Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS

INFEKSI SALURAN KEMIH

Disusun Oleh :
Oktavia Putri Wulandari Effendy
FAB 117 040

Pembimbing :
dr. Soetopo, Sp.KFR
dr. Tagor Sibarani

Dibawakan dalam rangka tugas kepaniteraan klinik pada bagian


Ilmu Rehabilitasi Medik dan Emergency Medicine

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU REHABILITASI MEDIK DAN


EMERGENCY MEDICINE
RSUD dr. DORIS SYLVANUS/FK UNPAR
PALANGKA RAYA
2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering
ditemukan dalam masyarakat walaupun perkembangan teknologi dan pengobatan
di bidang kesehatan seperti penggunaan antiboitk sudah cukup maju dan beredar
luas di masyarakat. Secara epidemiologis, hampir 25-35% perempuan dewasa
pernah mengalami ISK selama hidupnya1. Di Amerika Serikat, terdapat >7 juta
kunjungan pasien dengan ISK di tempat praktik umum2.

Sebagian besar kejadian infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri


Escherichia coli yang melakukan invasi secara asending ke saluran kemih dan
menimbulkan reaksi peradangan. Kejadian infeksi saluran kemih dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti usia, jenis kelamin, kelainan pada saluran kemih,
1,2,3,4.
kateterisasi, penyakit diabetes, kehamilan, dan lain-lain. Ilmu kesehatan
modern saat ini telah memudahkan diagnosis dan terapi infeksi saluran kemih
sehingga dengan deteksi dini faktor predisposisi dan pengobatan yang adekuat
dengan antibiotik yang sesuai maka pasien dapat sembuh sempurna tanpa
komplikasi4.

2
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1. Primary Survey (Nn. A/ 17 tahun)


Vital Sign:
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Denyut Nadi : 108 kali/menit (reguler, kuat angkat, dan isi cukup)
Frekuensi Napas : 20 kali/menit, torako-abdominal
Suhu : 37,30C
Airway : Bebas, tidak ada sumbatan jalan napas
Breathing : Spontan, 20 kali/menit, pernapasan abdominal-torakal,
pergerakan thoraks simetris kiri dan kanan
Circulation : Denyut nadi 108 kali/menit, reguler, kuat angkat, dan isi
cukup. CRT < 2 detik, sianosis (-)
Disability : GCS (E4M6V5) Compos Mentis, pupil isokor +/+,
diameter 3mm/3mm
Skala Nyeri :8
Evaluasi masalah : Berdasarkan survey primer sistem triase, kasus ini
merupakan kasus yang termasuk dalam priority sign
karena pasien datang dengan keluhan Nyeri perut dengan
diberi label kuning.
Tatalaksana awal : Tatalaksana awal pada pasien ini adalah ditempatkan di
ruang non bedah, dibaringkan dengan diposisikan
berbaring di tempat yang aman
2.2. Secondary Survey
2.2.1. Identitas
Nama : Nn. A Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 17 tahun Alamat : Palangka Raya
Tgl Pemeriksaan : 27 Desember 2018

3
2.2.2. Anamnesis
Autoanamnesis
Keluhan Utama : Nyeri Perut Bawah
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut bawah sejak ± 3 minggu SMRS disertai
nyeri berkemih sejak ± 3 minggu. BAK sedikit-sedikit tetapi sering, BAK
berwarna keruh dan kadang tampak seperti ada darah. Demam (+), mual (-),
muntah (-). Sebelumnya pasien tidak pernah seperti ini.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Hipertensi (-) DM(-) Asma (-)
Riwayat Penyakit Keluarga:
Keluhan serupa (-) pada keluarga

2.2.3. Pemeriksaan Fisik


Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis (E4M6V5)
Vital sign : Tekanan Darah :120/80 mmHg
Denyut Nadi :108 kali/menit (reguler, kuat angkat,
dan isi cukup)
Frekuensi Napas :20 kali/menit, abdominal-torakal,
Suhu :37,30C

Kepala
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Leher
Peningkatan JVP (-), pembesaran KGB (-)
Thoraks
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan
Palpasi : Fremitus vokal normal kanan dan kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

4
Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Auskultasi : Bunyi jantung 1 (S1) dan 2 (S2), tunggal, reguler,
murmur(-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Supel, nyeri tekan (+) suprapubik, hepar dan lien tidak
teraba besar
Perkusi : Timpani (+)
Ekstremitas
Akral hangat, CRT < 2 detik, edem tungkai (-), SpO2 97%

2.2.4. Pemeriksaan Penunjang


Tabel 2.1. Pemeriksaan Laboratorium
Parameter Pasien Kadar Normal
Hematologi
Hb 11,4 g/dl 12-16 g/dl
Hematokrit 31,6 % 40-54 %
Leukosit 13.770 /ul 4.500-11.000/ul
Eritrosit 4.87 juta/ul 4-5,5 juta/ul
Trombosit 306.000/ul 150.000-400.000/ul
Kimia Klinik
GDS 128 mg/dL <200 mg/dL
Creatinin 1,18 mg/dL 0,7-1,5 mg/dL
Urine
Warna Kuning Tua Kuning muda
Kejernihan Keruh Jernih
Bj 1.005 1.003-1.030

5
pH 5 4,6-8
Keton 3+ Negatif
Urobilinogen 1+ <1
Bilirubin 1+ Negatif
Epitel sel Positif Negatif
Jamur Negatif Negatif
Bakteri Positif Negatif
Leukosit 3-4 <6
Eritrosit Penuh <1

2.2.5. Diagnosa
Infeksi Saluran kemih

2.2.6. Penatalaksanaan
Tatalaksana awal di IGD
IVFD RL 20 tpm
Inj. Ceftriaaxone 1 amp/IV
Inj. ketorolac 30 mg/IV
Inj. Ranitide 50 amp/IV

2.2.7. Prognosa
- Quo ad vitam : Bonam
- Quo ad functionam : Bonam
- Quo ad sanationam : Bonam

6
BAB III
PEMBAHASAN

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan istilah yang digunakan untuk


menunjukkan bakteriuria patogen dengan colony forming units per mL CFU/ ml
urin > 101, dan lekositouria >10 per lapangan pandang besar, disertai manifestasi
klinik3.
Pada umumnya ISK disebabkan oleh mikroorganisme (MO) tunggal seperti:2
 Eschericia coli merupakan MO yang paling sering diisolasi dari
pasien dengan ISK simtomatik maupun asimtomatik
 Mikroorganisme lainnya yang sering ditemukan seperti Proteus spp
(33% ISK anak laki-laki berusia 5 tahun), Klebsiella spp dan
Stafilokokus dengan koagulase negatif
 Pseudomonas spp dan MO lainnya seperti Stafilokokus jarang
dijumpai, kecuali pasca kateterisasi
Terdapat beberapa rute masuk bakteri ke saluran kemih. Pada umumnya,
bakteri di area periuretra naik atau secara ascending masuk ke saluran
genitourinaria dan menyebabkan ISK2,,3 Sebagian besar kasus pielonefritis
disebabkan oleh naiknya bakteri dari kandung kemih, melalui ureter dan masuk ke
parenkim ginjal. Kejadian ISK oleh karena invasi MO secara ascending juga
dipermudah oleh refluks vesikoureter. Pendeknya uretra wanita dikombinasikan
dengan kedekatannya dengan ruang depan vagina dan rektum merupakan
predisposisi yang menyebabkan perempuan lebih sering terkena ISK
dibandingkan laki-laki3,4
Berdasarkan letak anatomi, ISK digolongkan menjadi:
 Infeksi Saluran Kemih Atas
Infeksi saluran kemih atas terdiri dari pielonefritis dan pielitis.
Pielonefritis terbagi menjadi pielonefritis akut (PNA) dan pielonefritis
kronik (PNK). Istilah pielonefritis lebih sering dipakai dari pada

7
pielitis, karena infeksi pielum (pielitis) yang berdiri sendiri tidak
pernah ditemukan di klinik5.
Pielonefritis akut (PNA) adalah radang akut dari ginjal, ditandai
primer oleh radang jaringan interstitial sekunder mengenai tubulus dan
akhirnya dapat mengenai kapiler glomerulus, disertai manifestasi
klinik dan bakteriuria tanpa ditemukan kelainan radiologik4,5. PNA
ditemukan pada semua umur dan jenis kelamin walaupun lebih sering
ditemukan pada wanita dan anak-anak. Pada laki-laki usia lanjut, PNA
biasanya disertai hipertrofi prostat5.
Pielonefritis Kronik (PNK) adalah kelainan jaringan interstitial
(primer) dan sekunder mengenai tubulus dan glomerulus, mempunyai
hubungan dengan infeksi bakteri (immediate atau late effect) dengan
atau tanpa bakteriuria dan selalu disertai kelainan-kelainan radiologi.
PNK yang tidak disertai bakteriuria disebut PNK fase inaktif.
Bakteriuria yang ditemukan pada seorang penderita mungkin berasal
dari pielonefritis kronik fase aktif atau bakteriuria tersebut bukan
penyebab dari pielonefritis tetapi berasal dari saluran kemih bagian
bawah yang sebenarnya tidak memberikan keluhan atau bakteriuria
asimtomatik. Jadi diagnosis PNK harus mempunyai dua kriteria yakni
telah terbukti mempunyai kelainan-kelainan faal dan anatomi serta
kelainan-kelainan tersebut mempunyai hubungan dengan infeksi
bakteri. Dari semua faktor predisposisi ISK, nefrolithiasis dan refluks
vesiko ureter lebih memegang peranan penting dalam patogenesis
PNK4. Pielonefritis kronik mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Pada PNK juga sering
ditemukan pembentukan jaringan ikat parenkim2.
 Infeksi Saluran Kemih Bawah
Infeksi saluran kemih bawah terdiri dari sistitis, prostatitis dan
epidimitis, uretritis, serta sindrom uretra. Presentasi klinis ISKB
tergantung dari gender. Pada perempuan biasanya berupa sistitis dan

8
sindrom uretra akut, sedangkan pada laki-laki berupa sistitis, prostatitis,
epidimitis, dan uretritis2.
Sistitis terbagi menjadi sistitis akut dan sistitis kronik. Sistitis akut
adalah radang selaput mukosa kandung kemih (vesika urinaria) yang
timbulnya mendadak, biasanya ringan dan sembuh spontan (self-limited
disease) atau berat disertai penyulit ISKA (pielonefritis akut). Sistitis akut
termasuk ISK tipe sederhana (uncomplicated type). Sebaliknya sistitis akut
yang sering kambuh (recurrent urinary tract infection) termasuk ISK tipe
berkomplikasi (complicated type), ISK jenis ini perlu perhatian khusus
dalam pengelolaannya5.
Sistitis kronik adalah radang kandung kemih yang menyerang
berulang-ulang (recurrent attact of cystitis) dan dapat menyebabkan
kelainan-kelainan atau penyulit dari saluran kemih bagian atas dan ginjal.
Sistitis kronik merupakan ISKB tipe berkomplikas, dan memerlukan
pemeriksaan lanjutan untuk mencari faktor predisposisi5.
Sindrom uretra akut (SUA) adalah presentasi klinis sistitis tanpa
ditemukan mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis abakterialis
karena tidak dapat diisolasi mikroorganisme penyebabnya. Penelitian
terkini menunjukkan bahwa SUA disebabkan oleh MO anaerobik2,5.

1. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis ISK (simtomatologi ISK) dibagi menjagi gejala-
gejala lokal, sistemik dan perubahan urinalisis. Dalam praktik sehari-hari
gejala cardinal seperti disuria, polakisuria, dan urgensi sering ditemukan
pada hampir 90% pasien rawat jalan dengan ISK akut5.
Tabel 1. Simtomatologi ISK

Lokal Sistemik
 Disuria  Panas badan sampai
 Polakisuria menggigil
 Stranguria  Septicemia dan syok

9
 Tenesmus
 Nokturia
 Enuresis nocturnal Perubahan urinalisis
 Prostatismus  Hematuria

 Inkontinesia  Piuria

 Nyeri uretra  Chylusuria

 Nyeri kandung kemih  Pneumaturia

 Nyeri kolik
 Nyeri ginjal

Pada pielonefritis akut (PNA), sering ditemukan panas tinggi


(39.5°C-40,5°C), disertai menggigil dan sakit pinggang2. Pada
pemeriksaan fisik diagnostik tampak sakit berat, panas intermiten disertai
menggigil dan takikardia. Frekuensi nadi pada infeksi E.coli biasanya 90
kali per menit, sedangkan infeksi oleh kuman staphylococcus dan
streptococcus dapat menyebabkan takikardia lebih dari 140 kali per menit.
Ginjal sulit teraba karena spasme otot-otot. Distensi abdomen sangat nyata
dan rebound tenderness mungkin juga ditemukan, hal ini menunjukkan
adanya proses dalam perut, intra peritoneal. Pada PNA tipe sederhana
(uncomplicated) lebih sering pada wanita usia subur dengan riwayat ISKB
kronik disertai nyeri pinggang (flank pain), panas menggigil, mual, dan
muntah. Pada ISKA akut (PNA akut) tipe complicated seperti obastruksi,
refluks vesiko ureter, sisa urin banyak sering disertai komplikasi
bakteriemia dan syok, kesadaran menurun, gelisah, hipotensi hiperventilasi
oleh karena alkalosis respiratorik kadang-kadang asidosis metabolik5.
Pada pielonefritis kronik (PNK), manifestasi kliniknya bervariasi
dari keluhan-keluhan ringan atau tanpa keluhan dan ditemukan kebetulan
pada pemeriksaan urin rutin. Presentasi klinik PNK dapat berupa
proteinuria asimtomatik, infeksi eksaserbasi akut, hipertensi, dan gagal
ginjal kronik (GGK)5.

10
Manifestasi klinik pada sistitis akut dapat berupa keluhan-keluhan
klasik seperti polakisuria, nokturia, disuria, nyeri suprapubik, stranguria
dan tidak jarang dengan hematuria. Keluhan sistemik seperti panas
menggigil jarang ditemukan, kecuali bila disertai penyulit PNA. Pada
wanita, keluhan biasanya terjadi 36-48 jam setelah melakukan senggama,
dinamakan honeymoon cystitis. Pada laki-laki, prostatitis yang terselubung
setelah senggama atau minum alkohol dapat menyebabkan sistitis
sekunder2,5.
Pada sistitis kronik, biasanya tanpa keluhan atau keluhan ringan
karena rangsangan yang berulang-ulang dan menetap. Pada pemeriksaan
fisik mungkin ditemukan nyeri tekan di daerah pinggang, atau teraba suatu
massa tumor dari hidronefrosis dan distensi vesika urinaria5.
Manifestasi klinis sindrom uretra akut (SUA) sulit dibedakan
dengan sistitis. Gejalanya sangat miskin, biasanya hanya disuri dan sering
kencing2.

2. Pemeriksaan Penunjang Diagnosis


a. Analisis urin rutin5
Pemeriksaan analisa urin rutin terdiri dari pH urin,
proteinuria (albuminuria), dan pemeriksaan mikroskopik urin.
Urin normal mempunyai pH bervariasi antara 4,3-8,0. Bila
bahan urin masih segar dan pH >8 (alkalis) selalu menunjukkan
adanya infeksi saluran kemih yang berhubungan dengan
mikroorganisme pemecah urea (ureasplitting organism).
Albuminuria hanya ditemukan ISK. Sifatnya ringan dan kurang
dari 1 gram per 24 jam.
Pemeriksaan mikroskopik urin terdiri dari sedimen urin
tanpa putar (100 x) dan sedimen urin dengan putar 2500 x/menit
selama 5 menit. Pemeriksaan mikroskopik dengan pembesaran
400x ditemukan bakteriuria >105 CFU per ml. Lekosituria (piuria)
10/LPB hanya ditemukan pada 60-85% dari pasien-pasien dengan

11
bakteriuria bermakna (CFU per ml >105). Kadang-kadang masih
ditemukan 25% pasien tanpa bakteriuria. Hanya 40% pasien-pasien
dengan piuria mempunyai bakteriuria dengan CFU per ml >101.
Analisa ini menunjukkan bahwa piuria mempunyai nilai lemah
untuk prediksi ISK.
Tes dipstick pada piuria untuk deteksi sel darah putih.
Sensitivitas 100% untuk >50 leukosit per HPF, 90% untuk 21-50
leukosit, 60% untuk 12-20 leukosit, 44 % untuk 6-12 leukosit.
Selain itu pada pemeriksaan urin yang tidak disentrifuge dapat
dilakukan pemeriksaan mikroskopik secara langsung untuk melihat
bakteri gram negatif dan gram positif. Sensitivitas sebesar 85 %
dan spesifisitas sebesar 60 % untuk 1 PMN atau mikroorganisme
per HPF. Namun pemeriksaan ini juga dapat mendapatkan hasil
positif palsu sebesar 10%11.
b. Uji Biokimia5
Uji biokimia didasari oleh pemakaian glukosa dan reduksi nitrat
menjadi nitrit dari bakteriuria terutama golongan
Enterobacteriaceae. Uji biokimia ini hanya sebagai uji saring
(skrinning) karena tidak sensitif, tidak spesifik dan tidak dapat
menentukan tipe bakteriuria.
c. Mikrobiologi5
Pemeriksaan mikrobiologi yaitu dengan Colony Forming
Unit (CFU) ml urin. Indikasi CFU per ml antara lain pasien-pasien
dengan gejala ISK, tindak lanjut selama pemberian antimikroba
untuk ISK, pasca kateterisasi, uji saring bakteriuria asimtomatik
selama kehamilan, dan instrumentasi. Bahan contoh urin harus
dibiakan lurang dari 2 jam pada suhu kamar atau disimpan pada
lemari pendingin. Bahan contoh urin dapat berupa urin tengah
kencing (UTK), aspirasi suprapubik selektif.
Interpretasi sesuai dengan kriteria bakteriura patogen yakni
CFU per ml >105 (2x) berturut-turut dari UTK, CFU per ml >105

12
(1x) dari UTK disertai lekositouria > 10 per ml tanpa putar, CFU
per ml >105 (1x) dari UTK disertai gejala klinis ISK, atau CFU per
ml >105 dari aspirasi supra pubik. Menurut kriteria Kunin yakni
CFU per ml >105 (3x) berturut-turut dari UTK
d. Renal Imaging Procedures2
Renal imaging procedures digunakan untuk mengidentifikasi
faktor predisposisi ISK, yang biasa digunakan adalah USG, foto
polos abdomen, pielografi intravena, micturating cystogram dan
isotop scanning. Investigasi lanjutan tidak boleh rutin tetapi harus
sesuai indikasi antara lain ISK kambuh, pasien laki-laki, gejala
urologik (kolik ginjal, piuria, hematuria), hematuria persisten,
mikroorganisme jarang (Pseudomonas spp dan Proteus spp), serta
ISK berulang dengan interval ≤6 minggu.
3. Terapi
a. Infeksi saluran kemih atas (ISKA) 2
Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut (PNA)
memerlukan rawat inap untuk memelihara status hidrasi dan terapi
antibiotik parenteral minimal 48 jam. Indikasi rawat inap pada
PNA antara lain kegagalan dalam mempertahankan hidrasi normal
atau toleransi terhadap antibiotik oral, pasien sakit berat, kegagalan
terapi antibiotik saat rawat jalan, diperlukan investigasi lanjutan,
faktor predisposisi ISK berkomplikasi, serta komorbiditas seperti
kehamilan, diabetes mellitus dan usia lanjut.
The Infectious Disease Society of America menganjurkan
satu dari tiga alternative terapi antibiotic IV sebagai terapi awal
selama 48-72 jam, sebelum adanya hasil kepekaan biakan yakni
fluorokuinolon, amiglikosida dengan atau tanpa ampisilin dan
sefalosporin spektrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida.
b. Infeksi saluran kemih bawah (ISKB)
Prinsip manajemen ISKB adalah dengan meningkatkan
intake cairan, pemberian antibiotik yang adekuat, dan kalau perlu

13
terapi simtomatik untuk alkanisasi urin dengan natrium bikarbonat
16-20 gram per hari2,5
Pada sistitis akut, antibiotika pilihan pertama antara lain
nitrofurantoin, ampisilin, penisilin G, asam nalidiksik dan
tetrasiklin. Golongan sulfonamid cukup efektif tetapi tidak
ekspansif. Pada sistitis kronik dapat diberikan nitrofurantoin dan
sulfonamid sebagai pengobatan permulaan sebelum diketahui hasil
bakteriogram5.

14
BAB IV
KESIMPULAN

Telah dilaporkan Nn. A usia 17 tahun datang dengan keluhan nyeri perut
bawah. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan juga pemeriksaan
penunjang yang dilakukan, didapatkan diagnosis infeksi saluran kencing.
Penatalaksanaan yang diberikan di IGD adalah pemberian antibiotic dan juga
analgetik untuk mengurangi rasa nyeri.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Scanlon, V.C & Sanders, T. Essential of Anatomy and Physiology 5th


edition. Philadelpia: FA Davis Company. 2007: 420-432
2. Sukandar, E. Infeksi Saluran Kemih. In Sudoyo A.W, et all.ed. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta: Internal Publishing.
2009:1008-1014.
3. Sukandar, E. Infeksi (non spesifik dan spesifik) Saluran Kemih dan Ginjal.
In Sukandar E. Nefrologi Klinik Edisi III. Bandung: Pusat Informasi
Ilmiah (PII) Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UNPAD. 2006: 29-72
4. Nguyen, H.T. Bacterial Infections of The Genitourinary Tract. In Tanagho
E. & McAninch J.W. ed. Smith’s General urology 17th edition. Newyork:
Mc Graw Hill Medical Publishing Division. 2008: 193-195
5. Macfarlane, M.T. Urinary Tract Infections. In, Brown B, et all ed. 4th
Urology. California: Lippincott Williams & Wilkins. 2006: 83-16
6. Weissman, S.J, et all. Host-Pathogen Interactions and Host Defense
Mechanisms. In In Schrier R.W, ed. Diseases of the Kidney and Urinary
Tract 8th edition Vol.1. Newyork: Lippincott Williams & Wilkins
Publishers. 2007: 817-826
7. Abdelmalak, J.B, et all. Urinary Tract Infections in Adults. In Potts J.M,
ed. Essential Urology, A Guide to Clinical Practice. New Jersey: Humana
Press. 2004:183-189
8. Anonim. Urinary Tract Infections (Acute Urinary Tract Infection:
Urethritis, Cystitis, and Pyelonephritis). In Kasper, et all ed. Harrison’s
Manual of Medicine16th Edition. Newyork: Mc Graw Hill Medical
Publishing Division. 2005:724
9. Anonim. Pyelonephritis Acute. In Williamson, M.A & Snyder L.M.
Wallach’s Interpretation of Diagnostic Test 9th. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins a Wolters Kluwer Publishers. 2011: 730-731

16

Anda mungkin juga menyukai