Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS

ABDOMINAL DISTENTION ec ILEUS PARALITIK + HIPOKALEMI + SEPSIS


Program Internship Dokter Indonesia Tahun 2020 Periode IV

disusun oleh:

Nama : dr. Laksmi Amelia


Wahana : RSUD dr. Adjidarmo
Periode : IV tahun 2020

Pembimbing

dr. Lidya Yudith Priskila

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. ADJIDARMO


KABUPATEN LEBAK
2021

1
DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN …………………………………………………………………...3

BAB II. LAPORAN KASUS ……..……………………………………………………….....4

BAB III. LANDASAN TEORI …………………………………………………………….. 8

3.1. ILEUS

…………………………………………........................................................8

3.2. ILEUS PARALITIK

………………………………………………………………..8

3.3. SEPSIS

……………………………………………………………………………..11

3.4. HIPOKALEMI

……………………………………………………………………..12

BAB IV. PEMBAHASAN KASUS ……………………………………………………........13

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………….14

2
BAB I
PENDAHULUAN

Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan dimana usus gagal/ tidak mampu
melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya. Ileus paralitik ini bukan suatu
penyakit primer usus melainkan akibat dari berbagai penyakit primer, tindakan (operasi) yang
berhubungan dengan rongga perut, toksin dan obat-obatan yang dapat mempengaruhi
kontraksi otot polos usus.
Gerakan peristaltik merupakan suatu aktifitas otot polos usus yang terkoordinasi
dengan baik, dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti keadaan otot polos usus, hormon-
hormon intestinal, sistem saraf simpatik dan parasimpatik, keseimbangan elektrolit dan
sebagainya.
Ileus paralitik hampir selalu dijumpai pada pasien pasca operasi abdomen. Keadaan
ini biasanya hanya berlangsung antara 24-72 jam. Beratnya ileus pasca operasi bergantung
pada lamanya operasi/ narcosis, seringnya manipulasi usus dan lamanya usus berkontak
dengan udara luar. Pencemaran peritoneum dengan asam lambung, isi kolon, enzim pankreas,
darah, dan urin akan menimbulkan paralisis usus. Kelainan peritoneal seperti hematoma
retroperitoneal, terlebih lagi bila disertai fraktur vertebra sering menimbulkan ileus paralitik
yang berat. Demikian pula kelainan pada rongga dada seperti pneumonia paru bagian bawah,
empiema dan infark miokard dapat disertai paralisis usus. Gangguan elektolit terutama
hipokalemia merupakan penyebab yang cukup sering.

3
BAB II
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

nama : Ny. N
Tgl lahir : 13 april 1996
usia : 24 tahun
Alamat : Kp. Pasir cadas
Pekerjaan : ibu rumah tangga
status : menikah
Tgl masuk : 13/1/2021
Tgl & jam periksa: 13/1/2021 jam 01.30

B. Anamnesis

I. keluhan utama
Perut kembung

II. Riwayat Penyakit Sekarang


pasien datang ke IGD dengan keluhan perut terasa kembung sejak 12 jam SMRS.
keluhan disertai perut yang terasa tidak nyaman. mual dan muntah-muntah sebanyak 4x.
pasien juga mengatakan masih bisa kentut hari ini, tidak BAB selama 1 hari. keluhan nyeri
perut yang hebat dan hilang timbul disangkal. 3 hari sebelumnya pasien mengaku demam
namun saat ini tidak ada demam. batuk pilek disangkal, nyeri saat BAK disangkal. mens
4
terakhir lupa karena pasien sedang pakai kb suntik. riwayat nyeri ulu hati yang pindah ke
perut kanan bawah disangkal

III. Riwayat Penyakit Dahulu


riwayat operasi sebelumnya disangkal. HT(-), DM(-), asma(-), jantung(-), riwayat
OAT disangkal

IV. Riwayat Penyakit Keluarga


tidak ada keluhan yang sama pada keluarga

V. Riwayat pengobatan
tidak ada riwayat pengobatan rutin.

C. Pemeriksaan Fisik

a. keadaan umum : TSS


b. kesadaran : CM
c. Tanda-tanda vital :
a. TD : 123/91
b. N : 111
c. RR : 20
d. T : 37,8
e. SpO2 : 99%
d. head to toe
kepala : CA-/-, Si-/-
leher : JVP tidak meningkat
thorax : simetris
cor : s1s2 reguler, murmur -, gallop -
pulmo : SDV +/+, Wh -/-, Rh-/-
abdomen : distensi (+), supel, NT seluruh abdomen (+), BU menurun. darm
contour (-), darm steifung(-), defans muscular (-)
ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik

D. Diagnosis Awal
5
1. abdominal distention ec susp ileus paralitik dd/obstruktif

E. Tatalaksana Awal
1. IVFD RL / 12 jam
2. inj. Omeprazole 1x40 mg
3. inj
Darah lengkap kimia klinik imunoserologi
leukosit : 20410 (H) SGOT : 10
Eritrosit : 4,93 SGPT : 16 IgG/IgM
Hb : 9,90 (L) Ur : 27,39 SARSCoV2
Ht : 34,3 (L) Cr : 0,59
MCV : 78,1 (L) eGFR : 128,7 IgM : NR
MCH : 28,9 (L) Na : 138 IgG : NR
MCHC: 28,9 (L) K : 2,8 (L)
Trombosit: 623 (H) Cl : 104
GDS (vena) : 114
Hitung Jenis
basophil : 0
eosinophil : 0
batang :0
segmen : 80 (H)
limfosit : 16 (L)
monosit : 4 (L)

kesimpulan:
infeksi bakteri

ondansentron 3x4 mg
4. inj ketorolac 3x30 mg
5. pasang NGT alirkan
6. puasa

F. Hasil Pemeriksaan Penunjang

6
Kesimpulan:

Ro Thorax:
diafragma meninggi

BNO 3 posisi:
 tampak udara pada usus halus
dan kolon disertai dilatasi
seluruh usus
 gambaran air fluid level

G. Diagnosis Kerja
1. abdominal distention ec ileus paralitik
2. hipokalemia sedang

7
3. sepsis

H. Tatalaksana Lanjutan
advis dr. Sp.PD
1. IVFD NaCl 0.9 % 500 cc + KCl 25 meq / 8 jam
2. kidmin 2x1 drip
3. inj ceftriaxone 2x2 gr
4. metronidazole drip 3x1 iv
5. inj ketorolac 3x1 iv
6. inj omeprazole 2x1 iv
7. inj alinamin F 3x1 iv

BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 ILEUS
a. Definisi
Ileus adalah terganggunya kemampuan usus untuk bergerak normal. Hal ini dapat
disebabkan oleh kurangnya gerakan peristaltik atau oleh obstruksi mekanis.1

b. Klasifikasi
a. Ileus obstruktif (ileus mekanik/dinamik) : adanya sumbatan mekanik pada
usus
b. Ileus paralitik (ileus fungsional/adinamik) : terjadi karena adanya inhibisi dari
gerak usus (paralisis dinding usus) yang menyebabkan penurunan atau
absennya persitalsis usus. 1

8
3.2 ILEUS PARALITIK
a. Definisi
ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan dimana usus gagal / tidak mampu
melakukan kontraksi peristaltic untuk menyalurkan isinya. 2

b. Etiologi
ileus paralitik ini bukan suatu penyakit primer usus melainkan akibat dari berbagai
penyakit primer, tindakan (operasi) yang berhubunan dengan rongga perut, toksin dan
obat-obatan yang dapat mempengaruhi kontraksi otot polos usus.
penyakit / keadaan yang menimbulkan ileus paralitik dapat diklasifikasikan seperti
yang tercantum dibawah ini:
Kausa Ileus Paralitik
o Neurogenik. Pascaoperasi, kerusakan medulla spinalis, keraacunan timbal,
kolik ureter, iritasi persarafan splanknikus, pankreatitis
o metabolic. gangguan keseimbangan elektrolit (terutama hipokalemia), uremia,
komplikasi DM, penyakit sistemik seperti SLE, sclerosis mulitpel
o Obat-obatan. Narkotik, antikolinergik, katekolamin, fenotiazin, antihistamin
o infeksi. pneumonia, empyema, urosepsis, peritonitis, infeksi sistemik berat
lainnya
o iskemia usus2

c. Manifestasi Klinis
o perut kembung (abdominal distenstion)
o anoreksia
o mual
o dan obstipasi (kesukaran mengeluarkan feses dengan penyebab obstruksi
intestinal)
o muntah mungkin ada, mungkin pula tidak
o tidak disertai nyeri kolik abdomen yang paroksismal
o pemeriksaan fisik: distensi abdomen, perkusi timpanic dengan bising usus
yang lemah dan jarang bahkan dapat tidak terdengar sama sekali, pada palpasi,

9
pasien hanya menyatakan perasaan tidak enak pada perutnya.tidak ditemukan
adanya reaksi peritoneal (nyeri tekan dan nyeri lepas negative)2

d. Diagnosis
Pemeriksaan penunjang
o lab: yang paling penting leukosit, kadar elektrolit, ureum, Glukosa darah,
dan amilase
o radiologi: foto abdomen 3 posisi(supine, semierect/erect, LLD)  ditemukan
distensi lambung usus halus dan usus besar. air fluid level ditemukan berupa
suatu gambaran line up (segaris). Hal ini berbeda dengan air fluid level pada
ileus obstruktif yang memberikan gambaran stepladder (seperti anak tangga).2
supine: tampak udara pada usus halus dan kolon disertai dilatasi seluruh usus
erect: gambaran air fluid level yang berbentuk memanjang
LLD: terdapat gambaran air fluid level yang membentuk line up (segaris).

e. Diagnosis Banding
Ileus Obstruktif Ileus Paralytic
Manifestasi Klinis Nyeri abdomen kolik, Nausea,vomiting,
nausea, vomiting, distensi abdomen,
obstipasi obstipasi,
Pemeriksaan fisik Abdominal Abdominal
distention (darm distention
countour, darm Silent abdomen
steifung) Tympanic percussion
Hyperperistaltic RT : ampulla recti intak
(Hipoperistaltik pada Tanda dehidrasi
prolonged obstruction)

10
Metalic sound (+)
RT : ampulla recti
kolaps
Tanda dehidrasi

Pemeriksaan diafragma agak tinggi diafragma meninggi


Penunjang Dilatasi usus dengan air fluid level lebih sedikit
multiple air fluid level dibandingkan ileus
Tidak adanya udara pada obstruksi, bila ada
bagian distal usus. bentuknya memanjang.
terdapat gambaran coil
spring yang membentuk
herring bone appearance.

Gambaran Radiologi Ileus Obstruktif

 pada posisi supine: terdapat gambaran coil spring yang membentuk herring
bone appearance
 multiple air fluid level
 posisi LLD: distension loop-loop usus halus dengan gambaran “step ladder
appearance”

f. Tatalaksana

11
tatalaksana bersifat konservatif dan suportif.
tindakannya berupa:
o dekompresi  pemasangan NGT
o koreksi gangguan elektrolit
o mengobati kausa atau penyakit primer
o pemberian nutrisi yang adekuat secara parenteral2
Bila bising usus sudah mulai ada dapat dilakukan test feeding, bila tidak ada
retensi,dapat dimulai dengan diit cair kemudian disesuaikan sejalan dengan toleransi
ususnya2

g. Prognosis
prognosis ileus paralitik baik bila penyakit primernya dapat diatasi2

3.3 SEPSIS
a. Definisi
Sepsis merupakan disfungsi organ akibat gangguan regulasi respons tubuh terhadap
terjadinya infeksi.3

b. Diagnosis
 kriteria diagnosis sepsis
Infeksi+ ≥ 2 gejala SIRS, yaitu:
o suhu >38ºC atau < 36 C
o denyut jantung ≥ 90x/menit
o pernapasan >20x/menit
o PaCO2 <32mmHg
o Leukosit >12000/mm3 atau < 4000/mm3 atau > 10% immature bands
 Syok septik : adanya klinis sepsis dengan hipotensi menetap. Kondisi
hipotensi membutuhkan tambahan vasopressor untuk mempertahankan kadar
MAP >65 mmHg dan laktat serum >2 mmol/L walaupun telah dilakukan
resusitasi3

c. tatalaksana
1. stabilisasi pasien langsung
12
 ABC: airway, breathing, circulation
 pemberian resusitasi awal dengan kristaloid untuk mempertahankan
stabilitas hemodinamik
2. pemberian antibiotik adekuat
antibmikrobial yang tidak menyebabkan pasien memburuk adalah:
karbapenem, seftriakson, eepim, aminoglikoida, kuinolon
3. focus infeksi awal harus dieliminasi
hilangkan benda asing. saluran eksudat purulent, khususnya untuk infeksi
anaerobic. angkat organ yang terinfeksi, hilangkan atau potong jaringan yang
gangrene
4. pemberian nutrisi yang adekuat
berupa makro dan micronutrient berupa vitamin2

3.4 HIPOKALEMI
a. Definisi
Hipokalemia adalah keadaan konsentrasi kalium darah di bawah 3,5 mEq/L yang
disebabkan oleh berkurangnya jumlah kalium total tubuh atau adanya gangguan
perpindahan ion kalium ke dalam sel4

b. Derajat Hipokalemia
 Hipokalemia ringan: kadar serum 3-3,5 mEq/L.
 Hipokalemia sedang: kadar serum 2,5-3 mEq/L.
 Hipokalemia berat: kadar serum < 2,5 mEq/L. Hipokalemia < 2 mEq/L
biasanya sudah disertai kelainan jantung dan mengancam jiwa4

c. Tatalaksana
berdasarkan cara pemberiannya:
 Oral
Penggantian kalium secara oral paling aman tetapi kurang ditoleransi karena
iritasi lambung. Pada hipokalemia ringan (kalium 3—3,5 mEq/L) dapat
diberikan KCl oral 20 mEq perhari nya dengan dosis terbagi 3 kali sehari. dan
edukasi diet kaya kalium (pisang, kentang, ubi, tomat). sediaan yang ada

13
misalnya tablet KSR 600 mg dengan kalium 8 mEq tiap 600 mg. dengan dosis
3 x 600 mg / hari nya.4
 intravena
Jalur intravena harus dibatasi hanya pada pasien yang tidak dapat
menggunakan jalur enteral atau dalam komplikasi berat (contohnya paralisis
dan aritmia). K+-Cl harus selalu diberikan dalam larutan garam, bukan
dekstrosa, karena peningkatan insulin yang diinduksi dekstrosa dapat
memperburuk hipokalemia.4 Dosis intravena perifer biasanya 20-40 mmol K+-
Cl- per liter. Konsentrasi lebih tinggi dapat menyebabkan nyeri lokal flebitis
kimia, iritasi, dan sklerosis4.
sediaan KCl 25 ml (Otsu) → 7,46% → Tiap ml mengandung KCl 74,6 mg ≈ 1
mEq/ml

BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

Seorang perempuan, 24 tahun, datang ke IGD dengan keluhan perut terasa kembung
sejak 12 jam SMRS. disertai perut yang terasa tidak nyaman. mual dan muntah-muntah
sebanyak 4x. pasien juga mengatakan masih bisa kentut hari ini, tidak BAB selama 1 hari.
keluhan nyeri perut yang hebat dan hilang timbul disangkal. pasien mengatakan belum
menstruasi karena sedang memakai KB suntik. hal ini menyingkirkan penyebab perut distensi
akibat kehamilan. nyeri perut yang kolik juga menyingkirkan adanya kondisi obstruksi.
munta-muntah yang dialami pasien dapat menyebabkan hilangnya elektrolit terutama kalium
sehingga memungkinkan terjadi nya hipokalemia, dimana hipokalemia ini merupakan salah
satu penyebab dari ileus paralitik. selain itu, keluhan pasien disertai demam sejak 3 hari yang

14
lalu. pada pemeriksaan fisik, nadi pasien takikardi yaitu 111 x/mnt dengan suhu yang febris
(37,8), lalu pasien dilakukan pemeriksaan darah lengkap dan BNO 3 posisi untuk memastikan
ada sepsis atau tidak serta memastikan apakah distensi nya ini karena ileus atau bukan. di
triase pasien dilakukan penanganan berupa infus RL untuk maintenance sirkulasi, dekompresi
dengan memasang NGT yang di alirkan. lalu injek ondansentron untuk mual, Omeprazole
dan ketorolac untuk keluhan nyeri nya. setelah hasil lab keluar, ditemukan leukositosis, dan
hipokalemia sedang. kemudian pasien diberikan antibiotik ceftriaxone 1x2 gr dan
metronidazole 3x500 mg drip, dan infus KCl 25 ml dalam NaCL 0,9% 500 cc untuk koreksi
hipokalemi nya.
untuk nutrisi nya pasien diberikan secara parenteral, yaitu kidmin drip 2x1. kidmin
drip merupakan cairan yang mengandung asam amino 7,2% yang berfungsi meningkatkan
sintesa protein otot sehingga membantu usus halus agar bisa berkontraksi lagi.
selain itu, pasien diberikan injek alinamin F 3x1. alinamin F mengandung Fursultiamine
HCl yang digunakan untuk terapi defisiensi (kekurangan) vitamin B1 seperti pada beri - beri
dan neuritis. Aturan penggunaan Alinamin F Injeksi, Dosis pemberian: diberikan dosis 10-20
mL,  sebanyak 1-2 kali sehari melalui injeksi intravena (pembuluh darah). Vitamin B1 atau
dikenal sebagai tiamin memiliki fungsi untuk aktivitas saraf dan tonus otot serta metabolisme
karbohidrat. Namun tubuh tidak dapat menghasilkan tiamin, oleh karena itu tiamin
merupakan salah satu nutrisi yang penting.5

DAFTAR PUSTAKA

1. Dan L. Longo ASF. Harrison’s Gastroenterology and hepatology.pdf. Vol. 53, Persepsi
Masyarakat Terhadap Perawatan Ortodontik Yang Dilakukan Oleh Pihak Non
Profesional. 2013. 1689–1699 p.
2. PAPDI. BUKU AJAR ILMU PENYAKIT DALAM edisi keenam Jilid I. 6th ed.
InternaPublishing; 2014.
3. Putra IAS. Update Tatalaksana Sepsis. Cdk-280. 2019;46(11):681–5.
4. Nathania M. Hipokalemia - Diagnosis dan Tatalaksana. Contin Profesisonal Dev Ikat
Apot Indones. 2019;46(2):103–8.
5. Fauzi YS, Apriliana E, Jausal AN. Peran Tiamin ( Vitamin B1 ) dalam Meningkatkan

15
Aktivitas Makrofag Alveolar terhadap Pertumbuhan Bakteri Mycobacterium
tuberculosis. Majority. 2019;8(1):242–5.

16

Anda mungkin juga menyukai