Oleh:
Nurul Nadifa Erza – 2010221012
Pembimbing:
dr. Lukas Anthon Pattiapon, Sp.B(K)Onk
LAPORAN KASUS
Struma Nodusa Non Toksik
Disusun Oleh
Nurul Nadifa Erza – 2010221012
Pembimbing
i
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Pendahuluan1–3
Struma Nodusa non toksik atau goiter adalah pembesaran kelenjar tiroid
karena adanya nodul yang tidak disertai gejala hipertioridisme. Menurut
Ardiansyah (2017), pembesaran ini bisa disebabkan adanya kelainan fungsi
hormonal. Penyebab yang sering menimbulkan struma adalah dikarenakan
kekurangan zat yodium.
Sekitar 10 juta orang diseluruh dunia mengalami gangguan tiroid, salah
satu diantaranta adalah strauma nodusa non toksik. Menurut Ardiansyah (2017),
penyakit gangguan tiroid terbanyak dalam daftar penyakit metabolic dan
perempuan lebih banyak menderita penyakit ini dibandingkan laki-laki. Hasil
survey jumlah penduduk Indonesia yang saat ini berumur kurang lebih 15 tahun
terdiagnosis Hipertiroid 706.757 jiwa.
Tanda dan gejala struma yaitu merasa gugup, denyut jantung terasa cepat,
berat badan turun secara tiba-tiba, serta adanya benjolan kecil sering tidak
diketahui oleh banyak orang. Apabila hal tersebut dibiarkan saja maka keadaan
dari struma dapat menjadi semakin besar, hal ini disebabkan cairan yang berada di
tiroid akan semakin menumpuk.
Tiroidektomi adalah operasi pengangkatan kelenjar tiroid merupakan
operasi yang bersih dan tergolong operasi besar. Prosedur tiroidektoktomi terdiri
dari 5 macam jenis operasi yaitu lobektomi sub total, lobectomi total
(hemitiroidektomi/ istmolobektomi) strumectomi (tiroidektomi) sub total,
tirodektomi near total, tiroidektomi total.
1
BAB II
PRESENTASI KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Usia : 40 Tahun
Alamat : Jakarta
Status : Menikah
B. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 04
Januari 2022 pukul 10.30 WIB di ruang transit OK RSUD Cengkareng.
Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan benjolan pada leher bagian depan. Benjolan
dirasakan pertama kali muncul saat delapan tahun yang lalu dengan ukuran
kurang lebih 1cm³, pertumbuhan dirasakan perlahan-lahan namun dalam satu
tahun terakhir benjolan terasa membesar dengan cepat sampai berukuran
kurang lebih 5x5x5 cm. Pasien menyangkal gangguan dalam bernapas, nyeri
di leher dan gangguan atau nyeri menelan. Pasien tidak mengeluhkan sering
berkeringat pada kedua tangannya, nafsu makan normal, tidak ada keluhan
demam, cepat haus, gangguan buang air besar, gangguan siklus menstruasi,
2
rasa berdebar-debar, cepat lelah, rasa cemas dan sulit tidur. Pasien mengaku
selalu menggunakan garam beryodium di rumahnya. Pasien mengaku tidak
pernah tinggal di daerah yang penduduknya banyak menderita penyakit
gondok. Batuk, pilek, pusing, mual, dan muntah disangkal pasien.
Riwayat Benjolan
Ibu kandung pasien menyadari bahwa leher pasien membesar untuk
pertama kali di pertengahan tahun 2014, lalu pasien baru menyadari benjolan
tersebut, namun didiamkan saja sampai tujuh tahun dikarenakan tidak
merasakan pertumbuhan yang signifikan maupun gangguan dalam beraktifitas
sehari-hari.
Perubahan pertumbuhan signifikan muncul dalam satu tahun terakhir,
dimana benjolan dirasakan membesar dengan cepat dan menimbulkan
kekhawatiran pasien. Sehingga pasien datang berobat ke poli bedah onkologi
untuk melakukan pemeriksaan pada benjolan di leher bagian depan.
Riwayat Kemoterapi
Riwayat Operasi
Riwayat Biopsi
Riwayat menstruasi
3
Pasien menstruasi secara teratur, namun setelah berhenti penggunaan KB 3
bulan, menstruasi menjadi tidak teratur, setiap bulan datang bulan namun tanggal
tidak teratur.
Riwayat Menikah
Riwayat Melahirkan
Riwayat KB
KB suntik 3 bulan, sudah berhenti sejak puasa 2021 (sekitar bulan April-Mei).
4
g. Riwayat penyakit ginjal : disangkal
h. Riwayat asma : disangkal
i. Riwayat alergi : disangkal
Riwayat Pengobatan
Pasien tinggal bersama dengan anak dan suaminya. Pasien menikah di usia
18 tahun. Pasien sehari-hari bekerja sebagai ibu rumah tangga. Pasien tidak
merokok. Pasien bisa mengonsumsi makanan seperti biasa dan sehari-hari
pasien makan nasi dengan menu yang bervariasi. Pasien juga sering
mengkonsumsi bakso, ayam negri, telur, serta makanan cepat saji seperti
nugget, otak-otak, dan sosis.
C. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
b) Kesadaran : Compos Mentis
c) Tanda vital
i. Tekanan Darah : 137/71 mmHg
ii. Nadi : 89x/min
iii. Respiratory Rate : 20x/min
iv. Suhu : 36.5oC
v. SpO2 : 99%
d) Status Gizi
i. BB : 61 Kg
ii. TB : 152 cm
iii. BMI : 26,40 kg/m2 (Pre-Obese)
iv. Body Surface Area (BSA) : 1,604 m2
e) Status Generalis
5
Mata : Konjungtivas pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), RC +/+, pupil isokor
3 mm/3 mm, eksophtalmus (-/-)
Telinga : Liang telinga lapang (+/+), serumen (-/-), discharge (-/-),
membran timpani intak (+/+)
Hidung : Discharge (-/-), napas cuping hidung (-/-), deviasi septum (-),
edema konka (-/-), mukosa lembab (+), sianosis (-)
Toraks
Paru :
Jantung :
6
- Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen
Ekstremitas : akral hangat, edema (-), tremor (-), CRT< 2 detik, deformitas
(-)
f) Status Lokalis
Regio Colli Anterior
- Inspeksi:
Tampak benjolan di regio anterior leher lobus kanan dan kiri, berbentuk
difus, berjumlah satu (uninodosa), warna kulit pada benjolan sama
dengan warna kulit sekitar, permukaan rata, tekstur kulit pada benjolan
sama dengan tekstur kulit sekitar. Benjolan ikut bergerak ke atas pada
saat menelan.
- Palpasi :
Benjolan tiroid berukuran ±7cm x 5cm x 3cm, berkonsistensi kenyal
padat, mobile, permukaan licin, nyeri tekan (-), suhu sama dengan sekitar,
Trakea berada di tengah. Pembesaran KGB regional (-).
D. Pemeriksaan Penunjang
Saran
Imunohistokimia (IHK)
7
Laboratorium 22 Desember 2021
8
15 : Established renal failure
Lab 15/12/21
FT4: 1,19
E. Diagnosis Kerja
F. Planning
Subtotal Thyroidectomy
G. Prognosis
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1.2 Epidemiologi4
10
III.1.5 Diagnosis4
1. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik, kecurigaan adanya proses keganasan pada
penderita dengan nodul tiroid, apabila ditemukan hal sebagai berikut:
Anamnesis
- Riwayat radiasi
- Pertumbuhan cepat
- Suara serak
- Simptom obstruksi jalan napas
- Tetap membesar dengan terapi tiroksin
- Riwayat keluarga positif dengan MEN (Multiple Endocrine Neoplasia)
- Umur <20 dan >50 tahun
Pemeriksaan Fisik
- Nodul padat dan keras
- Pembesaran KGB regional
- Metastasis jauh: tulang, paru, jaringan lunak
- Terfiksasi dengan jaringan di sekitarnya
- Paralisis pita suara
- Penyempitan jalan napas
- Horner’s syndrome (miosis, partial ptosis, hemifacial anhidrosis, dan
enophtalmos)
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboraturium
- Pemeriksaan FT4 dan TSHs untuk menilai fungsi tiroid
11
- Tiroglobulin, penanda tumor untuk keganasan tiroid yang berdiferensiasi
baik (papiler dan folikuler), hanya untuk follow up pasca terapi bukan
untuk diagnostik.
- Kadar kalsitonin hanya untuk pasien yang dicurigai karsinoma meduler
b. Pemeriksaan radiologi
- Foto thoraks untuk menilai ada tidaknya metastasis
- Foto polos leher AP lateral (terutama bila tumornya besar), untuk melihat
ada tidaknya mikrokalsifikasi dan diameter trakea.
- Esofagogram dilakukan bila secara klinis terdapat tanda-tanda adanya
infiltrasi ke esofagus (tidak rutin)
- Foto tulang atau bone scan bila dicurigai tanda metastasis ke tulang
- Pemeriksaan USG:
o Dapat mendeteksi nodul 2-3mm, membedakan nodul solid atau
kistik, menentukan jumlah dan letak nodul, pembesaran KGB,
penuntun saat dilakukan tindakan biopsi, dan menilai respon
terhadap terapi supresi
o Gambaran USG dari nodul tiroid yang menunjukkan keganasan
meliputi:
Vaskularisasi intranodul
Halo perifer inkomplit
Hipoekogenisiti yang jelas
Mikrokalsifikasi sentral
Batas iregular
Diameter vertikal > horizontal
Servical adenopati
c. Pemeriksaan sidik tiroid, dapat menilai: apakah nodul tiroid termasuk nodul
dingin, nodul hangat, atau nodul panas.
d. Pemeriksaan BAJAH
e. Potong beku (frozen section)
f. Pemeriksaan histopatologi: merupakan pemeriksaan definitif atau baku emas.
g. Pemeriksaan imunohistokimia atau imunositokimia.
12
Klasifikasi TNM untuk karsinoma tiroid menurut AJCC 20185
13
III.1.6 Tatalaksana4
Nodul tiroid yang pemeriksaan klinis dan USG tiroid hasilnya ganas atau
intermediate dilakukan operasi ismolobektomi atau subtotal tiroidektomi dengan
potongan beku saat operasi.
Bila hasil potong beku ganas tindakan operasi tergantung faktor resiko apakah
resiko rendah atau tinggi.
14
Keterangan:
1. Intermediate: hasil klinis dan USG tidak sinkron atau hasil keduanya
meragukan atau tanpa USG
2. TT: Total tiroidektomi, ST: subtotal tiroidektomi, IL: ismolobektomi. L:
lobektomi, FS: frozen section
3. RR: resiko rendah, berdasarkan skor AMES, AGES, MACIS
4. RT: resiko tinggi, berdasarkan skor AMES, AGES, MACIS
Pada nodul dengan hasil pemeriksaan trias diagnostik konkordan ganas, langsung
dilakukan tindakan definitif tiroidektomi (tiroidektomi total untuk resiko tinggi
dan ismolobektomi untuk resiko rendah).
Keterangan:
1. Trias ganas: dari tiga modalitas hasilnya sama yaitu ganas (konkordan
ganas)
2. Trias jinak: dari tiga modalitas hasilnya sama yaitu jinak (konkordan
jinak)
3. Trias tidak lengkap: tidak melakukan tiga modalitas (klinis, USG,
BAJAH), satu atau dua modalitas saja
4. HP: histopatologi pasca operasi
15
5. *jika hasil HP papiler atau meduler TT ± diseksi leher sentral
C. Algoritma dengan trias diagnostik dan sidik tiroid
Pada algoritma ini, selain trias diagnostik juga dilakukan pemeriksaan sidik tiroid
pada nodul yang hipertiroid. Bila hasil pemeriksaan sidik tiroid cold nodule,
langkah selanjutnya seperti pada trias diagnostikm namun bila nodul ternyata
nodul panas, direkomendasikan untuk tindakan konservatif dengan
medikamentosa atau operasi atau ablasi dengan I 131.
Keterangan:
16
4. *Jika HP papiler atau meduler TT ± diseksi leher sentral
III.1.7 Prognosis4
17
MACIS (Metastasis, Patient Age, Completeness of Resection, Local Invasion,
Tumor Size)
Skor prognostik = 3,1 (jika usia <40 tahun) atau 0,08 x usia (jika usia≥40 tahun)
+0,3x ukuran tumor (diameter terbesar dalam cm)
+1 (jika reseksi inkomplit)
+ 1 (jika invasif lokal)
+3 (jika metastasis jauh)
Survival (20 tahun)
<6 = 99%
6 – 6,99 = 89%
7 – 7,99 = 56%
≥8 = 24%
18
BAB IV
ANALISIS KASUS
19
BAB V
KESIMPULAN
Struma non toksik adalah pembesaran kelenjar tiroid pada pasien eutiroid,
tidak berhubungan dengan neoplastik atau proses inflamasi. Dapat difus dan
simetri atau nodular.
Hampir semua struma diduga sebagai hasil dari stimulasi TSH sekunder
yang menyebabkan kurangnya sintesis hormon tiroid. Pembesaran kelenjar tiroid
tersebut berguna untuk mempertahankan pasien dalam keadaan eutiroid. Struma
dapat berbentuk difus, uninodular, atau multinodular. Struma familial diakibatkan
oleh kurangnya enzim yang diperlukan untuk sintesis hormon tiroidsecara
keseluruhan atauparsial dan bersifat genetik.
Apabila dalam pemeriksaan kelenjar tiroid teraba suatu nodul, maka
pembesaran ini disebut struma nodosa. Struma nodosa tanpa disertai tanda-tanda
hipertiroidisme disebut struma nodosa non-toksik. Struma nodosa atau
adenomatosa terutama ditemukan di daerah pegunungan karena defisiensi iodium.
Biasanya tiroid sudah mulai membesar pada usia muda dan berkembang menjadi
multinodular pada saat dewasa. Struma multinodosa terjadi pada wanita usia
lanjut dan perubahan yang terdapat pada kelenjar berupa hiperplasi.
Kebanyakan penderita struma nodosa tidak mengalami keluhan karena
tidak ada hipotiroidisme atau hipertiroidisme. Nodul mungkin tunggal tetapi
kebanyakan berkembang menjadi multinoduler yang tidak berfungsi. Degenerasi
jaringan menyebabkan kista atau adenoma. Karena pertumbuhannya sering
berangsur-angsur, struma dapat menjadi besar tanpa gejala kecuali benjolan di
leher. Walaupun sebagian struma nodosa tidak mengganggu pernapasan karena
menonjol ke depan, sebagian lain dapat menyebabkan penyempitan trakea jika
pembesarannya bilateral. Pendorongan bilateral demikian dapat dicitrakan dengan
foto rontgen trakea polos. Penyempitan yang berarti menyebabkan gangguan
pernapasan sampai akhirnya terjadi dispnea dengan stridor.
20
DAFTAR PUSTAKA
21