Anda di halaman 1dari 12

MANAJEMEN KASUS

“Limfadenitis Aksila Desktra”

Disusun untuk Memenuhi Syarat Kepaniteraan di Stase Bedah RSUD


Wonosari

Disusun Oleh :
M. Faliq Khubbata, S.Ked
14711145

Pembimbing :
dr. Aji Pangki Asmaya, Sp.B

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
RSUD Wonosari
2019
UNIVERSITAS DEPARTEMEN ILMU BEDAH
ISLAM
INDONESIA STATUS PASIEN UNTUK UJIAN
FAKULTAS KEDOKTERAN

Nama Dokter Muda M. FALIQ KHUBBATA Tanda Tangan


NIM 14711145
Tanggal Ujian
Rumah sakit RSUD WONOSARI
Gelombang Periode

A. Identitas
Nama : An. AS
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 5 tahun
Alamat : Mojosari, Hargosari, Tanjung Sari
Agama : Islam
Mondok di bangsal : Cempaka
Tanggal masuk : 16 Juni 2019

B. Anamnesis
Diberikan oleh : Alloanamnesis
Tempat/Tanggal/pukul : Bangsal Cempaka/ 17 Juni 2019/ pukul 19.35 WIB
Keluhan Utama : Benjolan pada ketiak kanan

Riwayat Penyakit Sekarang :


Seorang laki-laki berusia 5 tahun datang ke Poli Bedah RSUD Wonosari dengan
keluhan utama terdapat benjolan pada ketiak bagian kanan. yang semakin lama
dirasakan pasien semakin membesar sejak 4 bulan ini, konsistensi kenyal, mobile, tidak
ada perubahan warna maupun suhu, pasien merasakan sedikit nyeri pada benjolan di
ketiaknya. Pasien sempat demam 1 minggu yang lalu dan tidak mau makan.
Riwayat Penyakit Dahulu : - Keluhan penyakit serupa disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga : - Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan serupa.

Kebiasaan dan Lingkungan


Pasien sehari-hari sering bermain dengan teman-teman sebayanya baik di sekolah
maunpun di lingkungan rumah. Salah seorang teman pasien menderita demam. Pasien suka
jajan di lingkungan sekolah. Makan tiga kali sehari dan mandi dua kali sehari.

Anamnesis Sistem

Sistem Cerebrospinal : Pusing (-)


Sistem Cardiovaskular : S1 S2 regular
Sistem Respiratori : Batuk (-), Sesak (-)
Sistem Gastrointestinal : Mual (-), muntah (-), penurunan nafsu makan (-), BAB (+) normal
lancar
Sistem Urogenitale : BAK (+) normal lancar
Sistem Integumentum : Perubahan warna kulit (-), benjolan pada regio aksila dekstra (+)
Sistem Musculoskeletal: Nyeri pada sendi dan tulang (-)

Resume Anamnesis

An. AS usia 5 tahun dengan keluhan benjolan di ketiak kanan sejak 4 bulan yang lalu ,
konsistensi kenyal, mobile, sedikit nyeri bila di tekan, permukaan rata dan berbatas tegas.
C. Pemeriksaan Fisik

I. Status Generalis

Kondisi Umum : Baik


Kesadaran : Compos Mentis, GCS E4 V5 M6
Tanda vital
Tekanan darah : -
Nadi : 89 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,8 oC
Kepala : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Leher : Inspeksi : benjolan (-), deviasi (-)
Palpasi : pembesaran limfonodi (-), nyeri tekan (-)
Thorax : Inspeksi : bentuk normal, dinding dada sejajar dengan dinding
abdomen, benjolan aksila kanan (+), deformitas (-),
Palpasi : nyeri tekan (-), fremitus taktil normal, pengembangan
paru simetris
Perkusi : lapang paru sonor (+)
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-),
S1S2 reguler, bising jantung (-)
Abdomen : Inspeksi : flat, distensi (-), hiperemis (-),
Auskultasi : BU (+) normal 15 kali/menit,
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-)
Ekstremitas : Inspeksi : benjolan (-), sikatrik (-), sianosis (-), akral pucat (-)
Palpasi : akral hangat (+/+), edema (-/-)

II. Status Lokalis


Regio : Aksila Dekstra
Inspectio : Benjolan (+) dengan diameter 3,5 cm di regio aksila dekstra, tak ada
kemerahan,
Palpasi : Konsistensi kenyal, mobile, sedikit nyeri
C. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

Lab : Darah Rutin


Biopsi

D. DIAGNOSIS BANDING

1. Limfadenitis Aksila Dekstra


2. Lipoma Aksila Dekstra
3. Atheroma Aksila Dekstra

E. DIAGNOSIS KERJA

Limfadenitis Aksila Dekstra

G. USULAN TERAPI / TINDAKAN

Inf. NaCl 0.9 % 15 tpm


Ceftriaxone 1x750 mg (IV)
Paracetamol syr 4 x 150 mg (PO)
Plan OP bila pasien tidak demam

H. PROGNOSIS

Ad Vitam : Dubia ad Bonam


Ad Sanationam : Dubia ad Bonam
Ad Functionam : Dubia ad Bonam
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kelenjar Getah Bening Normal


Anatomi dan Fisiologi
Pembesaran KGB dapat dibedakan menjadi pembesaran KGB lokal (limfadenopati
lokalisata) dan pembesaran KGB umum (limfadenopati generalisata). Limfadenopati lokalisata
didefinisikan sebagai pembesaran KGB hanya pada satu daerah saja, sedangkan limfadenopati
generalisata apabila pembesaran KGB pada dua atau lebih daerah yang berjauhan dan simetris.
Secara anatomi aliran getah bening aferen masuk ke dalam KGB melalui simpai
(kapsul) dan membawa cairan getah bening dari jaringan sekitarnya dan aliran getah bening
eferen keluar dari KGB melalui hilus. Cairan getah bening masuk kedalam kelenjar melalui
lobang-lobang di simpai. Di dalam kelenjar, cairan getah bening mengalir dibawah simpai di
dalam ruangan yang disebut sinus perifer yang dilapisi oleh sel endotel.
Jaringan ikat trabekula terentang melalui sinus-sinus yang menghubungkan simpai
dengan kerangka retikuler dari bagian dalam kelenjar dan merupakan alur untuk pembuluh
darah dan syaraf.
Dari bagian pinggir cairan getah bening menyusup kedalam sinus penetrating yang juga
dilapisi sel endotel. Pada waktu cairan getah bening di dalam sinus penetrating melalui hilus,
sinus ini menempati ruangan yang lebih luas dan disebut sinus meduleri. Dari hilus cairan ini
selanjutnya menuju aliran getah bening eferen.

Pada dasarnya limfosit mempunyai dua bentuk, yang berasal dari sel T (thymus) dan
sel B (bursa) atau sumsum tulang. Fungsi dari limfosit B dan sel-sel turunanya seperti sel
plasma, imunoglobulin, yang berhubungan dengan humoral immunity, sedangkan T limfosit
berperan terutama pada cell-mediated immunity.
Terdapat tiga daerah pada KGB yang berbeda: korteks, medula, parakorteks, ketiganya
berlokasinya antara kapsul dan hilus. Korteks dan medulla merupakan daerah yang
mengandung sel B, sedangkan daerah parakorteks mengandung sel T.

B. Fungsi Kelenjar Getah Bening


Fungsi utama KGB adalah sebagai penyaring (filtrasi) dari berbagai mikroorganisme
asing dan partikel-partikel akibat hasil dari degradasi sel-sel atau metabolisme.
C. Klasifikasi
Berdasarkan luas limfadenopati:
• Generalisata : limfadenopati pada 2 atau lebih regio anatomi yang berbeda.
• Lokalisata : limfadenopati pada 1 regio.

D. Etiologi

Penyebab yang paling sering limfadenopati adalah:


• Infeksi
- Infeksi virus
Infeksi yang disebabkan oleh virus pada saluran pernapasan bagian atas seperti
Rinovirus, Parainfluenza Virus, influenza Virus, Respiratory Syncytial Virus (RSV),
Coronavirus, Adenovirus ataupun Retrovirus.
Virus lainnya Ebstein Barr Virus (EBV), Cytomegalo Virus (CMV), Rubela,
Rubeola, Varicella-Zooster Virus, Herpes Simpleks Virus, Coxsackievirus, dan Human
Immunodeficiency Virus (HIV).
Infeksi HIV sering menyebabkan limfadenopati servikalis yang merupakan
salah satu gejala umum infeksi primer HIV. Infeksi primer atau akut adalah penyakit
yang dialami oleh sebagian orang pada beberapa hari atau minggu setelah tertular HIV.
Gejala lain termasuk demam dan sakit kepala, dan sering kali penyakit ini dianggap
penyakit flu (influenza like illness).
Limfadenopati generalisata yang persisten (persistent generalized
lymphadenopathy/ PGL) adalah limfadenopati pada lebih dari dua tempat KGB yang
berjauhan, simetris dan bertahan lama. PGL adalah gejala khusus infeksi HIV yang
timbul pada lebih dari 50% Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) dan PGL ini sering
disebabkan oleh infeksi HIV-nya itu sendiri.
Pembengkakan kelenjar getah bening bersifat tidak sakit, simetris dan kebanyakan
terdapat di leher bagian belakang dan depan, di bawah rahang bawah, di ketiak serta di
tempat lain, tidak termasuk di inguinal. Biasanya kulit pada kelenjar yang bengkak
karena PGL akibat HIV tidak berwarna merah. Kelenjar yang bengkak kadang kala sulit
dilihat, dan lebih mudah ditemukan dengan cara menyentuhnya.
Biasanya kelenjar ini berukuran sebesar kacang polong sampai sebesar buah
anggur.
- Infeksi bakteri
Peradangan KGB (limfadenitis) dapat disebabkan Streptokokus beta
hemolitikus Grup A atau stafilokokus aureus. Bakteri anaerob bila berhubungan
dengan caries dentis dan penyakit gusi, radang apendiks atau abses tubo-ovarian.

E. Diagnosis
Diagnosis limfadenopati memerlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang apabila diperlukan.

Anamnesis
Dari anamnesis dapat diperoleh keterangan lokasi, gejala-gejala penyerta, riwayat penyakit,
riwayat pemakaian obat dan riwayat pekerjaan.

Lokasi
Lokasi pembesaran KGB pada dua sisi leher secara mendadak biasanya disebabkan oleh
infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada infeksi oleh penyakit kawasaki
umumnya pembesaran KGB hanya satu sisi saja. Apabila berlangsung lama (kronik) dapat
disebabkan infeksi oleh Mikobakterium, Toksoplasma, Ebstein Barr Virus atau
Citomegalovirus.

Gejala penyerta
Demam, nyeri tenggorok dan batuk mengarahkan kepada penyebab infeksi saluran
pernapasan bagian atas. Demam, keringat malam dan penurunan berat badan mengarahkan
kepada infeksi tuberkulosis atau keganasan. Demam yang tidak jelas penyebabnya, rasa
lelah dan nyeri sendi meningkatkan kemungkinan oleh penyakit kolagen atau penyakit
serum (serum sickness), ditambah adanya riwayat pemakaian obat-obatan atau produk
darah.

Riwayat penyakit
Riwayat penyakit sekarang dan dahulu seperti adanya peradangan tonsil sebelumnya,
mengarahkan kepada infeksi oleh Streptococcus; luka lecet pada wajah atau leher atau
tanda-tanda infeksi mengarahkan penyebab infeksi Staphilococcus; dan adanya infeksi gigi
dan gusi juga dapat mengarahkan kepada infeksi bakteri anaerob. Transfusi darah
sebelumnya dapat mengarahkan kepada Citomegalovirus, Epstein Barr Virus atau HIV.

Riwayat pemakaian obat


Penggunaan obat-obatan Limfadenopati dapat timbul setelah pemakaian obat-obatan
seperti fenitoin dan isoniazid. Obat-obatan lainnya seperti allupurinol, atenolol, captopril,
carbamazepine, cefalosporin, emas, hidralazine, penicilin, pirimetamine, quinidine,
sulfonamida, sulindac. Pembesaran karena obat umumnya seluruh tubuh (limfadenopati
generalisata).

Riwayat pekerjaan
Paparan terhadap infeksi paparan/kontak sebelumnya kepada orang dengan infeksi saluran
napas atas, faringitis oleh Streptococcus, atau tuberculosis turut membantu mengarahkan
penyebab limfadenopati. Riwayat perjalanan atau pekerjaan, misalnya perjalanan ke daerah-
daerah di Afrika dapat mengakibatkan penyakit Tripanosomiasis, orang yang bekerja dalam
hutan dapat terkena Tularemia.

Pemeriksaan fisik
Secara umum malnutrisi atau pertumbuhan yang terhambat mengarahkan kepada
penyakit kronik seperti tuberkulosis, keganasan atau gangguan system kekebalan tubuh.
Karakteristik dari KGB dan daerah sekitarnya harus diperhatikan. KGB harus diukur
untuk perbandingan berikutnya. Harus dicatat ada tidaknya nyeri tekan, kemerahan, hangat
pada perabaan, dapat bebas digerakkan atau tidak dapat digerakkan, apakah ada fluktuasi,
konsistensi apakah keras atau kenyal.
• Ukuran: normal bila diameter 0,5 cm dan lipat paha >1,5 cm dikatakan abnormal.
• Nyeri tekan: umumnya diakibatkan peradangan atau proses perdarahan.
• Konsistensi: keras seperti batu mengarahkan kepada keganasan, padat seperti karet
mengarahkan kepada limfoma; lunak mengarahkan kepada proses infeksi; fluktuatif
mengarahkan telah terjadinya abses/pernanahan.
• Penempelan/bergerombol: beberapa KGB yang menempel dan bergerak bersamaan bila
digerakkan. Dapat akibat tuberkulosis, sarkoidosis atau keganasan.
Pada pembesaran KGB oleh infeksi virus, umumnya bilateral lunak dan dapat digerakkan.
Bila ada infeksi oleh bakteri, kelenjar biasanya nyeri pada penekanan, baik satu sisi atau dua
sisi dan dapat fluktuatif dan dapat digerakkan. Adanya kemerahan dan suhu lebih panas dari
sekitarnya mengarahkan infeksi bakteri dan adanya fluktuatif menandakan terjadinya abses.
Bila limfadenopati disebabkan keganasan tanda-tanda peradangan tidak ada, KGB keras dan
tidak dapat digerakkan oleh karena terikat dengan jaringan di bawahnya.
Adanya radang pada selaput mata dan bercak koplik mengarahkan kepada campak.
Adanya pucat, bintik-bintik perdarahan (bintik merah yang tidak hilang dengan penekanan),
memar yang tidak jelas penyebabnya, dan pembesaran hati dan limpa mengarahkan kepada
leukemia. Demam panjang yang tidak berespon dengan obat demam, kemerahan pada mata,
peradangan pada tenggorok, strawberry tongue, perubahan pada tangan dan kaki (bengkak,
kemerahan pada telapak tangan dan kaki) dan limfadenopati satu sisi (unilateral) mengarahkan
kepada penyakit Kawasaki.

Pemeriksaan Penunjang
Ultrasonografi (USG)
USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mendiagnosis
limfadenopati servikalis. Penggunaan USG untuk mengetahui ukuran, bentuk, echogenicity,
gambaran mikronodular, nekrosis intranodal dan ada tidaknya kalsifikasi.
USG dapat dikombinasi dengan biopsi aspirasi jarum halus untuk mendiagnosis
limfadenopati dengan hasil yang lebih memuaskan, dengan nilai sensitivitas 98% dan
spesivisitas 95%.

CT Scan
CT scan dapat mendeteksi pembesaran KGB servikalis dengan diameter 5 mm atau
lebih. Satu studi yang dilakukan untuk mendeteksi limfadenopati supraklavikula pada
penderita nonsmall cell lung cancer menunjukkan tidak ada perbedaan sensitivitas yang
signifikan dengan pemeriksaan menggunakan USG atau CT scan.

Pengobatan
Pengobatan limfadenopati KGB didasarkan kepada penyebabnya. Banyak kasus dari
pembesaran KGB sembuh dengan sendirinya dan tidak membutuhkan pengobatan apapun
selain observasi.
Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk
dilaksanakan biopsi KGB. Biopsi dilakukan terutama bila terdapat tanda dan gejala yang
mengarahkan kepada keganasan. KGB yang menetap atau bertambah besar walau dengan
pengobatan yang adekuat mengindikasikan diagnosis yang belum tepat.
Antibiotik perlu diberikan apabila terjadi limfadenitis supuratif yang biasa disebabkan
oleh Staphyilococcus. aureus dan Streptococcus pyogenes (group A). Pemberian antibiotik
dalam 10-14 hari dan organisme ini akan memberikan respon positif dalam 72 jam. Kegagalan
terapi menuntut untuk dipertimbangkan kembali diagnosis dan penanganannya.
Pembedahan mungkin diperlukan bila dijumpai adanya abses dan evaluasi dengan
menggunakan USG diperlukan untuk menangani pasien ini.
DAFTAR PUSTAKA

Spelman D. Tuberculous lymphadenitis. 2010 Sep [cited 2011 Jan 27]. Available from:
www.uptodate.com.
Robbins KT, Clayman G, Levine PA, Medina J, Sessions R. Neck dissetion clasification
update. Revision proposed by the American Head and Neck Society and the American
Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery. Arch Otolaryngol Head Neck
Surg. 2002;128:751-8.
Leung AKC, Robson WLM. Childhood Cervical Lymphadenopathy. Diakses dari
http://www.medscape.com/viewarticle/467025
Peters TR, Edwards KM. Cervical Lymphadenopathy and Adenitis. Pediatrics in Review
(21);12.2000
Bazemore A, Smucker DR. Lymphadenopathy and Malignancy. Am Fam Physician
2002;66:2103-10. Diakses dari http://www.aafp.org/afp/20021201/2103.html

Anda mungkin juga menyukai