Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

Trauma intrakranial transorbita (transorbital intracranial injury) adalah


merupakan jenis trauma penetrasi kepala. Insidennya jarang terjadi, kurang lebih
0,4% dari semua jenis trauma kepala.1 Hal ini terjadi akibat mekanisme benda
penyebab trauma pada struktur mata masuk ke kranium dan menyebabkan
komplikasi baik pada mata maupun jaringan otak. Walaupun kasus ini jarang
terjadi namun dapat menyebabkan komplikasi yang serius dan berhubungan
dengan tingkat mortalitas yang tinggi. Pada beberapa studi menunjukkan adanya
trauma penetrasi periorbita yang terjadi 30% sampai 50% dari kasus trauma mata.
Akan tetapi, benda penyebab trauma biasanya tidak mecapai jaringan otak. 1,2
Prevalensi trauma intrakranial transorbita ialah 24% dari semua trauma
penetrasi kepala pada dewasa dan 45% trauma terjadi pada anak-anak.1 Prevalensi
kasus yang dilaporkan dari semua patologi pada bagian mata ialah 4,5%. Adapun
komplikasi yang dapat terjadi yaitu, trauma vaskular otak, infeksi sistem saraf
pusat, fistula cairan serebrospinal dan thrombosis vena.2 Diantara komplikasi
tersebut, cedera vaskular merupakan faktor risiko yang paling berat yang
mengakibatkan tingginya mortalitas dan morbiditas.3,4
Mortalitas dan morbiditas pada trauma ini terjadi akibat komplikasi pada
mata maupun jaringan otak. Komplikasi vaskular yang terjadi akibat trauma
intrakranial transorbita terdiri dari terjadinya aneurisma, oklusi, perdarahan
subarakhnoid, perdarahan intrakranial, vasospasme, dan terbentuknya fistula.
Akan tetapi insidensi komplikasi vaskular tidak diketahui dengan jelas akibat
tingginya mortalitas sebelum pasien mendapatkan pertolongan medis. Penelitian
sebelumnya yang berfokus pada komplikasi terjadinya aneurisma menyebutkan
insidensi pada pasien yang berhasil diselamatkan yaitu 3 hingga 42%.
Adapun penetrasi benda asing penyebab trauma ke jaringan otak terjadi
melalui tiga cara yaitu melalui atap orbita, fisura orbita superior dan kanalis
optikus dengan berbagai macam benda penyebab trauma dan mekanismenya.
Cedera vaskular umumnya terjadi akibat trauma dengan kecepatan tinggi seperti
yang disebabkan oleh peluru. Trauma ini dapat menembus pembuluh darah. Hal

1
ini juga didukung bahwa secara anatomi, arteri otak memiliki lapisan tunika
adventitia yang tipis tanpa lamina interna.3,4,5
Pada laporan kasus ini akan dibahas tentang intracerebral haemorrhage
(ICH) dan subaracnoid haemorrhage (SAH ) yang diakibatkan trauma intracranial
transorbita yaitu luka tusuk pisau pada mata kiri, penderita laki-laki usia muda
dan rensponsif terhadap terapi konservatif. Menariknya pada kasus ini adalah
prevalensi trauma intrakranial transorbita sangat jarang dengan angka mortalitas
yang tinggi. Diharapkan dengan adanya laporan kasus ini dapat dijadikan sebagai
pembelajaran dalam hal diagnosa dan pendekatan klinis serta tatalaksana pasien
trauma intrakranial transorbita dengan komplikasi ICH dan SAH

2
BAB II
STATUS PASIEN

IDENTIFIKASI
Nama : TN Fk
Umur : 17 th
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
MRS : 12 oktober 2016

ANAMNESA
Penderita dikonsulkan kebagian neurologi karena mengalami
penurunan kesadaran tiba-tiba.
Sejak 6 hari yang lalu penderita mengalami penurunan kesadaran
setelah mata kiri tertusuk pisau ( pisau di lempar dari jarak kurang labih 2
meter dan mengenai mata kiri penderita). Penderita sempat terjatuh
kesebelah kiri dan kepala penderita terbentur ringan kedinding, keluar
cairan dari hidung tidak ada, keluar cairan dari telinga tidak ada. Sebelum
tidak sadar penderita mengalami nyeri kepala disertai dengan muntah,
kejang tidak ada. Kelemahan sesisi tubuh ada sebelah kiri ada, mulut
mengot kekanan, bicara pelo belum dapat dinilai, gangguan sensibilitas
belum dapat dinilai.
Riwayat hipertensi tidak ada, riwayat nyeri kepala lama tidak ada,
riwayat stroke tidak ada. Riwayat tertusuk pisau mata kiri sejak 6 hari
yang lalu dan sudah dilakukan pengangkatan bola mata kiri.
Penyakit ini baru diderita untuk pertama kalinya.

PEMERIKSAAN FISIK
a. Status generalisata
Kesadaran : GCS E3M5V3
Vital sign : TD:110/70 mmhg, N:104X/mnt, RR:20x/mnt,
T:37oC, Spo2:100%

3
Jantung :S1 dan S2 tunggal. Murmur (-)
Paru-paru :Ronchi (-), Whezing (-)
Hepar, lien, ginjal tidak teraba, dalam batas normal.

Status Neurologi
Nervus craniales :
N.I : Belum dapat dinilai
N.II : Fundus OD : papil : batas jelas, warna hiperemis c/d 0,3.
a/v 2/3, perdarahan peripapil (-), exudat (-). Makula RF
(+).
N.III : OD : Pupil bulat reflek cahaya +, diameter 3 mm. Ptosis
tidak ada
N.III, IV, VI : OS tidak dapat dinilai. OD belum dapat dinilai.
N.V : OD Refleks cornea(+)
N.VII : Plika nasolabialis kiri datar, sudut mulut kiri tertinggal
(dengan rangsang nyeri )
N.IX, X : Occulocardiac (+)
N. XII : Belum dapat dinilai

Fungsi motorik Lka Lki Tka Tki

Gerakan

Kekuatan Lateralisasi kiri

Tonus N N

Klonus - -

Refleks fisiologis N N

Refleks patologis - - - B,C

-Fungsi sensorik : Belum dapat dinilai.


-Fungsi luhur : Belum dapat dinilai.

4
-Fungsi vegetatif : Belum dapat dinilai.
-Gejala rangsang meningeal : Kaku kuduk (+), laseque(+), kerniq (+)
simpisis sign(-), cheek sign (-)
-Gerakan abnormal : Tidak ada
-Gait dan keseimbangan : Belum dapat dinilai.

Status lokalis
Briil hematom / racoon eyes phenomen (-)
Battle sign (-)

LABORATORIUM DARAH (Tanggal Pemeriksaan : 12 Oktober 2016)


Hb : 11,4 gr/dl
Leukosit :11.500/mm3
Diff count : 0/0/90/6/4
Trombosit : 256.000/mm3
Hematokrit : 45 vol %
Ureum : 38mg/dl
Creatinin : 1,05/mm3
Na : 135 mEq/L
K : 3,4 mEql/L
Cl : 104 mmol/L
Ca : 8,1 mg/L
Mg : 1,21
Phospor : 3,4
PT : 12,5
APTT : 21,3

5
Thorax poto :

Tak tampak kelainan jaringan lunak. Tulang-tulang baik. Aerasi kedua


paru normal. Tak tampak kelainan struktur kedua paru. Trakea posisi,
batas dan diameter dalam batas normal. Mediastinum di tengah dan tak
melebar. Cor dalam batas normal. Diafragma dan sinus kostofrenikus
kanan kiri baik.
Kesan : normal

Ct-Scan kepala

6
Pada pemeriksaan multislice CT scan kepala tanpa kontras , potongan
aksial dengan brain window didapatkan :
Tampak lesi hiperdens di cerebellum superior kanan disertai perifokal
edema mengakibatkan penekanan pada mesensefalon lateral kanan.
Tampak pula lesi hiperdens mengisi ruang subarakhnoid di tentorium
serebellaris, di cisterna sagitalis dan falxs interhemisfer posterior .
Tampak lesi hipodens berdensitas udara yang mengisi cerebellum kanan.
Sulci menyempit, fisura silvii dan girus melebar. Differensiasi gray white
matter jelas. Tampak penekanan pada ventrikel IV menyebabkan
pelebaran ventrikel lateralis kanan kiri dan ventrikel III, Tak tampak
pergeseran garis tengah. Infratentorial: siterna CPA tampak terisi lesi
hiperdens. Tampak ruptur bulbus okuli kiri dan tidak tampak lagi cairan
vitreus okuli. Tampak fraktur dinding medial orbita kiri menembus sinus
ethmoidalis kiri menyilang mencapai dinding sinus sphenoidalis kanan.
Tampak pula perselubungan hiperdens mengisi ruang sinus ethmoidalis
dan di sinus spenoidalis kanan dengan gambaran ethmoidalis kanan.
Kesimpulan:
ICH di cerebelum kanan disertai traumatik Sub arakhnoid hemorrhagic
dan pneumo ensefalus
Hidrosefalus non komunikans.

7
Fraktur dinding medial orbita kiri , sinus ethmoidalis kanan kiri dan sinus
sphenoidalis kanan meyebabkan hemato sinus ethmoidalis kanan kiri dan
sphenoidalis kanan disertai ruptur bulbus okuli kiri.

Diagnosa
DK : Penurunan kesadaran, Hemiparese sinistra spastik, Parese NVII
sinistra sentral, parese NXII sinistra sentral, GRM (+)
DT : Subarachnoid space, cerebelum kanan
DE : ICH, SAH ec Trauma intracranial transorbita
D+ : Hidrosefalus non komunikans
Anoftalmia sekunder OS post eviscerasi

Tatalaksana :
Farmakologis
- IVFD Nacl 0,9 % gtt XXX/menit
- Ceftriaxon inj 2x1 (iv)
- Nimodipin 4x60 g (po)
- Parasetamol 3x1000 mg (iv)
- Omeprazole 1x40 mg (iv)
- Glaucon 3x500 mg (po)

Non farmakologis
- Elevasi kepala 30˚
- O2 3-5 lt kanul
- Diet 1800 kkal.
- Rencana konsul Bedah saraf
- Rencana Ct-scan kepala 3D, rencana CTA, rencana TCD

Anda mungkin juga menyukai