Disusun Oleh:
Pembimbing:
Laporan Kasus
Oleh:
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan berkah, rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul “Esofagitis Korosif et causa Erosi
Cuka Para”. Laporan Kasus ini disusun sebagai salah satu syarat Kepaniteraan
Klinik Senior Departemen Ilmu Kesehatan THT-KL RSMH Palembang.Pada
kesempatan ini, penulis mengucapkan banyakterima kasih kepada dr. Adelien,
Sp.T.H.T.K.L, selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama
penulisan dan penyusunan laporan kasus ini, serta semua pihak yang telah
membantu hingga selesainya laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
laporan kasus ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari seluruh pihak agar laporan kasus ini menjadi lebih baik.
Semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan
bagi penulis dan pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ............................................................................................. 5
iv
BAB I
PENDAHULUAN
5
komplikasi. Akibatnya, penanganan esofagitis korosif pada fase laten dan kronis
juga lebih sulit.2,3
6
BAB II
STATUS PASIEN
2.1 Identifikasi
Nama : Tn. P.T.R
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 16 Juni 1955
Umur : 62 tahun
Alamat : Dusun III Desa Sidomulyo
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Suku : Sumatera
Bangsa : Indonesia
No. Rekam Medik : 0001114915
Tanggal Berobat : Instalasi Gawat Darurat RSMH (26 Maret 2019)
2.2 Anamnesis
(Alloanamnesis pada tanggal 29 Maret 2019 pukul 14.30 WIB)
Keluhan Utama :
Terminum cuka para 8 jam SMRS
Keluhan Tambahan :
Tidak ada
Riwayat Perjalanan Penyakit :
Sekitar 8 jam sebelum ke RSMH, pasien tidak sengaja terminum cuka para,
banyaknya jumlahnya 1 kali minum (kurang lebih 25 cc). Setelah terminum, pasien
merasakan pahit pada lidahnya. Pasien mengaku langsung memuntahkan cairan
cuka para dari mulut. Pasien mengeluhkan adanya nyeri menelan, sulit menelan,
dan rasa mengganjal ditenggorok. Pasien saat ini tidak berani makan dan minum.
Sesak tidak ada, rasa panas di dada tidak ada. Keluar cairan dari telinga tidak ada,
7
mimisan tidak ada, nyeri telinga tidak ada, hidung tersumbat tidak ada, suara serak
tidak ada. Pasien kemudian dibawa keI GD RSMH Palembang.
8
Jantung : Batas jantung normal, HR 82x/m, regular, murmur
(-), gallop (-)
Paru-paru : Simetris kanan dan kiri, sonor di kedua lapangan
paru, vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Abdomen : Datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, timpani,
bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral pucat (-) pedema pretibia (-), sianosis (-)
Status Lokalis
Telinga
I. Telinga Luar Kanan Kiri
Regio Retroaurikula
-Abses - -
-Sikatrik - -
-Pembengkakan - -
-Fistula - -
-Jaringan granulasi - -
Regio Zigomatikus
-Kista Brankial Klep - -
-Fistula - -
-Lobulus Aksesorius - -
Aurikula
-Mikrotia - -
-Efusi perikondrium - -
-Keloid - -
-Nyeri tarik aurikula - -
-Nyeri tekan tragus - -
9
-Oedema - -
-Hiperemis - -
-Pembengkakan - -
-Erosi - -
-Krusta - -
-Sekret (serous/ seromukus/ - -
mukopus/ pus) - -
-Perdarahan - -
-Bekuan darah - -
-Cerumen plug - -
-Epithelial plug - -
-Jaringan granulasi - -
-Debris - -
-Banda asing - -
-Sagging - -
-Exostosis - -
II.Membran Timpani
-Warna (putih/suram/hiperemis/ Putih Putih
hematoma)
-Bentuk (oval/ bulat) Oval Oval
-Pembuluh darah Pelebaran (-) Pelebaran (-)
-Refleks cahaya + +
-Retraksi - -
-Bulging - -
-Bulla - -
-Ruptur - -
-Perforasi - -
(sentral/perifer/marginal/attic) - -
(kecil/besar/subtotal/total)
-Pulsasi - -
- -
10
-Sekret (serous/ seromukus/ - -
mukopus/ pus) - -
-Tulang pendengaran - -
-Kolesteatoma - -
-Polip - -
-Jaringan granulasi - -
11
-Tes Kobrak Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Hidung
I.Tes Fungsi Hidung Kanan Kiri
-Tes aliran udara Cukup Cukup
-Tes penciuman
Teh Tidak Tidak
Kopi dilakukan dilakukan
Tembakau
1. Rinoskopi Anterior
12
a.Vestibulum nasi
-Sikatrik - -
-Stenosis - -
-Atresia - -
-Furunkel - -
-Krusta - -
-Sekret (serous/ seromukus/ mukopus/ - -
pus)
b.Kolumela
-Utuh/tidakutuh Utuh Utuh
-Sikatrik - -
-Ulkus - -
c. Kavum nasi
-Luasnya (lapang/ cukup/ sempit) Lapang Lapang
-Sekret (serous/ seromukus/ mukopus/ - -
pus)
-Krusta - -
-Bekuan darah - -
-Perdarahan - -
-Benda asing - -
-Rinolit - -
-Polip - -
-Tumor - -
d. Konka Inferior
-Mukosa (eutropi/ hipertropi/atropi) Eutropi Eutropi
(basah/kering) Basah Basah
(licin/tak licin) Licin Licin
-Warna (merah muda/ hiperemis/ pucat/ Merah muda Merah muda
livide)
-Tumor - -
13
e. Konka media
-Mukosa (erutopi/ hipertropi/atropi) Sulit dinilai Sulit dinilai
(basah/kering)
(licin/tak licin)
-Warna (merah
muda/hiperemis/pucat/livide)
-Tumor
f. Konka superior
-Mukosa (erutopi/ hipertropi/atropi) Sulit dinilai Sulit dinilai
(basah/kering)
(licin/tak licin)
-Warna (merah
muda/hiperemis/pucat/livide)
-Tumor
g. Meatus Medius
-Lapang/ sempit Sulit dinilai Sulit dinilai
-Sekret (serous/ seromukus/ mukopus/
pus)
-Polip
-Tumor
h. Meatus inferior
-Lapang/ sempit Sulit dinilai Sulit dinilai
-Sekret (serous/ seromukus/ mukopus/
pus)
-Polip
-Tumor
i. Septum Nasi
-Mukosa (eutropi/ hipertropi/atropi) Eutropi Eutropi
(basah/kering) Basah Basah
(licin/tak licin) Licin Licin
14
-Warna (merah muda/ hiperemis/ pucat/ Merah muda Merah muda
livide)
-Tumor - -
-Deviasi (ringan/sedang/berat) - -
(kanan/kiri)
(superior/inferior)
(anterior/posterior)
(bentuk C/bentuk S)
-Krista - -
-Spina - -
-Abses - -
-Hematoma - -
-Perforasi - -
-Erosi septum anterior - -
15
2.Rinoskopi Posterior Kanan Kiri
-Postnasal drip Tidak dilakukan Tidak dilakukan
-Mukosa (licin/tak licin)
(merah muda/hiperemis)
-Adenoid
-Tumor
-Koana (sempit/lapang)
-Fossa Russenmullery (tumor/tidak)
-Torus tobarius (licin/tak licin)
-Muara tuba (tertutup/terbuka)
(sekret/tidak)
Tenggorok
I.Rongga Mulut Hasil Pemeriksaan
- Bibir (mukosa) Menebal, berwarna
- Lidah keabuan
Menebal, tampak selaput
putih menyelimuti lidah,
lidah tampak hiperemis
16
-Gusi (hiperemis/udem/ulkus) Hiperemis
-Bukal (hiperemis/udem) Hiperemis
(vesikel/ulkus/mukokel)
-Palatum durum (utuh/terbelah/fistel) Utuh
(hiperemis/ulkus) Hiperemis
(pembengkakan/abses/tumor)
(rata/tonus palatinus)
-Kelenjar ludah (pembengkakan/litiasis) Normal
(striktur/ranula)
-Gigi geligi (mikrodontia/makrodontia) Normal
(anodontia/supernumeri)
(kalkulus/karies)
17
(kripta lebar/tidak) Detritus (-) Detritus (-)
(dentritus/membran) - -
(hiperemis/udem) - -
(ulkus/tumor) - -
Rumus gigi-geligi
18
III.Laring Kanan Kiri
1.Laringoskopi tidak langsung (indirect)
-Dasar lidah (tumor/kista)
-Tonsila lingualis (eutropi/hipertropi)
-Valekula (benda asing/tumor)
-Fosa piriformis (benda asing/tumor)
-Epiglotis (hiperemis/ udem/ ulkus/
membran) Tidak Tidak
-Aritenoid (hiperemis/ udem/ ulkus/ dilakukan dilakukan
membran)
-Pita suara (hiperemis/udem/menebal)
(nodus/polip/tumor)
(gerak simetris/asimetris)
-Pita suara palsu (hiperemis/udem)
-Rima glottis (lapang/sempit)
-Trakea
2.Laringoskopi langsung (direct) Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
2.5 Tatalaksana
Non-medikamentosa : diet cair via NGT
Medikamentosa:
- IVFD RL + Ketorolac 2 amp gtt XX/m
- inj. Ceftriaxon 1gr/12 jam IV
- inj. Metilprednisolone 125mg/12 jam IV
- inj. Sucralfat Syr kumur lalu buang
19
2.6 Pemeriksaan Tambahan
Tidak dilakukan
VIII. Prognosis
Quo ad vitam : dubia at bonam
Quo ad functionam : dubia at bonam
20
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Zat kimia yang tertelan dapat bersifat toksik atau korosif. Zat kimia yang
bersifat korosif akan menimbulkan kerusakan pada saluran yang dilaluinya,
sedangkan zat kimia yang bersifat toksik hanya menimbulkan gejala keracunan bila
telah diserap oleh darah. Kerusakan esofagus yang terjadi tergantung pada
konsentrasi dan lama kontak zat kimia tersebut dengan esofagus.2,4
21
Gambar 1. Esofagus dilihat dari Gambar 2. Penyempitan pada esofagus7
ventral7
22
Dinding esophagus terdiri atas empat lapisan: mukosa, submukosa,
muskularis, dan serosa. Lapisan mukosa bagian dalam terbentuk dari epitel gepeng
berlapis yang berlanjut ke faring di ujung atas; epitel lapisan ini mengalami
perubahan mendadak pada perbatasan esophagus dengan lambung dan menjadi
epitel toraks selapis. Mukosa esophagus dalam keadaan normal bersifat alkali dan
tidak tahan terhadap isi lambung yang sangat asam. Lapisan submukosa
mengandung sel-sel sekretori yang memproduksi mucus. Mukus mempermudah
jalannya makanan sewaktu menelan dan melindungi mukosa dari cedera akibat zat
kimia. Lapisan otot lapisan luar tersusun longitudinal dan lapisan dalam tersusun
sirkular. Otot yang terdapat di 5% bagian atas esophagus adalah otot rangka,
sedangkan otot di separuh bagian bawah adalah otot polos. Bagian luar esophagus
terdiri atas jaringan ikat longgar yang menghubungkan esophagus dengan struktur-
struktur berdekatan.6
23
Ujung saraf bebas dan perivascular ditemukan dalam submukosa esophagus
dan ganglia mienterikus. Ujung saraf ini dianggap berperan sebagai
mekanoreseptor, termoosmo, dan kemoreseptor dalam esophagus. Mekanoreseptor
menerima rangsangan mekanis seperti sentuhan, dan kemoreseptor menerima
rangsangan kimia dalam esophagus. Reseptor termoosmo dapat dipengaruhi oleh
suhu tubuh, bau, dan perubahan tekanan osmotic.6
24
3.3 Epidemiologi
Angka kejadian esofagitis korosif akibat tertelan asam kuat, basa kuat,
cairan pemutih diperkirakan sekitar 3-5 % dari kasus kecelakaan dan bunuh diri,
atau sekitar 5.000-10.000 kasus pertahun di Amerika Serikat. Anak-anak di bawah
5 tahun dilaporkan lebih sering tertelan zat yang bersifat korosif akibat
ketidaksengajaan dan kelalaian. Sedangkan, pada remaja dan dewasa dilaporkan
kasus cukup sering pada remaja sebagai percobaan bunuh diri. Tidak ada perbedaan
antara jenis kelamin maupun ras yang mempengaruhi terjadinya esofagitis korosif.
Berdasarkan penelitian, 95% kejadian tertelan korosif terjadi di rumah, biasanya di
dapur atau kamar mandi. Hampir 73% terjadi saat produk lagi digunakan dan 24%
terjadi saat produk dalam penyimpanan.3,8
3.4 Etiologi
Diperkirakan, 70% dari kasus esofagitis korosif adalah disebabkan oleh
basa dengan natrium hidroksida merupakan kasus yang paling sering ditemukan.
Terdapat juga kasus melibatkan kalium hidroksida dan ammonium hidroksida.
Pembersih saluran, pembersih oven, detergen baju dan detergen piring semuanya
mengandung basa. Konsentrasi basa berbeda berdasarkan agen; cairan (10-15%),
industri (30-35% dan granuler (50-95%). Basa tidak mempunyai rasa yang
menyebabkan anak-anak mengkonsumsi dengan banyak.9,10
Kira-kira 20% kasus esofagitis korosif lainnya adalah disebabkan oleh asam
seperti hidroklorida, sulfurik, oksalik dan nitrit. Pembersih toilet, pembersih
selokan, dan penghapus karatan merupakan beberapa produk yang mengandungi
asam di antara 8-65%. Asam biasanya mempunyai rasa pahit yang menyebabkan
anak-anak tidak mengkonsumsi dengan banyak. Selain disebabkan oleh asam dan
basa, esofagitis korosif juga bisa disebabkan oleh bahan lain seperti detergen,
bateri, makanan panas dan susu.9,10
25
Tabel 1. Contoh bahan kimia korosif9
Cairan Plumbum
Pembersih open
Easy off
Amonia
Tablet klinitest
Pemutih
Fosfat
Asam
Sulfat
Nitrat
Fenol
Iodine
Kalium permanganate
3.5 Patofisiologi
Bahan kimia menyebabkan kerusakan jaringan dengan mengubah status
ionisasi dan struktur molekul serta mengganggu ikatan kovalen. Basa kuat, tidak
berbau dan tidak berasa, menyebabkan nekrosis likuefaktum, proses yang
melibatkan saponifikasi lemak dan pelarutan protein pada mukosa superfisial dan
berpenetrasi sampai lapisan muskularis. Kematian sel terjadi karena emulsifikasi
dan gangguan membrane sel. Ion hidroksida akan bereaksi dengan kolagen jaringan
menyebabkan pembengkakan dan pemendekan jaringan (kontraktur). Selain itu,
26
terjadi thrombosis pembuluh darah kecil dan produksi panas yang mengakibatkan
nekrosis jaringan lebih lanjut. Larutan basa adalah detergen, pemutih, pembersih
gigi palsu, NaOH 4-54%, dan baterai.2,11
27
basa kuat, asam kuat rasanya tidak enak sehingga sering menyebabkan tersedak
atau rasa tercekik. Jaringan parut dapat terbentuk dan berkontraksi dalam 2-4
minggu kemudian. Larutan asam kuat adalah asam sulfat (baterai), asam klorida,
pembersih lantai, dan pembersih kolam.11
28
2. Esofagitis korosif dengan ulserasi ringan. Keluhan berupa disfagia
ringan. Esofagoskopi menunjukan ulkus tidak dalam yang mengenai
mukosa esofagus saja.
3. Esofagitis korosif dengan ulserasi sedang. Ulkus mencapai lapisan otot.
Biasanya tidak hanya satu, dapat multipel.
4. Esofagitis korosif dengan ulserasi berat tanpa komplikasi. Terdapat
pengelupasan mukosa serta nekrosis yang dalam telah mengenai seluruh
lapisan esofagus. Bila dibiarkan dapat menimbulkan striktur esofagus.
5. Esofagitis korosif ulserasi berat dengan komplikasi. Ditemukan perforasi
esofagus yang dapat menimbulkan mediastinis dan peritonitis. Terkadang
ditemukan tanda obstruksi jalan napas atas dan gangguan keseimbangan
asam dan basa.
29
3.7 Penegakan Diagnosis Esofagitis Korosif
1. Anamnesis
Berdasarkan anamnesis ditegakkan dengan adanya riwayat tertelan zat
korosif atau zat organik, serta ditunjukkan dengan keluhan utama pasien rasa
terbakar pada daerah kerongkongan, rasa nyeri yang hebat, serta bisa juga
mengeluhkan susah menelan. 2,16
2. Pemeriksaan Fisik
Selain penegakan diagnosis dari autoanamnesis atau alloanamnesis yang
cermat serta diperlukan bukti-bukti yang diperoleh ditempat kejadian. Masuknya
zat korosif melalui mulut dapat diketahui dengan bau mulut ataupun muntahan.
Adanya luka bakar keputihan pada mukosa mulut atau keabuan pada bibir dan dagu
menunjukkan akibat bahan kaustik atau korosif baik yang bersifat asam kuat
maupun basa kuat. Perbedaaan pada dampak luka bakarnya yaitu nekrosis
koagulatif akibat paparan asam kuat sedangkan basa kuat mengakibatkan nekrosis
likuitaktif. Kerusakan korosif hebat akibat alkali (basa) kuat pada esofagus lebih
berat dibandingkan akibat asam kuat, kerusakan terbesar bila PH > 12, akan tetapi
tergantung juga konsentrasi bahan tersebut.15
3. Pemeriksaan penunjang
Untuk menegakkan diagnosis, selain berdasarkan hasil anamnesis serta
gambaran keluhan dan gejala seperti yang diuraikan di atas juga diperlukan
pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan laboratorium, radiologik,
esofagoskopi.2
a. Pemeriksaan radiologi16
30
biasanya lumen yang menyempit, pinggir yang tidak rata, tapi bisa juga rata,
tampak kaku, dan pada umumnya terjadi pada bagian dekat arkus aorta.
31
Gambar 8. Mukosa esofagus yang hancur2,13
CT-Scan
Pemeriksaan dengan CT-Scan lebih sensitif dan lebih dini dalam
mendeteksi adanya perforasi, striktur serta kemungkinan adanya kelainan
pada organ lain sehingga dapat dilakukan penatalaksanaan lebih dini.
b. Pemeriksaan laboratorium17
32
Pemeriksaan jumlah urin dan urinalisis untuk membantu menjaga
keseimbangan cairan.
c. Pemeriksaan endoskopi dengan esofagoskopi.2,17
Derajat luka bakar pada esofagus yang ditemukan pada esofagoskopi dapat
dibagi menjadi :
· Derajat III : ulkus yang dalam, multipel, dan bewarna hitam kecoklatan atau abu-
abu.
· Derajat IV : perforasi.
33
Gambar 9. Gambaran esofagoskopi setelah tertelan asam hidroklorida, tampak
terjadi trombosis pembuluh darah mukosa esofagus17
34
d. Pemeriksaan endoscpic ultrasonography.17
Pemeriksaan ini lebih akurat dalam menilai tingkat kedalaman dari luka
35
Jangan merangsang timbulnya muntah karena akan menyebabkan
terjadinya paparan ulang zat kaustik ke mukosa esofagus yang bisa
memperparah derajat luka bakar.
Metode bilas lambung dengan cara-cara tradisional yang menggunakan pipa
orogastrik dengan kaliber yang besar seperti menggunakan Edwal’s
orogastric tube dikontraindikasikan untuk kasus tertelan asam kuat maupun
basa kuat karena resiko perforasi dan aspirasi trakea yang tinggi.
Penggunaan naso-gastric tube (NGT) sangat baik pada kasus tertelan asam
kuat karena dapat mencegah masuknya zat kaustik ke usus kecil.
d. Pembedahan segera dilakukan jika terdapat perforasi, mediastinitis atau
peritonitis.5,14
3. Terapi medikamentosa
36
tidak ditemukan luka bakar, pasien dapat dipulangkan dari rumah sakit dalam 2-3
hari setelah luka bakar pada daerah mulut dan orofaring cukup membaik dan dapat
minum peroral secukupnya. Bila pada esofagoskopi terdapat luka bakar harus
dipasang pipa nasogaster polietilen yang kecil untuk pemberian makanan dan
mempertahankan lumen esofagus. Terapi kortikosteroid harus dimulai dan
diteruskan sampai 6 minggu, biasanya hari pertama 200-300 mg sampai hari ke-3,
setelah itu diturunkan bertahap setiap 2 hari dengan dosis maintenance 2x50 mg
perhari. Antibiotik spektrum luas diberikan sampai pemeriksaan radiologi esofagus
dengan kontras menunjukkan penyembuhan mukosa, biasanya selama 2-3 minggu
atau 5 hari bebas demam. Analgetik diberikan untuk mengurangi rasa nyeri. Segera
setelah pasien dapat menelan cairan, biasanya 3-4 hari setelah kejadian, diberikan
antibiotik peroral untuk mendapatkan efek topikal pada jaringan granulasi.
Pemberian makanan yang mengandung partikel yang dapat berkumpul di jaringan
granulasi jangan 14 diberikan dulu sampai ada bukti penyembuhan mukosa secara
radiografi dengan kontras.2
37
Indikasi pembedahan antara lain:
3. Pembentukan fistula
5. Pasien yang menolak atau tidak bisa dilakukan businasi dalam jangka waktu
lama.
38
Gambar 11. Algoritma Tatalaksana Esofagitis Korosif
39
Oedem dan obstruksi jalan nafas, perforasi gastroesofageal, mediastinitis,
perikarditis, pleuritis, fistel trakeoesofageal, fistel esofagealaorta, dan peritonitis,
pembentukan striktur dalam 2-4 minggu, obstruksi saluran lambung ke duodenum,
perdarahan saluran cerna, gejala keracunan sistemik akibat terserapnya zat ke dalam
darah, cardiac arrest oleh karena hipokalsimia akibat hidrogen florida, karsinoma
sel skuamosa, dapat terjadi dalam 40 tahun setelah paparan.
40
BAB IV
ANALISIS KASUS
41
DAFTAR PUSTAKA
42
14. Sjamsuhidayat, R. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-de Jong, Edisi
3, EGC, Jakarta.
15. Wen, Jessica. 2008. Esophagitis. http://www.emedicine.com/ped/
TOPIC714.HTM [Diakses 2 April 2019].
16. Alijenad, A. 2000. Caustic Injury to the Upper Gastrointestinal Tract.
http://pearl.sums.ac.ir/semj/vol4/jan2003/causticinj.htm [Diakses 2 April
2019].
17. Kardon, EM. 2008. Toxicity, Caustic Ingestion.
http://www.emedicine.com/EMERG/topic86.htm [Diakses 2 April 2019].
43