Anda di halaman 1dari 55

Laporan Kasus

OROFARINGITIS ET
CAUSA EROSI CUKA
PARA
Disusun oleh:
Nurul Hayatun Nupus, S.Ked
Ayu Aprilisa Dahni Putri, S. Ked
Kemala Andini Prizara, S.Ked
Yuni Anjarwati, S.Ked
Anugrah Qalbi, S.Ked

Pembimbing:
dr. Adelien, Sp.T.H.T.K.L, FICS

BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2019
Outline

Tinjauan Analisis
Pendahuluan Status Pasien
Pustaka Kasus
Pendahuluan
Definisi
Esofagitis korosif adalah peradangan di daerah esofagus yang
disebabkan oleh luka bakar karena tertelannya zat kimia yang bersifat
korosif misalnya asam kuat, basa kuat, atau zat organik.
Zat kimia yang bersifat korosif akan menimbulkan kerusakan pada
saluran yang dilaluinya, sedangkan zat kimia yang bersifat toksik hanya
menimbulkan gejala keracunan bila telah diserap oleh darah.

Insidensi
sekitar 3-5 % dari kasus kecelakaan dan bunuh diri
pertahun di Amerika Serikat pada tahun 2018.
Tersering pada anak-anak < 5 tahun  ketidaksengajaan
Remaja dan dewasa  ketidaksengajaan dan tindakan bunuh diri
Manifestasi klinik esofagitis korosif sangat tergantung pada
• Jenis zat korosif
• Konsentrasi zat korosif
• Jumlah zat korosif
• Lama kontaknya dengan dinding esofagus
• Sengaja diminum atau tidak
• Dimuntahkan atau tidak.
Akibat esofagitis korosif bisa menimbulkan beberapa keadaan
yang tergantung pada:
 Fase akut
 Fase laten
 Fase kronis
Status
Pasien
Identifikasi Pasien
Nama : Tn. PTR
Umur : 62 tahun
Alamat : Dusun III Desa Sidomulyo
Suku : Sumatera
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
No. RM : 0001114152
MRS : 26 Maret 2019 (IGD RSMH)
ANAMNESIS
(Alloanamnesis pada tanggal 29 Maret 2019, pukul 14.30 WIB)

Keluhan Utama:
Terminum cuka para sejak 8 jam SMRS.

Keluhan Tambahan:
Tidak ada.
Riwayat Perjalanan Penyakit

8 jam sebelum masuk rumah sakit

Pasien tidak sengaja terminum cuka para, banyaknya 1 kali minum.


Setelah terminum, pasien merasa pahit pada lidahnya. Pasien
mengaku langsung memuntahkan cairan cuka para dari mulut.
Pasien mengeluhkan adanya nyeri menelan, sulit menelan, dan
rasa mengganjal ditenggorok. Pasien tidak berani makan dan
minum. Sesak tidak ada, rasa panas di dada tidak ada. Keluar
cairan dari telinga tidak ada, mimisan tidak ada, nyeri telinga tidak
ada, hidung tersumbat tidak ada.
Pasien kemudian dibawa ke IGD RSMH Palembang.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat darah tinggi disangkal.
Riwayat kencing manis disangkal.
Riwayat alergi dan asma disangkal.

Riwayat Penyakit dalam Keluarga


Riwayat darah tinggi dalam keluarga disangkal.
Riwayat kencing manis dalam keluarga disangkal.
Riwayat alergi dan asma dalam keluarga disangkal.
Pemeriksaan Fisik

Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Pernafasan : 22 kali/menit
Nadi : 82 kali/menit
Suhu Tubuh : 36,8 0C
BB : 60 kg
TB : 168 cm
Pemeriksaan Khusus
Kepala : normocephali
Mata : konjungtiva palpebra pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)

Thorak
Jantung : batas jantung normal, HR 82x/menit, reguler,
murmur (-), gallop (-)
Paru-paru : simetris kanan dan kiri.
Paru kanan sedikit tertinggal dari paru kiri,
sonor di kedua lapangan paru,
vesikuler paru kanan (+) normal, kanan menurun,
ronkhi basah sedang di kedua apeks lapangan paru,
wheezing (-)
Status Lokalis
I. Telinga Luar Kanan Kiri
Regio Retroaurikula
 Abses Tidak ada Tidak ada
 Sikatrik Tidak ada Tidak ada
 Pembengkakan Tidak ada Tidak ada
 Fistula Tidak ada Tidak ada
 Jaringan granulasi Tidak ada Tidak ada

Regio Zigomatikus
 Kista Brankial Klep Tidak ada Tidak ada
 Fistula Tidak ada Tidak ada
 Lobulus Aksesorius Tidak ada Tidak ada

Aurikula
 Mikrotia Tidak ada Tidak ada
 Efusi perikondrium Tidak ada Tidak ada
 Keloid Tidak ada Tidak ada
 Nyeri tarik aurikula Tidak ada Tidak ada
 Nyeri tekan tragus Tidak ada Tidak ada
I. Telinga Luar Kanan Kiri
Meatus Akustikus Eksternus
 Lapang/sempit Lapang Lapang
 Oedema Tidak ada Tidak ada
 Hiperemis Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Tidak ada
 Pembengkakan
Tidak ada Tidak ada
 Erosi Tidak ada Tidak ada
 Krusta Tidak ada Tidak ada
 Sekret (serous/seromukus/mukopus/pus) Tidak ada Tidak ada
 Perdarahan Tidak ada Tidak ada
 Bekuan darah Tidak ada Tidak ada
 Cerumen plug Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Tidak ada
 Epithelial plug
Tidak ada Tidak ada
 Jaringan granulasi Tidak ada Tidak ada
 Debris Tidak ada
 Benda asing Tidak ada
 Sagging Tidak ada
 Exostosis Tidak ada
II. Membran Timpani Kanan Kiri

 Warna (putih/suram/hiperemis/hematoma) Putih Putih


 Bentuk (oval/bulat) Oval Oval
 Pembuluh darah Pelebaran (-) Pelebaran (-)
Ada Ada
 Refleks cahaya
Tidak ada Tidak ada
 Retraksi Tidak ada Tidak ada
 Bulging Tidak ada Tidak ada
 Bulla Tidak ada Tidak ada
 Ruptur Tidak ada Tidak ada
 Perforasi
(sental/perifer/marginal/attic)
(kecil/besar/subtotal/total)
Tidak ada Tidak ada
 Pulsasi Tidak ada Tidak ada
 Sekret (serous/seromukus/mukopus/pus) Tidak ada Tidak ada
 Tulang pendengaran Tidak ada Tidak ada
 Kolesteatoma Tidak ada Tidak ada
 Polip Tidak ada Tidak ada
 Jaringan granulasi
Membran Timpani
III. Tes Khusus Kanan Kiri
1. Tes Garpu Tala
Tes Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Scwabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan

2. Tes Audiometri Tidak dilakukan Tidak dilakukan

3. Tes Fungsi Tuba


Tes Valsava Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Tonybee Tidak dilakukan Tidak dilakukan

4. Tes Kalori Tidak dilakukan Tidak dilakukan


Tes Kobrak
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
HIDUNG
I. Tes Fungsi Hidung Kanan Kiri

 Tes aliran udara Cukup Cukup


 Tes penciuman
Teh Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Kopi
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tembakau

II. Hidung Luar Kanan Kiri

 Dorsum nasi
Normal Normal
 Akar hidung
Normal Normal
 Puncak Hidung
Normal Normal
 Sisi hidung Normal Normal
 Ala nasi Normal Normal
 Deformitas - -
 Hematoma - -
 Pembengkakan - -
- -
 Krepitasi
II. Hidung Luar Kanan Kiri

 Hiperemis - -
 Erosi kulit - -
 Vulnus - -
- -
 Ulkus
- -
 Tumor Tidak tersumbat Tidak tersumbat
 Duktus nasolakrimalis (tersumbat/tidak)
III. Hidung Dalam Kanan Kiri

1. Rinoskopi Anterior
a. Vestibulum nasi
Sikatrik
Stenosis - -
Atresia - -
Furunkel - -
Krusta - -
Sekret - -
- -
III. Hidung Dalam Kanan Kiri
b. Kolumela
Utuh/tidakutuh Utuh Utuh
Sikatrik - -
Ulkus - -
c. Kavum nasi
Luasnya (lapang/ cukup/ sempit) Lapang Lapang
Sekret - -
Krusta - -
Bekuan darah - -
Perdarahan - -
Benda asing - -
Rinolit - -
Polip - -
Tumor - -
d. Konka Inferior
Mukosa (eutropi/ hipertropi/atropi) Eutropi Eutropi
(basah/kering) Basah Basah
(licin/tak licin) Licin Licin
Warna Merah muda Merah muda
Tumor - -
III. Hidung Dalam Kanan Kiri
e. Konka media
Mukosa (erutopi/ hipertropi/atropi) Sulit dinilai Sulit dinilai
(basah/kering)
(licin/tak licin)
Warna
Tumor
f. Konka superior Sulit dinilai Sulit dinilai
Mukosa (erutopi/ hipertropi/atropi)
(basah/kering)
(licin/tak licin)
Warna
Tumor
g. Meatus Medius Sulit dinilai Sulit dinilai
Lapang/ sempit
Sekret
Polip
Tumor
III. Hidung Dalam Kanan Kiri
h. Meatus inferior Sulit dinilai Sulit dinilai
Lapang/ sempit
Sekret
Polip
Tumor
i. Septum Nasi
Mukosa (eutropi/ hipertropi/atropi) Eutrpoi Eutrpoi
(basah/kering) Basah Basah
(licin/tak licin) Licin Licin
Warna Merah muda Merah muda
Tumor - -
Deviasi (ringan/sedang/berat) - -
(kanan/kiri)
(superior/inferior)
(anterior/posterior)
(bentuk C/bentuk S)
Krista - -
Spina - -
Abses - -
Hematoma - -
Perforasi - -
Erosi septum anterior - -
Dinding Lateral Hidung Dalam
Hidung Dalam Potongan Frontal
Rinoskopi Posterior Kanan Kiri
Postnasal drip Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Mukosa (licin/tak licin)
(merah muda/hiperemis)
Adenoid
Tumor
Koana (sempit/lapang)
Fossa Russenmullery (tumor/tidak)
Torus tobarius (licin/tak licin)
Muara tuba (tertutup/terbuka)
(sekret/tidak)

IV. Pemeriksaan Sinus Paranasal Kanan Kiri


Nyeri tekan/ketok
infraorbitalis - -
frontalis - -
kantus medialis - -
Pembengkakan - -
Transiluminasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
regio infraorbitalis
regio palatum durum
TENGGOROK
I. Rongga Mulut Kanan Kiri

Lidah (hiperemis/udem/ulkus/fissura) Normal Normal


(mikroglosia/makroglosia)
(leukoplakia/gumma)
(papilloma/kista/ulkus)
Gusi (hiperemis/udem/ulkus) Normal Normal
Bukal (hiperemis/udem) Normal Normal
(vesikel/ulkus/mukokel)
Palatum durum (utuh/terbelah/fistel) Utuh Utuh
(hiperemis/ulkus)
(pembengkakan/abses/tumor)
(rata/tonus palatinus)
Kelenjar ludah (pembengkakan/litiasis) Normal Normal
(striktur/ranula)
Gigi geligi (mikrodontia/makrodontia) Normal Normal
(anodontia/supernumeri)
(kalkulus/karies)
II. Faring Kanan Kiri
Palatum molle(hiperemis/udem/asimetris/ulkus) Normal Normal
Uvula (udem/asimetris/bifida/elongating) Tengah Tengah
Pilar anterior (hiperemis/udem/perlengketan) Normal Normal
(pembengkakan/ulkus)
Pilar posterior (hiperemis/udem/perlengketan) Normal Normal
(pembengkakan/ulkus)
Dinding belakang faring (hiperemis/udem)
(granuler/ulkus) Normal Normal
(secret/membran)
Lateral band (menebal/tidak) Normal Normal
Tonsil Palatina (derajat pembesaran) T1 T1
(permukaan rata/tidak) Rata Rata
(konsistensi kenyal/tidak) Kenyal Kenyal
(lekat/tidak) Lekat Lekat
(kripta lebar/tidak) Detritus (-) Detritus (-)
(dentritus/membran) - -
(hiperemis/udem) - -
(ulkus/tumor) - -
Rongga Mulut dan Faring
Rumus Gigi-Geligi
III. Laring Kanan Kiri
1. Laringoskopi tidak langsung (indirect)
Dasar lidah (tumor/kista)
Tonsila lingualis (eutropi/hipertropi)
Valekula (benda asing/tumor)
Fosa piriformis (benda asing/tumor)
Epiglotis
Aritenoid Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Pita suara (hiperemis/udem/menebal)
(nodus/polip/tumor)
(gerak simetris/asimetris)
Pita suara palsu (hiperemis/udem)
Rima glottis (lapang/sempit)
Trakea

2. Laringoskopi langsung (direct) Tidak dilakukan Tidak dilakukan


Diagnosis Kerja

Orofaingitis et causa Erosi Cuka Para


Tatalaksana

Non-Medikamentosa
Orofaringitis et causa erosi cuka para

Medikamentosa
IVFD RL + Ketorolac 2 amp Gtt XX/menit
Inj. Ceftriaxon 1 gr/12 jam IV
Inj. Metilprednisolone 125 mg/12 jam IV
Inj. Sucralfac syr (kumur lalu buang)
Prognosis

Quo ad vitam : Dubia ad bonam


Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Tinjauan
Pustaka
Esofagitis korosif adalah peradangan di esofagus yang
disebabkan oleh luka bakar karena zat kimia yang bersifat
korosif, misalnya asam kuat, basa kuat dan zat organik.

Zat kimia yang tertelan dapat bersifat toksik atau korosif,


menimbulkan kerusakan pada saluran yang dilaluinya,
sedangkan zat kimia yang bersifat toksik hanya menimbulkan
gejala keracunan bila telah diserap oleh darah.
Gambar 1. Esofagus Gambar 2.
dilihat dari ventral Penyempitan pada
esofagus
Anak-anak dibawah 5 tahun dilaporkan lebih sering tertelan zat yang
bersifat korosif

Pada remaja dan dewasa dilaporkan cukup sering sebagai percobaan


bunuh diri

Tidak ada perbedaan antara jenis kelamin maupun ras yang


mempengaruhi esofagitis korosif.

95 % kejadian tertelan korosif terjadi di rumah


73% terjadi saat produk lagi digunakan, dan
24 % terjadi saat produk dalam penyimpanan
Gejala Klinis

Esofagitis 1. Hanya terjadi gangguan menelan


korosif tanpa yang ringan. Efagoskopi menunjukan
ulserasi mukosa hiperemis tanpa ulserasi.

Esofagitis 2. Keluhan berupa disfagia ringan.


korosif dengan Esofagoskopi menunjukan ulkus tidak
ulserasi dalam yang mengenai mukosa
esofagus saja.
3. Ulkus mencapai lapisan otot.
Esofagitis Biasanya tidak hanya satu, dapat
korosif dengan multipel.
ulserasi sedang

Esofagitis 4.Terdapat pengelupasan mukosa serta


korosif dengan nekrosis yang dalam telah mengenai
ulserasi berat seluruh lapisan esofagus. Bila dibiarkan
tanpa dapat menimbulkan striktur esofagus.
komplikasi
5. Ditemukan perforasi esofagus yang
Esofagitis
dapat menimbulkan mediastinis dan
korosif ulserasi
peritonitis. Terkadang ditemukan tanda
berat dengan
obstruksi jalan napas atas dan
komplikasi
gangguan keseimbangan asam dan
basa.
3 Fase Perjalanan Penyakit Esofagitis korosif

1. Fase Akut
Berlangsung selama 1-3 hari. Ditemukan luka bakar di daerah mulut, bibir,
faring, yang kadang disertai perdarahan. Gejala terasa disfagia hebat,
odinofagia, serta peningkatan suhu tubuh.
2. Fase Laten
Berlansung selama 2-6 minggu. Pada fase ini keluhan klinis berkurang. suhu
badan menurun. Pasien merasa sembuh, dapat menelan dengan baik, tetapi
sebenarnya sedang terjadi proses terbentuknya jaringan parut (sikatriks).

3. Fase Kronis
Setelah 1-3 tahun akan kembali timbul disfagia disebabkan sikatriks yang
terbentuk sehingga terjadi striktur esofagus.
Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
Fisik Penunjang

Rasa terbakar pada • Pemeriksaan Radiologi


daerah kerongkongan, • CT-Scan
rasa nyeri yang hebat, • Pemeriksaan
serta bisa juga Laboratorium
mengeluhkan susah • Pemeriksaan Endoskopi
menelan. dengan esofagoskopi
• Pemeriksaan endoscpic
ultrasonography
Pemeriksaan endoskopi dan
esofagoskopi

– Pemeriksaan esofagoskopi dilakukan pada 12 –


48 jam setelah kejadian atau jika luka pada
bibir, mulut, dan faring sudah tenang.
– Esofagoskopi tidak boleh dilakukan pada pasien
dengan tanda-tanda perforasi saluran cerna
yang jelas, udem atau nekrosis saluran nafas
yang hebat, dan pasien dengan hemodinamik
tidak stabil.
Derajat luka bakar

Derajat I : eritema dan udem mukosa.


Derajat IIA : perdarahan, erosi, lepuhan, ulkus, eksudat.
Derajat IIB : lesi yang mengelilingi lumen esofagus
(circumferential lesions).
Derajat III : ulkus yang dalam, multipel, dan bewarna hitam
kecoklatan atau abu-abu.
Derajat IV : perforasi.
Tatalaksana

– Tujuan terapi dari penatalaksanaan esofagitis


korosif adalah mencegah perforasi dan mencegah
timbulnya striktur pada esofagus dan lambung
– Perawatan umum dilakukan dengan cara
memperbaiki keadaan umum pasien, menjaga
keseimbangan elektrolit, serta menjaga jalan
nafas
Terapi menurut Kardon

Perawatan TERAPI
Perawatan IGD
prehospital MEDIKAMENTOSA
• Mengidentifikasi • Monitoring vital • Antibiotik
produk, sign • Kortikosteroid
kosentrasi, dan • Pengendalian • Analgetik
jumlah jalan nafas
• Jangan • Pengosongan
menetralisir lambung dan
dengan cara dekontaminasi
meminumkan • Tindakan
asam atau basa pembedahan bila
lemah terdapat
perforasi,
mediastinitis,
atau peritonitis
Komplikasi

– Komplikasi esofagitis korosif dapat berupa syok,


koma, edema laring, pneumonia aspirasi,
perforasi esofagus, mediastinitis, dan kematian
– Striktur esofagus juga dapat terjadi setelah 1-3
tahun setelah terjadinya esofagitis korosif
Analisis
Kasus
– Esofagitis korosif ialah peradangan di esofagus yang disebabkan
oleh luka bakar karena zat kimia bersifat korosif misalnya asam
kuat, basa kuat, dan zat organik.
– Pada kasus diketahui bahwa pasien secara tidak sengaja
meminum cuka para yang merupakan basa kuat, yang
kemudian dimuntahkan.
– Dari anamnesis diketahui bahwa pasien memuntahkan cuka
para, namun pasien juga tidak sadar apakah sudah ada yang
tertelan. Zat kimia yang bersifat korosif akan menimbulkan
kerusakan pada saluran yang dilewatinya. Pada kasus diketahui
bahwa dari pemeriksaan fisik didapatkan terdapat nekrosis
pada mukosa bibir, dan terjadi pembengkakan pada mukosa
mulut yaitu pada tonsil dan pada faring dan juga menyebabkan
hiperemis pada bagian-bagian tersebut.
– Diagnosis esofagitis korosif ditegakkan dari adanya riwayat
tertelan zat korosif atau zat organik, gejala klinis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan radiologik, pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan esofagoskopi.
– Pada pasien juga diketahu dari anamnesis pasien mengaku sempat
meminum cuka para namun sebagian dimuntahkan. Pasien juga
mengaku adanya rasa nyeri saat menelan, bahkan kesulitan dalam
menelan. Dari pemeriksaan fisik juga didapatkan adanya beberapa
mukosa yang dilalui zat korosif mengalami kerusakan.
– Terapi esofagitis korosif dibagi menjadi terapi fase akut dan fase
kronik. Pada fase akut pengobatan medikamentosa berupa
antibiotik, kortikosteroid, dan analgetik. Pada terapi non
medikamentosa diberikan terapi diet cair. Pada kasus ini pasien
ditatalaksana sesuai protokol yaitu diberikan antibiotik berupa
ceftriaxon, steroid berupa metil prednisolon, dan analgetik berupa
ketorolac. Pasien juga dipasang NGT untuk terapi diet cair.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai