Anda di halaman 1dari 10

PORTOFOLIO

Topik: Abses Scrotum


Tanggal (kasus): 25 Februari 2019 Presenter: dr. Gusria Winingsih

Tanggal presentasi: Pendamping: dr. Avia Atryka


dr. Fujianto

Tempat presentasi: RS Bhayangkara Anton Soedjarwo

Obyektif presentasi:
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan pustaka

□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa

□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil

□ Deskripsi: Bapak 51 tahun , datang dengan keluhan nyeri di kemaluan


□ Tujuan: Melakukan penegakan diagnosis serta penatalaksanaan awal pada pasien dengan
abses scrotum
Bahan bahasan: □ Tinjauan pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit

Cara membahas: □ Diskusi □ Presentasi dan □ E‐mail □ Pos


diskusi

Data pasien: Nama: Tn. H Umur : 51 tahun

Data utama untuk bahan diskusi:

1. Diagnosis/ Gambaran Klinis: Pasien datang dengan keluhan nyeri di bagian buah zakar
sejak tiga hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri disertai bengkak dan bernanah, pasien
juga mengeluh demam. Seminggu yang lalu pasien merasa gatal di buah zakarnya,
kemudian diobati dengan spirtus yang dioleskan di bagian tersebut.
2. Riwayat Pengobatan:

3. Riwayat kesehatan/penyakit: -

4. Riwayat keluarga/masyarakat: -

5. Riwayat pekerjaaan: supir angkot

6. Lain‐lain : tidak ada


Daftar Pustaka:
1. Price,Sylvia A,Lorraine M Wilson. Patofisiologi 6th edition.Willson,Lorraine
M,Kathleen Branson Hillegas. Gangguan Sistem Reproduksi Laki-laki. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran.2003. chapter: 65.p:1311-1329.
2. Klaassen,Zachary W A. Male Reproductive Organ Anatomy.[online 2011].[cited 2013
January 22th]. Available from: www.medscape.com
3. Ellsworth,Pamela I. Scrotal Abscess Drainage. [online 2011].[cited 2013 January 22th].
Available from: www.medscape.com

Hasil pembelajaran:

1. Definisi Abses
2. Etiologi Abses
3. Patofisiologi
4. Penegakkan diagnosis Abses
5. Penatalaksanaan Abses
6. Edukasi
Subjektif

Pasien datang ke UGD RS Bhayangkara diantar oleh keluarganya dengan keluhan nyeri di
buah zakar, nyeri disertai bengkak, bernanah dan demam. Pasien awalnya merasa gatal di kulit
daerah buah zakar, kemudian diobati dengan spirtus yang dioleskan di daerah buah zakar.

Objektif

Pemeriksaan fisik

Tanda Vital:

Keadaan umum: Baik


Kesadaran : Compos Mentis (E4 V5 M6)
Tekanandarah : 120/70 mmHg
Nadi : 78 kali/menit
Suhu : 36,8 oC
Pernafasan : 22 kali/menit
Status Generalis

- Mata: Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-), Refleks Cahaya Langsung dan
Tidak Langsung (+/+), pupil bulat, isokor, perdarahan subkonjungtiva (-/-)

- Hidung : Septum ditengah, sekret (-/-)

- Telinga : Normotia, sekret (-/-)

- Mulut : Lidah kotor (-), mukosa bibir kering (-)

- Leher : KGB tidak teraba membesar

- Paru :
 Inspeksi : simetris kiri dan kanan, retraksi sela iga (-)
 Palpasi : fremitus kiri = kanan
 Perkusi : sonor kedua lapangan paru
 Auskultasi : vesikuler, wheezing -/-, rhonki -/-

- Jantung :
 Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
 Palpasi : Iktus teraba di LMCS ICS V
 Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
 Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), pulsus deficit (-)
- Abdomen : Supel, bising usus (+), hepatomegali (-), splenomegali (-)
- Ekstremitas : Akral dingin (-), oedem (-), CRT < 2 detik
- Genital : Scrotum : Sweling (+), pus (+), fluktuasi (+)

Pemeriksaan laboratorium
 Hemoglobin : 12,1 g/dl
 Leukosit : 5.200/mm3
 Trombosit : 505.000 /mm3
 Hematokrit : 37,7%
 GDS : 97 mg/dl

Assessment
Setelah dilakukan anamnesis (subjektif), pemeriksaan fisik (objektif) dan pemeriksaan
penunjang pada pasien, ditegakkan diagnosis abses scrotum.

Definisi
Abses (Latin: abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah mati) yang
terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi (biasanya oleh bakteri
atau parasit) atau karena adanya benda asing (misalnya serpihan, luka peluru, atau jarum
suntik). Proses ini merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah
penyebaran/perluasan infeksi ke bagian tubuh yang lain. Abses adalah infeksi kulit dan
subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah.1

Etiologi
Menurut Siregar (2004) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa
cara diantaranya bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum
yang tidak steril, bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain atau bakteri
yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan gangguan,
kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses. Peluang terbentuknya suatu abses akan
meningkat jika terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi, daerah
yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang dan terdapat gangguan sistem
kekebalan. Bakteri tersering penyebab abses adalah Staphylococus Aureus.2
Patofisiologi

Diagnosis
Dalam kasus ini abses yang terjadi adalah pada skrotum, tanda dan gejala abses biasanya
Paling sering, abses akan menimbulkan nyeri tekan dengan massa yang berwarna merah,
hangat pada permukaan abses, dan lembut. Hingga terjadi nekrosis pada jaringan permukaan
skrotum. Menurut Smeltzer & Bare (2001), gejala dari abses tergantung kepada lokasi dan
pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejalanya bisa berupa:
 Nyeri
 Nyeri tekan
 Teraba hangat
 Pembengkakan
 Kemerahan
 Demam
Pada pasien yang mengalami abses skrotum mungkin memiliki gejala yang berkaitan dengan
etiologi abses seperti gejala infeksi saluran kemih atau penyakit menular seksual, seperti
frekuensi, urgensi, disuria,dan ukuran penis.3 Diagnosis abses skrotum sering ditegakan
melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Skrotum sering eritema dan terjadi peradangan
selain itu dapat teraba fluktuasi pada skrotum.

Tatalaksana

Manajemen abses intrascrotal, terlepas dari penyebabnya, memerlukan drainase bedah


dimana rongga abses harus dibuka dan dikeringkan, termasuk testis jika terlibat. Rongga harus
dibiarkan terbuka. Fournier gangren (necrotizing fasciitis) membutuhkan resusitasi cepat dan
eksplorasi bedah dan debridemen serta antibiotik yang agresif. Abses Superficial juga
memerlukan insisi dan drainase. Untuk mengobati abses skrotum, diagnosis yang tepat dari
penyebab infeksi diperlukan untuk menentukan pengobatan yang cocok.

Dapat dilakukan drainase dan pertimbangan untuk orkidoctomy yang diikuti dengan
pemberian agen antimicrobial untuk abses intratestikular. Abses skrotum yang terjadi
superficial dapat ditangani dengan insisi dan drainase. Tidak ada kontraindikasi terhadap
drainase abses intrascrotal,selain pada pasien yang terlalu sakit untuk menahan operasi. Pasien
dengan gangren Fournier (necrotizing fasciitis) membutuhkan penanganan yang cepat.

Abses skrotum Superfisial, yang terbatas pada dinding skrotum, sering dapat diobati
dengan infiltrasi kulit sekitar abses dan kemudian menggores diatas abses dengan pisau sampai
rongga dibuka dan dikeringkan. Rongga tersebut kemudian dibiarkan untuk tetap terbuka dan
dikeringkan. Luka skrotum dibiarkan terbuka dan dikeringkan untuk mencegah berulangnya
abses.3

Plan
 Diagnosis : Abses Scrotum

 Pengobatan :

o Ivfd Rl 20 tpm

o Inj Cefoperazon 2 x 1 gram

o Inj Ketorolac 3x 10 mg

o Debridement

 Edukasi :

Menjelaskan kepada kepada pasien dan keluarga pasien untuk tetap menjaga
kebersihan dan higienisasi serta berhenti menggunakan obat obat tradisional
terlebih cairan yang tidak diketahui manfaat dan efek sampingnya.
Foto :

Anda mungkin juga menyukai