Anda di halaman 1dari 29

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM LAPORAN KASUS

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER NOVEMBER 2022


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

KRISIS THYROID

OLEH
AMALIA SRI ANJANI
111 2021 2101

PEMBIMBING
dr. Rahmiaty Purnama, Sp.PD

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Dengan ini, yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Amalia Sri Anjani

NIM : 111 2021 2101

Judul : Krisis Thyroid

Telah menyelesaikan tugas Laporan Kasus yang berjudul “Krisis Thyroid”

dan telah disetujui serta dibacakan di hadapan Dokter Pembimbing Klinik

dalam rangka Kepaniteraan Klinik pada Bagian Kardiologi Fakultas

Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

Palopo, 02 November 2022

Dokter Pendidik Klinik Mahasiswa

dr. Rahmiaty Purnama, Sp.PD Amalia Sri Anjani


KATA PENGANTAR

Segala puji dan rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

Subhanahu wa ta'ala karena berkat limpahan rahmat, hidayah dan

ridho-Nya maka Laporan Kasus ini dapat diselesaikan dengan baik.

Salam dan salawat semoga selalu tercurah pada baginda Rasulullah

Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam beserta para keluarga,

sahabat-sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti ajaran beliau

hingga akhir zaman.

Laporan kasus yang berjudul “KRISIS THYROID” ini disusun

sebagai persyaratan untuk memenuhi kelengkapan bagian. Secara

khusus penulis sampaikan rasa terima kasih kepada dr. Rahmiaty

Purnama, Sp.PD sebagai pembimbing yang sangat baik, sabar dan

mau meluangkan waktunya untuk memberi arahan dalam penulisan

Refarat ini. Jazakillahu Khoir, Barakallahu fiik dokter.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Kasus ini

terdapat banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk

menyempurnakan Laporan Kasus ini. Saya berharap sekiranya

Laporan Kasus ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Aamiin.

Palopo, Oktober 2022

Hormat Saya,

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

Hipertiroidisme adalah kondisi klinis yang disebabkan oleh

peningkatan konsentrasi hormon tiroid dalam jaringan akibat

peningkatan sintesis hormon oleh kelenjar tiroid berupa peningkatan

pelepasan hormon tiroid endogenous atau sumber ekstratiroidal

eksogen. Sedangkan tirotoksikosis mengacu pada manifestasi klinis

akibat sirkulasi yang berlebihan dari hormone tiroid. Penyebab

paling umum dari hipertioroidisme adalah penyakit Graves, toksik

gondok multinodular, dan adenoma toksik. Penyebab lain yang juga

agak sering dijumpai adalah tiroiditis, kemudian sebab yang jarang

antara lain penyakit trofoblastik, pemakaian berlebihan yodium

ataupun obat hormon tiroid, obat amiodaron dan hiperskresi Thyroid

Stimulating Hormone (TSH). 1,2

Krisis tiroid merupakan kegawatdaruratan tingkat pertama dalam

bidang endokrin dengan angka morbiditas dan mortalitas yang sangat

tinggi. Insiden kasus ini dikatakan jarang terjadi, namun saat seseorang

dinyatakan menderita penyakit ini maka angka kematiannya akan tinggi.

Oleh karena itu diperlukan penegakkan diagnosis dini dan pengelolaan

pasien harus agresif, karena hal ini akan memberikan prognosis yang lebih

baik pada pasien. Diagnosis krisis tiroid sendiri didasarkan pada kondisi

klinis pasien, bukan dari hasil laboratorium. Krisis tiroid umumnya terjadi

pada pasien dengan hipertiroid yang tidak diberikan terapi adekuat dan
dipicu oleh adanya infeksi, trauma, pembedahan tiroid, atau diabetes

melitus yang tidak terkontrol.3


BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien

Nama : Ny. Husni

No RM : 289890

Jenis Kelamin : Perempuan

Tgl Lahir/umur : 25/04/1977/ 45 Tahun

Tanggal MRS : 24/09/2022

Alamat : DSN Pambulungan, Buntu Awo, Kec.

Walenrang Utara, Kab/Kot Luwu, Prov

Sulawesi Selatan

2.2 Anamnesis

Keluhan Utama

Sesak Nafas

Riwayat Penyakit Sekarang

Seorang Perempuan berusia 45 tahun datang dengan keluhan

Sesak Nafas sejak 2 hari yang lalu dan memberat dengan

perubahan posisi, Sesak tidak memberat dengan aktifitas,

Riwayat terbangun dimalam hari karna pasien merasa sesak,

Jantung berdebar(+), Nyeri dada muncul secara tiba-tiba

bersifat hilang timbul dan membaik dengan istirahat, sakit kepala

tidak ada, demam tidak ada, keluhan pusing tidak ada, Mata

Menonjol (+/+) sejak 6 bulan yang lalu, Mata Kuning (+/+) 1


bulan, Batuk(+) sejak 1 bulan dan memberat 2 hari terakhir,

batuk disertai Lendir tanpa darah, nyeri menelan tidak ada,

Benjolan pada leher sisi kiri kanan, Benjolan bergerak saat

pasien menelan, Nyeri tekan (-), Pasien juga mengeluhkan nyeri

ulu hati disertai Muntah 6 kali berisi makanan, nafsu makan

menurun, BAB dan BAK lancar kesan normal. Riwayat Penyakit

terdahulu TB Paru tuntas berobat 6 bulan dan Gondok.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien memiliki riwayat TB Paru tuntas berobat 6 bulan dan

Gondok. Riwayat DM dan hipertensi disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga

1. Riwayat keluhan serupa dalam keluarga : disangkal

2. Riwayat alergi dalam keluarga : disangkal

3. Riwayat Asma dalam keluarga : disangkal

4. Riwayat OAT : Ada

5. Riwayat Gondok : Ada

6. Riwayat Hipertensi dalam keluarga : disangkal

7. Riwayat Diabetes Melitus dalam keluarga : disangkal

2.3 Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum:

a. Keadaan Umum ։ Sakit sedang

b. Kesadaran ։ Composmentis , GCS 15 (E4M6V5)


c. Gizi : Gizi Normal TB: 158 cm; BB : 55,1 kg

(IMT: 22 kg/m2)
Tanda-tanda Vital :

a. Tekanan Darah : 130/90 mmHg

b. Denyut Nadi : 126 x/menit, Irreguler, Pulsus

Defisit (+)

c. Frekuensi Nafas : 40x/menit

d. Suhu : 36,8oC

e. SpO2 : 98%

Status Generalis

Kepala : Bentuk : Normocephal

Deformitas : tidak ada

Simetris muka : simetris kanan kiri

Rambut : Hitam, gampang tercabut

Mata : Gerakan : ke segala arah

Konjungtiva : Anemis (-/-)

Sklera : Ikterus (+/+)

Pupil : Eksoftalmus (+/+)

Telinga : Nyeri tekan di proc. Mastoideus (-)

Nyeri tekan tragus (-) Sekret (-) Perdarahan (-)

Hidung : Perdarahan (-) Sekret (-) pernafasancuping

hidung (-) Deviasi (-)


Mulut Bibir : sianosis (-), pucat (-) Lidah : normal, deviasi (-)

Tonsil : T1/T1, hiperemis (-) Gusi : perdarahan (-)

Faring : hiperemis (-)

Leher

Kelenjar getah bening : pembesaran KGB (-)

Kelenjar Thyroid : Pembesaran Thyroid (+)

JVP : dalam batas normal

Tumor : tidak ada

Thoraks

 Inspeksi

Bentuk : Normochest

Gerak nafas : Simetris Thrill : Tidak ada

Sela iga : Retraksi dada tidak ada, tidak

melebar Spider nevi : tidak ada

Jejas/luka : tidak ada

 Palpasi

Gerakan nafas : Simetris

Fremitus raba : Simetris

Nyeri tekan : Tidak ada

Thrill : Tidak teraba

 Perkusi

Sonor di kedua lapangan paru


Batas paru-hepar : ICS V-VI dekstra anterior

Batas paru belakang kanan setinggi columna vertebra IX

dextra

Batas paru belakang kiri setinggi kolumna vertebra thorakal

sinistra

 Auskultasi

Bunyi pernapasan : Vesikuler

Bunyi napas tambahan : Rhonki +/+ , wheezing -/-

Bunyi jantung I/II : BJ I-II, Takikardi Irreguler,

murmur (-),

gallop (-)

Bunyi tambahan : Bising tidak ada

Abdomen

 Inspeksi : distensi (-)

 Auskultasi : peristaltik (+) kesan normal

 Perkusi : shifting dullness (-), timpani (+), undulasi

(-)

 Palpasi : Nyeri tekan epigastric (+) Undulasi (-)

Hepar teraba, Lien tidak teraba

Ekstremitas

CRT < 2, Edema (-)

2.4 Pemeriksaan Penunjang


(24/09/2022)

Pemeriksaan Laboratorium

Darah Rutin

 WBC : 4,90 x 103 /uL

 NEU : 86,79 %

 LYM : 0,5 %

 MON : 2,86 %

 RBC : 4,40 x 106 /uL

 HGB : 12,6 g/dL

 HCT : 36 %

 MCV : 83,3 fL

 MCH : 28,7 pg

 MCHC : 35 g/dL

 PLT : 228 x 103 /uL

Pemeriksaan Kimia Darah

 GDS : 87 mg/dl

Elektrolit Dan Gas Darah

 Na (Natrium) : 124.5 mmol/L (L)

 K (Kalium) : 5.86 mmol/L (H)

 Cl (Clorida) : 98.5 mmol/L

 Ca (Calsium) : 1.11 mmol/L

Fungsi Thiroid
 TSH : 10.96 (H)

 T4 : 107.79

Pemeriksaan EKG

 EKG AF Rapid Ventricular Respons 128x/menit

2.5 Assesment

 Krisis Tiroid

 Atrial Fibrilasi

 Hiponatremi

 TB paru Aktif

 Efusi Pleura Bilateral

2.6 Planning Terapi

1. IVFD RL 28 tpm

2. Omeprazole 1 vial / 12 jam / IV

3. Ondancetron / 8 jam / IV

4. Cefotaxim 2 gr/ PB / Drips

5. Digoxin 1x1 / Oral

6. Codein 20 mg 2x1

7. Check TCM

2.7 Follow Up

26/09/2022

Subjek:

Pasien masih mengeluhkan Sesak Nafas yang memberat

dengan perubahan posisi, Pasien terbangun dimalam hari


karna pasien merasa sesak, Jantung berdebar(+), Nyeri dada

muncul secara tiba-tiba bersifat hilang timbul dan membaik

dengan istirahat, sakit kepala tidak ada, demam tidak ada, keluhan

pusing tidak ada, Mata Menonjol (+/+), Mata Kuning (+/+),

Batuk(+) disertai Lendir tanpa darah, Flu (-), nyeri menelan tidak

ada, Benjolan pada leher sisi kiri kanan, Benjolan bergerak saat

pasien menelan, Nyeri tekan (-), Pasien juga mengeluhkan nyeri

ulu hati, Muntah (-), nafsu makan menurun, BAB dan BAK lancar

kesan normal.

Objektif:

KU: Sakit Sedang/Compos Mentis

 TD : 127/95 mmHg

 P : 40 x/menit

 N : 126x/menit, Irreguler, Pulsus Defisit (+)

 S : 36,5oC

 SpO2 : 92%

 Mata : Eksoftalmus (+/+), Tidak ada perdarahan pada

kedua konjungtiva, anemis (-/-), sklera ikterik (+/+).

 Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening,

Terlihat pembesaran kelenjar tiroid, JVP dalam batas

normal.

 Thorax : BJ I/II Takikardi Irreguler, bising tambahan (-),


bunyi pernapasan Vesikular, Rh (+/+), Wh (-/-)

 Ekstremitas : CRT <2 detik, Edema (-)

Pemeriksaan Penunjang

(26/08/2022)

 TCM : Negatif

Assesment

 Krisis Tiroid

 TB Paru TCM(-)

 Atrial Fibrilasi

 Hiponatremi

 Efusi Pleura Bilateral

Planning Terapi

1. IVFD RL 28 tpm

2. Propylthiouracil 100 mg 3x1

3. Omeprazole 1 vial / 12 jam / IV

4. Cefotaxim 2 gr/ PB / Drips

5. Digoxin 1x1 / Oral

6. Codein 20 mg 2x1

7. Hitung Skor Burch-Wartosky

8. Euthyrox 50 MCG 1-0-0

9. EKG Kontrol

27/09/2022

Subjek:
Kesadaran pasien menurun, Sesak Semakin memberat

dengan pemasangan NRM 12 lpm SpO2 pasien hanya 95%,

Pasien kesulitan tidur dimalam karna Sesak, Nyeri dada muncul

secara tiba-tiba bersifat hilang timbul dan membaik dengan

istirahat, sakit kepala tidak ada, demam tidak ada, keluhan pusing

tidak ada, Mata Menonjol (+/+), Mata Kuning (+/+) 1 bulan,

Batuk(+) berlendir, Benjolan pada leher sisi kiri kanan, Benjolan

bergerak saat pasien menelan, Nyeri tekan (-), Muntah (-), Nafsu

makan menurun, Nyeri menelan Sulit dinilai, keluhan pusing sulit

dinilai, sakit kepala sulit dinilai, demam tidak ada, BAB dan BAK

lancar kesan normal.

Objektif:

S: Sakit Berat/Somnolen

 TD : 134/94 mmHg

 P : 40 x/menit

 N : 49 x/menit

 S : 37,5oC

 SpO2 : 95% Via NRM 12 lpm

 Mata : Eksoftalmus (+/+), Tidak ada perdarahan pada

kedua konjungtiva, anemis (-/-), sklera ikterik (+/+).

 Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening,

Terlihat pembesaran kelenjar tiroid, JVP dalam batas

normal.
 Thorax : BJ I/II normal Regular, bising tambahan (-),

bunyi pernapasan Vesikular, Rh (+/+), Wh (-/-)

 Ekstremitas : CRT <2 detik, Edema (-)

Pemeriksaan Penunjang (27/09/2022)

Pemeriksaan Kimia Darah

 GDS : 137 mg/dl

Elektrolit Dan Gas Darah

 Na (Natrium) : 124.5 mmol/L (L)

 K (Kalium) : 8.86 mmol/L (H)

 Cl (Clorida) : 99.2 mmol/L

 Ca (Calsium) : 1.06 mmol/L (L)

Fungsi Ginjal

 Ureum : 167 mg/dl (H)

 Kreatinin : 4.9 mg/dl (H)

 Skor Burch-Wartosky
Hasil Skor Burch-Wartosky : 70 (Highly Suggestive)

Assesment

 Krisis Tiroid

 TB Paru TCM(-)

 Efusi Pleura Bilateral

 Atrial Fibrilasi

 Hiponatremi

Planning Terapi

1. Rawat ICU

2. O2 NRM 10 lpm

3. Pasang NGT
4. IVFD NaCl 3% 10 tpm

5. Lasix 2 amp / 8 jam / IV

6. Propylthiouracil 100 mg 3x1

7. Dexametason 2 amp / 6 jam / IV

8. Ca Glukonat 1 amp / IV Bolus pelan

9. Cefotaxim 2 gr/ 24 jam / Drips

10. Cedocard 10 cc / Jam / Sp

11. EKG Kontrol

12. Pasang Kateter

13. Check GDS, UR, CR

28/09/2022

00.00

Subjek:

Pindah dari edelweiss ke ICU pukul 00.00 dengan Kesadaran

Menurun dan Terpasang infus NaCl 0,3%, O2 NRM 8 Lpm,

NGT(+), Chateter (+).

Objektif:

 S: Sakit Berat/Stupor

 TD : 89/68 mmHg

 P : 32x/menit

 N : 90x/menit

 S : 36,5oC

 SpO2 : 77% Via NRM 8 lpm


 Mata : Eksoftalmus (+/+), Tidak ada perdarahan pada

kedua konjungtiva, anemis (-/-), sklera ikterik (+/+).

 Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening,

Terlihat pembesaran kelenjar tiroid, JVP dalam batas

normal.

 Thorax : BJ I/II normal Regular, bising tambahan (-),

bunyi pernapasan Vesikular, Rh (+/+), Wh (-/-)

 Ekstremitas : CRT <2 detik, Edema (-)

04.00

 S : Sakit Berat/Stupor

 TD : 85/63 mmHg

 P : 29x/menit

 N : 60x/menit

 SpO2 : 60%

04.15

Apnea dan dilakukan Bagging dan di nyatakan

Meninggal pukul 04.20

 S : Henti Jantung (+), Henti Nafas (+), Refleks Kornea (-/-)

Assesment

 Krisis Tiroid

 TB Paru TCM(-)

 Efusi Pleura Bilateral

 Atrial Fibrilasi
 Hiponatremi
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Hormon tiroid merupakan salah satu hormon yang ada di dalam

tubuh yang berfungsi untuk mengatur metabolisme agar tetap berjalan

normal. Terdapat dua hormon yaitu tetraiodothyronine (tiroksin atau T4) dan

triiodothyronine (T3) yang disintesis. Namun apabila terdapat kelainan atau

gangguan dalam proses produksi, hormone tiroid akan menimbulkan suatu

gangguan pada tubuh. Krisis tiroid yang terjadi paling banyak merupakan akibat

dari penyakit grave yang tidak diketahui atau yang tidak terkontrol. Suatu keadaan

hipertiroid dapat berakibat fatal serta dapat mengancam kehidupan. Hal ini sering

disebut dengan istilah krisis tiroid.3

2.2 Epidemiologi

Prevalensi krisis tiroid tergolong rendah sekitar 1-2%

kasus hipertiroid bermanifestasi sebagai badai tiroid dengan

rata - rata angka kematian antara 20-30% meskipun dalam

pengobatan. Deteksi, pemeriksaan fungsi tiroid dan penanganan

dini dari pasien tiroid dapat mengurangi terjadinya kasus badai tiroid.

2.3 Etiologi

Banyak faktor yang dapat mempengruhi terjadinya badai

tiroid seperti infeksi trauma, terapi radioiodine, penghentian

obat antitiroid secara tiba-tiba, minum obat tidak

teratur, penyakit serebrovaskular, ketoasidosis diabetes,

toksemia kehamilan, stres berat dan emosional. Pada


kasus ini telihat penyebab dari krisis tiroid disebabkan oleh

Infeksi pada Paru-Paru.

 Asupan yodium.

Asupan yodium juga tampaknya mempengaruhi terjadinya

tirotoksikosis. Jelas, pasien di daerah yang kekurangan yodium

batas dunia mengembangkan gondok nodular, sering dengan daerah

otonomi tiroid. Ketika anggota populasi ini pindah ke daerah asupan

yodium yang cukup, tirotoksikosis terjadi. Ada bukti bahwa yodium

dapat bertindak sebagai stimulator kekebalan, memicu penyakit tiroid

autoimun dan bertindak sebagai substrat untuk sintesis hormon tiroid

tambahan.5

 Graves Disease

Penyebab paling umum dari tirotoksikosis adalah

penyakit Graves (50-60% kasus). Penyakit Graves adalah

gangguan autoimun spesifik organ yang ditandai dengan

berbagai antibodi yang bersirkulasi, termasuk antibodi

autoimun umum, serta antibodi anti-TPO dan anti-TG. 5

 Tiroiditis subakut

Penyebab paling umum berikutnya dari tirotoksikosis adalah

tiroiditis subakut (sekitar 15-20% kasus), pelepasan hormon tiroid

preformed yang merusak. Kadar hormon tiroid bisa sangat

meningkat dalam kondisi ini. 5

 Gondok multinodular beracun


Goiter multinodular toksik (penyakit Plummer) menyumbang

15-20% dari kasus tirotoksikosis. Ini terjadi lebih sering pada individu

lanjut usia, terutama mereka yang menderita gondok yang sudah

berlangsung lama. Kelebihan hormon tiroid berkembang sangat

lambat dari waktu ke waktu dan seringkali hanya sedikit meningkat

pada saat diagnosis. 5

 Adenoma toksik

Adenoma toksik disebabkan oleh adenoma tiroid folikular

hiperfungsi tunggal. Gangguan ini menyumbang sekitar 3-5% dari

kasus tirotoksikosis. 5

 Penyebab lain tirotoksikosis

Beberapa penyebab langka tirotoksikosis ada yang layak

disebutkan. Struma ovarii adalah jaringan tiroid ektopik yang

berhubungan dengan tumor dermoid atau teratoma ovarium yang

dapat mensekresi hormon tiroid dalam jumlah berlebihan dan

menyebabkan tirotoksikosis. 5

Pasien dengan kehamilan mola hidatidosa atau

koriokarsinoma memiliki kadar beta human chorionic gonadotropin

(β-hCG) yang sangat tinggi, yang dapat dengan lemah mengaktifkan

reseptor TSH. Pada kadar -hCG yang sangat tinggi, aktivasi reseptor

TSH cukup untuk menyebabkan tirotoksikosis. 5

Karsinoma tiroid folikular metastatik juga dapat menyebabkan

tirotoksikosis. 5
2.4 Patofisiologi

Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa”

mensekresikan hormon hingga diluar batas, sehingga untuk

memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid

membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan

suka hawa dingin termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang

kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme tubuh yang

diatas normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang

menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme mengalami

kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung

tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan

terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali

perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang

abnormal. Nadi yang takikardi atau diatas normal juga merupakan

salah satu efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler.

Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun

yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler,

akibatnya bola mata terdesak keluar.6

Krisis tiroid umumnya terjadi pada pasien dengan

hipertiroid yang tidak diberikan terapi yang adekuat dan dipicu

oleh adanya infeksi, trauma, pembedahan tiroid, atau diabetes

melitus yang tidak terkontrol. 3

2.5 Gambaran Klinis


Gejala yang sering ditemui pada tirotoksikosis adalah

gelisah dan cemas, keringat berlebih, kulit yang hangat, tidak

tahan akan panas, berdebar, defekasi berlebih, mudah lelah,

berat badan menurun namun nafsu makan meningkat (Von Muller’s

paradox) dan gangguan menstruasi. Pada pemeriksaan fisik akan

sering ditemui pembesaran kalenjar tiroid, hiperaktif, takikardia

atau atrial fibrilasi, hipertensi sistolik, mudah berkeringat dan teraba

hangat pada kulit, tremor, kelemahan otot, kelainan okular seperti

Mobius sign, von Graefe’s sign, joffroy’s sign, stellwag’s sign, lid lag,

exopthalmus.7

Kecurigaan terhadap krisis tiroid diperlihatkan dengan adanya

kondisi hipermetabolik seperti demam tinggi, takikardi, mual, muntah,

agitasi, dan psikosis. Pada fase lanjut, pasien bisa jatuh dalam keadaan

stupor atau koma disertai dengan hipotensi.4

2.6 Tatalaksana

Pengobatan krisis tiroid berdasarkan American Thyroid

Association, yakni dengan pemberian beta-blocker, obat anti tiroid,

iodine, dan kortikosteroid. Penanganan bersifat suportif dengan

menjaga suhu tubuh pasien dengan meletakkan selimut

pendingin atau cooling blanket dan pemberian

asetaminofen. Pasien dengan badai tiroid sebaiknya

dilakukan resusitasi cairan, pernapasan suportif, dan

monitoring di unit/ruangan intensif.


Teori Kasus

 Wanita  Wanita

 Exopthalmus  Exopthalmus

 Pembesaran Kelenjar  Pembesaran Kelenjar

Thyroid Thyroid (Goiter)

 Takikardi  Gelisah

 Mudah Lelah
 Hiperaktif
 Mual dan Muntah
 Gelisah dan cemas
 Faktor yang dapat
 Keringat berlebih
mempengaruhi terjadinya
 Kulit yang hangat
badai tiroid seperti infeksi :
 Tidak tahan akan panas
TB Paru Aktif dan Efusi
 Berdebar
Pleura Bilateral
 Defekasi berlebih  Stupor (Saat masuk ICU)

 Mudah lelah.

 Berat badan menurun namun

nafsu makan meningkat (Von

Muller’s paradox)

 Gangguan menstruasi

 Tremor

 Kelainan Okular

 Mual dan muntah

 Stupor atau Koma

 Hipotensi

 Faktor yang dapat

mempengaruhi terjadinya

badai tiroid seperti infeksi

trauma, terapi radioiodine,

penghentian obat antitiroid

secara tiba-tiba, minum

obat tidak teratur,

penyakit serebrovaskular,

ketoasidosis diabetes,

toksemia kehamilan, stres

berat dan emosional.


Tatalaksana (Teori) Tatalaksana (Kasus)

 Beta-blocker  Omeprazole 1 vial / 12 jam /

 Obat anti tiroid IV

 Iodine  Ondancetron / 8 jam / IV

 Cefotaxim 2 gr/ PB / Drips


 Kortikosteroid
 Digoxin 1x1 / Oral

 Codein 20 mg 2x1

 Propylthiouracil 100 mg 3x1

 Euthyrox 50 MCG 1-0-0

 O2 NRM 10 lpm

 Pasang NGT

 IVFD NaCl 3% 10 tpm

 Lasix 2 amp / 8 jam / IV

 Dexametason 2 amp / 6 jam /

IV

 Ca Glukonat 1 amp / IV Bolus

pelan

 Cedocard 10 cc / Jam / Sp
DAFTAR PUSTAKA

1. Srikandi PR. Hipertiroidismee Graves Disease:Case Report. J

Kedokt RAFLESIA. 2020;6(1):30–5.

2. Legawa NDB. Seorang Penderita Penyakit Grave ’ S Dengan

Tetraparesis : Sebuah Laporan Kasus a Grave ’ S Disease Patient

With Tetraparesis : a Case Report. Fak Kedokt Udayana. 2019;

3. sitalaksmi, R., Sinardja, I.K., Wiryana, M. 2019. Penanganan

pasien krisis tiroid menurut kriteria burch wartofsky score di Intensive

Care Unit. Medicina 50(2): 295-299.

DOI:10.15562/Medicina.v50i2.622

4. Nasution MS, et al. Thyrotoxic periodic paralysis. Divisi

Endokrinologi & Metabolik FK USU-RSUPHAM.

5. Lee, S.L. and S. Ananthakrishnan. Hyperthyroidism and

Thyrotoxicosis. Endocrinology 2018; Available from:

https://emedicine.medscape.com/article/121865-overview.

6. Aritonang YA, Leniwita H. Modul Keperawatan Medikal Bedah

Ii

7. Permana IG. Impending krisis tiroid pada struma multinodusa

toksik dengan pneumonia komunitas. Jurnal Penyakit Dalam

Udayana. 2018 Nov 20;2(1):5-9.

Anda mungkin juga menyukai