Disusun oleh :
dr. Rizki Jatiningrum
Pendamping :
dr. Resita Lukitawati
Obyektif Presentasi :
Deskripsi : Laki laki, 35 tahun, dengan cidera kepala berat curiga fraktur basis cranii
2
Bahan Bahasan Tinjauan Riset Kasus Audit
: Pustaka
Membahas: Diskusi
Selogiri
1. Diagnosis/Gambaran Klinis:
Tn. R, usia 35 tahun, datang dengan keluhan post KLL jatuh ke jurang saat mengendarai sepeda motor bersama dengan istri
dan anaknya. Pasien tidak memakai helm. Saat datang pasien dibawa oleh orang yang menolongnya dengan keadaan penurunan
kesadaran. Terdapat luka lecet di sekujur tubuh, keluar darah dari telinga dan hidung, terdapat hematoma di bagian belakang
2. Riwayat Pengobatan: -
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit: sering mengeluh riwayat kecelakaan lalu lintas, penurunan kesadaran (GCS E1M2V1)
4. Riwayat Keluarga: -
3
5. Riwayat Pekerjaan: -
7. Lain-lain:
Pemeriksaan fisik :
Kepala : Mesocephal
Mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil anisokor (+), hematoma periorbital (+)
Leher : simetris
4
Paru
Jantung
Abdomen :
o Perkusi : tympani
5
Sianosis (-)/(-) (-)/(-)
Pemeriksaan Penunjang :
Hematokrit : 34 %
Diagnosis Banding
Diagnosis Kerja
Daftar Pustaka:
6
a. Japardi, I., 2002, Cedera Kepala, Jakarta, Bhuana Ilmu Populer
b. Lindsay, KW., Bone, I., Callander, R., 1997, Neurology and Neurosurgery Illustrated, 3rd Edition, London, Churchill
Livingstone
Hasil Pembelajaran:
7
RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN :
1. SUBYEKTIF:
Pasien datang dengan keluhan tidak sadarkan diri setelah kecelakaan lalu lintasjatuh ke jurang saat mengendarai sepeda motor
bersama dengan istri dan anaknya. Pasien tidak memakai helm. Saat datang pasien dibawa oleh orang yang menolongnya dengan
keadaan penurunan kesadaran. Terdapat luka lecet di sekujur tubuh, keluar darah dari telinga dan hidung, terdapat hematoma di
bagian belakang telinga dan hematoma pada sekitar mata kanan dan kiri.Tidak ada keluhan muntah maupun kejang.
2. OBYEKTIF:
Pada pemeriksaan fisik didapatkan laju pernapasan 28 kali/menit, reguler dan kecepatan nadi 140x/menit. Didapatkan penurunan
kesadaran pada pasien, dengan nilai Glasgow Coma Scale yakni E1M2V1. Ditemukan hematoma di retroauricular dextra et
sinistra (battle sign), ottorrhea, rhinorrhea, dan hematoma periorbital (raccoon eyes). Ditemukan reflex pupil anisokor. Tidak
ditemukan jejas maupun deformitas di daerah leher. Tidak ditemukan jejas maupun deformitas di bagian lain di tubuh.
Pada kasus ini diagnosis Cedera Kepala Berat e.c curiga fraktur basis cranii ditegakkan dengan:
8
Pemeriksaan fisik: penurunan kesadaran dinilai dengan Glasgow Coma Scale (E1M2V1), battle sign, rhinorrhea, ottorhea,
Diagnosis ini semestinya didukung dengan pemeriksaan penunjang yakni Rontgent Cranial dan CT scan kepala untuk melihat
lesi intrakranial yang terjadi pada pasien. Namun pemeriksaan ini tidak dilakukan mengingat keterbatasan fasilitas di rumah
sakit.
Pasien dengan riwayat kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu penyebab terbesar dari kasus trauma (injury) yang datang ke
ruang gawat darurat. Pasien dengan riwayat kecelakaan lalu lintas disertai dengan riwayat penurunan kesadaran perlu untuk
dipikirkan suatu cedera kepala. Benturan pada bagian kepala menyebabkan terganggunya sistem ARAS (ascending recular
activating system) atau yang dikenal dengan formation retikularis. Jika keadaan ini segera pulih (pasien segera sadar), maka
diagnosis cedera kepala ringan ditegakkan pada pasien. Namun jika kesadaran pasien tidak pulih atau ditemukan tanda lain yang
menunjukkan adanya lesi intrakranial maka ditegakkan diagnosis Cedera Kepala Berat pada pasien. Pada kondisi ini perlu
dilakukan pemeriksaan penunjang yakni CT scan untuk melihat lesi intrakranial pada pasien.
Pada pasien ditemukan hematoma pada bagian belakang telinga, hematoma disekitar mata, keluarnya darah dari telingfan dan
hidung, yang menguatkan kecurigaan adanya fraktur basis cranii akibat trauma yang diderita pasien. Dengan adanya penurunan
kesadaran pada pasien juga menandakan ada kemungkina kerusakan pada jaringan otak pasien. Penanganan kegawatdaruratan
9
dan segera mengaktifkan jaringan rujukan ke fasilitas yang lebih memadai merupakan jalan terbaik untuk dapat menyelamatkan
4. PLAN :
Pengobatan :
- Menjaga patensi jalan napas: pemasangan orofaringeal tube (goodle), penghisapan lendir seperlunya, pemasangan
- Menjaga sirkulasi: pemasangan intravenous fluid drip (IVFD) RL loading 1 liter, selanjutnya 30 tpm
- Pemberian obat-obatan, antara lain injeksi Cefotaxime (2x1g) intravena, Ketorolac (3x30mg)
- Berhubung keterbatasan fasilitas dan tenaga di rumah sakit, pasien sedianya dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap untuk
10
Pendidikan :
- Edukasi keluarga pasien mengenai kondisi pasien (keparahan penyakit dan kemungkinan penyembuhan)
- Edukasi keluarga untuk merujuk pasien ke sarana kesehatan yang memadai dengan fasilitas yang lebih lengkap
11