APPENDISITIS AKUT
PEMBIMBING :
dr. Anthony Heryanto, Sp.B
dr. Marisa Skolastika
dr. Fenny Shuriana
DISUSUN OLEH:
dr. Fahmi Fathul Rahman
dr. Luthfan Dio Satria Bachri
dr. Rizky Harsya Maulana
dr. R. Siti Farahnur Syaiful Rhamadani
dr. Tarida Putri Rahmadani
1
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang mengenai
“Appendisitis Akut”. Penulisan laporan kasus ini dilakukan dalam rangka memenuhi
salah satu syarat dalam menjalani Program Internsip Dokter Indonesia .
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini dapat terselesaikan dengan adanya
bantuan moril dari berbagai pihak, sehingga dengan hormat penulis menyampaikan
terima kasih sebesar-besarnya kepada dr. Anthony Heryanto, Sp.B, dr. Marisa Skolastika,
dan dr Fenny Shuriana selaku dokter pembimbing.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan kasus ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, segala kritik komentar yang bersifat membangun diharapkan dapat dijadikan
perbaikan di masa datang. Penulis berharap semoga laporan kasus ini memberikan
manfaat bagi semua pihak.
Oktober 2020
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
BAB II LAPORAN KASUS........................................................................... 2
BAB III TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 9
A. ANATOMI................................................................................ 8
B. FISIOLOGI................................................................................ 10
C. ETIOLOGI................................................................................. 10
D. PATOGENESIS........................................................................ 11
E. DIAGNOSIS.............................................................................. 12
F. DIAGNOSIS BANDING........................................................... 19
G. TATALAKSANA..................................................................... 20
H. KOMPLIKASI.......................................................................... 23
BAB IV ANALISIS KASUS.......................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 31
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Apendiks disebut juga umbai cacing adalah sebuah organ berbentuk tabung,
dengan panjang kira-kira 10 cm (3-10 cm) dan berpangkal di sekum. Lumennya
sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal.1
1
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Umur : 34 Tahun
Alamat : Cibadak
B. ANAMNESIS
Pasien datang ke IGD dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak
18 jam SMRS. Nyeri bersifat terus menerus dan sangat mengganggu pasien.
Awalnya pasien sempat merasakan nyeri di sekitar ulu hati 1 hari sebelumnya
kemudian nyeri berpindah ke perut kanan bawah. Selain itu pasien mengeluh
mual (+) disertai demam (+), muntah disangkal, Semenjak sakit, pasien tidak
nafsu makan dan mulut terasa pahit. BAB cair (+) 2 kali, lendir (-), darah (-),
BAK (+) normal, flatus (+). HPHT : 19 September 2020. Riwayat mens
teratur.
Riwayat Pengobatan :
2
namun keluhan tidak membaik sehingga pasien datang ke IGD RS Kartika
Cibadak.
Riwayat Alergi :-
Riwayat Psikososial :-
C. PEMERIKSAAN FISIK
Berat Badan : 55 kg
Status Generalis :
Telinga : Bentuk normal, liang telinga lapang, sekret -/-, serumen -/-
3
Mulut : Sianosis (-), lembab, letak uvula di tengah, faring hiperemis (-
), tonsil T1-T1
Thorax :
Inspeksi : Bentuk dada kanan dan kiri simetris, barrel chest (-),
pergerakan dinding dada simetris,
Auskultasi :
Abdomen:
Palpasi : Nyeri tekan titik Mcburney (+), Nyeri lepas (+) Psoas
sign (+), Obturator sign (+), Blumberg sign (+),
Rovsing sign (+)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
4
Hemoglobin : 12,6 g/dL (N: 12,0-14,0 g/dL)
Hitung Jenis
Hemostasis
Alvarado Score : 8
Widal :
Typhi O 1/320
Paratyphi BO 1/320
Paratyphi CO 1/160
Typhi H 1/320
5
Paratyphi AH 1/160
Paratyphi CH 1/160
E. DIAGNOSIS KERJA
F. ANJURAN PENATALAKSANAAN
Kuratif :
Non medikamentosa :
Medikamentosa :
H. EDUKASI :
a. Penyakit yang diderita adalah penyakit yang tidak menular dan penyakit
yang lebih baik segera dilakukan tindakan apendiktomi
6
FOLLOW UP
23/10/2020 :
24/10/2020 :
P : Ceftriaxone 2x1g iv
Omeprazole 2x40mg iv
Ketorolac 3x30 mg iv
Bedrest
Konsul SpPD
7
Jawaban konsul SpPD :
Omeprazole 2x1 iv
25/10/2020
S: Post op (H+2), terpasang DC, flatus (+), nyeri luka (+), demam (-)
O: Kes: CM
N: 80; S: 36,5C
Thorax :
Abdomen:
Aff DC
8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI
Secara histologis apendiks vermiformis terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan
serosa, yang merupakan ekstensi dari peritoneum, lapisan muscularis, dan lapisan
submukosa dan mukosa. Organ limfoid berasal dari lapisan submucosa dan dapat
sampai ke lapisan muscularis.5
9
Gambar 2.1 Variasi letak Apendiks Vermiformis1
B. FISIOLOGI
10
Apendiks menghasilkan lendir 1-2ml per hari. Lendir itu normalnya
ialah IgA. Immunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi.
karena jumlah jaringan limfe disini kecil sekali jika dibandingkan dengan
C. ETIOLOGI
sehingga terjadi kongesti vaskuler, iskemik nekrosis dan akibatnya terjadi infeksi.
paling sering adalah fecalith. Fecalith ditemukan pada sekitar 20% anak dengan
3. Kadang parasit
11
D. PATOGENESIS
melibatkan seluruh lapisan dinding apendiks dalam waktu 24-48 jam pertama.
Upaya pertahanan tubuh berusaha membatasi proses radang ini dengan menutup
apendiks dengan omentum, usus halus, atau adneksa sehingga terbentuk massa
paling sering disebabkan obstruksi oleh fecalith dan kemudian diikuti oleh proses
obstruksi closed-loop , dalam hal ini apendiks tetap mensekresikan mukus yang
nervus pada bagian viseral sehingga menyebabkan nyeri pada bagian epigastrium.
menyebabkan perut terasa nyeri, mual dan muntah. Hal ini lama kelamaan dapat
dan menyebabkan oklusi kapiler dan vena, tetapi sirkulasi di arteriol tetap
dipersepsikan sebagai nyeri di daerah periumbilical. Nyeri awal ini bersifat nyeri
bertambah menyebabkan mual dan muntah, dalam beberapa jam setelah nyeri.5,6
Proses inflamasi akan menyebar sampai ke lapisan Serosa dari apendiks dan
pada akhirnya sampai ke lapisan parietal dari peritoneum. Penyebaran ini yang
memunculkan gejala nyeri yang berpindah dari nyeri periumbilikal menjadi nyeri
12
perut kanan bawah. Mukosa dari apendiks rentan rusak akibat kekurangan aliran
apendiks lebih mudah pecah atau hancur. Selain itu invasi bakteri juga terjadi jauh
lebih mudah karena pertahanan mukosa apendiks yang sudah menurun akibat
kurangnya aliran darah. Proses infark ini, invasi bakteri, dan distensi yang terjadi
dengan sendirinya.5,6
E. DIAGNOSIS
1. ANAMNESIS
perut sekitar umbilikus tetapi pada akhirnya akan berpindah atau terlokalisir
pada perut kanan bawah dan nyerinya dirasakan terus menerus tidak hilang
intestinal seperti mual, anoreksia, muntah. Selain itu pasien juga mengeluh
Gejala yang muncul juga bergantung dengan letak anatomis dari apendiks
itu sendiri. Pada pasien dengan posisi apendiks retrocaecal ditemukan bahwa
gejala abdomen lebih ringan dan justru nyerinya lebih terasa pada pinggang
atau pinggul. Pada pasien dengan posisi apendiks yang menggantung pada
13
Skor Alvarado
Semua penderita dengan suspek Appendicitis acuta dibuat skor Alvarado
dan diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu: skor <6 dan skor >6.
Keterangan:
0-3: kemungkinan Appendicitis kecil
4-6 : Diperlukan Pemeriksaan Penunjang Tambahan
7-10 : Kemungkinan besar apendisitis
Bila skor 5-6 dianjurkan untuk diobservasi di rumah sakit, bila skor >6 maka tindakan
bedah sebaiknya dilakukan.
14
2. PEMERIKSAAN FISIK
peningkatan suhu tubuh lebih dari 1oC, dan peningkatan frekuensi nadi yang
tekan berada pada titik Mc. Burney. (1/3 distal antara umbilicus
apendiks.
kuadran kiri bawah, hal ini terjadi karena terjadi iritasi pada
15
iritasi retrocaecal dan retroperitoneal dari phlegmon atau
abscess.
16
Dasar anatomis terjadinya psoas sign adalah appendiks yang
batuk.
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
ektopik terganggu.2,6
(>6mm diameter)
ii. Apendikolith
17
iv. Gambaran echogenic pericaecal
v. Hiperekoik apendiks.
daerah apendiks.
18
dapat menjadi salah satu pilihan untuk mendiagnosis apendisitis
gambaran Apendisitis8
Gambar 7: Kolonoskopi8
F. DIAGNOSIS BANDING
rasa nyeri. Nyeri perut sifatnya lebih ringan dan tidak berbatas tegas.
19
Sering dijumpai hiperperistaltis. Panas dan leukositosis kurang menonjol
2. Demam Dengue, pada demam dengue gejala awal mirip dengan apendisitis
akut, hanya saja nyeri perut tidak sehebat pada apendisitis akut. Pada
dicurigai pada pasien dengan keluhan nyeri perut kanan bawah, pada
anamnesis dapat ditemukan riwayat haid terakhir. Pada KET atau rupture
tuba dapat terjadi nyeri difus di daerah pelvis dan mungkin terjadi syok
hipovolemik.1
G. TATALAKSANA
Bila diagnosis klinis sudah jelas, tindakan yang paling tepat adalah dilakukan
apendektomi.1 Penatalaksanaan non bedah pada pasien penderita apendisitis tidaklah
disarankan karena menunjukkan angka kekambuhan yang cukup tinggi.5
Penatalaksanaan non bedah dipertimbangkan apabila tatalaksana bedah tidak tersedia
seperti saat berada di daerah terpencil.5
A. Open Appendectomy
1. General anastesia
20
3. Dibuat sayatan kulit:
Horizontal Oblique
a. Pararectal/ Paramedian
2 lapis
21
Gambar 7. Lokasi insisi yang sering digunakan pada Appendectomy
B. Laparoscopic Appendectomy
Pertama kali dilakukan pada tahun 1983. Laparoscopic dapat dipakai sarana
diagnosis dan terapeutik untuk pasien dengan nyeri akut abdomen dan suspek
ginekologi dari Appendisitis akut sangat mudah dengan menggunakan laparoskop. 5,6
H. KOMPLIKASI
mikroperforasi ditutupi atau dibungkus oleh omentum dan atau lekuk usus
perforasi diikuti oleh peritonitis purulenta generalisata. Oleh karena itu, masa
22
apendiks. Faktor yang mempengaruhi tingginya insidens perforasi pada orang
daerah iliaka kanan, peristaltis usus dapat menurun hingga menghilang akibat
adanya ileus paralitik. Abses rongga peritoneum dapat terjadi bila pus yang
23
BAB IV
ANALISIS KASUS
Pasien datang ke IGD dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak
18 jam SMRS. Nyeri bersifat terus menerus dan sangat mengganggu pasien.
Awalnya pasien sempat merasakan nyeri di sekitar ulu hati 1 hari sebelumnya
kemudian nyeri berpindah ke perut kanan bawah. Selain itu pasien mengeluh
mual (+) disertai demam (+), muntah disangkal, Semenjak sakit, pasien tidak
nafsu makan dan mulut terasa pahit. BAB cair (+) 2 kali, lendir (-), darah (-),
BAK (+) normal, flatus (+). HPHT : 19 September 2020. Riwayat mens
teratur.
Riwayat Pengobatan :
Teori:
Pada anamnesis apendisitis akut pasien awalnya akan mengeluh nyeri perut
sekitar umbilikus tetapi pada akhirnya akan berpindah atau terlokalisir pada
perut kanan bawah dan nyerinya dirasakan terus menerus tidak hilang dengan
perubahan posisi, pasien juga dapat mengeluh gejala-gejala gastro intestinal
seperti mual, anoreksia, muntah. Selain itu pasien juga mengeluh demam yang
disebabkan oleh proses peradangan.5
24
Pembahasan :
Pada pasien ini ditemukan adanya nyeri alih yang bermula dari sekitar
umbilikus lalu terlokalisir ke perut kanan bawah. Hal ini disebabkan oleh
obstruksi dan distensi apendiks yang merangsang saraf otonom aferen viseral
dan membuat nyeri alih pada daerah periumbilikal (distribusi dari nervus T8 –
T10). Oleh karena itu, nyeri visceral pada appendicitis bermula di sekitar
umbilicus yang seiring dengan berjalannya waktu akan berlokasi pada
abdomen kanan bawah. (Finlay dan Doherty, 2002; Keshav, 2004). Ketika
inflamasi dari apendiks terus berlanjut dan mencapai bagian luar apendiks,
serabut saraf dari peritoneum parietal akan membawa informasi spasial tepat
ke korteks somatosensori dan setelah peritoneum parietal terlibat, nyeri yang
dihasilkan lebih intens, konstan, dan nyeri somatik akan terlokalisasi di fossa
iliaka kanan, di daerah apendiks yang mengalami inflamasi tersebut (Keshav,
2004; Bhasin et al., 2007).
25
Frekuensi Nadi : 84 x/menit
Berat Badan : 55 kg
Status Lokalis :
Abdomen:
Palpasi : Nyeri tekan titik Mcburney (+), Nyeri lepas (+) Psoas
sign (+), Obturator sign (+), Blumberg sign (+),
Rovsing sign (+)
Teori:
peningkatan suhu tubuh lebih dari 1oC, dan peningkatan frekuensi nadi yang
26
pada titik Mc. Burney. (1/3 distal antara umbilicus dan spina iliaka
apendiks.
kuadran kiri bawah, hal ini terjadi karena terjadi iritasi pada
27
Dasar anatomis terjadinya psoas sign adalah appendiks yang
Pembahasan:
Hitung Jenis
Alvarado Score :8
28
Widal :
Typhi O 1/320
Paratyphi BO 1/320
Paratyphi CO 1/160
Typhi H 1/320
Paratyphi AH 1/160
Paratyphi CH 1/160
Teori :
Keterangan:
0-3: kemungkinan Appendicitis kecil
4-6 : Diperlukan Pemeriksaan Penunjang Tambahan
7-10 : Kemungkinan besar apendisitis
29
Bila skor 5-6 dianjurkan untuk diobservasi di rumah sakit, bila skor >6 maka
tindakan bedah sebaiknya dilakukan.
Pembahasan :
D. TATALAKSANA
Teori:
Bila diagnosis klinis sudah jelas, tindakan yang paling tepat adalah
dilakukan apendektomi.1 Penatalaksanaan non bedah pada pasien penderita
apendisitis tidaklah disarankan karena menunjukkan angka kekambuhan
yang cukup tinggi.5 Penatalaksanaan non bedah dipertimbangkan apabila
tatalaksana bedah tidak tersedia seperti saat berada di daerah terpencil.5
Pembahasan:
Pasien tidaklah berada di daerah terpencil yang tidak ada akses terhadap
tindakan pembedahan. Mengingat tatalaksana medikamentosa terhadap
apendisitis di kemudian hari akan tetap memiliki tingkat kekambuhan yang
tinggi, tindakan pembedahan seharusnya menjadi prioritas utama.
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Jong Wim de. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Penerbit EGC. 2004: 755-762
2. Anindhita, A., Arifputra, A., Tanto, C., Apendisitis: eds. 2014. Kapita Selekta
EGC. p.142.
2020.
5. Brunicardi, FC. et al, 2015. Schwartz’s Principles of Surgery, 10th ed, Mc Graw Hill
6. Brunicardi, FC. et al, 2006. Schwartz’s Manual of Surgery, 10th ed, Mc Graw Hill
8. Chang, HS. Yang, SK. Myung, SJ. Jung, HY. Et al: The role of colonoscopy
Gasrointest Endosc.2002;56:343-348.
31