Anda di halaman 1dari 8

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA

(DI STIKES SATRIA BHAKTI NGANJUK)

ERWING MARZUKI
Dosen STIKes Satria Bhakti Nganjuk

Abstrak

Remaja merupakan suatu proses tumbuh kembang yang berkesinambungan, merupakan masa peralihan
dari kanak-kanak ke dewasa muda. Sumber informasi, pemahaman agama, dan peran orangtua dapat
mempengaruhi perilaku seksual pranikah pada remaja. Banyak remaja yang sudah melakukan perilaku seksual
pranikah. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah pada
remaja di STIKES Satria Bhakti Nganjuk.
Desain penelitian analitik dengan pendekatan retrospektive. Populasi semua remaja STIKES Satria Bhakti
Nganjuk. Dilaksanakan tanggal 25 – 27 Pebruari 2014. Sampel 116 remaja dengan purposive proportional
stratified random sampling. Variabel independen adalah sumber informasi, pemahaman agama, dan peran
orangtua, dengan variabel dependen adalah perilaku seksual pranikah pada remaja, yang dikumpulkan dengan
kuesioner. Analisa menggunakan uji Spearman rank’s melalui program SPSS versi 16 dengan α = 0,05.
Hasil penelitian didapatkan hampir setengahnya responden memiliki perilaku seksual pranikah pada
remaja cukup, sumber informasi kurang 43 responden (37%), sebagian besar responden memiliki perilaku
seksual pranikah pada remaja cukup, pemahaman agamanya baik 63 responden (54,3%), hampir setengahnya
responden memiliki perilaku seksual pranikah pada remaja cukup, peran orangtua baik 42 responden (36,2%).
Uji Spearman rank’s didapatkan ρ sumber informasi = 0,356, ρ pemahaman agama = 0,184, dan ρ peran
orangtua = 0,857 > α (0,05) yang berarti Ha ditolak dan Ho diterima yang artinya tidak ada pengaruh sumber
informasi, pemahaman agama, serta peran orangtua terhadap perilaku seksua pranikah pada remaja.

Dalam hal ini pemberian sumber informasi kepada remaja harus diberikan semaksimal mungkin tentang
perilaku seksual pranikah. Sehingga remaja tidak salah dalam mendapatkan informasi. Pemahaman agama juga
harus ditingkatkan dalam hal perilaku seksual pranikah pada remaja, serta penanaman nilai dan moral pada
remaja sangatlah penting agar tidak melakukan perilaku seksual pranikah pada remaja. Selain itu peran
orangtua tetap harus ditingkatkan pada anak remajanya dalam pemberian informasi tentang perilaku seksual
pranikah sejak dini. Peran orangtua tidak hanya diberikan saat anak masih kecil, tetapi saat anak sudah dewasa
peran orangtua masih sangat dibutuhkan. Meskipun sumber informasi, pemahaman agama, serta peran orangtua
tidak mempengaruhi perilaku seksual pranikah, ternyata urutan kelahiran dapat mempengaruhi perilaku seksual
pranikah pada remaja.

Kata Kunci : Perilaku Seksual Pranikah, Remaja

Pendahuluan mencoba, akan meniru apa yang dilihat atau


Menurut Depkes RI (2005), masa remaja
didengarnya. Namun ada beberapa karakter remaja
merupakan suatu proses tumbuh kembang yang
yang dapat menimbulkan perilaku seksual
berkesinambungan, yang merupakan masa
diantaranya bisa dari pengungkapan kebebasan diri
peralihan dari kanak-kanak ke dewasa muda
dan dapat mewujudkan rasa cinta (Kumalasari dan
(Amelia, 2010). Menurut Sarwono (2013), remaja
Andhyantoro, 2012). Sedangkan faktor-faktor yang
yang sedang dalam periode ingin tahu, dan ingin
menyebabkan perilaku seksual pada remaja dan 200 ribu remaja wanita (1%) secara terbuka

menurut Sarwono (2013), yaitu meningkatnya menyatakan bahwa mereka pernah melakukan

libido seksualitas, kurangnya pengetahuan tentang hubungan seksual (Harefa, 2013). Berdasarkan hasil

seks, media informasi, norma agama, orangtua, survei Komnas Perlindungan Anak (KPA) di 33

tabu-larangan, dan pergaulan semakin bebas. provinsi tahun 2008 tentang remaja SMP dan SMA,

Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 1 yang pernah menonton film porno mencapai 97%.

Oktober 2013 terhadap 11 remaja di STIKES Satria Remaja SMP dan SMA yang pernah berciuman,

Bhakti Nganjuk, diketahui 8 dari 11 remaja yang masturbasi dan oral seks mencapai 93,7%, remaja

sedang berpacaran mengatakan bahwa mereka SMP tidak perawan 62,7% dan remaja yang pernah

selalu dikontrol oleh orangtuanya ketika aborsi mencapai 21,2%. Bahkan, data PKBI

berpacaran, dan orangtua mereka memberikan (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia)

batasan-batasan dalam berpacaran. Akan tetapi 6 tahun 2006 menunjukkan remaja yang mengaku

diantaranya mengatakan pernah berpegangan pernah melakukan hubungan seks pranikah adalah

tangan, berpelukan, berciuman pipi maupun bibir, remaja usia 13 hingga 18 tahun. Berdasarkan hasil

waktu berpacaran. Padahal mereka tahu itu adalah penelitian Nursal (2007), remaja dengan

melanggar norma agama. Sementara 7 dari 11 pengetahuan relatif rendah mempunyai peluang

remaja mengatakan mereka tahu bahaya dari 11,90 kali berperilaku seksual berisiko berat

perilaku seks sebelum menikah. Namun dibandingkan pengetahuan relatif tinggi. Kejadian

kenyataannya, 4 diantaranya pernah melakukan seks pranikah di Surabaya mencapai 47% (BKKBN

hubungan seksual pranikah. Secara teori, semua 2010) (Harefa, 2013). Menurut data Dinas

faktor di atas berpengaruh dalam mempengaruhi Kesehatan Kabupaten Nganjuk, pada tahun 2011

perilaku seksual pranikah pada remaja. terjadi 29 kasus seksual, 17,24% adalah usia
Menurut World Health Organization (WHO)
remaja. Sementara itu, pada tahun 2012 terjadi
tahun 2007 jumlah penderita HIV/AIDS di dunia
peningkatan menjadi 51 kasus seksual, 27,45%
ada sebanyak 33.300.000 dan di Asia ada sebanyak
adalah usia remaja. Serta pada tahun 2013 terjadi 61
4.900.000 kasus (Amelia, 2010). Data Depkes RI
kasus seksual, 34,43% adalah usia remaja.
(2006), menunjukkan jumlah remaja umur 10-19
Berdasarkan data dari koordinator evaluasi program
tahun di Indonesia sekitar 43 juta (19,61%) dari
studi pendidikan Ners pada Tahun Akademik
jumlah penduduk. Sekitar 1 juta remaja pria (5%)
2007/2008, terdapat 3,7% mahasiswa yang menikah sebanyak 69 mahasiswi. Pada Tahun Akademik

saat kuliah dari jumlah mahasiswa sebanyak 27 2010/2011, terdapat 1,49% mahasiswi menikah saat

mahasiswa. Pada Tahun Akademik 2008/2009, kuliah dari jumlah mahasiswi sebanyak 67

terdapat 13,04% mahasiswa yang menikah saat mahasiswa. Pada Tahun Akademik 2012/2013,

kuliah dari jumlah mahasiswa sebanyak 23 terdapat 1,32% mahasiswi hamil saat kuliah dari

mahasiswa. Pada Tahun Akademik 2010/2011, jumlah mahasiswi sebanyak 76 mahasiswi.


Faktor yang sering disebut-sebut sebagai
terdapat 3,17% mahasiswa hamil saat kuliah dan
penyebab kebebasan seks yang sering menimbulkan
3,17% mahasiswa menikah saat kuliah dari jumlah
beban mental pada remaja adalah kampanye
mahasiswa sebanyak 63 mahasiswa. Sementara itu,
Keluarga Berencana (KB). Dikatakan bahwa
data dari koordinator evaluasi program studi
diberlakukannya program KB di suatu negara,
Diploma III Keperawatan Tahun Akademik
khususnya dengan beredarnya alat-alat kontrasepsi
2010/2011, terdapat 0,97% mahasiswa yang hamil
akan merangsang remaja untuk melakukan
dan 0,97% mahasiswa yang menikah saat kuliah
hubungan seks (Sarwono, 2013). Menurut Sarwono
dari jumlah mahasiswa sebanyak 103 mahasiswa.
(2013), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
Pada Tahun Akademik 2011/2012, terdapat 0,98%
seksual pranikah pada remaja yaitu dari orangtua,
mahasiswa yang hamil saat kuliah, dan 1,96%
karena ketidaktahuan maupun karena sikap
mahasiswa yang menikah saat kuliah dari jumlah
orangtua yang masih mentabukan pembicaraan
mahasiswa sebanyak 102 mahasiswa. Pada Tahun
mengenai seks dengan anak, dan tidak terbuka
Akademik 2012/2013, terdapat 0,92 mahasiswa
terhadap anak, malah cenderung membuat jarak
yang menikah saat kuliah dari jumlah mahasiswa
dengan anak dalam masalah seksualitas.
sebanyak 109 mahasiswa. Serta data dari
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
koordinator evaluasi program studi Diploma III
Soetjiningsih (2006) menunjukkan, semakin baik
Kebidanan, pada Tahun Akademik 2007/2008,
hubungan orangtua dengan anak remajanya,
terdapat 13,3% mahasiswi hamil saat kuliah dari
semakin rendah perilaku seksual pranikah remaja,
jumlah mahasiswi sebanyak 15 mahasiswi. Pada
dan sebaliknya. Norma agama juga berpengaruh
Tahun Akademik 2009/2010, terdapat 2,9%
dalam perilaku seksual pada remaja, karena norma-
mahasiswi hamil saat kuliah, dan 1 mahasiswi
norma agama tetap berlaku dimana seseorang
menikah saat kuliah dari jumlah mahasiswi
dilarang untuk melakukan hubungan seks sebelum
menikah (Sarwono, 2013). Berdasarkan hasil perawat komunitas dalam mengatasi permasalahan

penelitian Idayanti (2002), semakin tinggi kesehatan reproduksi yaitu melakukan program

religiusitas maka perilaku seksual semakin rendah, pencegahan penyakit, proteksi diri, dan promosi

dan sebaliknya. Menurut Sarwono (2013), faktor kesehatan. Oleh karena itu, berdasarkan uraian di

berikutnya yang mempengaruhi perilaku seksual atas perlu dilakukan upaya pemecahannya, salah

pranikah pada remaja adalah media informasi, satu upayanya adalah dengan memberikan promosi

karena kecenderungan pelanggaran semakin kesehatan pada remaja tentang pendidikan seksual.

meningkat oleh karena adanya penyebaran Disamping itu, institusi pendidikan perguruan tinggi

informasi dan rangsangan seksual melalui media dalam menghadapi masalah-masalah dalam

masa yang dengan adanya teknologi canggih. penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan Tinggi

Karena kematangan seksual pada usia remaja untuk memenuhi tuntutan masyarakat dan negara,

menyebabkan munculnya minat seksual dan maka diselenggarakan program-program

keingintahuan yang tinggi tentang seksualitas pendidikan umum. Salah satu tujuan dari

(Pawestri dan Setyowati, 2012). Namun apabila hal pendidikan umum adalah memberi pengetahuan

ini dibiarkan, perilaku seksual pranikah pada remaja dasar kepada mahasiswa agar mereka mampu

akan semakin meningkat. Selain itu, apabila berpikir secara interdisipliner, dan mampu

seorang remaja tidak mengetahui bahaya seks memahami pikiran para ahli dari berbagai ilmu

pranikah, maka dampak dari perilaku seksual pengetahuan, sehingga dengan demikian

pranikah remaja yang dilakukannya dapat memudahkan mereka berkomunikasi (Soelaeman,

menimbulkan masalah kesehatan reproduksi, 2006). Sementara itu, pendidikan umum yang

diantaranya kehamilan di luar nikah, semakin diselenggarakan oleh universitas dan institut

tingginya angka aborsi, penyakit menular seksual, kemudian terkenal dengan nama “mata kuliah

dan keresahan sosial (Nawita, 2013). pengembangan kepribadian” yang terdiri dari 6

Salah satu peran perawat adalah sebagai peran mata kuliah, diantaranya adalah mata kuliah Agama

edukator, yaitu pemberi informasi yang akurat, jujur dan Kewiraan. Pada program studi pendidikan Ners,

tentang efek penyakit pada seksualitas dan edukasi Diploma III Keperawatan, dan Diploma III

seks (Gusty, 2012). Selain itu, menurut Allender Kebidanan semester I, terdapat mata kuliah

dan Spardley (2001), dalam Amri (2013), peran tersebut, akan tetapi mata kuliah Kewiraan dikenal
dengan mata kuliah Kewarganegaraan yang Populasi dalam penelitian ini adalah semua

bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia remaja STIKES Satria Bhakti Nganjuk ( 163

Indonesia yang berbudi luhur, dan berkepribadian remaja). Teknik sampling menggunakan purposive

(Nurezha, 2012). Serta mata kuliah Agama yang proportional stratified random sampling dengan

bertujuan untuk menumbuhkan pola kepribadian sampel sebagian remaja STIKES Satria Bhakti

yang bulat dan melalui berbagai proses usaha yang Nganjuk yang memenuhi kriteria inklusi dan

dilakukan (Abdullah, 2011). Selain itu, organisasi eksklusi sejumlah 116 remaja. Pengumpulan data

mahasiswa juga dapat berperan dalam menurunkan variabel independent dengan sumber informasi,

angka perilaku seksual pranikah pada remaja, pemahaman agama, dan peran orang tua dengan

karena dengan berorganisasi maka mahasiswa akan menggunakan kuesioner. Variabel dependent

senantiasa terus berinteraksi dan beraktualisasi, perilaku seksual pranikah pada remaja dengan

sehingga menjadi pribadi yang kreatif serta dinamis menggunakan kuesioner. Analisa Data

dan lebih bijaksana dalam persoalan yang mereka menggunakan uji statistik Spearman rank’s dengan

hadapi (Munir, 2010). tingkat kemaknaan α = 0,05.

Hasil
Metode
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Peran Orangtua
Desain penelitian adalah sesuatu yang Responden terhadap Perilaku Seksual
Pranikah pada Remaja di STIKES
sangat penting dalam penelitian, memungkinkan Satria Bhakti Nganjuk tanggal 25 – 27
Oktober 2015.
pengontrolan maksimal beberapa faktor yang dapat Perilaku Seksual Pranikah
Peran pada Remaja
memengaruhi akurasi suatu hasil (Nursalam, 2013). Total
Oran Kura
gtua Baik Cukup
Berdasarkan tujuan penelitian, desain yang ng
f % f % f % f %
digunakan peneliti adalah suatu penelitian (survei) Baik 14 12 42 36, 0 0 56 48,
2 2
analitik yang menyangkut bagaimana faktor resiko Cuku 12 10,3 22 19 1 0, 35 30,
p 9 2
dipelajari dengan menggunakan pendekatan Kuran 6 5,2 19 0 0 25 21,
g 16, 6
retrospektive. Dengan kata lain, efek (penyakit atau 4
Total 32 27,5 83 71, 1 0, 116 100
status kesehatan) diidentifikasi pada saat ini, 6 9
α = 0,05 p value 0,857 r =
kemudian faktor resiko diidentifikasi ada atau -0,017
Berdasarkan hasil penelitian tabel 4.3
terjadinya pada waktu yang lalu (Notoatmodjo,
didapatkan bahwa hampir setengahnya responden
2010).
memiliki perilaku seksual pranikah cukup, anaknya menuju kepada kedewasaan serta

mempunyai orangtua dengan peran yang baik yaitu menanamkan norma-norma dan nilai-nilai yang

sebanyak 42 responden (36,2%). berlaku (Astrida, 2011). Selain itu menurut Rosida
Berdasarkan hasil analisa statistik dengan
(2014), peran orangtua adalah sebagai pendidik
menggunakan uji statistik Spearman Rank dengan
utama, maka dari itu tanggung jawab orangtua
Progam SPSS Versi 16 dengan tingkat kemaknaan α
terhadap pendidikan anak diantaranya memberikan
= 0,05 didapatkan hasil p value = 0,857 dan p
dorongan atau motivasi baik itu kasih sayang,
value > α, H1 ditolak dan H0 diterima, yang artinya
tanggung jawab moral, tanggung jawab sosial,
tidak ada pengaruh peran orangtua terhadap
tanggung jawab atas kesejahteraan anak baik lahir
perilaku seksual pranikah pada remaja.
maupun batin, serta kebahagiaan dunia dan akhirat.

Sementara itu menurut Astrida (2011), peran


Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian tabel 4.3 orangtua tidak hanya sekedar menjadi perantara

didapatkan bahwa hampir setengahnya responden makhluk baru dengan kelahiran, tetapi juga

memiliki perilaku seksual pranikah cukup, memelihara dan mendidiknya, agar dapat

mempunyai orangtua dengan peran yang baik yaitu melaksanakan pendidikan terhadap anak-anaknya,

sebanyak 42 responden (36,2%). Berdasarkan hasil maka diperlukan adanya beberapa pengetahuan

uji statistik dengan menggunakan Spearman Rank tentang pendidikan. Menurut Rahayu (2013),

dengan Progam SPSS Versi 16 dengan tingkat orangtua yaitu ayah dan ibu yang merupakan

kemaknaan α = 0,05 didapatkan hasil p value = teladan serta idola bagi anak mereka. Peran

0,857 dan p value > α, H1 ditolak sehingga tidak orangtua menjadi sangat penting dalam

ada pengaruh peran orangtua terhadap perilaku memberikan sosialisasi kepada anak-anaknya,

seksual pranikah pada remaja. Sehingga dari data terlebih dalam pembentukan perilaku anak. Selain

demografi orangtua yang meliputi pendidikan ibu, itu menurut Purwanto (1998), mengatakan bahwa

pendidikan bapak, pekerjaan ibu, pekerjaan bapak, faktor yang mempengaruhi perilaku diantaranya

usia ibu, serta usi bapak tidak ada yang adalah lingkungan, lingkungan dalam pengertian

mempengaruhi dalam perilaku seksual pranikah psikologi adalah segala apa yang berpengaruh pada

pada remaja. diri individu dalam berperilaku seperti keluarga,


Peran orangtua adalah suatu tindakan
sekolah, masyarakat. Diperkuat oleh pendapat
mengasuh, membesarkan, serta untuk mengarahkan
Sunaryo (2004), bahwa perilaku dipengaruhi oleh diperoleh dari orangtua atau lingkungan tempat ia

faktor lingkungan, lingkungan disini menyangkut berada, yang membantunya melalui proses

segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik pencarian identitas diri sebagai anak remaja,

fisik, biologis maupun sosial. Lingkungan sangat sedangkan ketidakmampuan dalam mengatasi

berpengaruh terhadap perilaku individu karena konflik akan menimbulkan kerancuan peran yang

lingkungan merupakan lahan untuk perkembangan harus dijalankannya.


Berdasarkan uraian di atas peneliti
perilaku (Pradana, 2012). Diperkuat oleh pendapat
berpendapat bahwa tidak ada pengaruh peran
Sunaryo (2004), menyatakan bahwa perilaku
orangtua terhadap perilaku seksual pranikah.
dipengaruhi oleh faktor biologis, dimana tahap
Dikarenakan seorang remaja dalam tahap
perkembangan seorang anak juga termasuk faktor
perkembangannya sudah masuk tahap genital,
biologis, menurut Freud tahapan akhir masa
dimana organ reproduksi dan produksi hormon
perkembangan adalah tahapan genital ketika anak
seksnya sudah mulai tahap kematangan organ,
mulai masuk fase pubertas, yaitu dengan adanya
sehingga seorang remaja akan mencoba hal yang
proses kematangan organ reproduksi dan produksi
baru berkaitan dengan kematangan organ seksnya.
hormon seks (Supartini, 2004). Sementara itu
Akan tetapi disinilah peran orangtua sangat penting
menurut Erikson dalam Supartini (2004).,
diberikan pada seorang remaja dalam memberikan
menyatakan bahwa tahapan perkembangan anak
pengawasan serta mengarahkan anak remajanya
dalam perkembangan psikososial, seorang anak
agar dapat menyadari dampak dari seks bebas dan
masuk dalam tahap identitas dan kerancuan peran.
tidak mencoba. Hal ini harus dipertahankan bahkan
Dimana seorang remaja akan berusaha untuk
harus ditingkatkan dalam memberi perhatian
menyesuaikan perannya sebagai anak, yang sedang
kepada anak remajanya tentang perilaku seksual
berada pada fase transisi dari kanak-kanak menuju
pranikah pada remaja, agar tidak merasakan
dewasa. Mereka menunjukkan perannya dengan
dampak dari pergaulan bebas yang beredar
bergaya sebagai remaja yang sangat dekat dengan
dikalangan remaja khususnya masalah seksualitas.
kelompoknya, bergaul dengan mengadopsi nilai
Serta diharapkan orangtua lebih bersifat terbuka
kelompok dan lingkungannya, untuk dapat
terhadap anaknya dalam masalah seksualitas,
mengambil keputusannya sendiri. Kejelasan
sehingga anak tidak berpaling ke sumber lain dalam
identitas diperoleh apabila ada kepuasan yang
mencari informasi tentang seksualitas. Selain itu
tenaga kesehatan dapat berperan dengan Ali, M. dan Mohammad Asrori. (2011). Psikologi
Remaja Perkembangan Peserta Didik.
memberikan Health Education maupun konseling Jakarta: Bumi Aksara.

kesehatan kepada remaja mengenai perilaku seksual Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Edisi Revisi 2010.
pranikah pada remaja. Cetakan ke-14. Jakarta: Rineka Cipta.
Asmoro, G. (2006). Sex Education For Kids.
Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Kesimpulan Astrida. (2011). Peran dan Fungsi Orang Tua
Berdasarkan data dan hasil penelitian yang dalam Mengembangkan Kecerdasan
Emosional Anak. [Internet]. Bersumber
telah dilakukan terhadap remaja Di STIKES Satria dari:
<http://sumsel.kemenag.go.id/file/file/BA
Bhakti Nganjuk pada tanggal 25 – 27 Oktober NYUASIN/pfyl1341188835.pdf>.
[Diakses tanggal 25 Maret 2014. Jam
2015, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut 10.30].

tidak ada pengaruh sumber informasi terhadap Azwar, S. (2011). Sikap Manusia Teori dan
Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
perilaku seksual pranikah pada remaja Di STIKES Pelajar.

Satria Bhakti Nganjuk, berdasarkan hasil uji analisa Nawita, M. (2013). Bunda, Seks itu Apa?
Bagaimana Menjelaskan Seks pada Anak.
Spearman rank’s dengan ρ = 0,356 > α = 0,05. Bandung: Yrama Widya.
Nazir, M. (2011). Metode Penelitian. Cetakan ke-7.
Tidak ada pengaruh pemahaman agama terhadap
Jakarta: Ghalia Indonesia.
perilaku seksual pranikah pada remaja Di STIKES Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Satria Bhakti Nganjuk berdasarkan hasil uji analisa
Sarwono, S.W. (2010). Pengantar Psikologi Umum.
Spearman rank’s dengan ρ = 0,184 > α = 0,05. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Tidak ada pengaruh peran orangtua remaja terhadap ___________. (2013). Psikologi Remaja. Edisi
Revisi. Cetakan ke-16. Jakarta: Rajawali
perilaku seksual pranikah pada remaja Di STIKES Pers.
Setiadi. (2007). Konsep & Penulisan Riset
Satria Bhakti Nganjuk, berdasarkan hasil uji analisa
Keperawatan. Jakarta: Graha Ilmu
Spearman rank’s dengan ρ = 0,857 > α = 0,05. Wawan, A. dan Dewi. (2010). Teori dan
Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Daftar Pustaka
Aini. (2011). Hubungan Pemahaman Tingkat
Agama (Religiusitas) dengan Perilaku
Seks Bebas pada Remaja di SMAN 1
Bangsal Mojokerto. [Internet]. Bersumber
dari :
<http://www.dianhusada.ac.id/jurnalimg/ju
rper1-5-luth.pdf>. [Diakses tanggal 15 Mei
2014. Jam 10.00]

Anda mungkin juga menyukai