Anda di halaman 1dari 9

Hemoroid

Portofolio Medik
Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Program Internship Dokter Indonesia

Disusun oleh

dr. Evelina Larissa Apriliani Clarabelle

Pendamping

dr. Nyimas Izzati Auliyah

PROGRAM DOKTER INTERNSHIP KEMENKES

RS BEN MARI MALANG

KABUPATEN MALANG JAWA TIMUR

2019
Nama peserta : dr. Evelina Larissa Apriliani Clarabelle
Nama wahana: RS Ben Mari Malang
Topik: Hemoroid
Tanggal (kasus): 20 Juni 2019
Nama Pasien: Ny. L No. RM: 063887
Tanggal presentasi: Nama pendamping: dr. Nyimas Izzati Auliyah
Tempat presentasi: RS Ben Mari Malang
Obyektif presentasi:
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan pustaka
□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
□ Deskripsi: Ny. L usia 37 tahun
□ Tujuan: Mampu mengetahui dan mendiagnosis hemoroid
Bahan bahasan: □ Tinjauan pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit
Cara membahas: □ Diskusi □ Presentasi □ Email □ Pos
dan diskusi
Data pasien: Nama: Ny. L Usia: 37 th Nomor RM: 063887
Nama klinik: RS Ben Mari Telp: (0341) 837666 / 837777 Terdaftar sejak: 2009
Malang
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/ gambaran klinis:
Keluhan Utama : Benjolan di anus
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RS Ben Mari dengan keluhan benjolan di anus sejak 16 tahun,
benjolan awalnya kecil dan dapat masuk sendiri. Selama 16 tahun nyeri hilang timbul
dan sering berobat ke dokter umum lalu keluhan berkurang. Sejak 2 minggu ini
benjolan terasa keluar terus dan tidak dapat dimasukkan kembali. Benjolan di anus
terasa nyeri memberat 2 minggu ini, terus menerus terutama saat duduk dan BAB.
Riwayat BAB dengan darah menetes (-). Keluhan demam (-), , muntah (-), mual (-),
diare (-), konstipasi (-), BAB seperti kotoran kambing (-), BAK dan BAB dalam batas
normal

2. Riwayat pengobatan: pasien sudah berobat ke dokter tetapi 2 minggu terakhir ini
keluhan tetap

3. Riwayat kesehatan/ penyakit:


Riwayat alergi makanan maupun obat (-), riw. asma (-), riw. Diabetes melitus dan
hipertensi disangkal

4. Riwayat keluarga:
Riwayat alergi makanan maupun obat (-), riw. asma (-), riw. Diabetes melitus dan
hipertensi dalam keluarga disangkal

5. Riwayat Sosial
Pasien sehari-hari bekerja sebagai pegawai swasta

6. Lain-lain:
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : tampak cukup
GCS : 456
Kesadaran : Compos Mentis
Vital sign : Tekanan darah : 133/76 mmhg
Nadi : 82x/menit
Suhu : 36,1 ᵒ C
RR : 18x/menit
Kepala/ leher :
Inspeksi: anemia (-), ikterus (-), sianosis (-), dyspsneu (-), mata cowong (-)
Palpasi: JVP meningkat (-), pembesaran KGB (-), deviasi trakea (-)
Thorak :
Paru :
Inspeksi: Pergerakan dinding dada simetris, retraksi (-)
Palpasi: Pergerakan dinding dada simetris, krepitasi (-)
Perkusi: sonor/sonor
Auskultasi : Suara nafas vesikuler/vesikuler, rh -/-, wh -/-
Jantung :
Inspeksi: ictus cordis (-)
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat, thrill/fremissment (-)
Perkusi: normal
Auskultasi : S1 S2 Tunggal, murmur (-), gallop (–)
Abdomen:
Inspeksi: flat
Palpasi : soepel, nyeri tekan (-) , hepar dan lien tak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : BU (+) Normal
Extermitas:
Hangat, kering, merah, edema (-), CRT < 2 detik

Pemeriksaan Neurologi
Keadaan Umum : cukup
GCS : 456
Kesadaran : Compos mentis
Meningeal Sign
Kaku kuduk: -
Motorik : Kekuatan otot
5 5
5 5
Sensorik : rasa nyeri superfisial dalam batas normal
Rasa raba ringan dalam batas normal
Reflek : Reflek tendon biceps +2/+2, triceps +2/+2, patella +2/+2, achilles +2/+2
: Reflek patologis babinski -/-, chaddock -/-, hoffman -/-, trimmer -/-
Sistem saraf otonom dalam batas normal

Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan (tanggal 20-6-2019)

 Hemoglobin : 11,7
 Leukosit : 13.100
 Diff count (Eos/Ba/St/Seg/Lim/Mo) : -/-/-/73/20/7
 Eritrosit : 4.670.000
 MCV : 79,7
 MCH : 25,0
 MCHC : 31,4
 Trombosit : 290.000
 PCV : 37,2
 BT : 3 menit
 CT : 8 menit 30 detik
 GDS : 125
Diagnosis
Hemoroid eksterna

Terapi
 Infus NS 20 tetes/menit makro
 Injeksi ketorolac 30 mg
Konsul Dokter Bedah pro operasi hemoroidektomi

Monitoring
 Keadaan umum
 GCS dan kesadaran
 Vital sign (nadi, frekuensi nafas, suhu)
 Keluhan pasien

Edukasi
 Memberitahu pasien dan keluarga pasien tentang keadaan pasien, penyakit yang
diderita, dan pengobatan yang diberikan.
 Memberitahu tentang prognosis pada pasien berkaitan dengan penyakit yang diderita.
 Memberitahu pasien dan keluarga tentang tindakan operasi yang akan dilakukan
sebagai pengobatan utama, bagaimana prosedur operasi, jenis bius yang digunakan
dengan segala komplikasi yang mungkin terjadi selama proses operasi
 Memberitahu pasien dan keluarga tentang perawatan setelah operasi, menjaga
kebersihan, rutin kontrol dan minum obat secara teratur.
Prognosis
Dubia at bonam
Hasil pembelajaran:
Hemoroid adalah salah satu gangguan pada anus yang banyak terjadi dari masa
ke masa. Hemoroid terjadi karena pembesaran pembuluh darah anus yang keluar ke
bawah, prolaps, membesar, dan berdarah. Hal ini terjadi terutama karena disfungsi
ligamen suspensor (Chauhan, 2016). Hemoroid adalah pembengkakan vena pada anus
atau bagian bawah rektum (Wechter, 2015).
Hemoroid disebabkan adanya peningkatan tekanan pada anus. Hal ini dapat
terjadi selama kehamilan, persalinan, dan konstipasi. Tekanan tersebut menyebabkan
pembuluh darah dan jaringan anal yang normal membengkak. Jaringan ini bisa
menyebabkan perdarahan, yang sering terjadi saat buang air besar. Hemoroid dapat
disebabkan oleh:
 Mengejan saat buang air besar
 Konstipasi
 Duduk untuk jangka waktu yang lama, terutama di toilet
 Penyakit-penyakit tertentu, seperti sirosis hati
Hemoroid dapat dibagi menjadi:
 Hemoroid internal
Terjadi hanya di dalam anus, pada rektum bagian proksimal. Ketika hemoroid
berukuran besar, dapat berada di luar (prolaps). Masalah yang paling umum dengan
hemoroid internal adalah perdarahan saat buang air besar.
 Hemoroid eksternal
Hemoroid eksternal berada di luar anus. Dapat mengakibatkan kesulitan
membersihkan daerah anus setelah buang air besar. Jika gumpalan darah terbentuk
pada hemoroid eksternal, bisa menyebabkan nyeri (trombosis hemoroid eksternal)
(Wechter, 2015).
Patogenesis hemoroid tidak sepenuhnya jelas, tetapi seperti yang diungkapkan
oleh Kann et al, 3 "semua faktor etiologi mengarah pada peregangan dan penurunan
jaringan hemoroid". Adanya kelemahan jaringan penyokong pada anus, bantalan pada
anus mengalami penurunan dan menyebabkan pelebaran vena dan prolaps. Ada
beberapa kontroversi mengenai patogenesis dari gejala hemoroid, seperti Thomson dan
Corman mengusulkan kemungkinan sebagai berikut:
1. Kerusakan jaringan ikat penahan
2. Penurunan atau prolaps jaringan hemoroid
3. Distensi abnormal anastomosis arteriovenosa dalam bantalan anus.
4. Dilatasi abnormal dari pleksus vena hemoroid internal.
Sejumlah kemungkinan faktor yang menyebabkan migrasi dari bantalan
hemoroid antara lain kurangnya serat makanan, adanya penegangan kronis, konstipasi,
diare, kehamilan, dan riwayat keluarga. Terlepas dari kehamilan, tidak ada etiologi
yang didukung pasti dengan bukti. Kemungkinan penyebab lain telah membahas peran
disfungsi dasar panggul, khususnya yang berhubungan dengan tekanan sfingter anal
yang tinggi, yang telah dibuktikan pada beberapa pasien dengan gejala hemoroid.
Namun, tidak jelas apakah tekanan ini menyebabkan hemorrhoids.
Adanya jaringan mukosa dan kulit yang teregang, menyebabkan jaringan
fibrosa dan sinusoid berkembang. Seriring dengan waktu, struktur anatomi yang
menyokong muskularis melemah, menyebabkan penurunan dan prolaps. Ketika
jaringan hemoroid telah keluar dari anus, keadaan tersebut rentan terhadap cedera
(Ganz, 2013).
Pasien dengan gejala anorektal sebagian besar mengalami hemoroid. Penting
untuk memastikan gejala anorektal tersebut karena hemoroid atau penyakit anorektal
lain atau kombinasi. Hemoroid internal dapat memberikan gejala perdarahan per rektal
tanpa disertai nyeri, adanya prolaps, adanya discharge berupa mukus, soiling, dan rasa
gatal ada anus. Sedangkan hemoroid eksternal pada umumnya asimptomatis kecuali
jika mengalami trombosis. Adanya pembengkakan perianal dapat disebabkan oleh
trombosis hemoroid eksternal, tetapi nyeri saat defekasi umumnya menandakan adanya
fisura ani yang dapat ditemukan pada 20% pasien hemoroid (Ganz, 2013).
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis:
 Pemerikaan rektal
 Sigmidoskopi
 Anoskopi (Wechter, 2015)
1. Pemeriksaan fisik
 Inspeksi untuk melihat adanya kelainan eksternal, termasuk adanya iritasi kulit,
hemoroid eksternal, fisura, fistul, abses, kondiloma, prolaps, hipertrofik papil.
 Pemeriksaan colok dubuk direkomendasikan untuk mengevaluasi keluhan
anorektal seperti peradangan, lesi, atau sfingter ani pada canal anus.
Mengeavaluasi adanya massa, lesi, area yang memgalami peradangan,
fluktuasi, nyeri tekan.
2. Pemeriksaan penunjang
 Anoskopi
 Sigmoideskopi dan kolonoskopi fleksibel (Ganz, 2013)
Pengobatan untuk hemoroid meliputi:
 Kortikosteroid (misalnya, kortison) krim untuk membantu mengurangi nyeri dan
bengkak
 Krim hemoroid dengan lidocaine untuk membantu mengurangi nyeri
 Pelunak feses membantu mengurangi konstipasi (Wechter, 2015)
Secara garis besar, terapi hemoroid dapat dibagi menjadi: (Ganz, 2013)
1. Terapi konservatif
Perubahan pola makan dan gaya hidup adalah rekomendasi pertama
untuk menangani hemoroid. Rekomendasi tersebut antara lain meingkatkan
asupan makanan berserat dan mengurangi tekanan yang berlebihan saat
defekasi.
2. Terapi non operatif
Berdasarkan ACRCS, tujuan terapi non operatif adalah:
 Menurunkan vaskuler hemoroid
 Mengurangi jaringan yang mengalami peregangan
Melakukan fiksasi pada hemoroid ke arah dinding rektum untuk
memperbaiki prolaps. Macam-macam metode yang dapat digunakan antara
lain:
o Rubber band ligation (RBL)
o Skleroterapi
o Infrared coagulation
o Bipolar diathermy, direct current electrotherapy, heater probe
coagulation
o Cryosurgery and Lord’s procedure
3. Terapi operatif
Pasien yang memerlukan terapi operatif adalah sebagai berikut:
 Hemoroid grade III yang tidak respon dengan terapi non operatif
 Hemoroid grade IV
 Adanya kelainan anorektal lain
Terapi pembedahan dapat terdiri dari beberapa kategori. Operasi yang paling
umum dilakukan adalah hemoroidektomi. Secara tradisional, hemoroidektomi
dilakukan dengan melalukan insisi secara melingkar baik pada hemoroid internal
maupun eksternal dan menyingkirkan pembuluh darah yang mengalami prolaps.
Teknik ini dianggap sangat efektif dengan tingkat kekambuhan yang rendah.
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain retensi urin (2%-36%), perdarahan (0,03%-
6%), infeksi (0,5%-5,5%), stenosis anal (0%-6%), dan inkontinensia (2%-12%) (Ganz,
2013).

Daftar Pustaka :
1. Chauhan, H; Vaishnav, UG. 2016. A Comparative Study of Longo’s Procedure
without Stapler Versus Open Hemorrhoidectomy in 2nd and 3rd Degree
Haemorrhoids. International Archives of Integrated Medicine; 3(2): 25-30
2. Ganz, RA. 2013. The Evaluation and Treatment of Hemorrhoids: A Guide for the
Gastroenterologist. Clinical Gastroenterology and Hepatology; 11: 593-603
3. Wechter, DG. 2015. Hemorroids. Uniersity of Maryland Medical Center. Downloaded
from: http://umm.edu/health/medical/ency/articles/hemorrhoids, accessed at Sept 28th,
2019

Anda mungkin juga menyukai