Anda di halaman 1dari 4

Bimbingan Kepaniteraan IPD Koja

Group UKRIDA-30
Notulensi Referat Ketoasidosis Diabetikum
Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSUD Koja, Jakarta Utara

Tempat : Bangsal IPD Lantai 6 blok B


Waktu : Jumat, 12 Juli 2019
Pukul 11.00 - 12.00
Presentan : Lutfi Karimah (11.2018.042)
Pembimbing : dr. Benyamin S. Tambunan, Sp.PD

Ringkasan :
Ketoasidosis diabetikum adalah kasus kedaruratan endokrinologi yang disebabkan
oleh defisiensi insulin relatif atau absolut. Ketoasidosis diabetik juga merupakan komplikasi
akut diabetes mellitus yang ditandai dengan dehidrasi, kehilangan elektrolit, dan asidosis.
Ketoasidosis diabetik ini diakibatkan oleh defisiensi berat insulin dan disertai gangguan
metabolisme protein, karbohidrat dan lemak. Keadaan ini merupakan gangguan metabolisme
yang paling serius pada diabetes ketergantungan insulin.
Ketoasidosis diabetikum lebih sering terjadi pada usia <65 tahun. Ketoasidosis
diabetikum lebih sering terjadi pada perempuan dibanding laki-laki. Surveillance Diabetes
Nasional Program Centers for Disease Control (CDC) memperkirakan bahwa ada 115.000
pasien pada tahun 2003 di Amerika Serikat, sedangkan pada tahun 1980 jumlahnya 62.000.
Di sisi lain, kematian KAD per 100.000 pasien diabetes menurun antara tahun 1985 dan 2002
dengan pengurangan kematian terbesar di antara mereka yang berusia 65 tahun atau lebih tua
dari 65 tahun. Kematian di KAD terutama disebabkan oleh penyakit pengendapan yang
mendasari dan hanya jarang komplikasi metabolik hiperglikemia atau ketoasidosis.
Pada pasien dengan KAD, nausea vomitus merupakan salah satu tanda dan gejala
yang sering diketemukan. Nyeri abdominal terkadang dapat diketemukan pada pasien dewasa
(lebih sering pada anak-anak) dan dapat menyerupai akut abdomen. Meskipun penyebabnya
belum dapat dipastikan, dehidrasi jaringan otot, penundaan pengosongan lambung dan ileus
oleh karena gangguan elektrolit serta asidosis metabolik telah diimplikasikan sebagai
penyebab dari nyeri abdominal. Asidosis, yang dapat merangsang pusat pernapasan medular,
dapat menyebabkan pernapasan cepat dan dalam (Kussmaul).

Gejala-gejala seperti poliuria, polidipsia dan polifagia yang khas sebagai bagian dari
diabetes tak terkontrol nampaknya sudah timbul selama tiga sampai empat minggu
sebelumnya dan pada beberapa kasus dua bulan sebelum. Begitu pula dengan penurunan
berat badan yang bahkan telah timbul lebih lama lagi, yakni tiga sampai enam bulan sebelum
dengan rata-rata penurunan 13 kilogram. Patut diperhatikan gejala-gejala akut yang timbul
dalam waktu singkat, seperti nausea vomitus dan nyeri abdomen, di mana dapat dijadikan
sebagai peringatan untuk pasien bahwa dirinya sedang menuju ke arah KAD.

Terapi cairan awal ditujukan kepada ekspansi cairan intravskular dan


ekstravaskular serta perbaikan perfusi ginjal. Pada keadaan tanpa gangguan kardiak, salin
isotonik (0,9%) dapat diberikan dengan laju 15-20 ml/kgBB/jam atau lebih selama satu jam
pertama (total 1 sampai 1,5 liter cairan pada dewasa rata-rata). Pemlihan cairan pengganti
selanjutnya bergantung kepada status hidrasi, kadar elektrolit serum dan keluaran urin. Secara
umum NaCl 0,45% dengan laju 4 sampai 14 ml/kgBB/jam mencukupi apabila kadar natrium
serum terkoreksi normal atau meningkat. Salin isotonik dengan laju yang sama dapat
diberikan apabila kadar natrium serum terkoreksi rendah.

Pemantauan EKG kontinu direkomendasikan oleh karena adanya risiko hipo atau
hiperkalemia dan aritmia yang disebabkannya. Tabung nasogastrik harus diberikan
kepada pasien dengan penurunan kesadaran oleh karena risiko gastroparesis dan aspirasi.
Kateterisasi urin harus dipertimbangkan bila terdapat gangguan kesadaran atau bila pasien
tidak mengeluarkan urin setelah 4 jam terapi dimulai. Kebutuhan pemantauan vena
sentral harus dipertimbangkan perindividu, namun diperlukan pada pasien tua atau
dengan keadaan gagal jantung sebelumnya.

Pertimbangan harus diberikan kepada pemberian terapi antibiotika bila ada bukti
infeksi, namun hitung leukosit seringkali meningkat tajam pada KAD, dan tidak
mengkonfirmasi adanya infeksi. Anamnesa, pemeriksaan fisis, demam dan peningkatan
CRP merupakan biomarker yang lebih terpercaya.
Foto Kegiatan
Absensi
No NAMA NIM TANDA TANGAN

1 Nur Fadhilah Husna binti Shaharudin 112018002

2 Dinda Puspita Dewi 112018011

3 Hersi Khansa Alifah Helmy 112018025

4 Rendy Cendranata 112018034

5 Lutfi Karimah 112018042

6 Gabby Agustine 112018065

7 Rizaldy Lukman Parmana 112018156

8 Stevani 112018159

9 Kevin Aldriano Syahputra 112018165

10 Fachry Muhammad Fadillah 112018180

Pembimbing,

dr. Benyamin S. Tambunan, Sp.PD

Anda mungkin juga menyukai