Pembimbing :
dr. Damai Suri, Sp.An
Diajukan Oleh:
Riyan Yusmadri
J510165075
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
LEMBAR PENGESAHAN
CASE REPORT
GENERAL ANESTESI TEKNIK INTUBASI ETT PADA KASUS CWL
Diajukan Oleh :
Riyan Yusmadri
J510165075
Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada tanggal 2 Juli 2016
Pembimbing :
dr. Damai Suri, Sp.An (..................................)
Dipresentasikan di hadapan :
dr. Damai Suri, Sp.An (..................................)
BAB I
PENDAHULUAN
Rinosinusitis kronis disertai dengan polip hidung adalah suatu penyakit
inflamasi yang melibatkan mukosa hidung dan sinus paranasal, dapat mengenai
satu atau lebih mukosa sinus paranasal dan disertai dengan timbulnya masa lunak
bertangkai, berwarna putih keabu-abuan, jernih, mengandung cairan yang dapat
tumbuh secara tunggal maupun bergerombol pada mukosa hidung dan sinus
paranasal (Budiman dan Asyari, 2012).
Rinosinusitis kronik dikelompokkan lagi menjadi rinosinusitis kronik
dengan polip hidung dan tanpa polip hidung. Definisi tersebut di atas menekankan
bahwa sinusitis pada umumnya disertai terjadinya inflamasi mukosa hidung dan
sinus paranasal secara bersamaan. Oleh karena itu menurut European of
Allergology and Clinical Immunology Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal
Polyps, penggunaan kata rinosinusitis lebih disarankan daripada sinusitis
(Fokkens et al, 2007).
Penyebab terjadinya rinosinusitis kronis bersifat multifaktorial meliputi
faktor penjamu (host) baik sistemik maupun lokal, faktor mikrobial dan faktor
lingkungan (Fokkens, 2012 ; Singh & Tiwari, 2014). Rinosinusitis umumnya
dimulai karena adanya inflamasi pada mukosa hidung terutama daerah kompleks
osteomeatal atau inflamasi pada mukosa sinus sehingga menyebabkan tertutupnya
ostium sinus paranasal. Tertutupnya ostium sinus paranasal mengakibatkan
terganggunya ventilasi udara dan aliran selimut mukus sehingga terjadi absorbsi
oksigen pada ruang sinus yang menyebabkan tekanan negatif dan hipoksia pada
ruang sinus, akibatnya terjadi peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan
angiogenesis yang mengakibatkan transudasi, berkurangnya kekentalan selimut
mukus sehingga kecepatan aliran mukus menurun dan berhenti sama sekali, dan
menjadi media pertumbuhan kuman yang cukup baik. Tatalaksana pembedahan
yang dilakukan ada beberapa cara, antara lain : bedah sinus endoskopi fungsional
dan operasi sinus terbuka, seperti operasi Caldwell-Luc, etmoidektomi eksternal,
trepinasi sinus frontal dan irigasi sinus (Singh & Tiwari, 2014)..
Anestesi umum adalah tindakan anestesi yang dilakukan dengan cara
menghilangkan nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadaran dan bersifat pulih
kembali atau reversibel. Anestesi umum meliputi: menghilangkan nyeri, tidak
sadar, amnesia, reversibel, dapat diprediksi, sinonim dengan narkose. Intubasi
trakea ialah tindakan memasukkan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima
glottis, sehingga ujung distalnya berada kira-kira dipertengahan trakea antara pita
suara dan bifukasio trakea. Indikasi sangat bervariasi dan umumnya ialah mejaga
patensi jalan napas oleh sebab apapun, mempermudah ventilasi positif dan
oksigen, pencegahan terhadap aspirasi dan regurgitasi (Latief et al., 2007).
BAB II
LAPORAN KASUS
STATUS PENDERITA
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. F.
No.RM : 18.XX.XX
Jenis Kelamin : Perempuan
Masuk Tgl : 16 November 2016
Umur : 37 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Jati tg gede, Karanganyar
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di bangsal kantil I
RSUD Karanganyar pada tanggal 16 November 2016
Keluhan Utama : Nyeri pada kedua pipi
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada kedua pipi, memberat saat
pasien menunduk dan pilek tidak sembuh-sembuh sejak 3 bulan yang
lalu. Pasien juga mengeluhkan hidung tersumbat, mampet pada hidung
kanan dan kiri, pusing dan disekitar mata pasien terasa cekot-cekot,
pasien tidak mengeluhkan batuk maupun sesak. Hal ini sering terjadi dan
kambuh-kambuhan. Oleh dr.I pasien dikatakan mengalami sinusitis
kronis tanpa polip nasal sehingga pasien setuju untuk dilakukan operasi
Caldwell-Luc(CWL) yaitu operasi membuka salah satu dinding sinus
dengan membuka fossa kanina pada tanggal 16 November 2016.
Anamnesis Sistemik
Neuro : Sensasi nyeri baik, gemetaran (-), sulit tidur (-)
Kardio : Nyeri dada (-), dada berdebar-debar (-)
Pulmo : Sesak napas (-), batuk lama (-)
Abdomen : Diare (-), kembung (-), konstipasi (-)
Urologi : BAK (+) dan BAB(-), panas (-)
Muskolo : Nyeri ditangan dan kaki (-)
P: Sonor-sonor
A: Suara dasar: vesikuler +/+, Suara tambahan : -/-
Pemeriksaan penunjang
1. Rontgent
2. Laboratorium
Darah Rutin Nilai Nilai normal satuan
Hb 13,3 12.00 16.00 g/dL
Ht 40,5 37 47 Vol%
Leukosit 7,26 5,0 10,0 10^3/uL
Trombosit 478 150 300 mm3
Eritrosit 4,85 4,50 5,50 10^6/uL
MCV 83,5 82 92 fL
MCH 27,4 27 31 Pg
MCHC 32,8 32-37 g/dL
Gran 72,5 50-70,0 %
Limfosit 20,5 25,0 40,0 %
Monosit 5,5 3,0 9,0 %
Eosinofil 1,0 0 ,55,0 %
Basofil 0,5 0,0-1,0 %
Clotting Time 0330 2-8 Menit
Bleeding Time 0130 1-3 menit
GDS 87 70 150 mg/dL
creatinin 0,75 0,5-0,9 mg/dL
ureum 28 10-50 mg/dL
HbsAg NR NR
IV. DIAGNOSIS
Sinusitis kronis tanpa polip nasal
V. TERAPI
Pro Operasi Caldwell-Luc
1. Di ruang persiapan
a.Cek persetujuan operasi dan identitas penderita
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital
c.Lama puasa 8 jam
d. Cek obat dan alat anestesi
e.Posisi terlentang
f. Infus RL 30 tpm
2. Di ruang operasi
a. Jam 09.00 pasien masuk kamar operasi, manset dan monitor
dipasang, TD 120/60 mmHg, HR : 68x/m, Saturasi Oksigen : 99% .
O2, N2O, dan agent (sevoflurane) sudah disiapkan. Menyiapkan
laringoskop, guedel/mayo, plester, endotracheal tube nomer 7,5,
stetoskop, dan suction. Obat premedikasi dimasukan melalui IV line.
- Fentalyn Inj. 50 g/ml (2ml)
- Granisetron inj. 1 mg/ml (4ml)
- Midazolam 5mg/ml (5ml)
b. Jam 09.15 dilakukan induksi dengan Propofol 90 mg, segera kepala
diekstensikan, face mask didekatkan pada hidung dengan O2 6
l/menit. Setelah reflek bulu mata menghilang, dan tampakada tanda
tanda relaksasi otot leher dan rongga mulut, laringoskop kita
masukan sambil menelusuri lidah, kemudia kita melihat uvula dan
trakea. Setelah terlihat trakea ETT no. 7,5 dan guedel kita masukan,
kemudian masukan kunci dengan mengisi udara pada cuff sesuai
kebutuhan. Selang sirkuit kita hubungkan dengan ETT kemudian
kita pompa below. Setelah terpasang baik dihubungkan dengan
mesin anestesi untuk mengalirkan N2O dan O2. N2O mulai diberikan
3L dengan O2 3 L /menit untuk memperdalamkan anestesi,
bersamaan dengan ini sevofluran dibuka sampai 3% dan sedikit
demi sedikit ( sesudah setiap 5-10 kali tarik nafas) diturunkan
dengan 1,5% sampai 2 % tergantung reaksi dan besar tubuh
penderita. Kedalaman anestesi dinilai dari tanda-tanda mata (reflek
bulu mata), nadi tidak cepat dan posisi tubuh terhadap rangsang
operasi tidak banyak berubah.
c. Jam 09.20 operasi dimulai dan tanda vital serta saturasi oksigen
dimonitor tiap 15 menit.
d. Jam 09:45 infus RL diganti Tuthofusion 30tpm
e. Jam 10.00 operasi selesai penderita dipindah ke ruang recovery.
f. Setelah operasi selesai agent, N2O, dan O2 kita tutup (matikan).
Pemberian oksigen recovery. Apabila sudah selesai guedel dan ETT
kita lepas dengan cara menyedot kunci yang berisi udara dan plester
kita lepas. Sebelumnya saliva kita suction sampai bersih kemudian
ETT kita angkat.
g. Setelah itu airway masuk dengan memasang sungkup untuk
memberikan O2, kita tunggu sampai pasien dipindahkan dari meja
operasi ke tempat tidur pasien dan ke ruang pemulihan (recovery
room).
a) RL
b) Tuthofusion
3. Recovery Room
Pasien masuk Ruang RR pukul 10.10 dalam posisi supine
(terlentang) dengan kepala ekstensi, pasien mengantuk, monitoring tanda
vital serta saturasi O2 dan diberikasn O2 3 liter/ menit lewat mulut. TD
153/85 mmHg, Nadi : 85x/m, RR : 25x/m, Suhu : 36,4C. Jam 10.30
pasien sadar penuh dan dipindah ke bangsal.