Obyektif presentasi:
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan pustaka
1. Diagnosis/ Gambaran Klinis: Pasien datang dengan keluhan nyeri di bagian buah zakar
sejak tiga hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri disertai bengkak dan bernanah, pasien
juga mengeluh demam. Seminggu yang lalu pasien merasa gatal di buah zakarnya,
kemudian diobati dengan spirtus yang dioleskan di bagian tersebut.
2. Riwayat Pengobatan:
3. Riwayat kesehatan/penyakit: -
4. Riwayat keluarga/masyarakat: -
Hasil pembelajaran:
1. Definisi Abses
2. Etiologi Abses
3. Patofisiologi
4. Penegakkan diagnosis Abses
5. Penatalaksanaan Abses
6. Edukasi
Subjektif
Pasien datang ke UGD RS Bhayangkara diantar oleh keluarganya dengan keluhan nyeri di
buah zakar, nyeri disertai bengkak, bernanah dan demam. Pasien awalnya merasa gatal di kulit
daerah buah zakar, kemudian diobati dengan spirtus yang dioleskan di daerah buah zakar.
Objektif
Pemeriksaan fisik
Tanda Vital:
- Mata: Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-), Refleks Cahaya Langsung dan
Tidak Langsung (+/+), pupil bulat, isokor, perdarahan subkonjungtiva (-/-)
- Paru :
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, retraksi sela iga (-)
Palpasi : fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler, wheezing -/-, rhonki -/-
- Jantung :
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus teraba di LMCS ICS V
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), pulsus deficit (-)
- Abdomen : Supel, bising usus (+), hepatomegali (-), splenomegali (-)
- Ekstremitas : Akral dingin (-), oedem (-), CRT < 2 detik
- Genital : Scrotum : Sweling (+), pus (+), fluktuasi (+)
Pemeriksaan laboratorium
Hemoglobin : 12,1 g/dl
Leukosit : 5.200/mm3
Trombosit : 505.000 /mm3
Hematokrit : 37,7%
GDS : 97 mg/dl
Assessment
Setelah dilakukan anamnesis (subjektif), pemeriksaan fisik (objektif) dan pemeriksaan
penunjang pada pasien, ditegakkan diagnosis abses scrotum.
Definisi
Abses (Latin: abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah mati) yang
terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi (biasanya oleh bakteri
atau parasit) atau karena adanya benda asing (misalnya serpihan, luka peluru, atau jarum
suntik). Proses ini merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah
penyebaran/perluasan infeksi ke bagian tubuh yang lain. Abses adalah infeksi kulit dan
subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah.1
Etiologi
Menurut Siregar (2004) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa
cara diantaranya bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum
yang tidak steril, bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain atau bakteri
yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan gangguan,
kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses. Peluang terbentuknya suatu abses akan
meningkat jika terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi, daerah
yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang dan terdapat gangguan sistem
kekebalan. Bakteri tersering penyebab abses adalah Staphylococus Aureus.2
Patofisiologi
Diagnosis
Dalam kasus ini abses yang terjadi adalah pada skrotum, tanda dan gejala abses biasanya
Paling sering, abses akan menimbulkan nyeri tekan dengan massa yang berwarna merah,
hangat pada permukaan abses, dan lembut. Hingga terjadi nekrosis pada jaringan permukaan
skrotum. Menurut Smeltzer & Bare (2001), gejala dari abses tergantung kepada lokasi dan
pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejalanya bisa berupa:
Nyeri
Nyeri tekan
Teraba hangat
Pembengkakan
Kemerahan
Demam
Pada pasien yang mengalami abses skrotum mungkin memiliki gejala yang berkaitan dengan
etiologi abses seperti gejala infeksi saluran kemih atau penyakit menular seksual, seperti
frekuensi, urgensi, disuria,dan ukuran penis.3 Diagnosis abses skrotum sering ditegakan
melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Skrotum sering eritema dan terjadi peradangan
selain itu dapat teraba fluktuasi pada skrotum.
Tatalaksana
Dapat dilakukan drainase dan pertimbangan untuk orkidoctomy yang diikuti dengan
pemberian agen antimicrobial untuk abses intratestikular. Abses skrotum yang terjadi
superficial dapat ditangani dengan insisi dan drainase. Tidak ada kontraindikasi terhadap
drainase abses intrascrotal,selain pada pasien yang terlalu sakit untuk menahan operasi. Pasien
dengan gangren Fournier (necrotizing fasciitis) membutuhkan penanganan yang cepat.
Abses skrotum Superfisial, yang terbatas pada dinding skrotum, sering dapat diobati
dengan infiltrasi kulit sekitar abses dan kemudian menggores diatas abses dengan pisau sampai
rongga dibuka dan dikeringkan. Rongga tersebut kemudian dibiarkan untuk tetap terbuka dan
dikeringkan. Luka skrotum dibiarkan terbuka dan dikeringkan untuk mencegah berulangnya
abses.3
Plan
Diagnosis : Abses Scrotum
Pengobatan :
o Ivfd Rl 20 tpm
o Inj Ketorolac 3x 10 mg
o Debridement
Edukasi :
Menjelaskan kepada kepada pasien dan keluarga pasien untuk tetap menjaga
kebersihan dan higienisasi serta berhenti menggunakan obat obat tradisional
terlebih cairan yang tidak diketahui manfaat dan efek sampingnya.
Foto :