TRAUMATOLOGI
Disusun Oleh:
Luka tembus masuk adalah salah satu jenis luka yang paling sering ditemukan dan
merupakan salah satu jenis luka penyebab kematian yang paling sering. Pada
setiap kekerasan fisik yang menyebabkan kematian maupun tidak, pelaku
biasanya akan meninggalkan jejak/tanda kekerasan yang berbeda jenisnya pada
tubuh korban yang nantinya akan membantu penyidik dalam melakukan
rekonstruksi TKP dan penentuan sebab kematian. Dalam penelitian ini, kami telah
menampilkan beberapa contoh foto dari luka yang ditemukan di tubuh korban.
Penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam melakukan penyelidikan forensic di
TKP.
Kata kunci: cedera, jenis-jenis cedera dan foto digital, rekonstruksi tempat
kejadian perkara.
Pendahuluan
Cedera di definisikan sebagai sebuah kejahatan, apapun secara illegal yang dapat
menyebabkan badan seseorang, pikiran, repurtasi dan properti sesuai dengan
Indian Panel Code. Dalam ilmu forensik, cedera atau luka yang dihasilkan oleh
kekerasan fisik, yang merusak kesinambungan alami dari setiap jaringan tubuh
yang hidup. Berbagai jenis cedera diringkas dalam gambar 1. Trauma dijelaskan
sebagai cedera tubuh yang disebabkan oleh fisik, mekanik atau faktor kimia yang
dapat mengakibatkan luka atau kemungkinan komplikasi. Untuk tujuan medis,
kekerasan mengacu pada perilaku yang menyebabkan cedera atau luka itu sendiri.
Kekerasan ini dapat mengakibatkan trauma psikiatri dan fisik. Dalam tulisan ini,
para penulis telah mencoba untuk memerikan karakter fisik dari luka-luka / luka-
luka, yang disebabkan oleh bantuan berbagai instrumen / senjata. Di kertas, foto-
foto ilustrasi cedera / luka yang berbeda dilaporkan untuk digunakan secara siap
di komunitas forensik.
Trauma
Trauma Trauma
Tumpul Tajam Tusuk
Sayat
Lecet Memar Laserasi
Fraktur/
dislokasi
i) trauma tumpul: Pada tubuh karena trauma tumpul atau instrumen, luka yang
diakibatkan biasanya
ini lukai orang pada kulit dan goresan, merumput, memar yang diamati. Cedera
ini adalah sub-kategori sebagai;
a). abrasi/ lecet: Pada jenis luka ini kulit lapisan paling luar kulitnya terkelupas.
Contoh lecet adalah goresan, parut pada kulit yang disebabkan oleh sayatan, jejak
yang disebabkan oleh sabuk / pemburu / tongkat.
b). memar: jenis luka ini terjadi ketika pecah pembuluh darah di kulit atau organ
dalam. Memar sembuh dengan penghancuran dan pengangkatan darah
ekstravasasi. Perubahan warna sangat bervariasi, dimulai di pinggiran dan hingga
ke tengah/ dalam. Mula-mula warnanya merah, setelah beberapa jam hingga 3 hari
diubah menjadi biru pada hari ke-4 berubah menjadi hitam kebiruan. Ketika
memar yang luas dan dalam perubahan warnanya membutuhkan waktu yang lebih
lama
c). laserasi: Laserasi adalah perobekan atau perpecahan kulit, selaput lendir, otot
atau organ internal yang dihasilkan oleh penerapan kekerasan tumpul atau kasar
pada tubuh. Jenis laserasi adalah laserasi terpisah (penghancuran kulit di antara
dua benda keras), peregangan laserasi (terlalu banyak kulit), avulsi, robekan, dll.
a). luka iris/ luka sayat: Luka pada jenis ini adalah luka bagian luar yang dimana
ukuran dari luka pada bagian permukaan lebih besar di bandingkan kedalaman
dari lukanya,secara umum luka ini di sebabkan oleh pisau cukur,kapak dan
pedang.
b). luka tusuk: Luka pada jenis ini adalah luka yang di hasilkan dari
penembusan/benda tajam/senjata ke dalam bagian tubuh yang dimana itu lebih
dalam dalam dari panjangnya,biasanya pisau,pecahan gelas kaca,dan peralatan
perkakas lainnya. Cedera dari tikamannya bisa tunggal atau banyak
iii). Luka akibat Tembakan Senjata Api: Biasanya luka ini dapat dikenali dengan
mudah. Luka ini di hasilkan dari tembakan pistol yang berbeda beda tergantung
dari pelurunya,kecepetan dari ujung pistolnya,jarak,sudut tembakan dan bagian
dari tubuh yang terkena. Luka ini di bagi menjadi beberapa jenis,saat peluru mulai
menembus badan,menghasilkan luka di bagian awal kulit atau pintu masuknya
peluru dan di saat peluru menembus kulit biasa di kenal dengan pintu keluarnya
peluru dari perlukaan, Perbedaan dari kedua karakteristik luka ini sudah di berikan
di tabel 1, dimana itu sangat di butuhkan untuk komunitas forensik sementara
pemeriksaan di tempat senjata api di pakai
Dari ilustrasi 1 hingga 3, semua jenis cedera / luka yang diakibatkan berbagai
jenis permukaan benda yang khas dapat dijelaskan dengan mudah. Dari Illustrasi
1, kekerasan tumpul terjadi setiap kali seseorang membuat kontak dengan benda
yang tumpul keras dengan cara yang menyakitkan. Abrasi/ lecet adalah luka yang
mengakibatkan pengangkatan lapisan kulit yang dangkal.
Sekarang jelas terlihat bahwa luka tikaman biasanya lebih dalam daripada lebar.
Hal mungkin terjadi seperti pemutarbalikan fakta dimana korban memutar dan
berbalik untuk menangkis penyerang. Serpihan atau luka potong disebabkan
ketika instrumen tajam ditarik di seluruh kulit seperti yang digambarkan dalam
ilustrasi 2. Tidak seperti luka tusukan mereka tidak memiliki karakteristik lebar
atau kedalaman dan dengan demikian mengungkapkan sedikit sifat senjata. Luka-
luka ini jarang berakibat fatal tetapi ketika mereka yang biasanya bunuh diri atau
pembunuh. Bunuh diri luka biasanya ditemukan pada pergelangan tangan korban
dan jarang pada leher. Luka serpihan bunuh diri sering disertai dengan tanda-tanda
ragu-ragu.
Apakah peluru tetap berada di dalam korban atau lewat sepenuhnya dengan keluar
dari tubuh (melalui dan melalui luka tembak) seperti yang ditunjukkan dalam
Ilustrasi 3, ahli hukum medis dapat memperkirakan jarak dari mana satu peluru
ditembakkan dengan melihat dekat pada luka masuk.
4. Diskusi
Dalam semua kasus cedera / luka, jumlah atau total luka harus dicatat dan masing-
masing akan diukur secara hati-hati dan karakteristiknya digambarkan dengan
fotografi. Cedera kekuatan tumpul berasal dari benturan dengan benda tumpul
atau benda yang tepinya tidak tajam.
Ahli forensik dapat menentukan dampak, jenis benda yang dapat digunakan dan
seberapa sering terjadinya kontak, dan biasanya yang digunakan untuk memukul
terbuat dari palu atau kapak. Bekas gigitan juga membentuk luka yang tidak
beraturan. Dengan pisau atau luka iris, penyidik harus dapat membedakan antara
luka potong dan tusukan dan berbagai jenis tusukan lainnya seperti es atau pisau
kecil. Sebagian besar pisau memiliki tepi rata dan tepi tajam yang dapat dilihat
pada sudut luka. Beberapa luka terjadi bersifat untuk melindungi diri, seperti luka
yang terjadi di telapak tangan atau jari tangan korban. Kadang- kadang luka
sayatan yang terdapat pada daerah tersebut berhubungan dengan percobaan bunuh
diri karena ada rasa ragu- ragu untuk melukai diri sendiri.
Sama seperti contoh serangan senjata api yang menimbulkan cedera, pengukuran
dilakukan bersama dengan foto untuk membantu identifikasi senjata yang
digunakan, karena diperlukan oleh ahli Forensik. Sampel residu bubuk diambil
dan jika korban meninggal akibat luka tembak mereka, kelim lecet di rekam untuk
analisis balistik dari mayat pada tahap otopsi. ahli forensik dan penyidik saat
memeriksa TKP tidak hanya mencari senjata yang digunakan yang dimanasenjata
tersebut terkadang disembunyikan tetapi juga untuk mencari cangkang selongsong
bekas dan / atau peluru lepas yang ditembakkan tetapi tidak mengenai target yang
melekatdi dinding, pintu, atau tanah terdekat.
Tinjauan Pustaka
Traumatologi Forensik
Traumatology adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta
hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), sedangkan yang
dimaksudkan dengan luka adalah suatu keaadan ketidakseimbangan jaringan
tubuh akibat kekerasan.
Kekerasan oleh benda keras dan tumpul dapat mengakibatkan berbagai jenis luka,
antara lain:
Memar (kontusio, hematom) adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit/
kutis akibat pecahnya kapiler dan vena yang disebabkan oleh kekerasan benda
tumpul sehingga darah keluar dan meresap ke jaringan disekitarnya.
A. LATAR BELAKANG
Sejarah dan perkembangan Ilmu Forensik tidak dapat dipisahkan dari
sejarah dan perkembangan hukum acara pidana. Sebagaimana diketahui
bahwa kejahatan yang terjadi di muka bumi ini sama usia tuanya dengan
sejarah manusianya itu sendiri. Luka merupakan salah satu kasus tersering
dalam Ilmu Kedokteran Forensik. Luka bisa terjadi pada korban hidup
maupun korban mati.1
Dalam ilmu perlukaan dikenal trauma tumpul dan trauma tajam. Luka
merupakan kerusakan atau hilangnya hubungan antara jaringan
(discontinuous tissue) seperti jaringan kulit, jaringan lunak, jaringan oto,
jaringan pembuluh darah, jaringan saraf dan tulang.1
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dikenal luka
kelalaian atau karena yang disengaja. Luka yang terjadi ini disebut
“Kejahatan Terhadap Tubuh atau Misdrijven Tegen Het Lijf”. Kejahatan
terhadap jiwa ini diperinci menjadi dua yaitu kejahatan doleuse (yang
dilakukan dengan sengaja) dan kejahatan culpose (yang dilakukan karena
kelalaian atau kejahatan). Jenis kejahatan yang dilakukan dengan sengaja
diatur dalam BAB XX, pasal-pasal 351-358. Jenis kejahatan yang disebabkan
karena kelalaian diatur dalam pasal 359,360 dan 361 KUHP. Dalam pasal-
pasal tersebut dijumpai kata-kata, “mati, menjadi sakit sementara atau tidak
dapat menjalankan pekerjaan sementara”, yang tidak disebabkan secara
langsung oleh terdakwa, akan tetapi ‘karena salahnya’ diartikan sebagai
kurang hati-hati, lalai, lupa dan amat kurang perhatian.1
Sebagai seorang dokter, hendaknya dapat membantu pihak penegak
hukum dalam melakukan pemeriksaan terhadap pasien atau korban korban
perlukaan. Dokter sebaiknya dapat menyelesaikan permasalahan mengenai
jenis luka apa yang ditemui, jenis kekerasan/senjata apakah yang
menyebabkan luka dan bagaimana kualifikasi dari luka itu. Sebagai seorang
dokter, ia tidak mengenal istilah penganiayaan. Jadi istilah penganiayaan
tidak boleh dimunculkan dalam Visum et Repertum. Akan tetapi sebaiknya
dokter tidak boleh mengabaikan luka sekecil apapun. Sebagai misalnya luka
lecet yang satu-dua hari akan sembuh sendiri secara sempurna dan tidak
mempunyai arti medis, tetapi sebaliknya dari kaca mata hukum.1
Pada pasal 133 ayat (1) KUHAP dan pasal 179 ayat (1) KUHAP
dijelaskan bahwa penyidik berwenang meminta keterangan ahli kepada ahli
kedokteran kehakiman atau dokter atau bahkan ahli lainnya. Keterangan ahli
tersebut adalah Visum et Repertum, dimana didalamnya terdapat penjabaran
tentang keadaan korban, baik korban luka, keracunan, ataupun mati. Seorang
dokter perlu menguasai pengetahuan tentang mendeskripsikan luka. Visum et
Repertum harus dibuat sedemikian rupa, yaitu memenuhi persyaratan formal
dan material , sehingga dapat dipakai sebagai alat bukti yang sah di sidang
pengadilan.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi traumatologi
Traumatologi berasal dari kata trauma dan logos. Trauma berarti kekerasan
atas jaringan tubuh yang masih hidup, sedang logos berarti ilmu.
Traumatologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang
trauma atau perlukaan, cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan
(rudapaksa), yang kelainannya terjadi pada tubuh karena adanya
diskontinuitas jaringan akibat kekerasan yang menimbulkan jejas.1
B. Penyebab trauma
Kekerasan yang mengenai tubuh seseorang dapat menimbulkan efek pada
fisik maupun psikisnya. Efek fisik berupa luka- luka yang kalau di periksa
dengan teliti akan dapat di ketahui jenis penyebabnya, yaitu:2
1. Benda-benda mekanik
2. Benda-benda fisik
3. Kombinasi benda mekanik dan fisik
4. Zat-zat kimia korosif
Dalam ilmu perlukaan dikenal trauma tumpul dan trauma tajam.
1. Benda-benda mekanik
a. Trauma benda tajam
Trauma tajam ialah suatu ruda paksa yang mengakibatkan luka pada
permukaan tubuh oleh benda-benda tajam. Ciri-ciri umum dari luka
benda tajam adalh sebagai berikut :
1) Garis batas luka biasanya teratur, tepinya rata dan sudutnya runcing
2) Bila ditautkan akan mejadi rapat (karena benda tersebut hanya
memisahkan , tidak menghancurkan jaringan) dan membentuk garis
lurus dari sedikit lengkung.
3) Tebing luka rata dan tidak ada jembatan jaringan.
4) Daerah di sekitar garis batas luka tidak ada memar.
Trauma tajam dikenal dalam tiga bentuk pula yaitu luka iris atau luka
sayat (vulnus scissum), luka tusuk (vulnus punctum) dan luka bacok
(vulnus caesum).2
1) Luka sayat
Luka sayat ialah luka karena alat yang tepinya tajam dan
timbulnya luka oleh karena alat ditekan pada kulit dengan
kekuatan relativ ringan kemudian digeserkan sepanjang kulit.
Ciri luka sayat :
a) Pinggir luka rata
b) Sudut luka tajam
c) Rambut ikut terpotong
d) Jembatan jaringan ( - )
e) Biasanya mengenai kulit, otot, pembuluh darah, tidak sampai
tulang.3
2) Luka tusuk
Luka tusuk ialah luka akibat alat yang berujung runcing dan
bermata tajam atau tumpul yang terjadi dengan suatu tekanan
tegak lurus atau serong pada permukaan tubuh.
Contoh:
-Belati, bayonet, keris
-Clurit
-Kikir
-Tanduk kerbau.3
Ciri luka tusuk (misalnya senjata pisau / bayonet) :
Tepi luka rata
Dalam luka lebih besar dari panjang luka
Sudut luka tajam
Sisi tumpul pisau menyebabkan sudut luka kurang tajam
Sering ada memar / echymosis di sekitarnya3
3) Luka bacok
Luka bacok ialah luka akibat benda atau alat yang berat dengan
mata tajam atau agak tumpul yang terjadi dengan suatu ayunan
disertai tenaga yang cukup besar. Contoh : pedang, clurit, kapak,
baling-baling kapal.2
2. Benda-benda fisik
Kekerasan fisik adalah kekerasan yang disebabkan oleh benda-benda
fisik, antara lain:1
a. Benda bersuhu tinggi
Kekerasan oleh benda bersuhu tinggi akan dapat menimbulkan luka
bakar yang cirinya amat tergantung dari jenis bendanya, ketinggian
suhunya serta lamanya kontak dengan kulit. Api, benda padat panas
atau membara dapat mengakibatkan luka bakar derajat I, II, III, atau
IV. Zat cair panas dapat mengakibatkan luka bakar tingkat I, II, atau
III. Gas panas dapat mengakibatkan luka bakar tingkat I, II, III, atau
IV.
b. Benda bersuhu rendah
Kekerasan oleh hawa bersuhu dingin biasanya dialami oleh bagian
tubuh yang terbuka; seperti misalnya tangabn, kaki, telinga atau
hidung. Mula-mula pada daerah tersebut akan terjadi vasokonstriksi
pembuluh darah superfisial sehingga terlihat pucat. Selanjutnya akan
terjadi paralise dari vasomotor kontrol yang mengakibatkan daerah
tersebut menjadi kemerahan. Pada keadaan yang berat dapat terjadi
gangren.
c. Sengatan listrik
Sengatan oleh benda bermuatan listrik dapat menimbulkan luka bakar
sebagai akibat berubahnya energi listrik menjadi panas. Besarnya
pengaruh listrik pada jaringan tubuh tersebut tergantung dari besarnya
tegangan (voltase), kuatnya arus (amper), besarnya tahanan (keadaan
kulit kering atau basah), lamanya kontak serta luasnya daerah terkena
kontak.
Bentuk luka pada daerah kontak (tempat masuknya arus) berupa
kerusakan lapisan kulit dengan tepi agak menonjol dan di sekitarnya
terdapat daerah pucat, dikelilingi daerah hyperemis. Sering ditemukan
adanya metalisasi. Pada tempat keluarnya arus dari tubuh juga sering
ditemukan luka. Nahkan kadang-kadang bagian dari baju atau sepatu
yang dilalui oleh arus listrik ketika meninggalkan tubuh juga ikut
terbakar.
Tegangan arus kurang dari 65 volt biasanya tidak membahayakan,
tetapi tegangan antara 65-1000 volt dapat mematikan. Sedangkan kuat
arus (amper) yang dapat mematikan adalah 100 mA. Kematian
tersebut terjadi akibat fibrilasi ventrikel, kelumpuhan otot pernafasan
atau pusat pernafasan.
Sedangkan faktor yang sering mempengaruhi kefatalan adalah
kesadaran seseorang akan adanya arus listrik pada benda yang
dipegangnya. Bagi orang-orang tidak menyadari adanya arus listrik
pada benda yang dipegangya biasanya pengaruhnya lebih berat
dibanding orang-orang yang pekerjaannya setiap hari berhubungan
dengan listrik.
d. Petir
Petir terjadi karena adanya loncatan arus listrik di awan yang
tegangannya dapat mencapai 10 mega volt dengan kuat arus sekitar
100.000 A ke tanah. Luka-luka karena sambaran petir pada
hakekatnya merupakan luka-luka gabungan akibat listrik, panas dan
ledakan udara. Luka akibat panas berupa luka bakar dan luka akibat
ledakan udara berupa luka-luka yang mirip dengan luka akibat
persentuhan dengan benda tumpul.
Dapat terjadi kematian akibat efek arus listrik yang melumpuhkan
susunan saraf pusat, menyebabkan fibrilasi ventrikel. Kematian juga
dapat terjadi karena efek ledakan ataun efek dari gas panas yang
ditimbulkannya.
Pada korban mati sering ditemukan adanya arborescent mark
(percabangan pembuluh darah terlihat seperti percabangan pohon),
metalisasi benda-benda dari logam yang dipakai. Pakaian korban
terbakar atau robek-robek.
e. Tekanan (barotrauma)
Trauma akibat perubahan tekanan pada medium yang ada di sekitar
tubuh manusia dapat menimbulkan kelainan atau gangguan yang
sering disebut disbarisme yang terdiri atas 2 macam yaitu:4
1) Hiperbarik
Sindrom ini disebabkan oleh karena tekanan tinggi, antara lain:
Turun dari ketinggian secara mendadak: saat pesawat mendarat
atau turun gunung
Berada didalam kedalaman air: pada penyelam bebas, scuba
diving (menyelam dengan tangki oksigen), snorkeling
(menyelam dengan tube di mulut) penyelam dengan pakaian
khusus.
Gejala yang dapat ditimbulkan oleh perubahan tekanan tersebut
dapat berupa:
Barotrauma pulmoner: pneumotoraks, emboli udara atau
emfisema interstisial.
Barotalgia: rasa nyeri, membrana timpani pecah, perdarahan,
vertigo atau dizzines.
Barodontalgia: pengumpulan gas yang menyebabkan rasa nyeri
atau bahkan meletus.
Narkosis Nitrogen: amnesia atau disorientasi
2) Hipobarik
Sindroma ini disebabkan oleh perubahan tekanan rendah, antara
lain:
Naik ke tempat tinggi secara mendadak: saat pesawat
mengudara atau saat pesawat meluncur keluar angkasa.
Berada di dalam ruang bertekanan rendah: misalnya di dalam
decompression chamber.
Gejala yang ditimbulkannya disebabkan oleh pembentukan dan
pengumpulan gelembung-gelembung udara di dalam jaringan
lunak, rongga-rongga atau organ-organ berongga.
Gejala tersebut antara lain:
Sendi-sendi terasa kaku disertai nyeri hebat
Rongga dada dirasakan tercekik, sesak napas dan batuk yang
hebat
Gejala pada susunan syaraf tergantung letak emboli dan letak
emfisema subkutan
Rongga perut terasa kembung
Gigi-geligi terasa rasa nyeri (barodontalgia)
2. Umur luka
Untuk mengetahui kapan terjadi kekerasan, perlu diketahui umur luka.
Hanya saja, tidak ada satupun metode yang dapat digunakan untuk
menilai dengan tepat kapan suatu kekerasan ( baik pada korban hidup
ataupun mati ) dilakukan mengingat adanya factor individual, penyulit (
misalnya infeksi, kelainan darah atau penyakit defisiensi ) serta factor
kualitas dari kekerasan itu sendiri.
Kendati demikian ada beberapa cara dapat di gunakan untuk
memperkirakannya, yaitu dengan melakukan :
a. Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan dengan mata telanjang atas luka dapat memperkirakan
berapa umur luka tersebut. Pada korban hidup, perkiraan di hitung
dari saat trauma sampai saat di periksa pada korban mati, mulai dari
saat trauma sampai saat kematiaanya.
b. Pemeriksaan mikroskopik ( histology ).
Mengingat hasil makroskopik sangat variatif dan jauh dari ketepatan
maka perlu di lakukan pemeriksaan mikroskopik pada korban mati.
Selain berguna bagi intravitalis luka, pemeriksaan mikroskopik juga
untuk menentukan umur luka secara lebih teliti. Caranya ialah
dengan mengamati perubahan – perubahan histologiknya
4. Di tembakan
Untuk senjata api, cara senjata itu di tembakan juga dapat di tentukan,
yaitu :
a. Secara tegak lurus atau miring
b. Dengan jarak tembak temple, dekat, sedang atau jauh
Jika di tembakan tegak lurus kearah permukaan tubuh maka ciri –
cirinya :3,4
1) Letak lubang luka terhadap cincin lecet konsentris luka di tembakan
secara miring kearah permukaan tubuh maka ciri- cirinya :
oLetak lubang luka terhadap cincin lecet episentris
2) Jika di tembakan dengan jarak kontak maka luka yang terjadi
mempunyai ciri – ciri :
o Bentuknya seperti bintang (cruriform )
o Terlihat memar berbetuk sirkuler akibat hentakan balik dari
moncong senjata.
3) Jika di tembakan dengan jarak dekat ( 1 inci – 2 kaki ) maka ciri –
ciri dari luka yang terjadi adalah :
oBerupa lubang berbentuk bulat yang di kelilingi cincin lecet
oTerdapat produk dari mesiu ( tattoo, sisa – sisa mesiu atau jelaga )
4) Jika di tembakan dengan jarak jauh ( lebih 2 kaki ) maka luka yang
terjadi mempunyai ciri – ciri :
2. Aspek yuridis
Jika dari sudut medic, luka merupakan kerusakan jaringan (baik disertai
atau tidak disertai diskontuinitas permukaan kulit) akibat trauma maka
dari sudut hukum, luka merupakan kelainan yang dapat disebabkan oleh
suatu tindak pidana, baik yang bersifat intensional (sengaja), reckless
( ceroboh ) atau negligence (kurang hati – hati). Untuk menentukan berat
ringannya hukuman perlu ditentukan lebih dahulu berat ringannya luka.
Kebijakan hokum pidana didalam penentuan berat ringannya luka tersebut
didasarkan atas pengaruhnya terhadap :4
- Kesehatan jasmani
- Kesehatan rohani
- Kelangsungan hidup janin di dalam kandungan
- Estetika jasmani
- Pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata pencarian
- Fungsi alat indera4
a. Luka ringan
Luka ringan adalah luka yang tidak menimbulkan penyakit atau
halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan atau mata
pencariannya.1
b. Luka sedang
Luka sedang adalah luka yang mengakibatkan penyakit atau halangan
dalam menjalankan pekerjaan jabtan atau mata pencariaanya untuk
sementara waktu.1
c. Luka berat
Luka berat adalah luka yang sebagaiman diuraikan didalam pasal
90KUHP, yang terdiri atas :1,4
1) Luka atau penyakit yang tidak dapat diharapkan akan sembuh
dengan sempurna lebih ditujukan pada fungsinya. Contohnya
trauma pada satu mata yang menyebabkan kornea robek. Sesudah
di jahit sembuh, tetapi mata tersebut tidak dapat melihat.
2) Luka yang dpat mendatangkan bahaya maut
3) Dapat mendatangkan bahaya maut pengertiannya memeiliki
potensial untuk menimbulkan kematian, tetapi sesudah diobati
dapat sembuh.
4) Luka yang menimbulkan rintangan tetap dalam menjalankan
pekerjaan jabatan atau mata pencariaanya. Luka yng dari sudut
medic tidak membahayakan jiwa, dari sudut hokum dapat
dikatagorikan sebagai luka berat. Contonya trauma pada tangan kiri
pemain biola atau pada wajah seorang peragawati dapat
dikatagorikan luka berat jika akibatnya mereka tidak dapat lagi
menjalankan pekerjaanya tersebut selamnya.
5) Kehilangan salah satu dari panca indera
6) Jika trauma menimbulkan kebutaan satu mata atau kehilngan
pendengran satu telinga, tdiak dapat digolongkan kehilangan
ondera. Meskipun demikian tetap digolongkan sebagai luka berat
berdasarkan butir (a) di atas.
7) Cacat besar atau kudung
8) Lumpuh
9) Gangguan daya pikir lebih dari 4 minggu lamanya. Gangguan daya
pikir tidak harus berupa kehilangan kesadaran tetapi dapat juga
berupa amnesia, disorientasi, anxietas, depresi atau gangguan jiwa
lainnya.
10) Keguguran atau kematian janin seorang perempuan
- Tidak mematikan
3. Kecelakaaan
Jika ciri- ciri luka yang ditemukan tidak mengambarkan pembunuhan atau
bunuh diri maka kemungkinannya adalah akibat kecelekaan. Untuk lebih
memastikannya perlu di lakukan pemeriksaan ditemapt kejadian.4
DAFTAR PUSTAKA