Aspirasi dan bilas lambung → Posisi trendelenburg dekubitus lateral kiri, pasang NGT, bilas
aspirasi, 200-300 ml sampai bersih tambahkan 50 gram karbon aktif
4) Arang aktif → dosis tunggal 30-50 g + 240 ml air
5) Irigasi dan operasi usus
e. Eliminasi → mempercepat pembuangan toksin yang beredar dalam darah atau saluran cerna setelah
lebih dari 4 jam → pemberian arang aktif diberikan secara berulang dengan dosis 30-50 gram (0,5-1
gram/kgBB) setiap 4 jam secara oral/enteral
f. Antidotum → atropin sulfat 1-2 mg IV diulang setelah 10-15 menit, maks 50 mg/hari
g. Gangguan elektrolit → Kebutuhan cairan harian dasar 30-35 ml/kgBB/hari, natrium 1-1,5
mmol/kgBB/hari, kalium 1 mmol/kgBB/hari. Jika terdapat gangguan elektrolit dan asam basa,
maka harus dikoreksi sesuai dengan derajat keparahannya
h. Hiperemesis → Jika muntah tidak terkontrol, dapat diberikan metoclopramide 10 mg IV atau
procloperazine 10 mg per oral atau ondansetron 8 mg intravena secara perlahan
1. Komplikasi? Kejang, koma, kematian, gagal jantung akut, cardiac arrest, gagal ginjal
11. Prognosis? Dubia ad bonam
12. Skdu? 3B
13. Nni? As-Syuara:80  dan apabila aku sakit, Dia-lah yang menyembuhkanku
IV. Kesimpulan
Nn. Simi, 24 tahun mengalami muntah hebat sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit disertai nyeri ulu hati
karena intoksikasi insektisida akut
V. Kerangka konsep

Shafa Almira (702018097)


Skenario A

Ucok, 34 tahun, mudik ke kampung halaman dengan menggunakan travel dan duduk di bagian tengah.
Mobil travel yang ditumpanginya mengalami kecelakaan tunggal yang menewaskan sopirnya. Pada saat
kecelakaan, kepala Ucok membentur blower AC dan kakinya terjepit bagian besi dari kursi penumpang. Saat
mengevakuasi Ucok dari dalam mobil, ucok dalam keadaan tidak sadar dan petugas polisi harus memotong
plat-plat besi yang menjepit kaki kanan Ucok. Ucok sempat sadar pada saat dibawa mobil Ambulance dan
mengeluh nyeri pada kaki kanan. Namun, Ucok kelihatan tertidur saat sampai di UGD Puskesmas rawat inap
Indralaya.

Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum: tidak sadar, namun bangun bila dipanggil

Primary survey
- Airway: bangun bila dipanggil, mengeluarkan suara jelas namun menjerit kesakitan dan suara tambahan
tidak ada. Dokter memasangkan oksigen dengan NRM (Nonrebreathing Oxygen Face Mask), 10 liter/menit.
- Breathing: dalam batas normal
- Circulation: denyut nadi 102x/menit. Tekanan darah 130/70 mmHg. Terdapat fraktur terbuka di daerah 1/3
distal cruris dextra tidak ada tanda-tanda perdarahan aktif. Dokter melakukan penatalaksanaan terhadap
sirkulasi dengan memasang IVFD dua jalur.
- Disability: Ucok terlihat tertidur, membuka mata bila dipanggil dengan lantang, menjerit kesakitan dan tidak
bisa menceritakan kronologis kejadiannya dengan benar. Ucok mampu menggerakan kedua tangan dan kaki
kiri sesuai perintah. Reflek cahaya: pupil kanan sedikit lebih lambat dari pupil kiri. Dokter melihat ada
masalah pada disability dan merencanakan pemeriksaan tambahan untuk Ucok.
- Exposure: Ada hematom berdiameter 4 cm dan krepitasi di daerah parietal dextra. Tampak multiple fraktur
terbuka 1/3 distal cruris dextra (Crush injury)
Secondary survey
- Kepala: Ada hematom berdiameter 4 cm dan krepitasi di daerah parietal dextra.
- Leher: trakea di tengah, JVP tidak distensi
- Thoraks: dalam batas normal
- Abdomen: dalam batas normal
- Ekstremitas: lengan dan tungkai kiri dalam batas normal, tungkai kanan: fraktur terbuka multipel pada 1/3
distal cruris dextra, tampak pecahan tulang kecil-kecil dan otot yang terkoyak pada beberapa bagian, terlihat
bengkak dan pucat, pasien mengeluh nyeri seperti tertindih benda berat, terasa kesemutan, nadi dorsalis
pedis tidak teraba.
Dokter merencanakan untuk merujuk ucok ke rumah sakit BARI Palembang. Dokter melakukan serangkaian
prosedur agar proses evakuasi berlangsung sesuai dengan standar.

I. Identifikasi masalah
1. Ucok, 34 tahun, mudik ke kampung halaman dengan menggunakan travel dan duduk di bagian tengah.
Mobil travel yang ditumpanginya mengalami kecelakaan tunggal yang menewaskan sopirnya. Pada saat

Shafa Almira (702018097)


kecelakaan, kepala Ucok membentur blower AC dan kakinya terjepit bagian besi dari kursi
penumpang.
2. Saat mengevakuasi Ucok dari dalam mobil, ucok dalam keadaan tidak sadar dan petugas polisi harus
memotong plat-plat besi yang menjepit kaki kanan Ucok. Ucok sempat sadar pada saat dibawa mobil
Ambulance dan mengeluh nyeri pada kaki kanan. Namun, Ucok kelihatan tertidur saat sampai di UGD
Puskesmas rawat inap Indralaya.
3. Pemeriksaan fisik + primary survey
4. Secondary survey
5. Dokter merencanakan untuk merujuk ucok ke rumah sakit BARI Palembang. Dokter melakukan
serangkaian prosedur agar proses evakuasi berlangsung sesuai dengan standar.
II. Prioritas masalah  identifikasi masalah no. 2  gadar
III. Analisis masalah
1. Ucok… kursi penumpang
a. Apa makna ucok mengalami kecelakaan tunggal yang menewaskan sopirnya. Kepala membentur
blower AC dan kaki terjepit besi?
Jawab: Maknanya bahwa ucok mengalami trauma pada kepala dan kakinya. Trauma pada kepala
dapat menyebabkan cedera otak primer baik cedera tertutup (coup, countercoup, perdarahan
epidural, perdarahan subdural dan perdarahan subarachnoid), cedera terbuka (trauma tembus:
peluru, pisau, obeng, dll) maupun fraktur multiple. Pada kasus, kecelakaan terjadi sangat hebat
sampai menewaskan sopirnya. Kepala pasien membentur blower AC yang menunjukkan pasien
dapat mengalami cedera tertutup dan fraktur multiple. Kaki yang terjepit besi dapat menyebabkan
trauma tumpul, dapat berupa luka lecet (abration), luka memar (contution), luka robek (laceration)
maupun fraktur.
b. Bagaimana mekanisme trauma pada kasus?
2. Saat … indralaya
a. Apa makna ucok dalam keadaan tidak sadar saat evakuasi, sadar saat dibawa mobil ambulance dan
kelihatan tertidur saat sampai di UGD?
Jawab: Maknanya ucok mengalami lucid interval yang biasanya terjadi pada pasien perdarahan
epidural
b. Bagaimana mekanisme lucid interval pada kasus?
c. Bagaimana mekanisme nyeri pada kasus?
3. Pemeriksaan fisik + ps
a. Bagaimana interpretasi pemfis dan ps? (bagian yg abnormal)
Jawab: pemfis  tidak sadar, namun bangun bila dipanggil  E3
Ps  airway: bangun bila dipanggil, mengeluarkan suara jelas namun menjerit kesakitan  E3V5
Ps  circulation: denyut nadi 102x/menit (takikardi) Terdapat fraktur terbuka di daerah 1/3 distal
cruris dextra
Ps  disability: Ucok terlihat tertidur, membuka mata bila dipanggil dengan lantang, menjerit
kesakitan dan tidak bisa menceritakan kronologis kejadiannya dengan benar. Ucok mampu
menggerakan kedua tangan dan kaki kiri sesuai perintah (E3V3M6) Reflek cahaya: pupil kanan
sedikit lebih lambat dari pupil kiri (dilatasi pupil ipsilateral)
Ps  exposure: hematom berdiameter 4 cm dan krepitasi di daerah parietal dextra (fraktur os
parietal dextra) Tampak multiple fraktur terbuka 1/3 distal cruris dextra
b. Bagaimana mekanisme abnormalnya?
4. Ss
a. Bagaimana interpretasi ss? (bagian yg abnormal)
Jawab: ss  kepala: hematom berdiameter 4 cm dan krepitasi di daerah parietal dextra (fraktur os
parietal dextra)
Shafa Almira (702018097)
Ss  ekstremitas: fraktur terbuka multipel pada 1/3 distal cruris dextra, tampak pecahan tulang
kecil-kecil dan otot yang terkoyak pada beberapa bagian (fraktur terbuka multiple 1/3 distal cruris
dextra grade IIIC), terlihat bengkak (palor) dan pucat (pale), pasien mengeluh nyeri seperti tertindih
benda berat (pain), terasa kesemutan (paresthesia), nadi dorsalis pedis tidak teraba (pulseless) 
sindrom kompartemen
b. Bagaimana mekanisme abnormalnya?
5. Dokter… standar
a. Apakah benar tindakan dokter untuk merujuk?
Jawab: tindakan dokter untuk merujuk benar sesuai dengan tindakan definitive bahwa institusi
dapat merujuk berdasarkan kebutuhan pasien untuk menerima perawata diatas kemampuan yang
dimilikinya.
b. Bagaimana prosedur rujukan?
Jawab: Prosedur rujukan adalah sebagai berikut.
1) Informasi dari dokter pengirim  dokter yang mengirim harus berbicara langsung dengan
dokter penerima. Informasi yang perlu disampaikan yaitu identitas pasien, anamnesa singkat
kejadiannya (termasuk data prehospital yang penting), temuan inisial pada saat di UGD, respon
terhadap terapi
2) Informasi untuk petugas pendamping  petugas harus tahu tentang kondisi dan kebutuhan
pasien selama transportasi seperti cara mempertahankan airway, penggantian dan volume
cairan, prosedur khusus yang mungkin perlu dilakukan, revised trauma score (RTS), prosedur
resusitasi dan perubahan yang mungkin terjadi dalam perjalanan
3) Dokumentasi  permasalahan pasien, terapi yang diberikan, keadaan pasien saat di transfer
harus disertakan pada saat transfer
4) Pengobatan sebelum transfer  harus diresusitasi dan diupayakan kondisi pasien menjadi stabil
a) Airway  pasang airway/intubasi (jika perlu), suction (jika perlu), pasang NGT untuk
mencegah aspirasi
b) Breathing  nilai RR dan berikan oksigenasi, berikan ventilasi mekanik (jika perlu),
pasang chest tube (jika perlu)
c) Circulation  control perdarahan eksternal, pasang 2 akses vena dan berikan cairan
kristaloid, perbaiki kehilangan darah dengan cairan kristaloid atau komponen darah dan
pertahankan selama transportasi, pasang kateter urin untuk memonitor output urin, monitor
irama dan denyut jantung
d) SSP  bantu pernapasan pada pasien dengan penurunan kesadaran, berikan mannitol (jika
perlu), immobilisasi pada trauma kepala, servikal, thorax dan vertebra lumbal
e) Pemeriksaan diagnostic (bila ada indikasi, dapat dilakukan tetapi jangan menunda transfer)
 foto rontgen thorax, pelvis dan ekstremitas, pemeriksaan CT dan aortografi (biasanya
bukan indikasi), hb dan ht, golongan darah dan cross match serta pemeriksaan ABG
(arterial blood gas) dilakukan pada semua pasien trauma, juga tes kehamilan pada wanita
usia subur
f) Periksa irama jantung dan saturasi oksigen denngan EKG dan pulse oximetry
g) Luka (prosedur jangan menunda transfer)  setelah control perdarahan, bersihkan dan
tutup luka dengan perban, berikan profilaksis tetanus dan antibiotic (jika ada indikasi)
h) Fraktur  pasang bidai dan traksi yang tepat dan sesuai
5) Pengobatan saat transport  petugas yang tepat mendampingi pasien saat transfer, tergantung
dari kondisi pasien dan potensi masalah yang akan timbul. Pengobatan saat transport seperti
monitor tanda vital dan pulse oximetry, bantuan system kardiorespirasi (jika perlu), pemberian
darah (jika perlu), pemberian obat sesuai instruksi dokter atau sesuai protokol
6. Hwd? (liat sken bae)
Shafa Almira (702018097)
7. Dd?
Hematom epidural Hematom subdural Hematom subarachnoid
Gambaran radiologi  Gambaran radiologi  Gambaran radiologi 
bikonveks/lenticular akibat cresen/bikonkaf akibat perdarahan mengisi sulkus
pecahnya arteri meningea media pecahnya bridging vein (seperti bintang/jasa)
Penurunan kesadaran dan lucid
Kesadaran menurun Kesadaran menurun
interval
Reflex cushing (tanda
peningkatan TIK)  tekanan Sakit kepala tiba-tiba
Ada stadium akut, sub akut
darah tinggi, denyut jantung (thunderclap headache), kaku
dan kronik
melambat dan pernapasan tidak kuduk, mual muntah, fotofobia,
teratur deficit neurologis (N. 3, N. 4, N.
Dilatasi pupil ipsilateral, Lateralisasi, perubahan pola 6), hemiparesis
hemiparesis kontralateral pernapasan, dilatasi pupil
a. Suspect hematom epidural et causa trauma kapitis (parietal dextra) sedang + sindroma
kompartemen et causa fraktur terbuka 1/3 distal cruris dextra grade IIIC
b. Suspect hematom subdural et causa trauma kapitis (parietal dextra) sedang + sindroma
kompartemen et causa fraktur terbuka 1/3 distal cruris dextra grade IIIC
c. Suspect hematom subarachnoid et causa trauma kapitis (parietal dextra) sedang + sindroma
kompartemen et causa fraktur terbuka 1/3 distal cruris dextra grade IIIC
8. Pp?  CT-Scan, MRI (untuk cedera kepala), X-ray (untuk fraktur), pemeriksaan darah
9. Wd?  Suspect hematom epidural et causa trauma kapitis (parietal dextra) sedang + sindroma
kompartemen et causa fraktur terbuka 1/3 distal cruris dextra grade IIIC
10. Talak?
A  pertahankan patensi jalan napas
B  beri oksigenasi 100% 10 L/menit
C  monitor tanda vital dan resusitasi RL/normal saline yang dihangatkan
D  lakukan pemeriksaan neurologis
E  buka semua pakaian pasien, jaga agar pasien tidak hipotermi (selimuti)
- Tatalaksana hematom epidural: rujuk ke spesialis bedah saraf
- Tatalaksana fraktur: hentikan perdarahan eksternal dengan melakukan penekanan (balut tekan
steril), bersihkan dan debridemen dengan cairan saline sebanyak 5-10 liter, imobilisasi fraktur
(pasang bidai)  jika terdapat fraktur terbuka tidak perlu memasukkan kembali tulang yang keluar
ke dalam luka karena akan dilakukan debridemen secara operatif, berikan profilaksis tetanus dan
antibiotic spectrum luas (cephalosporin), rujuk ke spesialis orthopedic
Tatalaksana lain: hentikan perdarahan eksternal dengan balut tekan steril, imobilisasi fraktur
(pasang bidai) diikuti dengan menutupi daerah fraktur dengan kain steril (jangan dibalut), rujuk 
dalam anestesi dilakukan pembersihan luka dengan aquadest steril atau larutan garam fisiologis
secara irigasi, debridement, reposisi (dilakukan alignment terhadap fragmen tulang), penutupan luka
(golden periode: 6-7 jampenutupan luka secara primer karena kontaminasi tidak luas. >7 jam 
memerlukan jahitan situasi; beberapa hari kemudian (tidak lebih dari 10 hari), dilakukan eksisi dan
jahitan kembali [delayed primary closure]. Kulit yang hilang luas diganti skin graft), fiksasi dan
restorasi
- Tatalaksana sindrom kompartemen: dekompresi (lepaskan semua plester yang mengikat tungkai
bawah), letakkan tungkai pada posisi sejajar jantung (karena posisi lebih tinggi dari jantung dapat
menurunkan aliran darah arterial ke otot dan akan memperburuk iskemia), lakukan imobilisasi
fraktur dengan posisi paling relaks yaitu dengan menyangga kaki dalam posisi sedikit fleksi
plantaris, lakukan tindakan fasiotomi apabila tekanan kompartemen naik menjadi 30 mmHg (diukur
dengan stryker intracompartemental pressure monitor). Fasciotomy dilakukan oleh spesialis ahli
Shafa Almira (702018097)
bedah. Prosedur ini harus dilakukan sesegera mungkin karena kerusakan permanen otot akan terjadi
dalam 4-12 jam dan kerusakan permanen saraf akan terjadi dalam 12-24 jam sejak terjadinya
peningkatan tekanan intrakompartemen.
11. Komplikasi? Hematom epidural: kompresi otak, herniasi, kejang. Fraktur: kerusakan vascular
(pulseless, sianosis, hematom yang lebar), sindrom kompartemen (5P), infeksi, avascular nekrosis
(akibat terganggunya aliran darah ke tulang  nekrosis tulang), syok, mal union (sembuh pada saatnya
tetapi ada deformitas), delayed (sembuh lebih lama), non union (gagal tesambungnya tulang), myositis
osifikans (terbentuk tulang baru pada jaringan lunak), kekakuan sendi
12. Prognosis? Dubia ad bonam
13. Skdu? 3B
14. Nni? As-Syuara:80  dan apabila aku sakit, Dia-lah yang menyembuhkanku
IV. Kesimpulan
Ucok, 34 tahun, dibawa ke UGD dalam keadaan tidak sadar karena mengalami suspect hematom epidural
et causa trauma kapitis (parietal dextra) sedang + sindroma kompartemen et causa fraktur terbuka 1/3
distal cruris dextra grade IIIC
V. Kerangka konsep

Shafa Almira (702018097)


Skenario B

Cik Din, 40 tahun, seorang buruh bangunan, sedang menyelesaikan pekerjaan di lantai 1 tiba-tiba terjadi
kebakaran di lantai tersebut, dan api menyambar muka dan lengan Cik Din. Cik Din kemudian menyelamatkan
diri dengan cara melompat dari lantai 1 ke lantai dasar. Cik Din terjatuh dengan dada kiri dan panggul kiri
membentur besi tangga. Lengan kanan dan kiri mengalami luka bakar dan terasa nyeri. Cik Din juga mengeluh
nyeri saat bernapas terutama di dada kiri dan dia juga merasa sesak. Panggul kiri terasa sakit karena terbentur
dan terdapat luka terbuka dengan perdarahan di daerah tungkai kiri bawah. Lima belas menit kemudian ia
dibawa ke UGD RSMP dalam keadaan sadar dan mengeluh suaranya menjadi parau, sesak dan saat batuk
keluar dahak berwarna kehitaman. Menurut istrinya, berat badan Cik Din 60 Kg.

Pemeriksaan Fisik:
Primary Survey:
- Airway: bisa berbicara parau, terdapat sputum berwarna kehitaman (carbonaceous sputum)
- Breathing: RR 28x/menit, suara napas kanan dan kiri vesikuler, bunyi jantung tidak menjauh
- Circulation: Tekanan darah 100/60 mmHg, Nadi 114x/menit, ekstremitas terlihat pucat dan teraba dingin,
sumber perdarahan tidak tampak.
- Setelah perawat melakukan penatalaksanaan berupa tindakan terhadap airway dan sirkulasi didapatkan: TD
110/70 mmHg, nadi 100x/menit.
- Disability: membuka mata secara spontan, bisa menggerakkan ekstremitas sesuai perintah. Pupil isokor,
refleks cahaya (+).
- Exposure:
 Hematom di daerah panggul dan paha kiri atas serta vulnus laceratum di daerah tungkai kiri bawah.
 Tampak luka bakar pada lengan kanan dan kiri, bullae (+) terasa sakit
 Alis dan bulu hidung terbakar
 Suhu: 36,7o C

Secondary Survey:
- Kepala:
 Tidak terdapat jejas
 Mata: Alis terbakar
 Telinga dan hidung: bulu hidung terbakar
 Mulut: terpasang ETT
- Leher: dalam batas normal, vena jugularis datar (tidak distensi)
- Thoraks:

Shafa Almira (702018097)


 Inspeksi: ada jejas di thoraks sinistra bagian tengah , frekuensi 26x/menit, gerak dada kiri sedikit
tertinggal karena sakit
 Palpasi: nyeri tekan di daerah dada kiri, krepitasi ada, stem fremitus sama kanan dan kiri
 Perkusi: sonor kanan dan kiri
 Auskultasi: suara paru vesikuler, suara jantung jelas, reguler
- Abdomen:
 Inspeksi: datar
 Palpasi: lemas, nyeri tekan (+) di bagian bawah kiri
 Perkusi: timpani
 Auskultasi: bising usus normal terdengar di seluruh bagian abdomen
- Pelvis:
 Inspeksi: tampak jejas di daerah perut bawah kiri dan panggul kiri,
 Palpasi: nyeri tekan (+) di daerah panggul kiri, dan abdomen kiri bawah
 ROM: pergerakan panggul kiri terbatas karena sangat sakit
- Ekstremitas superior : Terdapat luka bakar pada lengan anterior atas dan bawah di bagian kanan dan kiri.
Ditemukan warna kulit kemerahan dan terdapat bullae dan terasa nyeri
- Ekstremitas inferior :
Regio Femur sinistra
 Inspeksi: tampak deformitas, soft tissue swelling
 Palpasi : Nyeri tekan, arteri dorsalis pedis teraba
 ROM : Aktif terbatas di daerah sendi lutut dan panggul
Regio cruris sinistra
 Inspeksi : tampak vulnus laseratum dengan perdarahan aktif, perdarahan aktif (+) pada tungkai kiri
 Palpasi : nyeri tekan (+)
 ROM : pergerakan tungkai kiri terbatas karena adanya luka terbuka
- Genitalia: OUE darah (-), skrotum tidak tampak hematom dan edema
- Colok dubur: sphincter ani menjepit, ampula kosong, prostat teraba, tidak teraba tonjolan tulang

I. Identifikasi masalah
1. Cik Din, 40 tahun, seorang buruh bangunan, sedang menyelesaikan pekerjaan di lantai 1 tiba-tiba
terjadi kebakaran di lantai tersebut, dan api menyambar muka dan lengan Cik Din. Cik Din kemudian

Shafa Almira (702018097)


menyelamatkan diri dengan cara melompat dari lantai 1 ke lantai dasar. Cik Din terjatuh dengan dada
kiri dan panggul kiri membentur besi tangga. Lengan kanan dan kiri mengalami luka bakar dan terasa
nyeri.
2. Cik Din juga mengeluh nyeri saat bernapas terutama di dada kiri dan dia juga merasa sesak. Panggul
kiri terasa sakit karena terbentur dan terdapat luka terbuka dengan perdarahan di daerah tungkai kiri
bawah.
3. Lima belas menit kemudian ia dibawa ke UGD RSMP dalam keadaan sadar dan mengeluh suaranya
menjadi parau, sesak dan saat batuk keluar dahak berwarna kehitaman.
4. Menurut istrinya, berat badan Cik Din 60 Kg.
5. Primary survey
6. Secondary survey
II. Prioritas masalah  identifikasi masalah no. 2  gadar
III. Analisis masalah
1. Cik Din … nyeri
a. Apa makna api menyambar muka dan lengan. Lengan kanan dan kiri mengalami luka bakar dan
terasa nyeri?
Jawab: Maknanya pasien mengalami luka bakar termal (vulnus combutio) pada lengan. Api yang
menyambar muka dapat menyebabkan terjadinya trauma inhalasi. Nyeri menunjukkan
kemungkinan derajat luka bakar berdasarkan kedalaman luka bakar adalah antara derajat I atau
derajat II bukan derajat III
b. Apa makna terjatuh dengan dada dan panggul kiri membentur besi tangga?
Jawab: Maknanya terjadi trauma mekanik tumpul yang menyebabkan trauma pada thorax dan
pelvis. Trauma thorax akibat benda tumpul dapat menyebabkan fraktur costae, hematothorax,
pneumothorax, kontusio laserasi, hematoma, pneumokokel serta trauma mediastinal. Trauma pelvis
akibat benda tumpul dapat menyebabkan fraktur pelvis, fraktur femur, dislokasi hip joint, ruptur
vesika urinaria maupun ruptur uretra
c. Bagaimana mekanisme trauma pada kasus?
2. Cik Din … kiri bawah
a. Apa makna nyeri saat bernapas di dada kiri dan sesak?
Jawab: Maknanya kemungkinan telah terjadi flail chest yang disebabkan oleh adanya trauma paru
(kontusio paru). Adanya flail chest menyebabkan gangguan pergerakan dinding dada. Keterbatasan
pergerakan dinding dada disertai nyeri dan trauma paru menyebabkan terjadinya hipoksia. Sesak
napas menunjukkan adanya gangguan pada system pernapasan yang dapat diakibatkan oleh
hipoksia karena flail chest, trauma inhalasi ataupun keracunan CO.
b. Apa makna panggul kiri sakit karena terbentur dan terdapat luka terbuka dengan perdarahan di
daerah tungkai kiri bawah?
Jawab: Menunjukkan pasien mengalami trauma tumpul yang ditandai dengan sakit pada panggul
kiri dan vulnus laceratum pada regio cruris sinistra
c. Bagaimana patofisiologi keluhan pada kasus?
3. 15 menit … kehitaman
a. Apa makna 15 menit dibawa ke UGD dalam keadaan sadar dan mengeluh suaranya menjadi parau,
sesak dan saat batuk keluar dahak berwarna kehitaman?
Jawab: 15 menit menunjukkan kecepatan penanganan kegawatdaruratan agar tidak terjadi
komplikasi yang tidak diinginkan seperti misalnya syok ataupun keracunan CO karena pelepasan
CO sangat lambat dimana waktu paruhnya 250 menit atau 4 jam bila pasien bernapas dengan udara
ruangan sedangkan 40 menit dengan bantuan pemberian oksigen 100%. Suara parau, sesal dam
batuk berdahak kehitaman menandakan terjadinya trauma inhalasi
b. Apa saja indikasi dari trauma inhalasi?
Shafa Almira (702018097)
Jawab: Indikasi klinis pada trauma inhalasi adalah sebagai berikut.
- Luka bakar yang mengenai wajah dan/atau leher.
- Alis mata dan bulu hidung hangus
- Adanya timbunan karbon dan tanda peradangan akut orofaring
- Sputum mengandung protein karbon f arang
- Suara serak
- Riwayat gangguan mengunyah dan/atau terkurung api
- Luka bakar kepala dan badan akibat ledakan
- Kadar karboksihemoglobin lebih dari 1.0% setelah terbakar
c. Bagaimana patofisiologi keluhan pada kasus?
4. BB 60 kg
a. Apa hubungan BB dengan kasus?
Jawab: Berat badan digunakan untuk menentukan kebutuhan cairan pada penderita luka bakar
b. Bagaimana kebutuhan cairan pada kasus?
Jawab: Cairan diberikan dalam 2 tahap. Tahap I diberikan 8 jam dan tahap 2 diberikan 16 jam
setelahnya. Penghitungan kebutuhan cairan menggunakan Parkland formula.
4 ml x kgBB x %TBSA
4 ml x 60 Kg x 13,5% = 3240 ml
Diberikan ½ (sebanyak 1620 ml) selama 8 jam setelah terjadi luka bakar dan ½ (sebanyak 1620 ml
sisanya berikan 16 jam setelah cairan pemberian pertama.
5. Ps
a. Bagaimana interpretasi ps?
Jawab: Adapun interpretasi ps yaitu:
- Airway: bicara parau, carbonaceous sputum
- Breathing: takipneu
- Circulation: takikardi, ekstremitas pucat dan teraba dingin
- Exposure: hematom di daerah panggul dan paha kiri atas, vulnus laceratum di daerah tungkai
kiti bawah, tampak luka bakar pada lengan kanan dan kiri, bullae (+), terasa sakit, alis dan bulu
hidung terbakar
b. Bagaimana mekanisme abnormalnya?
6. Ss
a. Bagaimana interpretasi ss?
Jawab: Adapun interpretasi ss yaitu:
- Kepala: alis dan bulu hidung terbakar
- Thorax: Ada jejas di thoraks sinistra bagian tengah, frekuensi 26x/menit, gerak dada kiri sedikit
tertinggal karena sakit, nyeri tekan di daerah dada kiri, krepitasi ada
- Abdomen: nyeri tekan (+) di bagian bawah kiri
- Pelvis
Inspeksi: tampak jejas di daerah perut bawah kiri dan panggul kiri
Palpasi: nyeri tekan (+) di daerah panggul kiri, dan abdomen kiri bawah
ROM: pergerakan panggul kiri terbatas karena sangat sakit
- Ekstremitas superior: Terdapat luka bakar pada lengan anterior atas dan bawah di bagian kanan
dan kiri. Ditemukan warna kulit kemerahan dan terdapat bullae dan terasa nyeri
- Ekstremitas inferior
Regio femur sinistra
Inspeksi: tampak deformitas, soft tissue swelling

Shafa Almira (702018097)


Palpasi: Nyeri tekan, arteri dorsalis pedis teraba
ROM: Aktif terbatas di daerah sendi lutut dan panggul
Regio cruris sinistra
Inspeksi: tampak vulnus laseratum dengan perdarahan aktif, perdarahan aktif (+) pada tungkai
kiri
Palpasi: nyeri tekan (+)
ROM: pergerakan tungkai kiri terbatas karena adanya luka terbuka
b. Bagaimana mekanisme abnormalnya?
7. Hwd? (liat sken bae)
8. Dd?
a. Gangguan airway ec trauma inhalasi + gangguan breathing ec fraktur costae 5-9 sinistra + syok
hipovolemik derajat II ec multiple trauma (vulnus combutio 13,5% derajat II + vulnus laceratum
regio cruris sinistra + fraktur ramus pubis superior inferior pelvis sinistra + dislokasi articulatio
suprailiaca + fraktur 1/3 proksimal os femur
b. Gangguan airway ec trauma inhalasi + gangguan breathing ec fraktur costae 5-9 sinistra + syok
hemoragik ec multiple trauma (vulnus combutio 13,5% derajat II + vulnus laceratum regio cruris
sinistra + fraktur ramus pubis superior inferior pelvis sinistra + dislokasi articulatio suprailiaca +
fraktur 1/3 proksimal os femur
c. Gangguan airway ec trauma inhalasi + gangguan breathing ec fraktur costae 5-9 sinistra + syok
distributif ec multiple trauma (vulnus combutio 13,5% derajat II + vulnus laceratum regio cruris
sinistra + fraktur ramus pubis superior inferior pelvis sinistra + dislokasi articulatio suprailiaca +
fraktur 1/3 proksimal os femur
9. Pp? Foto thorax, foto pelvis, foto femur, pemeriksaan laboratorium (hemoglobin, hematocrit, ureum,
kreatinin, elektrolit, urin mikroskopik, analisis gas darah, karboksihemoglobin, kadar gula darah)
10. Wd? Gangguan airway ec trauma inhalasi + gangguan breathing ec fraktur costae 5-9 sinistra + syok
hipovolemik derajat II ec multiple trauma (vulnus combutio 13,5% derajat II + vulnus laceratum regio
cruris sinistra + fraktur ramus pubis superior inferior pelvis sinistra + dislokasi articulatio suprailiaca +
fraktur 1/3 proksimal os femur
11. Talak?
a. Primary survey
 Airway dan kontrol servikal: memasang endotracheal tube.
 Breathing : berikan oksigen konsentrasi tinggi 100% dapat menggunakan face mask atau
sungkup non-rebreathing 10-15 liter/menit
 Circulation: pasang infus didaerah yang tidak terkena luka bakar. IV line kristaloid Ringer
Laktat 2 L, berikan sesegera mungkin (2 jalur), menyiapkan PRC (diberikan jika diperlukan),
mengambil sampel darah untuk pemeriksaan lanjutan.
Resusitasi cairan dihitung dengan Parkland formula
4 ml x kgBB x %TBSA
4 ml x 60 Kg x 13,5% = 3240 ml
Diberikan ½ (sebanyak 1620 ml) selama 8 jam setelah terjadi luka bakar dan ½ (sebanyak
1620 ml sisanya berikan 16 jam setelah cairan pemberian pertama.
 Disablity: Ukur GCS, nilai pupil.
 Exposure: Buka baju pasien dengan cara digunting, nilai apakah terdapat jejas lainnya, cegah
hipotermia.
b. Tambahan primary survey
 Pasang pulse oxymeter, nilai saturasi oksigen
 Memasang monitor EKG dan tanda vital
 Memasang kateter urin → untuk memonitor pemberian resusitasi pasien
Shafa Almira (702018097)
 Luka bakar → menutup luka dengan kassa steril, bulla dipecahkan dan diberikan antiseptic.
Obat yang sebelumnya diberikan pada luka harus dibersihkan sebelum diberikan antibiotic
topical. Topical yang dapat diberikan adalah silver sulfadiazine 1 %, silver nitrate dan
mafenide, dan xerofom/bacitracin
c. Secondary survey
 Lakukan alloanamnesa dengan metode AMPLE dan mengenai cideranya.
 Melakukan pemeriksaan fisik head to toe.
 Memasang pelvic binder untuk fraktur pelvisnya. Evakuasi pasien menggunakan spine board
 Dapat diberikan analgesik dan antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi
d. Tambahan secondary survey
 Pemeriksaan tambahan lain sudah dilakukan : Foto thoraks AP, foto pelvis AP, foto femur
AP/LAT
 Pemeriksaan lain: analisis gas darah, pemeriksaan darah rutin
e. Re-evaluasi
f. Dirujuk
Setelah kondisi membaik, pasien dirujuk ke dokter spesialis orthopedi dan bedah plastik untuk
ditatalaksana lebih lanjut.
- Pada kasus, kedalaman luka bakar termasuk ke dalam derajat 2 atau superficial parcial
thickness → selanjutnya diberikan moist dressing konvensional (salep/vaselin + kasa lembab
+ kasa kering + balutan hipoalergik kedap air atau pembalut elastis) → diperkirakan sembuh
dalam 2-3 minggu apabila tidak maka akan di rujuk, apabila ya maka akan dilihat terlebih
dahulu eksudatnya → jika sedikit eksudat maka akan diberikan salep/ vaselin, tutup dengan
dressing hipoalergik kedap air, ganti balutan 5-7 hari kemudian nilai ulang satu periode
perawatan, tetapi apabila eksudat banyak maka lihat lagi apakah ada tanda-tanda kontaminasi
infeksi (inflamasi yang meluas) → jika tidak maka tatalaksana nya sama seperti yang sedikit
eksudat jika iya maka di rujuk.
- Pada pasien kasus ini → dirujuk karena telah terjadi flail chest yang mana ini adalah kondisi
yang mengancam jiwa karena segmen costae yang patah akibat trauma dan terlepas dari sisa
dinding dada, selain akibat flail chest pasien, pasien ini dirujuk karena telah terjadi fraktur
pada pelvisnya sehingga untuk kompetensi dokter umum tatalaksana awal hanya memberikan
analgesik untuk pereda nyeri dan antibiotika untuk mengatasi/mencegah terjadinya infeksi.
12. Komplikasi? Syok hipovolemik, sepsis, kegagalan organ, distress pernapasan, kematian
13. Prognosis? Dubia ad bonam
14. Skdu? 3B
15. Nni? As-Syuara:80  dan apabila aku sakit, Dia-lah yang menyembuhkanku
IV. Kesimpulan
Cik Din, 40 tahun, seorang buruh bangunan mengalami gangguan airway ec trauma inhalasi + gangguan
breathing ec fraktur costae 5-9 sinistra + syok hipovolemik derajat II ec multiple trauma (vulnus combutio
13,5% derajat II + vulnus laceratum regio cruris sinistra + fraktur ramus pubis superior inferior pelvis
sinistra + dislokasi articulatio suprailiaca + fraktur 1/3 proksimal os femur
V. Kerangka konsep

Shafa Almira (702018097)


Skenario C

Andin, anak perempuan 24 bulan, BB 12 Kg, PB 84 cm, dibawa ke IGD RSMP karena tampak biru dan
sulit bernafas. Tujuh hari sebelumnya, Andin menderita panas tidak terlalu tinggi disertai batuk pilek. Batuk
berdahak berwarna kuning kehijauan.
Sejak satu hari yang lalu Andin tampak ingin tidur saja serta mulai tampak biru terutama sekitar mulut
dan kuku. Kulit tampak bercak-bercak pucat kebiruan seukuran koin. Napas terlihat cepat dengan peningkatan
usaha napas.

Pemeriksaan Fisik
Survey Primer
Airway : Tidak terlihat lendir maupun benda asing, tonsil T1/T1 dan faring dalam batas normal.
Breathing : Laju napas 45 kali/menit. Napas cuping hidung ada, sianosis (+) di regio sirkum oral, gerakan
dinding dada simetris kanan dan kiri, tampak retraksi supra sternal dan sela iga. Suara napas vesikuler
meningkat. Terdengar ronchi basah halus nyaring dikedua lapangan paru. Tidak terdengar wheezing. Saturasi
SpO2 92%.
Circulation : Laju nadi 140 kali/menit. Nadi brachialis kuat, nadi radialis kuat. Bunyi jantung dalam batas
normal, bising jantung tidak terdengar. Kulit berwarna merah muda, hangat, capillary refill time <3 detik.
Mottled (+).
Disability : Tidak ditemukan kelainan pada survey disability.

Dokter memberikan anak oksigen dengan sungkup rebreathing.

I. Identifikasi masalah
1. Andin, anak perempuan 24 bulan, BB 12 Kg, PB 84 cm, dibawa ke IGD RSMP karena tampak biru dan
sulit bernafas.
2. Tujuh hari sebelumnya, Andin menderita panas tidak terlalu tinggi disertai batuk pilek. Batuk berdahak
berwarna kuning kehijauan.
3. Sejak satu hari yang lalu Andin tampak ingin tidur saja serta mulai tampak biru terutama sekitar mulut
dan kuku. Kulit tampak bercak-bercak pucat kebiruan seukuran koin. Napas terlihat cepat dengan
peningkatan usaha napas.
4. Primary survey
5. Dokter memberikan anak oksigen dengan sungkup rebreathing.
II. Prioritas masalah  identifikasi masalah no. 1  gadar
III. Analisis masalah
1. Andin… sulit bernapas

Shafa Almira (702018097)


a. Apa makna andin tampak biru dan sulit bernapas?
Jawab: Kemungkinan telah terjadi gangguan pernapasan yang menyebabkan sulit bernapas. Sesak
napas merupakan usaha tubuh (kompensasi dari tubuh) untuk mencukupi kebutuhan oksigen
dengan cara meningkatkan proses respirasi. Sesak napas terjadi karena terganggunya pertukaran gas
O2 dan CO2. Apabila pertukaran gas O2 dan CO2 terganggu terus menerus, maka akan
menyebabkan hipoksia jaringan yang ditandai dengan terjadinya sianosis
b. Berapa IMT andin?
Jawab: IMT andin dihitung berdasarkan kurva:
PB/U : dibawah garis kurva 0  normal
BB/U : diatas garis kurva 0  normal
BB/PB : tepat digaris kurva 1  normal
IMT/U : dibawah garis kurva -1  IMT 14,28  normal
Jadi dapat disimpulkan bahwa status gizi Andin normal.
c. Bagaimana patofisiologi keluhan pada kasus?
2. 7 hari .. kehijauan
a. Apa makna keluhan 7 hari sebelumnya?
Jawab: Kemungkinan 7 hari yang lalu Andin mengalami infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)
yang ditandai dengan demam, batuk dan pilek.
b. Bagaimana patofisiologi keluhan pada kasus?
c. Apa hubungan keluhan 7 hari yang lalu dengan keluhan utama?
Jawab: Sesak napas disertai batuk, pilek dan demam menunjukkan kemungkinan terjadinya
Bronkopneumonia. Batuk berdahak dan pilek merupakan respon pertahanan fisik serta panas tinggi
merupakan respon inflamasi dari peradangan tersebut. Hubungan dengan sesak nafasnya di mana
mekanisme pertahanan lebih lanjut tidak bisa mengatasi pathogen yang masuk tersebut sehingga
mikroorganisme melalui jalan nafas sampailah ke alveoli dan membentuk kolonisasi di alveoli
sehingga terjadi edema antar kapiler dan alveolus yang menyebabkan pertukaran gas O2 dan CO2
terganggu yang menyebabkan sesak nafas. Apabila pertukaran gas O2 dan CO2 terganggu terus
menerus, maka akan menyebabkan hipoksia jaringan yang ditandai dengan terjadinya sianosis
3. 1 hari .. usaha napas
a. Apa makna keluhan 1 hari yang lalu?
Jawab: Menunjukkan progresivitas dari gangguan pernapasan berupa gangguan pertukaran oksigen
dan karbon dioksida yang akan menyebabkan hipoksia jaringan yang ditandai dengan sianosis dan
kulit tampak bercak pucat kebiruan. Hipoksia yang terjadi akan menyebabkan peningkatan kerja
pernapasan untuk mencukupi kebutuhan oksigen di jaringan sehingga menyebabkan sesak napas.
Selain sianosis, efek dari gangguan pertukaran gas menyebabkan menurunnya perfusi oksigen ke
otak sehingga terjadi penurunan kesadaran (tampak ingin tidur).
b. Bagaimana patofisiologi keluhan pada kasus?
4. Ps
a. Bagaimana interpretasi ps?
Jawab: Breathing: Laju napas 45 kali/menit. Napas cuping hidung ada, sianosis (+) di regio sirkum
oral, tampak retraksi supra sternal dan sela iga. Suara napas vesikuler meningkat. Terdengar ronchi
basah halus nyaring dikedua lapangan paru. Saturasi SpO2 92%.
Circulation: Laju nadi 140 kali/menit, mottled (+)
b. Bagaimana mekanisme abnormalnya?
5. Dokter.. rebreathing
a. Apa makna dokter memberikan anak oksigen dengan sungkup rebreathing?
Jawab: Menunjukkan upaya dokter untuk mencukupi kebutuhan oksigen pasien agar tidak
menimbulkan komplikasi yang tidak diinginkan dengan menggunakan terapi oksigen.
Shafa Almira (702018097)
6. Hwd? (liat sken bae)
7. Dd?

Assessment Distress pernapasan Gagal napas Henti napas


Waspada, gelisah atau Sangat gelisah atau
Status mental Tidak respon
combative mengantuk
Normal atau tonus
Tonus otot/posisi Tonus normal; bisa
lemah; mungkin tidak Lemas sepenuhnya
tubuh duduk
bisa duduk
Ada (retraksi, napas
Ada (retraksi berat,
cuping hidung, stridor, Sedikit atau tidak sama
Visible breathing anggukan kepala,
wheezing, cracles, sekali
mendengkur)
gurgling)
Sangat meningkat
Agonal (apnea) atau
Kerja pernapasan Meningkat dengan periode
tidak ada
kelelahan/menurun
Pucat, bercak atau
Warna kulit Merah muda atau pucat Sianosis
sianosis
- Distress pernapasan et causa bronkopneumonia sangat berat
- Gagal napas et causa bronkopneumonia sangat berat
- Henti napas et causa bronkopneumonia sangat berat
8. Pp? kultur sputum/kultur nasofaring/kultur tenggorokan, rontgen thorax, analisa gas darah,
pemeriksaan darah
9. Wd? Distress pernapasan et causa bronkopneumonia sangat berat
10. Talak?
Farmakologi
a. Perbaiki breathing dengan terapi oksigen aliran rendah konsentrasi tinggi melalui kateter nasofaring
1-2 l/menit atau sungkup muka dengan reservoir 10-15 l/menit
b. Infus: rehidrasi, pemberian obat IV dengan ringer laktat
c. Demam: diberikan antipiretik parasetamol dengan dosis 10-15 mg/kgBB/kali
d. Antibiotic
- Untuk bakteri gram (+), ampicillin/amoxicillin 25-50mg/kgBB IV, 4x sehari selama 5 hari.
Lanjut dirumah amoxicillin oral untuk 5 hari selanjutnya
- Jika belum sembuh maka dapat diberika Untuk bakteri gram (-), gentamicin/kloramfenikol 2-
5mg/kgBB 3-4 hari atau kombinasi amoxicillin-gentamicin→ gentamicin 2-5mg/kgBB/hari
dibagi 4 dosis
- Atau diberikan Ab spectrum luas ceftriaxone (sefalosporin generasi 3) 50-100mg/kgBB/hari
dalam 2 dosis pemberian atau IV dengan dosis 350 mg, 2x1 hari
Non-farmakologi
a. Promotif: Vaksinasi-PVC (Pneumococcal Conjugate Vaksin), edukasi pneumonia
b. Preventif: Tidur cukup, olahraga, makanan sehat
11. Komplikasi? Atelectasis, abses paru, empisema, endocarditis, meningitis, infeksi sistemik
12. Prognosis? Dubia
13. Skdu? 3B
14. Nni? As-Syuara:80  dan apabila aku sakit, Dia-lah yang menyembuhkanku
IV. Kesimpulan
Andin anak perempuan usia 24 bulan, mengalami sianosis dan dyspnea karena menderita distress
pernapasan et causa bronkopneumonia sangat berat
V. Kerangka konsep

Shafa Almira (702018097)


Skenario D

Rina, seorang mahasiswa berusia 24 tahun, dibawa orang tuanya ke UGD RSMP dalam keadaan tidak
sadar karena ia berusaha bunuh diri dengan cara meminum Baygon 2 jam yang lalu. Dia mengalami sesak
napas. Ada jejak muntah dan mulutnya bau racun serangga. Menurut orang tuanya, setelah meminum Baygon,
dia mengerang kesakitan dibagian perutnya diikuti dengan muntah, BAK di celana dan kejang sebanyak 3 kali.
Diperkirakan bahwa Rina meminum setengah botol besar Baygon.

Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : GCS: E2 M5 V2, tampak sangat sakit
Tanda Vital : TD : 120/80 mmHg, HR : 58 x/m, regular, RR : 28x/m, T : 37,40C
Pemeriksaan Spesifik
Kepala
Mata : pin point pupil (+/+), refleks cahaya (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sunken eyelids (-/-),
tremor eyeball (+/+)
Mulut : tremor tongue (+), banyak saliva keluar dari sudut mulutnya
Thorax : gerak dinding dada simetris, vesikuler normal, ronki basah halus (+/+), wheezing (-),
bunyi jantung normal, murmur (-)
Abdomen :
Inspeksi : datar
Palpasi : nyeri tekan tidak dapat dinilai
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus meningkat
Ekstremitas : sianosis di ujung jari.

Pemeriksaan Laboratorium
Tes Darah : Hb 13,4 g/dl; leukosit: 9900 /mm3, rombosit: 225.000 mm3, LED: 13 mm/jam
Kimia Darah : Ureum 25 mg/dl, kreatinin 0,8 mg/dl, natrium 130 mmol/l, kalium 3,1 mmol/l

I. Identifikasi masalah
1. Rina, seorang mahasiswa berusia 24 tahun, dibawa orang tuanya ke UGD RSMP dalam keadaan tidak
sadar karena ia berusaha bunuh diri dengan cara meminum Baygon 2 jam yang lalu.
2. Dia mengalami sesak napas. Ada jejak muntah dan mulutnya bau racun serangga. Menurut orang
tuanya, setelah meminum Baygon, dia mengerang kesakitan dibagian perutnya diikuti dengan muntah,

Shafa Almira (702018097)


BAK di celana dan kejang sebanyak 3 kali. Diperkirakan bahwa Rina meminum setengah botol besar
Baygon.
3. Pemeriksaan fisik
4. Pemeriksaan laboratorium
VI. Prioritas masalah  identifikasi masalah no. 1  gadar
II. Analisis masalah
2. Rina … 2 jam yang lalu
a. Apa makna ia tidak sadar karena ia berusaha bunuh diri dengan cara meminum Baygon 2 jam yang
lalu?
Jawab: Tidak sadar menunjukkan terjadinya gangguan SSP yang disebabkan karena minum
Baygon. Meminum Baygon menunjukkan bagaimana keracunan terjadi yaitu attempt poisoning. 2
jam yang lalu menunjukkan waktu dimana racun mungkin telah menyebar ke dalam tubuh yang
menyebabkan gejala-gejala pada pasien. Gejala keracunan karbamat muncul setelah 30-60 menit
dan mencapai maksimum dalam 2-8 jam. Konsentrasi puncak zat ini dapat dideteksi setelah 30-40
menit setelah konsumsi
b. Bagaimana patofisiologi keluhan pada kasus?
3. Dia … Baygon
a. Apa makna ia mengalami sesak napas?
Jawab: Sesak napas menunjukkan adanya gangguan pernapasan atau gejala muskarinik dari
keracunan karbamat
b. Apa makna ada jejak muntah dan mulutnya bau racun serangga?
Jawab: Menunjukkan rute masuk racunnya secara oral. Tempat masuknya toksin dapat melalui
berbagai cara yaitu inhalasi, oral, absorpsi kulit dan mukosa atau parenteral. Hal ini penting untuk
diketahui karena mempengaruhi kecepatan dan durasi reaksi keracunan. Racun yang melalui oral
biasanya dapat dideteksi melalui bau mulut atau muntah, kecuali racun yang pada dasarnya tidak
berbau dan tidak berwarna.
c. Apa makna setelah meminum Baygon, dia mengerang kesakitan dibagian perutnya diikuti dengan
muntah, BAK di celana dan kejang sebanyak 3 kali?
Jawab: Mengerang kesakitan di perut disertai muntah, kencing di celana (buang air kecil)
menunjukkan peningkatan aktivitas muskarinik parasimpatis, sedangkan kejang adalah efek sistem
saraf pusat yang berasal dari stimulasi nikotinat dan muskarinik otak
d. Apa makna diperkirakan bahwa Rina meminum setengah botol besar Baygon?
Jawab: Botol besar Baygon memiliki isi 600-800 ml yang menandakan bahwa Rina meminum
sebanyak 300-400 ml yang merupakan dosis maksimal tubuh pasien. Banyaknya jumlah dan durasi
paparan serta bantuan yang tidak memadai merupakan faktor yang memperburuk kondisi pasien
e. Apa hubungan keluhan utama dan keluhan tambahan?
Jawab: Hubungan antara keluhan utama (tidak sadar, sesak napas) dengan keluhan tambahan (nyeri
perut, muntah, kencing di celana, kejang 3 kali) merupakan gejala keracunan insektisida
organofosfat berupa krisis kolinergik akut. Gejala krisis kolinergik akut dengan peningkatan
aktivitas muskarinik parasimpatis yang mengakibatkan manifestasi klinis seperti SLUDGE
(salivation, lacrimation, urination, defecation, gastric secretions, and emesis) atau DUMBBELS
(defecation, urination, miosis, bronchorrhea, bradycardia, emesis, lacrimation, salivation).
Keuntungan stimulasi nikotinik pada sambungan neuromuskular menyebabkan depolarisasi cepat
dengan fasikulasi otot diikuti oleh blokade reseptor yang mengakibatkan kelemahan atau
kelumpuhan. Kelumpuhan dapat terjadi selama perjalanan sindrom kolinergik akut atau beberapa
hari setelah sindrom kolinergik akut. Efek sistem saraf pusat berasal dari stimulasi nikotinik dan
muskarinik pada otak. Gejala yang dilaporkan termasuk agitasi, depresi, koma, dan kejang
f. Bagaimana patofisiologi keluhan pada kasus?
Shafa Almira (702018097)
4. Pf
a. Bagaimana interpretasi pemfis?
Jawab: GCS: E2 M5 V2, tampak sangat sakit, bradikardi, takipneu, pin point pupil (+/+), reflex
cahaya (-/-), tremor eyeball (+/+), tremor tongue (+), banyak saliva keluar dari sudut mulutnya,
ronki basah halus (+/+), bising usus meningkat, sianosis di ujung jari
b. Bagaimana mekanisme abnormalnya?
5. Pl
a. Bagaimana interpretasi pl?
Jawab: Potassium ↓, sodium ↓
b. Bagaimana mekanisme abnormalnya?
6. Hwd? (liat sken bae)
7. Dd?
a. Intoksikasi akut insektisida organofosfat golongan karbamat derajat sedang
b. Intoksikasi akut insektisida organofosfat golongan karbamat derajat ringan
c. Intoksikasi akut insektisida organofosfat golongan karbamat derajat berat
8. Pp? analisis toksikologi, pemeriksaan radiologi, laboratorium klinis (analisis gas darah, pemeriksaan
fungsi hati, ginjal dan sedimen urin, pemeriksaan kadar gula darah, darah perifer lengkap), EKG
9. Wd? Intoksikasi akut insektisida organofosfat golongan karbamat derajat sedang
10. Talak?
i. A: Jalan napas → pembebasan jalan napas
j. B: Pernapasan → peningkatan fungsi pernapasan (ventilasi dan oksigenasi)
k. C: Sirkulasi → tanda vital dan perbaikan sistem sirkulasi darah → monitor tanda vital
l. D: Dekontaminasi → keluarkan isi lambung dengan muntah atau aspirasi yang diinduksi dan bilas
lambung dapat mengurangi jumlah paparan zat beracun
6) Induksi muntah → stimulasi mekanis orofaring
7) Pengenceran → air dingin atau susu 250 ml
8) Aspirasi dan bilas lambung → Posisi trendelenburg dekubitus lateral kiri, pasang NGT, bilas
aspirasi, 200-300 ml sampai bersih tambahkan 50 gram karbon aktif
9) Arang aktif → dosis tunggal 30-50 g + 240 ml air
10) Irigasi dan operasi usus
m. Eliminasi → mempercepat pembuangan toksin yang beredar dalam darah atau saluran cerna setelah
lebih dari 4 jam → pemberian arang aktif diberikan secara berulang dengan dosis 30-50 gram (0,5-1
gram/kgBB) setiap 4 jam secara oral/enteral
n. Antidotum → atropin sulfat 1-2 mg IV diulang setelah 10-15 menit, maks 50 mg/hari
o. Gangguan elektrolit → Kebutuhan cairan harian dasar 30-35 ml/kgBB/hari, natrium 1-1,5
mmol/kgBB/hari, kalium 1 mmol/kgBB/hari. Jika terdapat gangguan elektrolit dan asam basa,
maka harus dikoreksi sesuai dengan derajat keparahannya
p. Hiperemesis → Jika muntah tidak terkontrol, dapat diberikan metoclopramide 10 mg IV atau
procloperazine 10 mg per oral atau ondansetron 8 mg intravena secara perlahan.
11. Komplikasi? Kejang, koma, kematian, gagal jantung akut, cardiac arrest, gagal ginjal
12. Prognosis? Dubia ad bonam
13. Skdu? 3B
14. Nni? As-Syuara:80  dan apabila aku sakit, Dia-lah yang menyembuhkanku
III. Kesimpulan
Rina, mahasiswi 24 tahun, mengalami keadaan tidak sadar, sesak napas, muntah, kencing di celana dan
kejang 3 kali karena intoksikasi akut insektisida fosfat organik golongan karbamat stadium sedang.
IV. Kerangka konsep

Shafa Almira (702018097)


Skenario E

Pak Budi, usia 28 tahun, datang ke UGD RSMP dengan keluhan diare sejak 2 hari yang lalu. Saat
dilakukan pemeriksaan, dokter menyarankan untuk rawat inap. Dokter melakukan pemasangan IV line,
kemudian diberikan antibiotik profilaksis berupa amphicilin. Selama masa observasi di UGD 1 jam kemudian,
pasien mengeluh timbul bengkak di area suntikan dan bibir disertai ruam kemerahan di kulit seluruh tubuh, dan
pasien merasa sesak. Pasien tidak diketahui memiliki Riwayat alergi obat dan makanan sebelumnya. Kemudian
dokter melakukan pemeriksaan ulang didapatkan hasil sebagai berikut.

Pemeriksaan fisik ketika di Rumah sakit:


Primary Survey :
- Airway : Tidak ada sumbatan jalan nafas (clear).
- Breathing : RR 32-34x/menit, tidak ada ronki dan wheezing (+).
- Circulation : TD 80/40 mmHg, nadi 143-145x/menit reguler, bising (-).
- Disability : E4M6V5
- Exposure : Temp 37,3oC, kemerahan seluruh tubuh.

I. Identifikasi masalah
1. Pak Budi, usia 28 tahun, datang ke UGD RSMP dengan keluhan diare sejak 2 hari yang lalu. Saat
dilakukan pemeriksaan, dokter menyarankan untuk rawat inap. Dokter melakukan pemasangan IV line,
kemudian diberikan antibiotik profilaksis berupa amphicilin.
2. Selama masa observasi di UGD 1 jam kemudian, pasien mengeluh timbul bengkak di area suntikan dan
bibir disertai ruam kemerahan di kulit seluruh tubuh, dan pasien merasa sesak.
3. Pasien tidak diketahui memiliki Riwayat alergi obat dan makanan sebelumnya.
4. Kemudian dokter melakukan pemeriksaan ulang didapatkan hasil sebagai berikut.
II. Prioritas masalah  identifikasi masalah no. 2  gadar
III. Analisis masalah
1. Pak Budi … amphicilin
a. Apa makna pak budi mengeluh diare sejak 2 hari yang lalu?
Jawab: Menunjukkan bahwa Pak Budi mengalami diare akut (GEA; Gastroenteritis Akut).
b. Bagaimana patofisiologi diare?
c. Apakah tatalaksana yang diberikan dokter sudah benar?
Jawab: Tindakan dokter kurang tepat. Penatalaksanaan utama diare adalah terapi cairan. Pemberian
cairan rehidrasi oral pada kasus diare akut yang disebabkan oleh etiologi apapun dan pada usia
Shafa Almira (702018097)
berapapun diketahui dapat mengatasi lebih dari 90% kasus, kecuali pada kasus diare akut dengan
dehidrasi berat. Pedoman penatalaksanaan WHO untuk diare akut dibedakan berdasarkan diare akut
tanpa darah, diare yang diduga karena kolera, dan diare akut berdarah. Antibiotik hanya di
indikasikan untuk diare dengan dugaan kolera dan diare akut berdarah. Pemberian antibiotik
idealnya diberikan setelah dilakukan pengambilan spesimen untuk kultur, namun pada kasus diare
akut hanya 3% pasien dengan diare yang melakukan pemeriksaan kultur.
d. Bagaimana prosedur sebelum diberikan antibiotic profilaksis?
Jawab: Sebelum menyuntikkan antibiotic profilaksis, dilakukan skin test terlebih dahulu untuk
mengetahui apakah terdapat hipersensitivitas terhadap antibiotic tersebut. Skin test yang dilakukan
berupa pengujian intradermal. Hal ini dilakukan dengan menyuntikkan 0,02-0,05 mL alergen
intradermal, mengangkat lepuh kecil berukuran diameter 3 mm. Pembacaan harus dilakukan baik
setelah 15 sampai 20 menit dan setelah 24 dan 72 jam untuk evaluasi reaksi non-langsung
2. Masa observasi … sesak
a. Apa makna keluhan setelah diobservasi 1 jam?
Jawab: Menunjukkan pasien mengalami syok anafilaktik. Ciri khas yang pertama dari anafilaksis
adalah gejala yang timbul beberapa detik sampai beberapa menit setelah pasien terpajan oleh
allergen. Ciri khas kedua dari syok anafilaktik yaitu anafilaktik merupakan reaksi sistemik sehingga
melibatkan banyak organ yang gejalanya timbul serentak atau hampir serentak.
b. Bagaimana patofisiologi keluhan pada kasus?
c. Apakah terdapat hubungan pemberian antibiotic profilaksis dengan keluhan?
Jawab: Amphicilin termasuk kedalam antibiotik golongan penicillin. Penicillin merupakan
antibiotik pencetus anafilaksis yang diinduksi melalui IgE. Anafilaksis adalah hasil dari degranulasi
sel mast yang dimediasi imunoglobulin E, yang melepaskan mediator imun inflamasi. Mediator ini
menyebabkan peningkatan permeabilitas vaskular, vasodilatasi perifer, peningkatan produksi
mukus, dan kontraksi otot polos bronkus. Melalui patomekanisme ini yang mempengaruhi sistem
dan menimbulkan gejala dan tanda syok anafilaksis baik itu umum, pernapasan, kardiovaskular,
gastrointestinal, kulit, mata maupun susunan saraf pusat. Maka dari itu pada kasus setelah
pemberian amphicilin pasien menimbulkan tanda dan gejala dari syok anafilaksis seperti bengkak di
area suntikan dan bibir disertai ruam kemerahan di kulit seluruh tubuh, dan pasien merasa sesak
3. Pasien .. sebelumnya
a. Apa makna pasien tidak mengetahui riwayat alergi?
Jawab: Maknanya pasien harus melakukan pemeriksaan karena kemungkinan pasien memiliki
alergi. Alergi adalah respons imun tubuh terhadap zat asing yang umum di lingkungan, dan memicu
reaksi dari respons imun tubuh yang disebut hipersensitivitas. Alergi tersebut dapat menimbulkan
reaksi anafilaksis. Anafilaksis adalah bentuk paling parah dari reaksi hipersensitivitas yang
memiliki onset cepat dari menit ke jam. Anafilaksis merupakan bentuk terberat dari reaksi alergi
obat. Gejala anafilaksis timbul segera setelah pasien terpajan allergen atau faktor pencetus. Gejala
yang timbul melalui reaksi allergen dan antibody disebut reaksi anafilaktik sedangkan yang tidak
melalui reaksi imunologik disebut reaksi anafilaktoid. Pada kasus, pasien kemungkinan memiliki
alergi (sudah melewati fase sensitasi) sehingga saat ini pasien dapat mengalami syok anafilaktik
akibat hipersensitivitas yang terjadi
4. Ps
a. Bagaimana interpretasi ps?
Jawab: Breathing: Takipneu, wheezing (+), Circulation: Hipotensi, takikardi, Exposure:
Kemerahan seluruh tubuh
b. Bagaimana mekanisme abnormalnya?
5. Hwd? (liat sken bae)
6. Dd? Syok anafilaktik, syok hipovolemik, syok kardiogenik
Shafa Almira (702018097)
7. Pp? Tes laboratorium (kadar triptase dan histamine), tes kulit in vivo (skin prick test, tes intradermal,
uji temple, tes gores kulit) dan tes in vitro (IgE spesifik serum  RAST, ELISA)
8. Wd? Syok anafilaktik ec antibiotik profilaksis amphicilin
9. Talak?
a. Airway  perhatikan patensi jalan napas
b. Breathing : lakukan pemberian oksigen 100% sebanyak 5-10 L/menit
c. Circulation: Perhatikan tanda vital dan lakukan resusitasi  1-2 L atau 10-20 mL/kg bolus
kristaloid isotonic atau 5-7 L saline normal
d. Epinefrin 0,5-1 mL SC/IM dapat diulang 5-10 menit kemudian atau 0,3-0,5 mL IM dapat diberikan
dosis berulang dapat diberikan setiap 5-10 menit sesuai kebutuhan sampai gejala membaik
e. Antihistamin—difenhidramin 10-20 mg IV atau 25-50 mg IV/IM
f. Kortikosteroid—hidrokortison 100-250 mg IV lambat (dalam 30 detik) atau 250-500 mg IV,
metilprednisolon 80-125 mg IV
g. Aminofilin 250-500 mg IV lambat, bila spasme bronkioli nyata
h. Rujuk ke spesialis imunologi klinis
i. Preventif: Hentikan kontak dengan allergen
10. Komplikasi? Obstruksi jalan napas, kolaps kardiovaskular, disfungsi organ, kematian, syok sirkulasi,
syok kardiogenik akibat henti jantung
11. Prognosis? Dubia ad bonam
12. Skdu? 3B
15. Nni? As-Syuara:80  dan apabila aku sakit, Dia-lah yang menyembuhkanku
IV. Kesimpulan
Pak Budi, usia 28 tahun, mengeluh timbul bengkak di area suntikan dan bibir disertai ruam kemerahan
dikulit seluruh tubuh dan sesak karena mengalami syok anafilaktik ec antibiotik profilaksis amphicilin
V. Kerangka konsep

Shafa Almira (702018097)


Pak Darmawan, 40 tahun, datang ke IGD RSMP dengan keluhan utama sulit buang air kecil sejak 1 jam yang
lalu. 6 jam sebelum datang ke rumah sakit, pasien juga mengalami nyeri kolik pada pinggang kiri dan
kanannya. Nyeri dirasakan menjalar ke perut diikuti mual tanpa muntah dan kencing berbau jengkol. Pasien
ingin buang air kecil, tetapi urin yang keluar tidak banyak, nyeri, disertai darah dan beberapa benda putih.12
jam yang lalu pasien mengaku mengkonsumsi 5 buah jengkol mentah.
Pemeriksaan fisik:
Penampilan: Composmentis, terlihat agak sakit
Tanda Vital : TD : 130/80 mmHg, HR : 118 x/m, regular, RR : 22x/m, T : 37,40C
Penyelidikan :
Kepala : Anemia Konjungtif (-), Ikterik Sklera (-), mulut dan nafas bau jengkol.
Leher : JVP 5-2 cmH2O, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
Thoraks: Bentuk Normal, simetri.:bunyi jantung I-II (+) normal, mur mur (-), gallop (-)
Paru: Vesikular (+) normal, ronki (-), mengi (-)
Abdomen : bising usus normal, nyeri tekan suprapubik (+), nyeri CVA bila dipukul (+), ballotement (-), hepar
dan lien tidak teraba.
Ekstremitas: CRT kurang dari 2 detik, akral hangat.
Urogenital: dipasang kateter urin: dihasilkan urin berwarna merah sebanyak 750 cc.
Laboratorium:
Tes darah: Hb 12 g/dl; Ureum 78 mg/dl; Kreatinin 3,0 mg/dl; Natrium 140 mmol/l; Kalium 3,7 mmol/l;
Urinalisis: pH urin 5,8; eritrosit urin90/LPB

I. Identifikasi masalah
- Pak Darmawan, 40 tahun, datang ke IGD RSMP dengan keluhan utama sulit buang air kecil sejak 1
jam yang lalu.
- 6 jam sebelum datang ke rumah sakit, pasien juga mengalami nyeri kolik pada pinggang kiri dan
kanannya. Nyeri dirasakan menjalar ke perut diikuti mual tanpa muntah dan kencing berbau jengkol.
Pasien ingin buang air kecil, tetapi urin yang keluar tidak banyak, nyeri, disertai darah dan beberapa
benda putih.
- 12 jam yang lalu pasien mengaku mengkonsumsi 5 buah jengkol mentah
- Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan lab
II. Prioritas masalah  identifikasi 1  gadar
III. Analisis masalah
- Pak … lalu
a. Apa makna susah bak sejak 1 jam yang lalu?
Jawab: pasien mengalami anuria sejak 1 jam yang lalu. Anuria dapat terjadi karena dehidrasi,
obstruksi di traktus urinarius, infeksi di traktus urinarius, gagal ginjal dll
Shafa Almira (702018097)
b. Bagaimana patofnya?
- 6 jam … mentah
a. Apa makna 6 jam sebelum datang ke rumah sakit, pasien juga mengalami nyeri kolik pada
pinggang kiri dan kanannya. Nyeri dirasakan menjalar ke perut diikuti mual tanpa muntah dan
kencing berbau jengkol. Pasien ingin buang air kecil, tetapi urin yang keluar tidak banyak, nyeri,
disertai darah dan beberapa benda putih?
Jawab: manfes jengkolism berat. Keracunan jengkol ringan (nyeri spasmodic pada pinggang dan
suprapubic yang hilang sendiri dalam 1-2 hari) sedangkan keracunan jengkol berat (nyeri kolik
hebat pada abdomen disertai muntah, diare, dysuria dan oliguria). Kencing berbau jengkol
merupakan khas untuk penegakan diagnosis jengkolism dari pemeriksaan fisik. Benda putih pada
urin menunjukkan Kristal pada urin
b. Bagaimana patofnya?
- 12 jam … mentah
a. Apa hubungan makan jengkol dengan keluhan yang dialami pasien?
Jawab: pasien mengalami intoksikasi asam jengkolat terkandung di dalam jengkol yang
menyebabkan pasien mengalami keluhan yang dirasakannya. Keracunan jengkol biasa terjadi
setelah 2-12 jam mengonsumsi jengkol dengan gejala dan tanda yang bervariasi ringan-berat dari
mikrohematuria asimptomatik, kolik ringan pada abdomen, mual, muntah, diare, konstipasi,
dysuria hingga hematuria massif, nyeri pinggang/suprapubic yang hebat dan oliguria serta gagal
ginjal akut
- Pf
a. Interpretasi?
Penampilan: terlihat agak sakit
Tanda Vital :HR : 118 x/m
Kepala : mulut dan nafas bau jengkol.
Abdomen : nyeri tekan suprapubik (+), nyeri CVA bila dipukul (+)
Urogenital: dipasang kateter urin: dihasilkan urin berwarna merah sebanyak 750 cc.
b. Mekanisme?
- Pl
a. Interpretasi?
Tes darah: Hb 12 g/dl (n: 14-18); Ureum 78 mg/dl (n: 10-50); Kreatinin 3,0 mg/dl (n: 0.6-1.3);
Natrium 140 mmol/l (n: 135-145); Kalium 3,7 mmol/l (n: 3.5-5)
Urinalisis: pH urin 5,8 (n: 4.8-7.4); eritrosit urin90/LPB (n: 5-9)
b. Mekanisme?
- Hwd?
- Dd? Jengkolism, ureterolithiasis, vesicolithiasis
- Pp? pemeriksaan laboratorium  Kristal asam jengkolat yang berbentuk seperti jarum, check fungsi
ginjal, [pemeriksaan radiologi, urinalisis]
- Wd? Intoksikasi asam jengkolat atau jengkolism + susp. acute kidney injury
- Talak?
A: cek patensi dan pertahankan jalan napas yang adekuat
B: pemberian oksigenasi (jika perlu)
C: RL/NaCl 0.9% 15 cc/kgBB/menit min. 500 cc/jam
a) Hidrasi yg agresif dan alkalinisasi urin  sodium bikarbonat 2 gram 4x sehari meningkatkan
solubilitas asam jengkolat
b) Peningkatan aliran urin dengan hidrasi dan diuretic perlu untuk membuang endapan asam
jengkolat  minta pasien banyak minum
c) Dialysis diperlukan pada kasus yg berat
Shafa Almira (702018097)
d) Analgesic  paracetamol 500 mg 3x1
e) Kasus anuria yang tidak berespon terhadap pengobatan konservatif  intervensi bedah 
pemasangan stent ureter
f) Pencegahan: hindari jengkol yang masih muda dan mengolahnya terlebih dahulu
- Komplikasi? Gagal ginjal akut, asidosis metabolic, hidronefrosis
- Prognosis? Dubia ad bonam
- Skdu? 4
- Nni? As-Syuara:80  dan apabila aku sakit, Dia-lah yang menyembuhkanku
IV. Kesimpulan
Pak Darmawan, 40 tahun, mengeluh sulit buang air kecil, nyeri kolik di pinggang dan menjalar ke perut
disertai mual, oliguria, dysuria, hematuria dan BAK berbau jengkol karena mengalami intoksikasi asam
jengkolat atau jengkolism + susp. acute kidney injury
V. Kerangka konsep

Shafa Almira (702018097)

Anda mungkin juga menyukai