2
Latar Belakang
Setiap tahunnya lebih dari Penyakit yang Tahun 2008, 17.3 juta
36 juta orang meninggal disebabkan gangguan kematian. Pada 2030
karena Penyakit Tidak fungsi jantung dan diperkitrakan
Menular (PTM) pembuluh darah mencapai 23.3 juta
Menurut definisi dari WHO, penyakit kardiovaskuler adalah penyakit yang disebabkan
gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah. Ada banyak macam penyakit kardiovaskuler,
tetapi yang paling umum dan paling terkenal adalah penyakit jantung koroner dan stroke
Sindrom Koroner Akut
Infark Miokard Akut ST-elevasi (STEMI) Infark Miokard non ST-elevasi (NSTEMI)
Infark Miokard Akut ST-elevasi (STEMI) terjadi oklusi Infark Miokard non ST-elevasi (NSTEMI) terjadi oklusi
total arteri koroner sehingga menyebabkan daerah yang tidak menyeluruh dan tidak melibatkan seluruh
infark yang lebih luas meliputi seluruh miokardium, miokardium, sehingga pada pemeriksaaan EKG tidak
yang pada pemeriksaan EKG ditemukan adanya ditemukan adanya elevasi segmen ST
elevasi segmen ST
Menurut WHO tahun 2008, penyakit jantung iskemik merupakan penyebab
utama kematian di dunia (12,8%) sedangkan di Indonesia menempati urutan
ke tiga
Negara Lain
Amerika Serikat, tercatat 1, 36 juta adalah kasus SKA, 0, 81 juta di
antaranya adalah infark miokardium, dan sisanya angina pektoris tidak
stabil
7
Tujuan Penulisan
8
Metode Penulisan
Metode penulisan dari Case Report Session
ini adalah berupa hasil pemeriksaan pasien,
rekam medis pasien, tinjauan kepustakaan
yang mengacu pada berbagai literatur
termasuk buku teks dan artikel ilmiah.
9
BAB 2
ILUSTRASI KASUS
10
Keluhan Utama
Identitas pasien:
- Jenis kelamin: perempuan
- Usia: 53 tahun
- Pasien rujukan RSUD Muaro Labuh dengan
diagnosis STEMI anterior + DM tipe II, mendapat
terapi loading aspilet 320 mg, clopidogrel 150 mg,
ISDN 5 mg, injeksi OMZ 1 amp IV, ondansetron 3x1,
sucralfate 3x1 cth.
.
12
Faktor Risiko Kardiovaskular
13
PEMERIKSAAN FISIK
Vital sign, umum, lokalis
14
Vital Sign
▰ Kepala : normocephal
▰ Mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
▰ Leher : JVP 5+0 cmH2O
▰ Kulit : sianosis (-)
16
Jantung:
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba 1 jari medial
LMCS RIC IV kuat angkat
Perkusi : batas jantung kanan pada linea
sternalis dextra, batas atas RIC II dan
batas kiri 1 jari medial LMCS di RICV
Auskultasi : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-).
17
Thoraks
Paru-paru depan :
Inspeksi : simetris kiri = kanan (statis)
pergerakan dinding dada kiri = kanan
(dinamis)
Palpasi : fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas ekspirasi memanjang, ronkhi
(-/-), wheezing (-/-)
18
Abdomen :
Inspeksi : distensi (-).
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
21
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
23
Diagnosis Kerja
24
Tatalaksana
25
Pasien telah dilakukan PTCA 1 stent di proksimal mid LAD pada CAD 1
VD dengan lesi non signifikan di distal LCX.
Terapi :
ASA 1X160 MG
Brinlinta 2x90 mg
26
FOLLOW UP
27
26/07/2019
S/ O/ A/ P/
Nyeri KU: sedang STEMI TIMI 3/14 - Rencana: mobilisasi
KS: CMC DM TIPE II dan rawat jalan
dada TD: 130/70 Terapi pulang:
berkurang Nd: 60x/menit ASA 1x160mg
Nf: 18x/menit brilinta 2x90mg
T: 36,7 atorvastatin 1x40 mg
ramipril 1x2,5mg
Auskultasi: S1S2 reguler, bisoprolol 1x2,5mg
murmur(-), gallop (-) insulin.
28
BAB 3
DISKUSI
29
“ ▰ Keluhan Utama
SKA
Jantung
diseksi aorta,
miokarditis,
bukan SKA
perikarditis,
Nyeri dada kardiomiopati dll
30
“ ▰▰
Keluhan Utama : Nyeri Dada sejak 20 jam sebelum masuk rumah sakit
31
Nyeri disebabkan oleh kurangnya aliran darah ke
Nyeri miokardium.
dada Nyeri angina disebabkan karena kurangnya aliran darah ke
A. koroner iskemik pada otot jantung
32
33
34
▰ Pasien tidak mengeluhkan sesak nafas, saat beraktivitas, berbaring
atau pun sering terbangun malam hari karena sesaknya, pasien juga
tidak mengeluhkan kaki sembab dan tidak memiliki riwayat sesak
nafas sebelumya menyingkirkan adanya kongesti paru yang
terjadi akibat gagal jantung.
▰ Pasien juga tidak mengeluhkan berdebar-debar, pingsan,
kemungkinan pasien ini tidak mengalami aritmia.
▰ hipoksia miokardium dapat menurunkan adenosin tripospat
(ATP) yang menyebabkan gangguan elektrolit dan memicu
perubahan potensial membrane sehingga timbul aritmia .
35
Riwayat asma, gastritis dan stroke tidak ada
36
Faktor risiko kardiovaskuler
37
Pemeriksaan fisik
38
Enzim jantung
▰ Troponin merupakan pengatur kerja aktin dan myosin dalam otot jantung
dan lebih spesifik jika dibandingkan dengan CKMB.
▰ Enzim troponin I mulai meningkat pada 3-12 jam setelah onset iskemik dan
puncaknya dalam 12-24 jam, masih tetap tinggi sampai hari ke -7 sampai 14
hari. 39
EKG
40
Sadapan Daerah Jantung
V1 & V2 Septum Anteroseptal
V3 & V4 Anterior
Anterolateral Anterior luas
V5 & V6 Lateral
43
PEMERIKSAAN RO
44
TIMI SCORE
Kriteria Pasien Sko Stratifikasi risiko pada
r pasien akan
Usia ≥75 tahun menentukan prognosis
65-74 tahun Usia 53 tahun 0
pasien.
Riwayat DM atau hipertensi atau angina DM 1
Stratifikasi risiko dapat
Tekanan darah sistolik<100mmHg 116 mmHg 0 dilakukan dengan
merujuk kepada skor
Denyut jantung>100x/menit 70x/menit 0
TIMI dan criteria
KILLIP
Kelas Killip II-IV Kelas I 0
Elevasi ST anterior atau LBBB ST elevasi segemen anterior 1
Berat badan <67kg 55 kg 0
45
Semakin tinggi skor TIMI
seorang pasien, risiko Skor risiko TIMI untuk STEMI
Skor
mortalitas pasien akan Dalam memprediksi kematian dalam
risiko
semakin besar. 30 hari
0 0,8%
1 1,6%
2 2,2%
3 4,4%
4 7,3%
5 12,4%
6 16,1%
7 23,4%
8 26,8%
>8 35,9%
46
KILLIP SCORE
Pasien pada kasus ini
dikategorikan ke dalam
Kelas KILLIP Temuan Klinis Mortalitas kelas KILLIP I, dimana
Tidak terdapat gagal jantung (tidak 6% pada pemeriksaan fisik
I ditemukan tanda gagal
terdapat ronkhi maupun S3)
jantung.
Terdapat gagal jantung ditandai dengan 17%
II S3 dan ronkhi basah pada setengah Angka mortalitas pasien
ini berdasarkan kriteria
lapangan paru KILLIP adalah sebesar
38% 6%.
Terdapat edema paru ditandai oleh
III
ronkhi basah di seluruh lapangan paru Kriteria Killip ini juga
digunakan untuk
81% menentukan besar
Terdapat syok kardiogenik ditandai oleh risiko mortalitas pada
IV tekanan darah sistolik <90 mmHg dan pasien setelah 30 hari.
tanda hipoperfusi jaringan 47
▰ Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pada
pasien ini menghasilkan sebuah kesimpulan berupa diagnosis pasien,
yakni STEMI anterior ekstensif onset 20 jam TIMI 3/14 KILLIP I.
▰ Pasien STEMI ditekankan untuk segera mendapatkan pengobatan
awal medikamentosa yaitu morfin, O2, nitrat, aspirin, clopidogrel
(MONACO).
48
TERAPI
49
PTCA
Setelah dilakukan PTCA pada pasien, pasien mendapat terapi tambahan ASA 1x160mg
sebagai pengencer darah dan brilinta 2x90mg sebagai antiplatelet pada pemasangan
stent
50
TAHAPAN REPERFUSI
51
KESIMPULAN
Sindroma Koroner Akut diklasifikasikan menjadi infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI),
infark miokard non-elevasi segmen ST (NSTEMI) dan unstable Angina Pectoris (UAP)
Diagnosis STEMI harus ditegakkan segera dari klinis dan EKG dalam 10 menit awal time is muscle
strategi terapi reperfusi
primary PCI / Intervensi Perkutan Primer (IKP)
medikamentosa fibrinolitik
Penentuan strategi terapi yaitu berdasarkan waktu tempuh dari kontak medis pertama (KMP, sejak
pasien mulai dinilai dokter/tenaga medis).
Edukasi penting diberikan pada pasien untuk kepatuhan terapi jangka panjang dan prevensi sekunder.
52
“ Terima Kasih
53