BEDAH
CEDERA KEPALA
Oleh:
Pendamping:
JAWA TIMUR
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Cedera kepala atau yang disebut dengan trauma kapitis adalah ruda paksa
tumpul atau tajam pada kepala atau wajah yang berakibat disfungsi cerebral
sementara. Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan
utama pada kelompok usia produktif, dan sebagian besar karena kecelakaan lalu
lintas.
Di Indonesia kejadian cedera kepala setiap tahunnya diperkirakan mencapai
500.000 kasus. Dari jumlah diatas, 10% penderita meninggal sebelum tiba di rumah
sakit. Dari pasien yang sampai di rumah sakit, 80% dikelompokkan sebagai cedera
kepala ringan, 10% sebagai cedera kepala sedang, dan 10% sisanya dikategorikan
sebagai cedera kepala berat.
PEMBAHASAN
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Sdr. P
Umur : 25 tahun
Alamat : Weruhgotok
Pekerjaan :-
B. ANAMNESIS
√ : sendiri : orang lain
5. Riwayat Pengobatan:
Belum sempat diobati di lain tempat.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Pasien tidak sadar, kesadaran menurun GCS 456, status gizi kesan baik.
2. Tanda Vital
Tensi : 121/90 mmHg
Nadi : 82 x / menit
Pernafasan : 18 x /menit
Suhu : 36,9 oC
BB : 50 kg
3. Kulit
Turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), venektasi (-), petechie (-), spider nevi
(-).
4. Kepala
Bentuk mesocephal, luka (-), rambut tidak mudah dicabut, atrofi m.
temporalis (-), makula (-), papula (-), nodula (-), mimik wajah (dbn).
5. Mata
Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-). Pupil isokor diameter 3mm/3mm
RC +/+.
Racoon eyes (+)
6. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (+).
7. Mulut
Bibir pucat (-), bibir cianosis (-), gusi berdarah (-).
8. Telinga
Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-).
9. Tenggorokan
Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-). Sekret (-)
10. Leher
JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-),
pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-)
11. Thoraks
Normochest, simetris, pernapasan thoracoabdominal, retraksi (-), spider
nevi (-), pulsasi infrasternalis (-), sela iga melebar (-).
Cor :
Pulmo :
Perkusi : sonor/sonor
12. Abdomen
Inspeksi : Normal
13. Ektremitas
Palmar eritema (-/-)
+ + - -
+ + - -
RP: BABINSKI:-/-
CHADDOCK:-/-
HOFFMANN:-/-
TROMNER:-/-
RF:BPR +2/+2
TPR +2/+2
KPR+2/+2
APR+2/+2
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM
Leukosit 12.60
Hemoglobin 13.5
Hematokrit 41.6
Trombosit 261
E. DIAGNOSIS
CKR (cedera kepala ringan )
F. DIFFERENTIAL DIAGNOSA
Cedera kepala sedang
G. PENATALAKSANAAN
1. Non Medika mentosa
- Menjelaskan pada pasien dan keluarga bahwa pasien mengalami cedera
kepala ringan
- Menjelaskan bahwa pasien perlu dilakukan pemeriksaan penunjang
selanjutnya
- Menjelaskan pentingnya observasi intensif untuk memantau kegawatan
pasien.
2. Medikamentosa
- O2 nasal kanul 3-4lpm
- Inf.PZ 14 tpm
- Inj. Ketorolac 2x30 mg
- Inj. Piracetam 3x1g
- Inj CO-Amoxiclav 3x1 gr
- Inj. Asam tranexamat 3x250mg
- Inj. Ondansentron 2x4mg
- Inj.Ranitidin 2x50mg
- Rencana di lakukan CT-scan kepala tanpa kontras
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Cedera kepala (trauma capitis) adalah cedera mekanik yang secara langsung
atau tidak langsung mengenai kepala yang mengakibatkan luka di kulit kepala,
fraktur tulang tengkorak, robekan selaput otak dan kerusakan jaringan otak itu
sendiri, serta mengakibatkan gangguan neurologis.1
Cedera kepala merupakan sebuah proses dimana terjadi cedera langsung atau
deselerasi terhadap kepala yang dapat mengakibatkan kerusakan tengkorak dan otak.1
2. Etiologi
Penyebab cedera kepala dibagi menjadi cedera primer yaitu cedera yang
terjadi akibat benturan langsung maupun tidak langsung, dan cedera sekunder yaitu
cedera yang terjadi akibat cedera saraf melalui akson meluas, hipertensi 6
intrakranial, hipoksia, hiperkapnea / hipotensi sistemik. Cedera sekunder merupakan
cedera yang terjadi akibat berbagai proses patologis yang timbul sebagai tahap
lanjutan dari kerusakan otak primer, berupa perdarahan, edema otak, kerusakan
neuron berkelanjutan, iskemia, peningkatan tekanan intrakranial dan perubahan
neurokimiawi.2
3. Mekanisme Cedera Kepala
5. Gejala
a) Fraktur fossa anterior Darah keluar beserta likuor serebrospinal dari hidung
atau kedua mata dikelilingi lingkaran “biru” (Brill Hematom atau Racoon’s
Eyes), rusaknya Nervus Olfactorius sehingga terjadi hyposmia sampai
anosmia.
b) Fraktur fossa media Darah keluar beserta likuor serebrospinal dari telinga.
Fraktur memecahkan arteri carotis interna yang berjalan di dalam sinus
cavernous sehingga terjadi hubungan antara darah arteri dan darah vena (A-V
shunt).
c) Fraktur fossa posterior Tampak warna kebiru-biruan di atas mastoid. Getaran
fraktur dapat melintas foramen magnum dan merusak medula oblongata
sehingga penderita dapat mati seketika.2
6. Klasifikasi Cedera Kepala
a) Cedera Kepala Ringan (CKR) dengan GCS > 13, tidak terdapat kelainan
berdasarkan CT scan otak, tidak memerlukan tindakan operasi, lama dirawat
di rumah sakit < 48 jam.
b) Cedera Kepala Sedang (CKS) dengan GCS 9-13, ditemukan kelainan pada
CT scan otak, memerlukan tindakan operasi untuk lesi intrakranial, dirawat di
rumah sakit setidaknya 48 jam.
c) Cedera Kepala Berat (CKB) bila dalam waktu > 48 jam setelah trauma, score
GCS < 9.2
Secara umum, pasien dengan cedera kepala harusnya dirawat di rumah sakit
untuk observasi. Pasien harus dirawat jika terdapat penurunan tingkat kesadaran,
fraktur kranium dan tanda neurologis fokal. Cedera kepala ringan dapat ditangani
hanya dengan observasi neurologis dan membersihkan atau menjahit luka / laserasi
kulit kepala. Untuk cedera kepala berat, tatalaksana spesialis bedah saraf sangat
diperlukan setelah resusitasi dilakukan.
A. Bedah
a) Intrakranial: evakuasi bedah saraf segera pada hematom yang mendesak
ruang.
b) Ekstrakranial: inspeksi untuk komponen fraktur kranium yang menekan
pada laserasi kulit kepala. Jika ada, maka hal ini membutuhkan terapi
bedah segera dengan debridement luka dan menaikkan fragmen tulang
untuk mencegah infeksi lanjut pada meningen dan otaka.
B. Medikamentosa
a) Bolus manitol (20%, 100 ml) intravena jika terjadi peningkatan tekanan
intrakranial. Hal ini dibutuhkan pada tindakan darurat sebelum evakuasi
hematom intrakranial pada pasien dengan penurunan kesadaran.
b) Antibiotik profilaksis untuk fraktur basis cranii.
c) Antikonvulsan untuk kejang.
d) Sedatif dan obat-obat narkotik dikontraindikasikan, karena dapat
memperburuk penurunan kesadaran .1,2
13. Komplikasi dan Akibat Cedera Kepala