Anda di halaman 1dari 14

PUBLIC HEALTH LAPORAN KASUS

SEPTEMBER 2023

“INFEKSI SALURAN KEMIH”

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN


MASYARAKAT DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
2023
A. Identitas Pasien

Nama : Nn. P.F


Umur : 20 tahun
Jenis kelamin :
Perempuan Pekerjaan
: Mahasiswa
Alamat :x
Agama : Islam
Status : Belum menikah

B. Problem
Anamnesi
s
1. Keluhan utama
Nyeri perut bawah
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien dengan keluhan nyeri perut bagian bawah yang dirasakan sejak 3 hari
lalu. Pasien juga mengeluh nyeri saat BAK. Kencing juga keluar sedikit-
sedikit. Keluhan lainnya seperti demam disangkal. Pasien juga mengatakan
kurang minum air putih. Minum air hanya pada saat makan saja.

Riwayat penyakit dahulu

Disangkal
Riwayat alergi : tidak ada
3. Riwayat penyakit keluarga
Disangkal

4. Riwayat pengobatan
Disangkal
5. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan seorang Mahasiswi yang tinggal bersama kedua orangtua
dan 1 kakak laki-laki dan 1 adik perempuan. Kegiatan pasien sehari-hari
sebagai mahasiswa yang mana punya banyak tugas yang harus diselesaikan
2
sehingga sering kali menahan kencing. Riwayat minum alcohol dan merokok
disangkal. Pasien memiliki kebiasaan minum air sedikit.

C. Data Klinis

1. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum : Tampak sakit ringan
 Kesadaran : Compos mentis
 Tekanan darah : 100/70 mmHg
 Nadi : 87x/menit
 Pernapasan : 20x/menit
 Suhu : 36,7 C
2. Status generalisata
 Kepala : Rambut hitam, panjang dan lurus, tidak mudak dicabut,
distribusi merata, wajah simetris
 Mata :Pupil isokor, bulat, refleks langsung (+/+), tak langsung (+/+),
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
 Telinga : otore (-/-)
 Hidung : Rhinore (-/-)
 Mulut : Lidah bersih
 Leher : Trakea di tengah, KGB tidak membesar
 Thoraks
 Paru
- Palpasi : Fremitus raba simetris kiri dan kanan, nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor (+/+)
- Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
 Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

- Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V linea midclavicula sinistra


- Perkusi : Batas kanan jantung di linea parasternalis dextra. Batas
kiri jantung di linea midclavicula sinistra
- Auskultasi : BJ I dan II murni regular, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen
3
- Inspeksi : Datar
- Auskultasi : Peristaltik usus (+) normal
- Palpasi : Nyeri tekan suprapubik (+)
- Perkusi : Timpani
- Alat Kelamin : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Anus & Rektum : Tidak dilakukan pemeriksaan
3. Pemeriksaan penunjang
 GDS :-
 Asam urat : -
 Kolesterol : -

D. Hypothesis

Infeksi Saluran Kemih

E. Mechanisme
Infeksi saluran kemih terjadi pada saat mikroorganisme masuk ke dalam saluran
kemih dan berkembang biak di dalam media urin. Mikroorganisme memasuki saluran
kemih melalui 4 cara, yaitu ascending, hematogen, limfogen, atau langsung dari organ
sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau eksogen sebagai akibat dari pemakaian
instrumen. Dua jalur utama masuknya bakteri ke saluran kemih adalah jalur hematogen
dan asending, tetapi asending lebih sering terjadi. 1). Infeksi hematogen (desending),
Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh rendah,
karena menderita suatu penyakit kronik, atau pada pasien yang sementara mendapat
pengobatan imunosupresif. Penyebaran hematogen dapat juga terjadi akibat adanya
fokus infeksi di salah satu tempat. Contoh mikroorganisme yang dapat menyebar secara
hematogen adalah Staphylococcus aureus, Salmonella sp, Pseudomonas, Candida sp.,
dan Proteus sp. Ginjal yang normal biasanya mempunyai daya tahan terhadap infeksi
E.coli karena itu jarang terjadi infeksi hematogen E.coli. Ada beberapa tindakan yang
mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal yang dapat meningkatkan kepekaan ginjal
sehingga mempermudah penyebaran hematogen. 2). Infeksi asending, Proses masuknya
mikroorganisme ke dalam kandunh kemih belum diketahui dengan jelas. Beberapa
faktor yang mempengaruhi masuknya mikroorganisme ke dalam kandung kemih adalah
karena faktor anatomi meliputi: Uretra wanita lebih pendek dan terletak lebih dekat anus
4
dan Uretra laki-laki bermuara saluran kelenjar prostat dan sekret prostat merupakan
antibakteri yang kuat.1

F. More Information

1. Defenisi ISK
Beberapa istilah yang perlu dipahami:
 Bakteriuria bermakna (significant backteriuri) adalah keberadaan mikroorganisme
murni (tidak terkontaminasi flora normal dari uretra) lebih dari 10 5 colony forming
units per mL (cfu/ml) biakan urin dan tanpa lekosituria.2,3
 Bakteriuria simtomatik adalah bakteriuria bermakna dengan manifestasi klinik. 2,3
 Bakteriuria asimtomatik (covert bacteriuria) adalah bakteriuria bermakna tanpa
manifestasi klinik.2,3

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan
bakteriuria patogen dengan colony forming units per mL CFU/ ml urin > 105, dan
lekositouria >10 per lapangan pandang besar disertai manifestasi klinik.3

2. Etiologi

Di dunia dilaporkan bahwa Escherichia coli merupakan penyebab terbanyak


infeksi saluran kemih (ISK) yaitu mencapai 85% untuk infeksi community-acquired dan
60% infeksi hospital-acquired. Pada infeksi community-acquired juga dijumpai kuman
enterobactericeae gram negatif lain seperti Proteus mirabilis dan Klebsiella
pneumoniae, sementara untuk gram positif didapati kuman seperti Enterococcus faecalis
dan Staphylococcus saprophyticus. Pada ISK komplikata atau nosokomial disebabkan
oleh E.faecalis, Klebsiella, Enterobacter, Citrobacter, Serratia, Pseudomonas
aeruginosa, Providencia, dan S. epidermidis.2

5
3. Faktor Resiko
Dalam kondisi normal saluran kemih bersifat steril dan infeksi berkembang bila
virulensi bakteri melampaui mekanisme pertahanan inang. Terjadinya ISK dipengaruhi
oleh banyak faktor seperti usia, jenis kelamin, prevalensi bakteriuria, dan faktor
predisposisi yang menyebakan perubahan struktur saluran kemih termasuk ginjal.
Prevalensi infeksi asimtomatik meningkat hingga 30% pada laki-laki maupun perempuan
bila diserta faktor predisposisi seperti litiasis, obstruksi saluran kemih, penyakit ginjal
polikistik, nekrosis papilar, diabetes mellitus pasca transplantasi ginjal, nefropati
analgesik, penyakit Sickle-cell, senggama, kehamilan dan peserta KB dengan tablet
progesteron, dan kateterisasi.2
Infeksi asendens sering ditemukan, terutama pada perempuan karena uretra
pendek sehingga infeksi mudah naik. Pada lelaki, infeksi asendens dapat terjadi pada
instrumentasi atau kateterisasi. Infeksi saluran kemih tidak akan naik lebih tinggi dari
kandung kemih bila taut vesiko-ureter paten sehingga tidak terdapat refluks vesiko
ureter.2
Faktor penyebab infeksi ginjal asendens
─ Obstruksi ureter
 Pielolitiasis
 Hidonefrosis bawaan
 Megaureter
 Striktur ureter
─ Nefrolitiasis
─ Fistel ureterokolon atau ureterovaginal
─ Refluks vesika
─ Ureter primer atau sekunder
 Neuropati
 Obstruksi
─ Pengalihan aliran kemih

Umumnya infeksi dicegah oleh lancarnya arus kemih. Setiap stasis, gangguan
urodinamik, atau hambatan arus merupakan faktor pencetus infeksi. Selain faktor lokal
tersebut, perlu dipertimbangkan juga faktor pencetus umum, misalnya diabetes melitus
(dengan atau tanpa neuropati), penurunan imunitas, supresi sistem imun, atau
malnutrisi.2

4. Klasifikasi
Menurut pembagian anatomisnya ISK dibagi menjadi:
6
 Infeksi Saluran Kemih Atas
Infeksi saluran kemih atas terdiri dari pielonefritis dan pielitis. Pielonefritis terbagi
menjadi pielonefritis akut (PNA) dan pielonefritis kronik (PNK). Istilah
pielonefritis lebih sering dipakai dari pada pielitis, karena infeksi pielum (pielitis)
yang berdiri sendiri tidak pernah ditemukan di klinik.3
 Infeksi Saluran Kemih Bawah
Infeksi saluran kemih bawah terdiri dari sistitis, prostatitis dan epidimitis, uretritis,
serta sindrom uretra. Presentasi klinis ISKB tergantung dari gender. Pada
perempuan biasanya biasanya berupa sistitis sistitis dan sindrom sindrom uretra
akut, sedangkan pada laki-laki berupa sistitis, prostatitis, epidimitis, dan uretritis.3

5. Manisfestasi Klinis
Manifestasi klinis dari ISK bervariasi, berbeda juga berdasarkan letak infeksi
nya. Bisa tanpa gejala (Bakteriuria asimptomatik) sampai gejala yang berat. Berikut
adalah manifestasi klinis ISK berdasarkan klasifikasinya:4

 Bakteriuria asimptomatik

Seperti namanya, bacteriuria asimptomatik tidak memiliki gejala klinis, pasien


biasanya terdiagnosis secara tidak sengaja ketika tidak sengaja ketika melakukan
tes skrining melakukan tes skrining pada urinya untuk keperluan lain dan
ditemykanya bakteri dalam urinnya.

 Sistitis

Gejala tipikal dari sistitis meliputi dysuria, hematuria, frekuensi, urgensi,


polakisuria, dan nyeri suprapubic. Dysuria merupakan nyeri pada saat berkemih
dikarenakan inflamasi dari vesica urinaria atau uretra, selain itu juga menyebabkan
nyeri pada suprapubik. Anyang-anyangan atau polakisuria disebabkan oleh reaksi
inflamasi pada kandung kemih akibat dari kolonisasi bakteri pada mukosa buli
menyebabkan spasme otot polos vesika urinaria sehingga sulit relaksasi dan
menyebabkan spasme terus menerus sehingga urin sedikit yang keluar namun
sering mengakibatkan distensi kandung kemih sehinga tidak mampu menampung
volume urine lebih dari 500 mL. Jika gejala disertai nyeri pada bagian flank serta
adanya demam mengindikasikan bahwa infeksi telah mencapai ginjal.

 Pyelonephritis
7
Pyelonephritis ringan tampak dengan demam ringan dengan atau tanpa nyeri pada
pinggang atau costrovetebral-angle (CVA), sedangkan pyelonephritis berat hadir
dengan demam tinggi, rigors, mual, muntah, nyeri pada bagian flank atau
pinggang. Gejala secara umum terjadi akut dan gejala pada sistitsi biasanya tidak
biasanya tidak ditemukan. Pembeda utama dari utama dari sistitis adalah adanya
demam. Demam pada pyelonephritis menunjukan pola “picket- fence” dan
sembuh dengan 72 jam terapi. Bakteremia terjadi pada 20-30% kasus
pyelonephritis.

6. Diagnosis
Secara umum presentasi klinis ISK atas dan bawah dapat dibedakan berdasarkan
lokasi infeksi. Pada ISK atas dapat ditemui gejala seperti demam, kram, nyeri
punggung, muntah, skoliosis dan penurunan berat badan. Sebagai contoh pada
pielonefritis akut (PNA) dapat ditemukan panas tinggi 39,5 – 40,5°C, disertai
menggigil dan sakit pinggang. Presentasi klinis PNA ini sering didahului gejala ISK
bawah (sistitis). Pada ISK bawah dapat ditemui gejala seperti nyeri suprapubik, disuria,
frekuensi, hematuria, urgensi dan stranguria. Sebagai contoh pada sistitis didapatkan
nyeri suprapubik, polakisuria, nokturia, disuria, dan stranguria. Pada sindrom uretra
akut (SUA) presentasi klinisnya sulit dibedakan dengan sistitis. SUA sering ditemukan
pada perempuan usia antara 20-50 tahun.3

 Analisis urin rutin.3


Pemeriksaan analisa urin rutin terdiri dari pH urin, proteinuria (albuminuria), dan
pemeriksaan mikroskopik urin.

Urin normal mempunyai pH bervariasi antara 4,3-8,0. Bila bahan urin masih
segar dan pH >8 (alkalis) selalu menunjukkan adanya infeksi saluran kemih yang
berhubungan dengan mikroorganisme pemecah urea (ureasplitting organism).
Albuminuria hanya ditemukan ISK. Sifatnya ringan dan kurang dari 1 gram per
24 jam.

Pemeriksaan mikroskopik urin terdiri dari sedimen urin tanpa putar (100 x) dan
sedimen urin dengan putar 2500 x/menit selama 5 menit. Pemeriksaan
mikroskopik dengan pembesaran 400x ditemukan bakteriuria >10 5 CFU per ml.
Lekosituria (piuria) 10/LPB hanya ditemukan pada 60-85% dari pasien-pasien
dengan bakteriuria bermakna (CFU per ml >10 5). Kadang-kadang masih
8
ditemukan 25% pasien tanpa bakteriuria. Hanya 40% pasien-pasien dengan
piuria mempunyai bakteriuria bakteriuria dengan CFU per ml >10 5 . Analisa ini
menunjukkan bahwa piuria mempunyai nilai lemah untuk prediksi ISK.

 Uji Biokimia.3

Uji biokimia didasari oleh pemakaian glukosa dan reduksi nitrat menjadi nitrit
dari bakteriuria terutama golongan Enterobacteriaceae. Uji biokimia ini hanya
sebagai uji saring ( skrinning) karena tidak sensitif, tidak spesifik dan tidak
dapat menentukan tipe bakteriuria.

 Mikrobiologi.3

Pemeriksaan mikrobiologi yaitu dengan Colony Forming Unit (CFU) ml urin.


Indikasi CFU per ml antara lain pasien-pasien dengan gejala ISK, tindak lanjut
selama pemberian antimikroba untuk ISK, pasca kateterisasi, uji saring
bakteriuria asimtomatik selama kehamilan, dan instrumentasi. Bahan contoh urin
harus dibiakan kurang dari 2 jam pada suhu kamar atau disimpan pada lemari
pendingin. Bahan contoh urin dapat berupa urin tengah kencing (UTK), urin
tengah kencing (UTK), aspirasi suprapubik selektif.

7. Penatalaksaan

1. Farmakologi
Prioritas utama dari manajemen ISK adalah meringankan gejala pasien.
pasien. Dengan terapi antibiotik antibiotik yang tepat diharapkan diharapkan
respon klinis terjadi terjadi dalam 24 jam untuk sistitis dan dalam 48-72 jam untuk
pielonefritis. Jika tidak didapatkan respon dalam 72 jam berarti pasien perlu
dievaluasi lebih lanjut dengan pencitraan. Pasien juga harus menerima pengobatan
dengan agen yang toksisitasnya rendah dan memiliki potensi rendah untuk
mengubah flora usus normal.4,5

Pilihan antibiotik untuk ISK

9
2. Non Farmakologi
Selain itu pasien ISK juga perlu dihimbau untuk banyak mengkonsumsi air putih
(2-3L/hari) untuk memperbanyak frekuensi kemih untuk membantu mengeluarkan
bakteri dari vesika sebagai pencegahan multiplikasi bakteri. Pasien juga diminta untuk
memperhatikan hubungan sexual nya seperti perempuan harus membersihkan area
genital sebelum dan setelah berhubungan dan jika membersihkan arah nya dari depan
kebelakang. Pasien juga harus menghindari pemakaian produk seperti sabun, oil, cream,
spay, lotion, ke daerah genital.4

10
G. Don’t Know
1. Apa saja perbedaan gejala pada ISK bagian atas (pyelonefritis) dan ISK bawah
(sistitis)?
2. Sebutkan indikasi rawat inap pasien dengan pyelonefritis akut?
3. Apa pencegahan ISK?
4. Komplikasi apa yang bisa terjadi pada ISK?

H. Learning Issue
1. Pyelonephritis ringan tampak dengan demam ringan dengan atau tanpa nyeri pada
pinggang pinggang atau costrovetebral-angle (CVA), sedangkan pyelonephritis
berat hadir dengan demam tinggi, rigors, mual, muntah, nyeri pada bagian
flank atau pinggang. Gejala tipikal dari sistitis meliputi dysuria, hematuria,
frekuensi, urgensi, polakisuria, polakisuria, dan nyeri suprapubic. Pembeda utama
dari utama dari sistitis adalah adanya demam.
2. Indikasi rawat inap pasien dengan pielonefritis akut:
 Kegagalan untuk mempertahankan hidrasi normal atau toleransi terhadap
antibiotika oral
 Pasien sakit berat atau debilitasi
 Terapi antibiotik oral selama rawat jalan mengalami kegagalan
 Faktor predisposisi untuk ISK tipe berkomplikasi
 Komorbiditas seperti kehamilan, diabetes melitus, dan usia lanjut
.
3. Pencegahan ISK diantaranya:
 Perbanyak minum air mineral minimal 2 liter per hari
 Jangan menahan keinginan untuk BAK
 Bersihkan alat genital dari arah depan ke belakang
 Rajin mengganti pakaian dalam 3-4 kali sehari
 Hindari menggunakan celana yang terlalu ketat

4. Infeksi saluran kemih dapat menimbulkan beberapa komplikasi, di antaranya;


 Gagal ginjal akut: Edema yang terjadi akibat inflamasi akut pada ginjal akan
mendesak system pelvikalises sehingga menimbulkan gangguan aliran urine.
Pada pemeriksaan urogram terlihat spastisitas system pelvikalises atau pada
pemeriksaan pemeriksaan radionuklir, asupan (uptake) zat radioaktif tampak
menurun. Selain itu urosepsis dapat menyebabkan nekrosis tubulus ginjal akut.

11
 Nekrosis papilla ginjal dan nefritis interstisial: Infeksi ginjal pada pasien
diabetes sering menimbulkan pengelupasan papilla ginjal dan nefritis interstisial.
 Batu saluran kemih: Adanya papilla yang terkelupas akibat infeksi saluran kemih
serta debris dari bakteri merupakan nidus pembentukkan batu saluran kemih.
Selain itu beberapa kuman yang dapat memecah urea mampu merubah suasana
pH urine menjadi basa. Suasana basa ini memungkinkan unsure-unsur
pembentuk batu mengendap di dalam urine dan untuk selanjutnya membentuk
batu pada saluran kemih.

I. Problem Solving
Pada kasus ini pasien Nn. P.F diberikan terapi farmakologi yaitu obat Ciprofloxacin
500mg 2x1 sedangkan terapi nonfarmakologi dengan memberikan edukasi pada pasien.

12
KESIMPULAN

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan istilah yang digunakan untuk


menunjukkan bakteriuria patogen bermakna dengan colony forming units per mL CFU/
ml urin > 105 disertai manifestasi klinik. ISK lebih sering terjadi pada perempuan
dibandingkan laki-laki laki-laki karena uretra perempuan perempuan lebih pendek
dibandingkan laki-laki. Adapun faktor predisposisi ISK antara lain: litiasis, obstruksi
saluran kemih, penyakit ginjal polikistik, DM, nefropati analgesik, senggama,
kehamilan, kontrasepsi, dan kateterisasi. Escherichia coli sebagai patogen penyebab pada 70-
95% kasus dan Staphylococcus saprophyticus pada 5-10%. Patogenesis ISK umumnya terjadi
karena proses kolonisasi bakteri di sistem urinarius dimana bakteri umumnya berasal
dari saluran cerna yang kemudian masuk ke sistem urinarius secara ascenden

Manifestasi klinis ISK dibedakan berdasarkan letaknya, dimana pada ISK bawah
didapatkan dysuria, hematuria, frekuensi, urgensi, polakisuria, dan nyeri suprapubic.
Sedangkan khas pada ISK atas adalah didapatkanya deman disertai nyeri pada pinggang
atau daerah flank. Prioritas utama dari manajemen ISK adalah meringankan gejala
pasien. Dengan terapi antibiotik yang tepat diharapkan respon klinis terjadi dalam 24
jam untuk sistitis dan dalam 48-72 jam untuk pielonefritis.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. R. S. Snell, Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem, Jakarta: EGC, 2011.


2. E. Sukandar, "Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa," in Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Edisi Keenam Jilid I, Jakarta, Interna Publishing, 2014.
3. Tan, Chee wei. Chlebicki, Maciej Piotr. Urinary Tract Infection In Adults. Singapore
Medical Journal 2016;57(9):485-90.
4. Mittal, Seema. Kumar, Ashok. Govil, Nikhil. Urinary Tract Infection: general
considerations. SMGroup 2015: 1-12.
5. The New York State Departement of Health. Guidelines for the Diagnosis and
Management of Urinary Tract Infections.2017.

14

Anda mungkin juga menyukai