Anda di halaman 1dari 20

RESUME KEPERAWATAN

DENGAN KEGAWATAN HIPERGLIKEMIA PADA NY A

DI IGD RSUD DR. R. SOEPRAPTO CEPU

NAMA : SITI SOLICHAH

NIM : P1337420920064

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN PROFESI


NERS JURUSAN KEPERAWATAN - POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG

2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Diabetes Mellitus merupakan suatu keadaan hiperglikemia yang ditandai

oleh keadaan absolute insulin yang bersifat kronik yang dapat mempengaruhi

metabolisme karbohidrat. Protein dan lemak yang disebabkan oleh sebuah ketidak

seimbangan atau ketidak adanya persediaan insulin atau tak sempurnanya respon seluler

terhadap insulin ditandai dengan tidak teraturnya metabolisme(Brunner & Suddarth,

2008).

Penyakit diabetes mellitus ini banyak dijumpai di Amerika Serikat. Penderita

diabetes mellitus sekitar 11 juta atau 6% dari populasi yang ada dan diabetes mellitus

menduduki peringkat ketiga setelah jantung dan kanker Sedangkan di Indonesia

penderita diabetes mellitus ada 1,2 % sampai 2,3% dari penduduk berusia 15 tahun.

Sehingga diabetes mellitus tercantum dalam urutan nomor empat dari proses prioritas

pertama adalah penyakit kardiovaskuler kemudian disusul penyakit serebro vaskuler,

geriatric, diabetus mellitus, rheumatik dan katarak sehingga diabetus mellitus ini dapat

menimbulkan berbagai komplikasi (Donna D. ignativius, 2013).

Dalam proses perjalanan penyakit diabetes mellitus dapat timbul komplikasi

baik akut maupun kronik komplikasi akut dapat diatasi dengan pengobatan yang tepat

antara lain ketoasidosis. Hiperosmolar non ketotik koma dan toksik asidosis. Sedangkan

komplikasi kronik timbul setelah beberapa tahun seperti mikroangiopati, neuropati,

nefropati dan retinopati dan makro angiopati kardiovaskuler dan peripheral vaskuler

(Brunner & Suddarth, 2008).


Perawatan secara umum untuk penderita diabetes mellitus diit, olah raga,

atau latihan fisik dan obat hiperglikemia (anti diabetic) dan untuk olah raga atau latihan

fisik yang dianjurkan pada penderita diabetes mellitus itu meliputi latihan ringan yang

dapat dilakukan ditempat tidur untuk. penderita di rumah sakit latihan ini tidak

memerlukan persiapan khusus cukup gerak ringan diatas tempat tidur kurang lebih 5

sampai 10 menit misalnya menggerakkan kedua tangan, ujung jari, kaki dan kepala.

Selain itu bisa dilakukan senam, senam ini harus disertai dengan kemampuan yang

harus disesuaikan dengan kemampuan kondisi penyakit penyerta(Brunner & Suddarth,

2008).

Perawat memiliki peranan penting dalam memberikan pelayanan kesehatan

kepada masyarakat. Salah satu peran penting seorang perawat adalah sebagai Educator,

dimana pembelajaran merupakan dasar dari Health Education yang berhubungan

dengan semua tahap kesehatan dan tingkat pencegahan. Dalam memberikan pelayanan

kesehatan kepada keluarga, perawat dapat menekankan pada tindakan keperawatan

yang berorientasi pada upaya promotif dan preventif. Maka dari itu, peranan perawat

dalam penanggulangan Diabetes Melitus yaitu perawat dapat memberikan pendidikan

kesehatan pada klien dan keluarga dalam hal pencegahan penyakit, pemulihan dari

penyakit, memberikan informasi yang tepat tentang kesehatan seperti diet untuk

penderita Diabetes Melitus. Manfaat pendidikan kesehatan bagi keluarga antara lain

meningkatkan pengetahuan keluarga tentang sakitnya hingga pada akhirnya akan

meningkatkan kemandirian keluarga (Sutrisno, 2013).


B. Web of Causation ( WOC )
BAB II

LAPORAN KASUS KELOLAAN

I. PENGKAJIAN

1. Identitas

a. Pasien
1) Nama Pasien : NY. A

2) Tempat tanggal lahir :31 Desember 1963

3) Jenis Kelamin : Perempuan

4) Agama : Islam

5) Pendidikan : SD

6) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

7) Status Perkawinan : Kawin

8) Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

9) Alamat
: Balun Gendeng, Cepu
: Diabetes Mellitus
10) Diagnosa Medis Hyperglikemi

11) No.RM : 0034661

12) Tanggal Masuk RS : 15 Maret 2021

b. Penanggung Jawab/ Keluarga


1) Nama : Bp. R

2) Umur : 69 tahun

3 Pekerjaan : Buruh

4) Alamat : Balun Gendeng, Cepu

5) Hubungan dengan pasien : Suami


2. Riwayat Keperawatan
a. TRIAGE
Pita kuning (ESI 3)
b. Keluhan utama
Pasien mengeluh badan lemas dan keluar keringat dingin, GDS high
c. Riwayat Keperawatan Sekarang
Klien dibawa ke IGD RS DR R Soeprapto Cepu karena badan lemas, keringat
dingin, pusing dan sering buang air kecil dalam jumlah banyak sekitar 5-6 kali.
Menurut keluarga klien, klien sering lupa minum obat DM dari Puskesmas. Saat
tiba di IGD kondisi pasien composmentis, lemas, pusing, dan akral dingin,
keringat dingin. Kemudian dilakukan cek GDS diperoleh hasil high. Oleh dokter
jaga, klien didiagnosa DM, hiperglikemi.
d. Riwayat Keperawatan Dahulu
Klien sebelumnya pernah opname di rumah sakit karena DM pada tahun
2019. Klien memiliki riwayat DM sejak 3 tahun yang lalu.
e. Riwayat Keperawatan Keluarga
Keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit DM.

3. Pemeriksaan Fisik
a. Pengkajian Primer
1) Airway
Klien tidak mengalami sumbatan pada jalan nafas. Jalan nafas bersih tidak
ditemukan sekret atau cairan.

2) Breathing
Klien nafas spontan, memakai oksigen nasal 3 lpm. RR 29 x/mnt, SpO: 98
%
3) Circulation
TD 90/60 mmHg MAP 70 HR : 102 x/menit, S : 37,4℃, Capillary Refill
Time : <2 detik, akral dingin, tidak sianosis, pitting edema : baik, tidak ada
distensi vena jugularis, tidak ada suara jantung tambahan seperti gallop
maupun murmur, tidak ada perdarahan, BB : 60 kg, diuresis 1,2 cc/jam/kg
BB
4) Disability
Composmentis
GCS : E4V5 M6
5) Eksposure
Tidak ada jejas pada tubuh klien

b. Pengkajian sekunder
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD 90/60 mmHg
MAP 70
HR : 102 x/menit
RR 29 x/menit
S : 37,4 C
SpO: 98 %
PENGKAJIAN HEAD TO TOE
1) Kepala
Mesencephalon, kulit kepala kotor, pertumbuhan rambut merata,ada
haematoma
a) Mata
Inspeksi : refleks terhadap cahaya baik +2/+2, pupil isokor, kelopak mata
tidak ptosis, sklera tidak ikterik, conjuctiva tidak anemis
b) Telinga
Inspeksi : simetris, bersih tidak ada serumen, tidak terdapat lesi, dan
fungsi pendengaran normal
c) Hidung
Inspeksi : tidak ada deviasi posisi pada septum nasi, tidak bernapas
dengan cuping hidung
d) Mulut dan Bibir
Inspeksi : bentuk bibir normal, tidak terdapat bengkak, mukosa bibir
lembab, bibir berwarna merah muda, tidak ada stomatitis, gigi bersih,
lidah bersih, tidak ada caries.
e) Leher
Inspeksi : tidak ada distensi vena jugularis, bentuk leher normal
Palpasi : tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
2) Thorax
a) Paru – paru
Inspeksi : simetris, tidak terdapat jejas, pergerakan dada simetris,
tidak terdapat tarikan dinding dada
Palpasi : Tactile fremitus bergetar sama kuat pada dada kanan
dan kiri yang disebut simetris
Perkusi : seluruh lapang paru sonor
Auskultasi : suara ronki
b) Jantung
I : ictus cordis tidak tampak
P : ictus cordis teraba di ICS 5 midclavicula, tidak ada massa
P :
Batas atas ICS 3 parasternum dextra dan sinistra
Batas bawah ICS 5 parasternum dextra dan sinistra sampai ICS 5 Axila
anterior sinistra
Batas kanan ICS 3 parasternum dextra dan sinistra sampai ICS 5
parasternum dextra
Batas kiri ICS 3 parasternum sinistra sampai ICS 5 Axila anterior
sinistra
A : Suara jantung I,II regular. Murmur (-), Gallop (-).
Bunyi katup mitral (ICS 5 midclavicula)
Bunyi katup trikus (ICS 4 parasternum sinistra)
Bunyi katup pulmonal (ICS 2 midclavicula sinistra / parasternum)
Bunyi katup aorta (ICS 2 midclavicula dekstra / parasternum)
c) Abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen datar
Auskultasi : terdapat suara bising usus 13x/menit
Perkusi : terdengar timpani
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan di semua kuadran
d) Ekstremitas atas dan bawah
(1) Ektremitas atas : tidak ada paralisis kanan, tidak terdapat bekas
trauma, Terpasang infus hari ke 1
(2) Ekstremitas bawah : tidak ada paralisis kanan, tidak terdapat bekas
trauma, tidak terdapat oedem pada kaki kanan dan kiri.
Penilaian mobilisasi
Tingkat
Kategori
Aktivitas/Mobilisasi
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh.
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat.
Memerlukan bantuan atau pengawasan
Tingkat 2
orang lain.
Memerlukan bantuan, pengawasan orang
Tingkat 3
lain, dan peralatan.
Sangat tergantung dan tidak dapat
Tingkat 4 melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan.
Klien dalam tingkat 4 dalam melakukan aktivitas

ADL menurut indeks barthel


NO INDIKATOR SKALA KETERANGAN
1. Personal hygiene 5
2. Mandi 5
3. Makan 5
4. Toileting 5
5. Naik turun tangga -
6. Berpakaian 5
7. Kontrol BAB 5
8. Kontrol BAK 5
9. Ambulasi atau memakai -
kursi roda
10. Transfer kursi roda ke -
bed
TOTAL 35 Ketergantungan total (1-24)
Ketergantungan berat (25-49)
Ketergantungan sedang (50-74)
Ketergantungan ringan (75-90)
Ketergantungan minimal (91-99)
Jadi, Tingkat ketergantungan tergolong berat
Kekuatan otot : skala 5 di semua ekstremitas
5 5

5 5
e) Kuku dan kulit
Tidak terdapat sianosis, tidak ada lesi, turgor kulit baik, tidak terdapat
ekimosis (bintik merah)

4. Pemeriksaan penunjang
a. Hasil laboratorium
Tanggal 15 Maret 2021
Jenis Hasil Satuan Nilai Rujukan
Pemeriksaan (Satuan)

1 Hemoglobin 12,5 Mg/dL 75-140


2 Eritrosit 3,79 M/uL 3,9 – 5,5
3 GDS High Mg/dL <200
4 Leukosit 14.600 K/uL 4.0 – 10.000

c. Terapi pengobatan
Hari/Tanggal Obat Dosis dan satuan Rute

Senin, NaCl 0,9 % loading 2 liter tpm IV


8 Maret 2021
08:10 WIB
Novorapid 12 ui SC

ceftriaxone 1gr/12jam IV

DAFTAR MASALAH

TANGGAL / MASALAH
N
JAM DATA FOKUS ETIOLOGI KEPERAWATA TTD
O
N
1. 8 Maret 2021 DS: Kehilangan Defisit volume siti
volume cairan
pukul Klien mengatakan pagi ini sering cairan
secara aktif
08.00 WIB buang air kecil dalam jumlah
banyak ( 5-6 kali)

DO:
Circulation
 TD 90/60 mmHg
 MAP 70 HR : 102 x
 HR 102 x/mnt
 Akral dingin
 Diuresi 1,2 cc/kg BB/jam
Eksposure
Hasil GDS High

2 8 Maret 2021 DS: Disfungsi Ketidakstabilan Siti


15.00 WIB Keluarga mengatakan klien sering pankreas kadar gula dalam
lupa minum obat DM darah

DO:
Riwayat DM 3 tahun
Eksposure
Hasil GDS high

PRIORITAS MASALAH

N TANGGAL
DIAGNOSA
O TTD
KEPERAWATAN DITEMUKAN TERATASI

Defisit volume cairan 15 Maret 2021 Teratasi Siti


berhubungan dengan kehilangan
1. sebagian
volume cairan secara aktif

2. Ketidakdstabilan kadar glukosa 15 maret 2021 Belum teratasi Siti


darah berhubungan dengan
Disfungsi pankreas
PERENCANAAN KEPERAWATAN

TUJUAN DAN HASIL YANG


NO TGL/ JAM DIAGNOSA INTERVENSI TTD
DIHARAPKAN
1. 15 Maret Defisit volume cairan Setelah dilakukan asuhan selama 1. Pertahankan catatan intake dan output yang SITI
berhubungan dengan
2021 6 jam kebutuhan cairan akurat
-kehilangan volume
08.30 WIB cairan secara aktif terpenuhi dengan kriteria hasil: 2.   Monitor status hidrasi ( kelembaban
 TTV dalam batas normal membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
 MAP > 70 darah ortostatik )

 Diuresis 0,5-1 cc/kgBB/jam 3.        Monitor vital sign

 Akral hangat 4. Kolaborasi pemberian cairan IV


 

5.   Berikan cairan
 Keringat dingin berkurang

2. 15 Maret Ketidakdstabilan kadar Setelah dilakukan asuhan selama 1. Kolaborasi dengan dokter pemberian rehidrasi SITI
glukosa darah
2021 6 jam gula darah dalam tubuh parenteral dan injeksi novorapid 12 unit/SC
berhubungan dengan
08.30 WIB Disfungsi pankreas. stabil dengan kriteria hasil: 2. Monitor tanda dan gejala hiperglikemi
 GDS turun (> 200 mg/dl) 3. Monitor kadar glukosa darah tiap 1 jam sekali
4. Monitor intake dan output cairan.
5. Konsultasi dengan medik jika tanda dan
gejala hiperglikemi tetap ada atau memburuk.

CATATAN PERKEMBANGAN
DX
TGL/JAM KEP. IMPLEMENTASI CATATAN PERKEMBANGAN TTD

SENIN
15-3-2021
13.30 1 1. Memasang infus Nacl 0.9 % S: Siti
2. Melakukan rehidrasi berat / loading Nacl 0,9 % selama 2 Pasien mengatakan badan masih lemas dan pusing
jam O:
3. Memberikan infus Nacl 0,9% maintenance 80 tpm  Akral hangat
selama 4 jam  Keringat dingin berkurang
4. Memonitor TTV  Urin out put selama 6 jam 300 cc
5. Memonitor tanda tanda defisit cairan  Diuresis 0,8 cc/kgBB/jam
6. Memasang DC
 TTV
TD 125/74 mmHg
MAP 91
HR 87 x/mnt
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi:
Memberikan infus Nacl 0.9 % 40 tpm selama 8 jam
lanjut manintenance 28 tpm

13.30 2 1. Memberikan injeksi novorapid 12 unit SC S: SITI


2. Memonitor TTV Pasien mengatakan badan masih lemas
3. Mengecek GDS O:
4. Memonitor tanda hiperglikemi GDS jam 12 534 mg/dl
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
Glucose control ( Cek GDS/3 jam dan pemberian
novorapid sesuai protap )
BAB 3

PEMBAHASAN

A. Analisa kasus

Pada tahap ini dengan berbagai cara untuk memperoleh data. Data yang

diperoleh dari wawancara yang bersumber dari pasien dan keluarga.

Kemudian dilakukan analisa antara sumber dengan data yang diperoleh .

Dalam pengkajian keperawatan penulis memperoleh data yaitu badan

terasa lemas, pusing, buang air kecil 5-6 kali dalam jumlah banyak., akral

dingin, keringat dingin, diuresis 1,2 cc/kgBB/jam, TD 90/60 mmHg, MAP 70,

HR 102 x/menit, hasil GDS high. Pasien mengatakan sakit DM sejak 3 tahun

yang lalu, pasien berobat rutin di Puskesmas, mendapatkan terapi metformin

dan glimipirid. Anak pasien mengatakan terkadang pasien lupa meminum obat

rutinnya.

Diagnosa gawat darurat yang muncul pada NY A :

1. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

2. Ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah berhubungan dengan

disfungsi pankreas

B. Analisa intervensi keperawatan

Intervensi yang dilakukan berdasarkan masing-masing diagnosa

keperawatan yang ditemukan penulis selama mengasuh kasus kelolaan pada

NY. A adalah :

1. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif .

Dilakukan dengan monitor tingkat kehilangan cairan dan pemberian


rehidrasi

2. Ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah.


Dilakukan dengan observasi gejala dan tanda hiperglikemi, cek GDS

tiap 3 jam.

Tatalaksana utama hiperglikemi dengan pemberian terapi cairan atau

rehidrasi. Terapi cairan pasien hiperglikemi akut akan memberikan efek adanya

penurunan kadar glukosa darah pada pasien hiperglikemi (80% pada 4 jam

pertama). Terapi cairan pada awalnya ditujukan untuk memperbaiki volume

intravaskular dan ekstravaskular dan mempertahankan perfusi ginjal. Terapi

cairan juga akan menurunkan kadar glukosa darah tanpa bergantung pada

insulin, dan menurunkan kadar hormon kontra insulin sehingga memperbaiki

sensitivitas terhadap insulin. (Zeitler, P. 2011).

BAB 4
PENUTUP
A. Simpulan

Hiperglikemi yang tidak terkontrol menyebabkan peningkatan

osmolaritas yang akan menganggu keseimbangan cairan dan elektrolit

tubuh. Terapi rehidrasi akan mengganti komposisi cairan tubuh yang

ditimbulkan akibat hiperosmolaritas. Observasi tatalaksana hiperglikemi

hanya berfokus melihat kadar gula darah sewaktu setelah terapi rehidrasi

tanpa melihat osmolaritas tubuh sebagai indikator keseimbangan cairan

tubuh.

B. Saran

1. Bagi institusi pendidikan

Sebagai bahan pembelajaran klinik kebutuhan dasar kritis berdasarkan

evidence based nursing pada kasus hiperglikemi.

2. Bagi perawat klinis

Perlu adanya kajian pengelolaan pasien dengan hiperglikemi yang tepat

agar dapat diterapkan SOP (Standar Operasional Prosedur) yang benar

dan menguntungkan bagi pasien.


DAFTAR PUSTAKA

Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC Jakarta:
EGC.
Mansjoer, A dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Nurarif & Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & Nanda Nic-Noc Panduan penyusunan Asuhan Keperawatan
Profesional. Yogyakarta : Mediaction Jogja.
Price & Wilson (2008). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Rab, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT
Alumni
Santosa, Budi. 2008. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
Sujono & Sukarmin (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Eksokrin & Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sukarmin & Riyadi. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan
Eksokrin & Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta : Graha Ilmu
Yuliana Elin, Andrajat Retnosari, 2009. ISO Farmakoterapi. Jakarta : ISFI
Zeitler, P., Haqq, A., Rosenbloom, A., and Glaser, N. (2011). Hyperglicemic
hyperosmolar syndrome in children: Pathophysiological considerations and
suggested guidelines for treatment. The Journal of Pediatrics, 158(1), 19-
14.e2 doi:10.1016/j.jpeds.2020.09.048

Anda mungkin juga menyukai