Disusun Oleh :
Pendamping :
RSUD PARIAMAN
2020
BORANG STATUS PORTOFOLIO MEDIS
Daftar pustaka
1. Soepardi EA dkk, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &
Leher, edisi 6. FKUI, Jakarta 2011.
2. Purnamasari Prida P, Diagnosis Dan Tata Laksana Benign Paroxysmal Positional
Vertigo (BPPV). FK Universitas Udayana, Denpasar 2013.
1
3. Nagel P & Gurkov R, Dasar-dasar Ilmu THT, edisi 2. EGC, Jakarta 2009.
4. Bashir K, Irfan F & Cameron P, Management of benign paroxysmal positional vertigo
(BPPV) in the emergency department, Journal of Emergency Medicine, Trauma & Acute
Care (JEMTAC), Qatar 2014.
5. Roseli Saraiva et Al “Benign Paroxymal Positional Vertigo: Diagnosis and Treatment”.
Last update: desember 2011.
6. BMJ Best Practice “Benign Paroxymal Positional Vertigo”. Last Update: 27 Maret 2015.
Available at: [http://bestpractice.bmj.com/best-practice/ monograph/73/follow-
up/prognosis.html] diakses: 26 Desember 2019.
7. Fife TD, Iverson DJ, Lempert T, et al. Practice parameter: Therapies for benign
paroxysmal positional vertigo (an evidence-based review): Report of the Quality
Standard Subcommittee of the American Academy of Neurology. Neurology 2008;
70:2067-73
8. Escher A, Ruffieux C, Maire R. Efficacy Of The Barbecue Manoeuvre In Benign
Paroxysmal Vertigo Of The Horizontal Canal. Eur Arch Otorhinolaryngol 2007; 264:
1239-41
9. Herdman SJ, Tusa RJ, Zee DS, Proctor LR, Mattox DE. Single treatment approach to
benign paroxysmal positional vertigo . Arch Otolaryngol Head Neck Surg. 1993; 119:
450-54
10. Choung YH, Shin YR, Kahng H, Park K, Choi SJ. ‘Bow and Lean test to Determine the
Affected Ear of Horizontal Canal Benign Paroxysmal Positional Vertigo. Laryngoscope
2006; 116:1776-81
Hasil pembelajaran
1. Diagnosis Benign Paroxysmal Positional Vertigo
2. Tatalaksana Benign Paroxysmal Positional Vertigo
3. Edukasi pasien tentang Benign Paroxysmal Positional Vertigo
Keluhan Utama :
Seorang pasien laki-laki usia 63 tahun datang ke IGD RSUD Pariaman dengan keluhan utama
pusing berputar sejak 1 hari sebelum masuk Rumah Sakit
2
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pusing berputar (+) sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, pusing berputar bertambah
dengan perubahan posisi dan gerakan kepala.
Mual (+) muntah (+) , frekuensi 10x berisi apa yang dimakan
Nyeri kepala (-), lemah anggota gerak (-), bicara pelo (-), penurunan kesadaran (-)
Demam (-)
BAK tidak ada keluhan
BAB tidak ada keluhan
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan yang sama sebelumnya (-) Riwayat DM (-), Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat TB paru (+) saat ini pasien sedang mengkomsumsi OAT selama 2 minggu.
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluarga Keganasan, DM, hipertensi disangkal. Riwayat TB dalam keluarga (-)
Objektif
a. Vital sign
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Nadi : 96 x/menit
Nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,7 oC
b. Status Generalisata
Kepala :
Mata : Konjungtiva anemis -/-
Sklera ikterik -/-
Nistagmus spontan (-)
Leher :
JVP : 5-2 cmH20
Trakea : Tidak tampak deviasi trakea
3
KGB : Tidak ada pembesaran KGB
Jantung :
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba RIC V linea midklavikula sinistra
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : S1 S2 reguler, tidak ada bising jantung
Paru:
: Inspeksi: Simetris kiri dan kanan, jejas (-)
Palpasi : Supel, Nyeri tekan (-) Defans Muskular (-), Nyeri lepas (+)
Perkusi : Timpani
4
dengan mual dan muntah frekuensi 10 kali berisi apa yang dimakan. Gejala yang dikeluhkan
adalah vertigo yang datang tiba-tiba pada perubahan posisi kepala, beberapa pasien dapat
mengatakan dengan tepat posisi tertentu yang menimbulkan keluhan vertigonya. Biasanya
vertigo dirasakan sangat berat, berlangsung singkat hanya beberapa detik saja walaupun
penderita merasakannya lebih lama .Pasien biasanya mengeluh vertigo dengan onset akut
kurang dari 10-30 detik akibat perubahan posisi kepala dan tidak disertai dengan gejala
tambahan selain mual pada beberapa pasien. Posisi yang memicu adalah berbalik di tempat tidur
pada posisi lateral, bangun dari tempat tidur, melihat ke atas dan belakang, dan membungkuk.
Hasil pemeriksaan fisik pasien secara umum dtidak ditemukan kelainan. Pada
pemeriksaan dix hallpike ditemukan nistagmus. Pada pasien BPPV setelah provokasi ditemukan
nistagmus yang timbulnya lambat, 40 detik, kemudian nistagmus menghilang kurang dari satu
menit bila sebabnya kanalitiasis, pada kupulolitiasis nistagmus dapat terjadi lebih dari satu
menit, biasanya serangan vertigo berat dan timbul bersamaan dengan nistagmus
Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 8,8 gr/dl, Ht 26%, Leukosit
11.080/mm3, dan Trombosit: 249.000/mm3 dengan kesan anemia dan leukositosis. Hasil
pemeriksaan elekrolit di dapatkan hasil Natrium 111, kalium 3,8, Clorida 76. Didapatkan hasil
hiponatremia dan hipokalemia. Pada pasien didapatkan penurunan kadar natrium dan chlorida
karena di curigai muntah yang banyak.
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik dan laboratorium maka ditegakkan diagnosa Benign
Paroxysmal Positional Vertigo
Tatalakasana pada pasien diberikan infus NaCl 3% selama 3 hari untuk mengkoreksi kadar
natrium dan klorida, pasien juga diberikan mertigo SR yang berisi betahistin mesylate sebagai
obat vertigo serta esome dan ondansentron untuk mengurangi mual dan muntah.
Plan (Penatalaksanaan)
- IVFD NaCl 3%3 kolf selama 3 hari 12 jam/kolf
- IVFD RL 8 jam/kolf
- Esome 1x1
5
- Ondansentron 3x1
- Ceftriaxon 2x1 gram
- Mertigo SR 2x1
- Fertizin 2x1
- Tebokan 2x1
Follow Up
Tanggal 16-7-2020
S - pusing (+), nyeri kepala (-)
Kes: CMC
Nafas : 20x/i, T: 37 C
Diagnosis
6
bahwa pusing dapat bertambah dengan perubahan posisi dan dapat disertai mual muntah. Pasien
juga menderita TB paru dan harus rutin mengkonsumsi obat setiap hari.
Konsultasi: Pasien dirawat di bangsal Neurologi RSUD Pariaman dan dirawat bersama dengan
Paru.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Labirin terdiri dari labirin statis yaitu utrikulus dan sakulus yang merupakan
pelebaran labirin membran yang terdapat dalam vestibulum labirin tulang. Pada
7
kanalis semisirkularis horisontal. Makula sakulus terletak pada dinding medial
sakulus dan terutama terletak di bidang vertikal. Pada setiap makula terdapat sel
Makula pada utrikulus diperkirakan sebagai sumber dari partikel kalsium yang
menjadi penyebab BPPV. Labirin kinetik terdiri dari tiga kanalis semisirkularis
dimana pada tiap kanalis terdapat pelebaran yang berhubungan dengan utrikulus,
disebut ampula. Di dalamnya terdapat krista ampularis yang terdiri dari sel-sel
reseptor keseimbangan dan seluruhnya tertutup oleh suatu substansi gelatin yang
disebut kupula.1
cairan endolimfa di labirin dan selanjutnya silia sel rambut akan menekuk.
8
keseimbangan di otak. Sewaktu berkas silia terdorong ke arah berlawanan, maka
mengenai perubahan posisi tubuh akibat percepatan linier atau percepatan sudut.
Dengan demikian dapat memberi informasi mengenai semua gerak tubuh yang
lain, sehingga kelainannya dapat menimbulkan gejala pada sistem tubuh yang
bersangkutan. Gejala yang timbul dapat berupa vertigo, rasa mual, dan muntah.
Pada jantung berupa bradikardi arau takikardi dan pada kulit reaksinya
berkeringat dingin.1
2.2 Epidemiologi
100.000 penduduk. Dari kunjungan 5,6 miliar orang ke rumah sakit dan klinik di
Amerika Serikat dengan keluhan pusing didapatkan prevalensi 17% - 42% pasien
sering ditemui, yaitu sekitar 30%. Proporsi antara wanita lebih besar dibandingkan
dengan pria yaitu 2,2 : 1,5. Usia penderita BPPV biasanya pada usia 50-70 tahun,
9
paling banyak adalah diatas 51 tahun. Jarang ditemukan pada orang berusia
2.3 Etiologi
kebanyakan diderita pada usia dewasa muda dan usia lanjut. Trauma kepala
Penyebab lain yang lebih jarang adalah labirinitis virus, neuritis vestibuler,
penyakit pada semua usia dewasa. Pada anak belum pernah dilaporkan.1
2.4 Patofisiologi
dari kalsium karbonat yang berasal dari makula pada utrikulus yang lepas dan
bergerak dalam lumen dari salah satu kanal semisirkular. Kalsium karbonat dua
terhadap gravitasi dan pergerakan akseleratif lain. Ketika kristal kalsium karbonat
10
Gambar 2. Labirin telinga
Nistagmus mengacu pada gerakan osilasi yang ritmik dan berulang dari
bola mata. Stimulasi pada kanal semisirkular paling sering menyebabkan “jerk
nystagmus”, yang memiliki karakteristik fase lambat (gerakan lambat pada satu
arah) diikuti oleh fase cepat (kembali dengan cepat ke posisi semula). Arah dari
nistagmus ditentukan oleh eksitasi saraf ampula pada kanal yang terkena oleh
pada partikel kalsium yang bergerak bebas dalam kanal semisirkular. Sedangkan
kupulolitiasis mengacu pada kondisi yang lebih jarang dimana partikel kalsium
melekat pada kupula itu sendiri. Konsep “calcium jam” pernah diusulkan untuk
menunjukkan partikel kalsium yang kadang dapat bergerak, tetapi kadang terjebak
dalam kanal.2,4
dengan pasti. Debris kalsium dapat pecah karena trauma atau infeksi virus, tapi
pada banyak keadaan dapat terjadi tanpa trauma atau penyakit yang belum
diketahui. Mungkin ada kaitannya dengan perubahan protein dan matriks gelatin
dari membran otolith yang berkaitan dengan usia. Pasien dengan BPPV diketahui
lebih banyak terkena osteopenia dan osteoporosis daripada kelompok kontrol, dan
mereka dengan BPPV berulang cenderung memiliki skor densitas tulang yang
BPPV berulang.2
11
Otokonia ditemukan pada 85-95 persen pasien pada kanalis semisirkularis
persen unilateral, dan 8 persen pada kedua kanal posterior. Kanal horizontal
terkena sekitar 5 persen dari kasus dan keterlibatan kanal anterior jarang. Pada
perubahan posisi kepala, beberapa pasien dapat mengatakan dengan tepat posisi
2.6 Diagnosis
2.6.1 Anamnesis
Pasien biasanya mengeluh vertigo dengan onset akut kurang dari 10-30
detik akibat perubahan posisi kepala dan tidak disertai dengan gejala tambahan
selain mual pada beberapa pasien. Posisi yang memicu adalah berbalik di tempat
tidur pada posisi lateral, bangun dari tempat tidur, melihat ke atas dan belakang,
dan membungkuk.2
merasa mual dan pusing selama berjam-jam setelah serangan vertigo, tetapi
kebanyakan pasien merasa baik-baik saja di antara episode vertigo. Jika pasien
12
melaporkan episode vertigo spontan, atau vertigo yang berlangsung lebih dari 1
atau 2 menit, atau jika episode vertigo tidak pernah terjadi di tempat tidur atau
dengan perubahan posisi kepala, maka kita harus mempertanyakan diagnosis dari
BPPV.2
a. Tes Dix-Hallpike
Tes ini tidak boleh dilakukan pada pasien yang memiliki masalah dengan
leher dan punggung. Tujuannya adalah untuk memprovokasi serangan vertigo dan
13
7. Berikutnya manuver tersebut diulang dengan kepala menoleh ke sisi kiri 45 o
dan seterusnya.1,2
Pada orang normal nistagmus dapat timbul pada saat gerakan provokasi ke
belakang, namun saat gerakan selesai dilakukan tidak tampak lagi nistagmus.
lambat, 40 detik, kemudian nistagmus menghilang kurang dari satu menit bila
sebabnya kanalitiasis, pada kupulolitiasis nistagmus dapat terjadi lebih dari satu
menit, biasanya serangan vertigo berat dan timbul bersamaan dengan nistagmus.2
b. Tes Kalori
Tes kalori ini dianjurkan oleh Dix dan Hallpike. Pada cara ini dipakai 2
macam air, dingin dan panas. Suhu air dingin adalah 30 oC, sedangkan suhu air
panas adalah 44oC. Volume air yang dialirkan ke dalam liang telinga masing-
14
masing 250 ml, dalam waktu 40 detik. Setelah air dialirkan, dicatat lama
nistagmus yang timbul. Setelah telinga kiri diperiksa dengan air dingin, diperiksa
telinga kanan dengan air dingin juga. Kemudian telinga kiri dialirkan air panas,
lalu telinga kanan. Pada tiap-tiap selesai pemeriksaan (telinga kiri atau kanan atau
air dingin atau air panas) pasien diistirahatkan selama 5 menit (untuk
menghilangkan pusingnya).2
c. Supine Roll
Jika pasien memiliki riwayat yang sesuai dengan BPPV dan hasil tes Dix-
Hallpike negatif, dokter harus melakukan supine roll test untuk memeriksa ada
tidaknya BPPV kanal lateral. BPPV kanal lateral atau disebut juga BPPV kanal
horisontal adalah BPPV terbanyak kedua. Pasien yang memiliki riwayat yang
sesuai dengan BPPV, yakni adanya vertigo yang diakibatkan perubahan posisi
kepala, tetapi tidak memenuhi kriteria diagnosis BPPV kanal posterior harus
15
Dokter harus menginformasikan pada pasien bahwa manuver ini bersifat
provokatif dan dapat menyebabkan pasien mengalami pusing yang berat selama
beberapa saat. Tes ini dilakukan dengan memposisikan pasien dalam posisi
supinasi atau berbaring terlentang dengan kepala pada posisi netral diikuti dengan
rotasi kepala 90 derajat dengan cepat ke satu sisi dan dokter mengamati mata
pasien untuk memeriksa ada tidaknya nistagmus. Setelah nistagmus mereda (atau
jika tidak ada nistagmus), kepala kembali menghadap ke atas dalam posisi
derajat ke sisi yang berlawanan, dan mata pasien diamati lagi untuk memeriksa
ini dilakukan dengan memeriksa pasien dari posisi berdiri ke posisi berbaring
(hanging position) dengan kepala di posisikan 45 derajat terhadap satu sisi dan
upbeating nystagmus yang terkait dalam durasi dengan vertigo subjektif yang
16
dialami pasien, dan hanya terjadi setelah memposisikan Dix-Hallpike pada sisi
yang terkena. Diagnosis presumtif dapat dibuat dengan riwayat saja, tapi
Pertama, ada periode latensi antara selesainya manuver dan onset vertigo rotasi
subjektif dan nistagmus objektif. Periode latensi untuk onset nistagmus dengan
manuver ini tidak spesifik pada literatur, tapi berkisar antara 5 sampai 20 detik,
walaupun dapat juga berlangsung selama 1 menit pada kasus yang jarang. Yang
Dix- Hallpike manuver. Namun cara yang paling dapat diandalkan untuk
mendiagnosis BPPV horisontal adalah dengan supine roll test atau supine head
potensial dapat terjadi pada manuver ini, menunjukkan dua tipe dari BPPV kanal
lateral.7
a. Tipe Geotrofik
yang bergerak (beating) ke arah telinga paling bawah. Ketika pasien dimiringkan
ke sisi lain, sisi yang sehat, timbul nistagmus horisontal yang tidak begitu kuat,
17
b. Tipe Apogeotrofik
Pada kasus yang lebih jarang, supine roll test menghasilkan nistagmus
yang bergerak ke arah telinga yang paling atas. Ketika kepala dimiringkan ke sisi
yang berlawanan, nistagmus akan kembali bergerak ke sisi telinga paling atas.
Pada kedua tipe BPPV kanal lateral, telinga yang terkena diperkirakan
adalah telinga dimana sisi rotasi menghasilkan nistagmus yang paling kuat. Di
antara kedua tipe dari BPPV kanal lateral, tipe geotrofik adalah tipe yang paling
banyak.2
komponen torsi minor mengikuti posisi Dix-Hallpike. Bentuk ini mungkin ditemui
saat mengobati bentuk lain dari BPPV. Benign Paroxysmal Positional Vertigo
kanal anterior kronis atau persisten jarang. Dari semua tipe BPPV, BPPV kanal
anterior tampaknya tipe yang paling sering sembuh secara spontan. Diagnosisnya
yang berhubungan dengan lesi batang otak atau cerebellar dapat menghasilkan
menunjukkan bahwa dua atau lebih kanal secara bersamaan terkena pada waktu
yang sama. Keadaan yang paling umum adalah BPPV kanal posterior
18
juga tetap akan terus mengikuti pola BPPV kanal tunggal, meskipun pengobatan
2.7.1 Non-Farmakologi
sembuh secara spontan dalam beberapa bulan. Namun telah banyak penelitian
vertigo pada BPPV, meningkatkan kualitas hidup, dan mengurangi risiko jatuh
pada pasien. Keefektifan dari manuver-manuver yang ada bervariasi mulai dari
muntah, vertigo, dan nistagmus dapat terjadi, hal ini terjadi karena adanya debris
otolitith yang tersumbat saat berpindah ke segmen yang lebih sempit misalnya
hendaknya pasien tetap berada pada posisi duduk minimal 10 menit untuk
a. Manuver Epley
19
Manuver Epley adalah yang paling sering digunakan pada BPPV tipe
kanal vertikal (posterior). Pasien diminta untuk menolehkan kepala ke sisi yang
sakit sebesar 45o, lalu pasien berbaring dengan kepala tergantung dan
dipertahankan 1-2 menit. Lalu kepala ditolehkan 90o ke sisi sebaliknya, dan posisi
supinasi berubah menjadi lateral dekubitus dan dipertahan 30-60 detik. Setelah itu
secara perlahan.2,4
b. Manuver Semont
20
Manuver ini diindikasikan untuk pengobatan cupulolithiasis kanal
posterior. Jika kanal posterior terkena, pasien diminta duduk tegak, lalu kepala
dimiringkan 45o ke sisi yang sehat, lalu secara cepat bergerak ke posisi berbaring
dan dipertahankan selama 1-3 menit. Ada nistagmus dan vertigo dapat
diobservasi. Setelah itu pasien pindah ke posisi berbaring di sisi yang berlawanan
c. Manuver Lempert
Manuver ini dapat digunakan pada pengobatan BPPV tipe kanal lateral
(horizontal). Pasien berguling 360o, yang dimulai dari posisi supinasi lalu pasien
menolehkan kepala 90o ke sisi yang sehat, diikuti dengan membalikkan tubuh ke
posisi lateral dekubitus. Lalu kepala menoleh ke bawah dan tubuh mengikuti ke
posisi ventral dekubitus. Pasien kemudian menoleh lagi 90o dan tubuh kembali ke
21
Gambar 7. Manuver Lempert
2.7.2 Farmakologi
gejala-gejala vertigo, mual dan muntah yang berat yang dapat terjadi pada pasien
sehingga dapat mengurangi mual dan muntah karena motion sickness. Harus
diminimalkan.2,9
2.7.3 Operasi
22
Operasi dapat dilakukan pada pasien BPPV yang telah menjadi kronik dan
sangat sering mendapat serangan BPPV yang hebat, bahkan setelah melakukan
Terdapat dua pilihan intervensi dengan teknik operasi yang dapat dipilih,
yaitu transeksi saraf ampula posterior (singular neurectomy) dan oklusi (plugging)
2.8 Komplikasi
2.9 Prognosis
Sepertiga pasien mengalami remisi dalam 3 minggu dan mayoritas pasien pada 6
bulan setelah pengobatan. Pasien harus dibuat menyadari bahwa BPPV sangat
lebih lanjut mungkin diperlukan. Literatur yang diterbitkan bervariasi pada tingkat
23
kekambuhan, dengan studi observasional jangka panjang menunjukkan tingkat
DAFTAR PUSTAKA
24
1. Soepardi EA dkk, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
3. Nagel P & Gurkov R, Dasar-dasar Ilmu THT, edisi 2. EGC, Jakarta 2009.
7. Fife TD, Iverson DJ, Lempert T, et al. Practice parameter: Therapies for
9. Herdman SJ, Tusa RJ, Zee DS, Proctor LR, Mattox DE. Single treatment
25
10. Choung YH, Shin YR, Kahng H, Park K, Choi SJ. ‘Bow and Lean test to
26