Ketoasidosis Diabetik pada Anak
Program Internship Dokter Indonesia Tahun 2020 Periode IV
disusun oleh:
dr. Laksmi Amelia
pasien merupakan anak ke 2 dari 2 bersaudara. riwayat DM pada kakak, ibu dan ayah
nya disangkal.
V. Riwayat pengobatan
Diagnosis awal
dyspnea ec KAD dd/ HONK
DM tipe 1
ISPA dd/ Bronkopneumoni
Tatalaksana Triase
O2 2 lpm nasal kanul
intrepetasi:
corakan bronkovaskular
meningkat
Diagnosis Kerja
dyspnea e.c KAD derajat sedang
ISPA dd/ bronkopneumoni
hiperkalemi
hiponatremi
Tatalaksana Lanjutan
pasang infus 2 jalur: o inj. ceftriaxone 1 x 850 mg iv.
jalur kedua NaCl 0,9% 500 ml + KCl 10 ml/8jam, o turunkan O2 menjadi 1 lpm
infus bergantian dengan aminosteril 10% 200
o cek AGD ulang besok pagi.
ml/24 jam
Tabel
19.45
21.00 GDS post pasang infus 2 jalur:
loading = HI - 1st : inf insulin 1 U / jam (50 U dalam
GDS
ml/8jam
cek GDS tiap 2 jam
Mual, muntah, nyeri perut, takikardi, hipotensi, turgor kulit menurun, dan syok.
sampai koma.
meliputi:
Capillary refill memanjang, Turgor menurun, Hiperpnea, Serta adanya tanda-tanda dehidrasi
seperti membran mukus yang kering, mata cekung, dan tidak ada air mata.
Dehidrasi dianggap > 10% atau berat jika terdapat nadi yang lemah, hipotensi, dan oliguria.
Mengingat derajat dehidrasi dari klinis sangat subyektif dan seringkali tidak akurat maka
direkomendasikan bahwa pada KAD sedang dehidrasinya adalah 5-7% sedangkan pada
KAD berat derajat dehidrasinya adalah 7-10%
Diagnosis
Kriteria Diagnosis
Pada Pasien:
Diagnosis ketoasidosis diabetik ditegakkan jika terdapat:
hiperglikemi GDS (vena) 800
Hiperglikemia yaitu kadar glukosa darah >200 mg/dL
asidosis pH : 7,16 (L), HCO3 : 5,2
(>11 mmol/L)
(L)
Asidosis yaitu pH < 7,3 dan / atau HCO3- < 15 mEq/L keton darah 7.7 (H)
dan
glukosa plasma, elektrolit serum, analisis gas darah (pH, HCO3 dan pCO2 ), kadar BOHB,
Pemeriksaan tambahan lain serum kreatinin, osmolalitas plasma, serum albumin, fosfor,
dan magnesium.
elektrolit kadar K+ yang ↑/↓ (meskipun kadar K+ ↑, biasanya jumlah total K tubuh menurun)
Periksa HbA1c.
Pemeriksaan laboratorium: elektrolit, ureum, hematokrit, glukosa darah dan analisis gas
o KAD berat.
Prinsip :
o terapi cairan untuk mengkoreksi dehidrasi dan menstabilkan o Risiko edema serebri.
komplikasi terapi.
Tatalaksana awal
Amankan airway, breathing, circulation:
Pada Pasien:
o Airway: amankan jalan napas. Jika perlu kosongkan isi lambung
o Breathing: berikan oksigen pada pasien dengan dehidrasi berat Airway: amankan jalan nafas
atau syok. Breathing O2 2 lpm via Nasal
o Circulation: pemantauan jantung sebaiknya menggunakan EKG Kanul
untuk mengevalusi adanya kemungkinan hiperkalemia atau Circulation: terpasang 2 jalur IV line
hipokalemia. Sebaiknya dipasang dua kateter intravena (IV) GCS: CM
Salah satu indikator status hidrasi adalah kadar Natrium. Pada KAD kadar Na+ sebenarnya =
136,2 (N)
terjadi pseudohiponatremia sehingga kadar natrium pasien KAD
dihitung untuk mengetahui kadar Natrium sebenarnya (Na+ ), dengan
rumus
Kadar Na+ harus tetap dalam kisaran normal yaitu 135–145 mEq/L atau perlahan-lahan menjadi
Kadar Na+ yang tinggi tanda adanya dehidrasi hipertonik dan rehidrasi perlu dilakukan lebih
lambat.
Bila Na+ turun dibawah nilai normal menunjukkan pemberian cairan yang terlalu cepat atau
retensi air.
Hati-hati, penggunaan NaCl 0,9% dalam jumlah besar dapat mengakibatkan timbulnya asidosis
metabolik hiperkloremik.
Kebutuhan cairan pada KAD yang sudah teratasi sama dengan kebutuhan cairan anak normal
lainnya.
Insulin
Pada Pasein
pemberian insulin 1-2 jam setelah pemberian cairan.
Pemberian insulin sejak awal tata laksana meningkatkan
1. jam 19.45 : loading NaCl 0,9%
risiko hipokalemia
20ml/kgBB (340 cc)
Jenis insulin yang boleh diberikan short acting atau rapid dilakukan pemberian insulin 1,15 jam
acting
setelah pemberian cairan
Bikarbonat dapat digunakan pada kondisi hiperkalemia berat atau jika pH darah < 6,8 -
Balans cairan tiap jam (jika terdapat penurunan kesadaran maka perlu dipasang kateter urin)
Pemeriksaan laboratorium: elektrolit, ureum, hematokrit, glukosa darah dan analisis gas
tanda vital (bradikardia, hipertensi, apnea), muntah, kejang, perubahan status neurologis
(iritabilitas, mengantuk, inkontinensia) atau tanda neurologis spesifik (parese saraf kranial-
opthalmoplegia, pelebaran pupil dan respon pupil terganggu), menurunnya saturasi oksigen
Transisi ke insulin subkutan dan mulai asupan peroral
o bila keadaan ketoasidosis teratasi. yaitu dilihat dari pH > 7,30, bikarbonat >15,
BOHB < 1 mmol, GDS mencapai target yaitu < 250, dan pasien dalam keadaan
composmentis.
o Untuk mencegah terjadinya hiperglikemia rebound maka insulin subkutan pertama
harus diberikan 15-30 menit (insulin kerja cepat) atau 1-2 jam (insulin kerja
pendek) sebelum insulin intravena dihentikan. Saat terbaik pengalihan insulin
intravena ke subkutan adalah sebelum waktu makan tiba.
Komplikasi
yang dapat terjadi selama pengobatan KAD adalah
edema paru
Prognosis
Prognosis baik bila tidak ada komplikasi dan penanganan dilakukan dengan cepat dan
tepat
DAFTAR PUSTAKA
IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA. Panduan Praktis Klinis: Ketoasidosis Diabetik
Penyakit Dalam.
Himawan IW, Pulungan AB, Tridjaja B, Batubara JRL. Komplikasi Jangka Pendek dan