Oleh:
dr. Asih Setya Waryani
Pembimbing:
dr. Chitra Rasjmi Cara
1.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Diare sejak kemarin, sehari 4-5x, Feses berwarna hitam.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien Lansia datang ke Puskesmas dengan keluhan Diare sejak 1 hari sebelumnya,
dalam sehari BAB 4-5x , Pasien mengaku warna BAB hitam . Keluhan disertai dengan
badan lemas dan nafsu makan menurun . Pasien juga mengeluh perut sakit, flatus (+).
Keluhan lain seperti penurunan BB, demam, mual, muntah, sesak nafas disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu:
HT dengan amlodipin 1x10mg terakhir minum pagi ini.
Hiperkolesterolemia , Lambung (Gastritis)
Riwayat Penyakit Keluarga:
Disangkal
Riwayat Pengobatan:
Amlodipin 1x10 mg .
Riwayat Sosial Ekonomi:
Pasien merupakan seorang Ibu tinggal di Solo, tinggal di Jakarta sejak 2017 dengan anak
perempuannya. Pasien tinggal bersama anak perempuannya, menantu dan 2 cucu 1
perempuan dan 1 laki-laki. Anak pasien mengatakan bahwa lingkungan rumah cukup
higienis. Pembiayaan kesehatan dengan biaya Mandiri karena KTP Pasien masih di
daerah Solo dan belum mengurus BPJS. Kesan sosial ekonomi kurang.
1.3 PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Composmentis
Suhu : 36,5℃
BB : 45kg
TB : 156cm
IMT : 18,49
Status Generalis
Kepala : Normocephale
Hidung : Simetris, berada di tengah, napas cuping hidung (-), secret (-)
Toraks :
Cor
o Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
o Palpasi : Iktus kordis teraba pada sela iga IV linea midklavikula sinistra
o Perkusi :
Batas atas pada sela iga II linea parasternalis sinistra
Batas jantung kanan pada sela iga IV linea sternalis dextra
Batas jantung kiri pada sela iga IV linea midklavikula sinistra
Kesan: Batas jantung dalam batas normal
Inspeksi : tampak cembung ,simetris kika, warna dengan warna kulit lain,
ikterik ,tidak terdapat ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan
umbilicus
Palpasi : tidak teraba penonjolan tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa dan
penumpukan cairan
Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen
Auskultasi : BU (+) meningkat
Ekstremitas : Akral Dingin, CRT <2 Detik, Nadi Kuat isi cukup, edema (-)
1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tatalaksana Farmakologis
1 loading, 1
Loading Cairan dengan RL 2 maintenanc IV di IGD
e
Tatalaksana Nonfarmakologis
- Menjelaskan pada pasien dan keluarga pasien gejala yang dialami pasien
kemungkinan disebabkan oleh adanya kemungkinan pendarahan saluran cerna
bagian atas.
- Menjelaskan rencana terapi pada pasien, baik terapi medikamentosa maupun non-
medikamentosa.
- Merujuk pasien ke RS dengan ambulance namun pasien dan keluarga menolak.
- Menjelaskan pasien perlu rawat inap ke RS untuk penatalaksanaan lebih lanjut .
- Menjelaskan pasien untuk bedrest .
- Menjelaskan pasien dan keluarga apabila tidak segera dibawa ke RS kondisi pasien
bisa terjadi perburukan .
1.7 PROGNOSIS
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.2 Epidemiologi
Badan penelitian kesehatan WHO (2012) melakukan tinjauan terhadap hasil presentae
dari angka kejadian gastritis di dunia, diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%,
Kanada 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia angka kejadian gastritis sekitar 1,8-2,1 juta dari
jumlah penduduk setiap tahunnya. Di Indonesia tahun 2009 mendapatkan bahwa penyakit
gastritis merupakan salah satu sepuluh penyakit terbanyak di rawat inap di rumah sakit di
Indonesia dengan jumlah kasus 30.154 kasus (4,9%).9
Berdasarkan penelitian Toljamo (2012) dengan gastritis erosif yaitu 25 pasien
menggunakan NSAID ( 59%) dan 17 tidak menggunakan NSAID (41%).1 Suatu penelitian
yang dilakukan di Italia (2001) dengan 94 pasien pengguna obat NSAID dan dilakukan
pemeriksaan endoskopi didapatkan 33 orang (35%) gastritis erosif, 22 orang (23%) ulcers, 20
orang (21%) gastritis active dan 45 orang (48%) Helicobacter pylori. Dalam penelitian
tersebut juga mengategorikan penggunaan NSAID dengan 118 pasien, didapatkan laki-laki
51 orang, perempuan 67 orang dengan rata-rata usia 66,5 tahun dengan rentan usia 22 tahun
sampai 88tahun.10
II.3 Etioloigi
Erosi terbentuk dari kematian sel atau terlepasnya sel epitel yang melebihi dari
regenerasi dari sel epitelnya. Beberapa faktor yang menyebabkan gastritis erosif diantaranya :
penggunaan obat NSAID, infeksi Helicobacter pylori, alkohol dan merokok.1 Pada awal
infeksi menyebabkan respon inflamasi akut. Namun, penyebab lain dari penyakit gastritis
adalah penggunaan obat non steroid anti inflamasi contohnya aspirin, ibuprofen, neproxen,
cocaine, iron8.
Obat steroid non inflamasi memiliki efek samping menyebabkan iritasi lambung dengan 2
cara mekanisme yaitu :
Iritasi lambung secara lokal yang mengakibatkan difusi asam lambung ke mukosa
dan menyebabkan kerusakan pada jaringan.
Dapat terjadi iritasi atau perdarahan lambung yang secara sistemik dengan melalui
hambatan biosintesis prostaglandin E2 dan prostasiklin (prostaglandin I2). Kedua
prostaglandin dapat ditemukan di mukosa lambung yang berfungsi menghambat
sekresi asam lambung secara berlebihan dan merangsang sekresi mukus usus halus
yang bersifat sitoprotektif.11.
Selain penggunaan NSAID yang mengakibatkan iritasi lambung juga penggunaan antibiotik,
terutama pada pasien yang mengalami infeksi paru yang mempengaruhi penularan kuman di
komunitas karena antibiotik dapat mengeradikasikan infeksi helikobacter pylori11. Terdapat
beberapa yang dapat menyebabkan penyakit gastritis dan gastritis erosif diantaranya : infeksi
jamur (kandidiasis, histoplasmosi) infeksi virus (CMV), radiasi, stres akut, alkohol, dan
merokok juga dapat menyebabkan iritasi pada lambung12.
B. Gastritis Kronik
II.5 Patofisiologi
Etiologi gastritis erosif yang multifaktor, maka patogenesisnya berbagai
multifaktor. Erosif dihasilkan dari ketidakseimbangan antara faktor protektif dan destruktif.
Erosif dan ulkus terjadi dengan proses yang sama dan berbagai faktor yang dapat
menyebabkan kerusakan mukosa.1
Gastritis akut memiliki sejumlah penyebab, termasuk penggunaan obat, alkohol,
iskemik, bakteri, virus dan infeksi jamur, stres akut, radiasi dan trauma yang secara
langsung. Mekanisme yang terjadi adanya ketidakseimbangan antara faktor agresif dan
faktor defensif dalam menjaga integritas lapisan lambung atau mukosa lambung. Gatritis
erosif didapatkan dari berbagai pajanan agent atau faktor. Gastritis ini di anggap sebagai
gastritis reaktif. Agent atau faktor yang dimaksud adalah NSAID, alkohol, kokain, stres,
radiasi, dan iskemik. Pada mukosa lambung menunjukkan adanya perdarahan, erosi, dan
ulcers. NSAID seperti ibuprofen, aspirin, dan naproxen sebagai agent yang berhubungan
dengan gastritis erosif akut1.
Terdapat 3 mekanisme obat NSAID yang dapat menginduksi komplikasi
gastrointestinal yaitu menghambat COX-1 & prostaglandin gastroprotektif,
permeabilitas membran, dan produksi mediator proinflamasi15. Mekanisme proses
penghambatan sintesis prostaglandin dengan obat NSAID, membran fosfolipid akan diubah
oleh enzim fosfolipase menjadi asam arakidonat kemudian akan diubah menjadi
prostaglandin, tromboksan oleh enzim siklooksigenase dan juga diubah menjadi leukotriens
dan monohydroxy fatty acid oleh enzim lipoxygenase. Namun dengan penggunaan obat
NSAID maka akan menghambat kerja enzim siklooksigenase sehingga pembentukan
prostaglandin juga terhambat (Gambar 3.1). NSAID menghambat COX-1,COX-2, dan
secara langsung memiliki efek sitotoksik. Pada penghambatan COX-1 maka akan
menghambat sintesis prostaglandin proinflamasi sehingga memiliki efek sebagai anti
inflamasi, sedangkan pada penghambatan COX-2 akan mengaktivasi 5-LOX pathway
sehingga produksi mediator proinflamasi dan menghambat sintesis prostaglandin
gastroprotektif sehingga menyebabkan kerusakan sistem pencernaan15 (Gambar 3.2).
…………………………………………………………………………..
Gambar 3.2 :Mekanisme NSAID menginduksi kerusakan Gastrointestinal.
b. Helicobakter Pylori
Faktor penyebab utama 60% gastritis dan 50-75% ulkus duodenal
merupakan inflamasi kronik karena kolonisasi H.pylori di mukosa. Sistem
imun tidak mampu untuk membersihkan infeksi, meskipun terdapat
antibodi. Sehingga bakteri mampu mengaktifkan gastritis kronik (tipe B).
Gastrin merangsang produksi asam lambung oleh sel parietal. Kolonisasi
H.pylori merespon peningkatan gastrin, meningkatkan asam sehingga
menyebabkan erosi mukosa dan terbentuk ulkus.17
a. Merokok dan alkohol
Gastritis dapat terjadi pada semua kalangan usia tapi puncaknya pada usia
>40 tahun. Usia lansia memiliki risiko mengalami gangguan lambung yang
dikaitkan dengan kondisi dinding mukosa lambung
menipis, jumlah sel sedikit serta mekanisme untuk mengalami
perbaikan sel terganggu. Umumnya gastritis juga lebih sering terjadi pada wanita
dibandingkan dengan laki-laki disebabkan pada pada perempuan sering diet
terlalu ketat, makan yang tidak beraturan, selain itu perempuan lebih emosional.
Faktor lain yang mengakibatkan perempuan lebih sering gastritis karena stres
dan hormon. Hormon gastrin yang mensekresikan asam lambung lebih reaktif
pada perempuan dibandingkan laki-laki sedangkan faktor stres berkaitan dengan
pelepasan angiotensin II yang menyebabkan penurunan aliran darah ke mukosa.
Hal ini yang mengakibatkan pembentukan ROS (reaktif oksigen spesies) yang
menyerang DNA dan menghasilkan 8- hydroxydeoxyguanosine (8-OHdG)
sehingga terjadi mutagenik oksidatif yang mengakibatkan terjadi stres oksidatif
pada mukosa.18,19,20
dalam beberapa tipe yaitu : gastritis superfisial, gastritis hemoragik, gastritis erosiva,
gastritis verrukosa, gastritis atrofi, gastritis hipertrofi, gastritis metastasis dan gastritis
kongestif16. (table 3)
II.9 komplikasi
Komplikasi gastritis termasuk :
a. Gastritis atrofi
Gastritis atrofi terjadi ketika inflamasi kronik pada lambung menyebabkan kehilangan
lapisan dan kelenjar. Gastritis kronik yang progres dapat menjadi gastritis atrofi. Gastritis
atrofi dapat berkembang menjadi 2 tipe kanker yaitu : kanker lambung dan gastric mukosa
associated lymphoid tissue(MALT) lymphoma.21
b. Anemia
Gastritis erosif menyebabkan perdarahan kronik pada lambung dan kehilangan darah
yang menyebabkan anemia. Anemia merupakan suatu kondisi sel darah merah kurang dari
nilai normalnya yang membuat sel tubuh untuk mendapatkan oksigen tidak cukup.21
c. Kekurangan vitamin B12
Seseorang dengan autoimun gastritis atrofi tidak dapat memproduksi faktor intrinsik.
Faktor intrinsik adalah pembuatan protein dilambung dan membantu dalam absorbsi vitamin
B12. Tubuh membutuhkan vitamin B12 untuk membuat sel darah
merah dan sel saraf.21
II.10 Tatalaksana
Untuk mencegah kerusakan dan efek samping yang mungkin terjadi pada penggunaan
NSAID beberapa cara yang digunakan dan penting untuk di resepkan kepada pasien yaitu,
kombinasi obat NSAIDs dengan agent gastroprotektif dan menggunakan inhibitor selective
COX-2.22 Terdapat beberapa penatalaksanaan untuk mencegah kerusakan sistem pencernaan
oleh induksi NSAID (Tabel.4).22
DAFTAR PUSTAKA
1. Taljamo, kari. Gastric erosions clinical significance and phatology a long term follow
up study. Universitas Ouluensis. 2012
2. Tugushi M. Nonsteroidal anti inflammatory drug (NSAID) associated Gastropathies
(http://www.worldmedicine.ge/?Lang=2&level1=5&event=publication&id=39)
3. Wallace L John. NSAID gastropathy and enteropathy: distinct pathogenesis likely
necessitates distinct prevention strategies
(https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3252967/)
4. Garg B, Sandhu V, Sood N, Sood A, Malhotra V. Histopathological analysis of
chronic gastritis and correlation of pathological features with each other and with
endoscopic fi ndings. Pol J Pathol. 2012; 3: 172-8.
5. Harmon RC, Peura DA. Evaluation and management of dyspepsia. Therap Adv
Gastroenterol 2010;3:87-98.
6. Franzin G, Manfrini C, Musola R, Rodella S & Fratton A (1984) Chronic erosions of
the stomach--a clinical, endoscopic and histological
7. Azmi, Fadhil et.al. (2016). Gambaran Esofagogastroduodenoskopi Patien
Hematemesis Melena Di RSUP M. Djamil Padang Periode Januari 2010- Desember
2013. Jurnal Kesehatan Andalas. Vol (5). 1.
8. Price,S.A dan Wilson,L.M. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit,Edisi
VI.Volume 1.Jakarta:EGC.2006