Oleh:
Iqlima Farah Zanaria Putri Igor, S.Ked 04054821820084
Muhammad Galih Wibisono, S.Ked 04084821820003
Mira Maulani Fatima, S.Ked 04084821921103
Dini Putri Multazami, S.Ked 04084821921139
Pembimbing:
dr. Lisa Apri Yanti, Sp T.H.T.K.L (K), FICS
Laporan Kasus
Disusun oleh:
Iqlima Farah Zanaria Putri Igor, S.Ked 04054821820084
Muhammad Galih Wibisono, S.Ked 04084821820003
Mira Maulani Fatima, S.Ked 04084821921103
Dini Putri Multazami, S.Ked 04084821921139
Telah diterima sebagai salah satu syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di
Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya / RSUP
dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 7 Oktober - 11 November 2019.
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul
“Abses Peritonsil Sinistra” untuk memenuhi tugas laporan kasus yang merupakan
bagian dari sistem pembelajaran dan penilaian kepaniteraan klinik, khususnya
Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Universitas Sriwijaya.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr.
Lisa Apri Yanti, Sp T.H.T.K.L (K), FICS, selaku pembimbing yang telah membantu
memberikan ajaran dan masukan sehingga laporan kasus ini dapat selesai. Penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan kasus ini
disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan di masa yang akan datang.
Semoga laporan kasus ini dapat member manfaat dan pelajaran bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
I. Identifikasi
Nama : Tn. HF
Umur : 57 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Alamat : Jl. Multatuli, Jambi
Pekerjaan : PNS
No. Med Rec : 1145324
II. Autoanamnesis & Aloanamnesis (Pasien pada tanggal 20 Oktober 2019)
Keluhan Utama
Nyeri menelan sejak +2 hari SMRS
Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak +2 hari SMRS, os mengeluh nyeri menelan (+), sulit menelan (+),
sulit membuka mulut (-), pasien masih bisa makan bubur, keluar air ludah
berlebihan (+), suara bergumam (+), bau mulut (+), demam (-), keluar cairan dari
telinga (-), sesak nafas (-). Riwayat sakit gigi (+) sejak 3 bulan SMRS dan
disarankan untuk mencabut gigi. Riwayat batuk pilek (-)
Riwayat Penyakit Dahulu
Diabetes Melitus (-)
Hipertensi (-)
Kolesterol (-)
TBC (-)
Alergi (-)
Riwayat Pengobatan
Vit. B Kompleks
Dexamethasone
Cefixime
Paracetamol
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan yang sama dengan penderita
Pemeriksaan Fisik (di IGD RSMH, 20 Oktober 2019)
a. Status Generalikus
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 92 kali/menit
Pernafasan : 20 kali/menit
Suhu : 36,5o C
Status Gizi : Normoweight
b. Status Lokalis
TELINGA
Regio Zigomatikus
- Kista Brankial Klep Tidak ada Tidak ada
- Fistula Tidak ada Tidak ada
- Lobulus Aksesorius Tidak ada Tidak ada
Aurikula
- Mikrotia Tidak ada Tidak ada
- Efusi perikondrium Tidak ada Tidak ada
- Keloid Tidak ada Tidak ada
- Nyeri tarik aurikula Tidak ada Tidak ada
- Nyeri tekan tragus Tidak ada Tidak ada
HIDUNG
I. Tes Fungsi Hidung Kanan Kiri
-Tes aliran udara Normal Normal
-Tes penciuman
Teh Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Kopi
Tembakau
II. Hidung Luar Kanan Kiri
- Dorsum nasi Normal Normal
- Akar hidung Normal Normal
- Puncak Hidung Norrnal Normal
- Sisi hidung Normal Normal
- Ala nasi Normal Normal
- Deformitas Tidak ada Tidak ada
- Hematoma Tidak ada Tidak ada
- Pembengkakan Tidak ada Tidak ada
- Krepitasi Tidak ada Tidak ada
- Hiperemis Tidak ada Tidak ada
- Erosi kulit Tidak ada Tidak ada
- Vulnus Tidak ada Tidak ada
- Ulkus Tidak ada Tidak ada
- Tumor Tidak ada Tidak ada
- Duktus nasolakrimalis Tidak tersumbat Tidak tersumbat
(tersumbat/tidak tersumbat)
III.Hidung Dalam Kanan Kiri
1. Rinoskopi Anterior
a.Vestibulum nasi
-Sikatrik Tidak ada Tidak ada
-Stenosis Tidak ada Tidak ada
-Atresia Tidak ada Tidak ada
-Furunkel Tidak ada Tidak ada
-Krusta Tidak ada Tidak ada
-Sekret Tidak ada Tidak ada
(serous/seromukus/mukopurulen/pus)
b. Kolumela
- Utuh/tidak utuh Utuh
- Sikatrik Tidak ada
- Ulkus Tidak ada
c. Kavum nasi
-Luasnya (lapang/cukup/sempit) Lapang Lapang
-Sekret Tidak ada Tidak ada
(serous/seromukus/mukopurulen/pus) Tidak ada Tidak ada
- Krusta Tidak ada Tidak ada
- Bekuan darah Tidak ada Tidak ada
- Perdarahan Tidak ada Tidak ada
- Benda asing Tidak ada Tidak ada
- Rinolit Tidak ada Tidak ada
- Polip Tidak ada Tidak ada
- Tumor Tidak ada Tidak ada
d. Konka Inferior
-Mukosa
(eutrofi/hipertrofi/atrofi) Eutrofi Eutrofi
(basah/kering) Basah Basah
(licin/tak licin) Licin Licin
- Warna
(merahmuda/hiperemis/pucat/livid) Merah muda Merah muda
-Tumor Tidak ada Tidak ada
e. Konka media
- Mukosa
(eutrofi/ hipertrofi/atrofi) Tidak dinilai Tidak dinilai
(basah/kering)
(licin/tak licin)
-Warna
(merahmuda/hiperemis/pucat/livid)
-Tumor
f. Konka superior
- Mukosa Tidak dinilai Tidak dinilai
(erutofi/ hipertrofi/atrofi)
(basah/kering)
(licin/tak licin)
-Warna
(merahmuda/hiperemis/pucat/livid)
-Tumor
g. Meatus Medius
- Lapang/ sempit Lapang Lapang
-Sekret Tidak ada Tidak ada
(serous/seromukus/mukopurulen/pus)
- Polip Tidak ada Tidak ada
- Tumor Tidak ada Tidak ada
h. Meatus inferior
- Lapang/sempit Tidak dinilai Tidak dinilai
-Sekret
(serous/seromukus/mukopurulen/pus)
- Polip
- Tumor
i. Septum Nasi
- Mukosa
(eutrofi/ hipertrofi/atrofi) Eutrofi Eutrofi
(basah/kering) Basah Basah
(licin/tak licin) Licin Licin
- Warna Merah muda Merah muda
(merahmuda/hiperemis/pucat/livid)
- Tumor Tidak ada Tidak ada
- Deviasi Tidak ada Tidak ada
(ringan/sedang/berat)
(kanan/kiri)
(superior/inferior)
(anterior/posterior)
(bentuk C/bentuk S)
- Krista Tidak ada Tidak ada
- Spina Tidak ada Tidak ada
- Abses Tidak ada Tidak ada
- Hematoma Tidak ada Tidak ada
- Perforasi Tidak ada Tidak ada
- Erosi septum anterior Tidak ada Tidak ada
Hematologi
Hematokrit 44 % 35 - 45 %
MCV 90 fL 85 - 95 fL
MCH 29 pg 28 - 32 pg
3.2 Definisi
Abses peritonsil atau Quinsy adalah infeksi akut yang disertai dengan
terkumpulnya pus pada jaringan ikat longgar antara m. konstriktor faring dengan
tonsil pada fosa tonsil. Infeksi ini dapat menembus kapsul tonsil biasanya pada kutub
atas. Abses peritonsil merupakan komplikasi dari tonsilitis akut.4,7
3.3 Epidemiologi
Abses peritonsil dapat mengenai semua umur, tetapi lebih sering terjadi pada
orang dewasa usia 20 sampai 40 tahun dan anak-anak. Penyakit ini merupakan
infeksi ruang fasia kepala dan leher tersering pada anak dan menjadi komplikasi
terbanyak dari tonsilitis akut. Insiden abses peritonsil di Irlandia Utara dilaporkan 1
per 10.000 pasien per tahun dengan rata usia 26,4 tahun.5,6,8
3.4 Etiologi
Abses peritonsil terjadi sebagai komplikasi tonsilitis akut atau infeksi yang
bersumber dari kelenjar mukus Weber di kutub atas tonsil. Kuman penyebabnya
sama dengan penyebab tonsilitis berupa kuman aerob dan anaerob seperti
Streptococcus, Staphylococcus, kuman anaerob Bacteriodes atau kuman campuran.4
3.5 Patofisiologi
Infeksi dari kripta tonsil meluas ke kapsul tonsil dan melibatkan ruang
peritonsil. Infiltrasi supurasi jaringan peritonsil tersering mengenai daerah superior
dan lateral fosa tonsilaris yang merupakan daerah jaringan ikat longgar, sehingga
palatum mole pada sisi yang terkena akan tampak membengkak. Abses peritonsil
juga dapat terbentuk di bagian midtonsil dan inferior, tetapi hal tersebut sangat jarang
terjadi.5,5,6
Infeksi dimulai sebagai selulitis dan berkembang menjadi abses. Pada
stadium infiltrat (stadium permulaan) akan tampak permukaan tonsil membengkak
dan hiperemis. Proses tersebut akan berlanjut dan terjadi supurasi, sehingga daerah
tersebut menjadi lebih lunak. Pembengkakan peritonsil akan mendorong tonsil dan
uvula ke arah kontralateral. Bila proses berlangsung terus maka peradangan jaringan
di sekitarnya akan menyebabkan iritasi pada m. pterigoid interna, sehingga terjadi
trismus. Abses dapat pecah spontan dan terjadi aspirasi ke paru.4,6
3) Pemeriksaan Penunjang
Biakan tenggorok dapat dilakukan, tetapi seringkali tidak membantu
dalam mengetahui organisme penyebabnya. Hanna et al berpendapat
bahwa untuk mengetahui jenis kuman pada abses peritonsil tidak
dapat dilakukan dengan usap tenggorok.5,7
Pungsi abses merupakan tindakan untuk penegakan diagnosis yang
tepat untuk memastikan abses peritonsil. Biakan dari pungsi atau
drainase menunjukkan bakteri penyebab tersering yaitu Streptococcus
pyogenes.Penelitian yang dilakukan oleh Sprinkle menemukan
insidens tinggi dari bakteri anaerob yang memberikan bau busuk pada
drainase.5,7
Pemeriksaan laboratorium darah rutin berupa faal hemostasis terutama
adanya leukositosis sangat membantu diagnosis.7
Pemeriksaan radiologi berupa foto rontgen polos, ultrasonografi, dan
tomografi komputer. Pemeriksaan ultrasonografi dapat mendiagnosis
abses peritonsil secara spesifik dan mungkin dapat digunakan sebagai
alternatif pemeriksaan. Hasil yang didapatkan berupa gambaran cincin
isoechoic dengan gambaran sentral hypoechoic. Gambaran tersebut
kurang terdeteksi bila volume relatif pus <10% di dalam seluruh abses
pada tomografi komputer. Kelebihan tomografi komputer yaitu untuk
penentuan lokasi abses yang akurat, membedakan antara selulitis dan
abses peritonsil, menunjukkan gambaran penyebaran sekunder dari
infeksi, dan membantu diagnosis abses peritonsil di daerah kutub
bawah tonsil.7
3.9 Komplikasi
Komplikasi abses peritonsil di antaranya:4,7
Komplikasi segera berupa dehidrasi karena intake makanan yang kurang.
Abses pecah secara spontan dengan aspirasi darah atau pus menyebabkan aspirasi
paru, pneumonitis, abses paru, atau piemia.
Penjalaran infeksi dan abses ke daerah parafaring menyusuri selubung karotis
kemudian membentuk ruang infeksi yang luas, sehingga terjadi abses parafaring
dan berlanjut ke mediastinum mengakibatkan medistinitis.
Pembengkakan di daerah supraglotis dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas
yang memerlukan tindakan trakeostomi. Keterlibatan ruang faringomaksilaris
mungkin memerlukan drainase dari luar melalui segitiga submandibular.
Penjalaran infeksi ke intrakranial mengakibatkan trombus sinus kavernosus,
meningitis, dan abses otak. Apabila tidak ditangani dengan baik akan
menimbulkan gejala sisa neurologis yang fatal.
Komplikasi lain seperti endokarditis, nefritis, dan peritonitis
3.10 Prognosis
Prognosis abses peritonsil baik apabila dilakukan tatalaksana segera ditambah
dengan pemberian antibiotik yang adekuat.4
BAB IV
ANALISIS MASALAH
Seorang laki-laki Tn. HF umur 57 tahun dirawat di bangsal THT RSUP. Dr.
Moh. Hoesin Palembang pada tanggal 20 Oktober 2019 , dengan diagnosis Abses
Peritonsil Sinistra.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium, serta pemeriksaan penunjang.
Dari anamnesis didapatkan nyeri menelan yang semakin bertambah sejak 2
hari yang lalu. Pasien susah menelan sejak 2 hari yang lalu, suara bergumam sejak 2
hari yang lalu. Riwayat mulut bau dan hipersalivasi ada pada pasien ini sejak 2 hari
yang lalu.
Riwayat sakit gigi berulang sejak 3 bulan yang lalu dan dianjurkan mencabut
gigi tetapi pasien menolak. Hal ini dapat menjadi faktor risiko untuk terjadinya abses
peritonsil pada pasien ini. Dari anamnesis yang didapatkan, gejala klinis pada pasien
ini mengarah ke abses peritonsil atau infiltrat peritonsil dimana pada literatur
dijelaskan bahwa gejala klinis pada abses peritonsil maupun infiltrat peritonsil adalah
odinofagia, hipersalivasi, dan kadang-kadang terdapat trismus.
Pada pemeriksaan fisik generalis ditemukan karies (+). Sedangkan pada
pemeriksaan status lokalis THT ditemukan Arcus faring asimetris, uvula terdorong
ke kanan, tonsil kiri hiperemis (+), fluktuasi (+), tonsil T3-T4, dinding faring
posterior hiperemis. Menurut dari literatur, abses atau infiltrat peritonsil yang
membesar dapat mendorong uvula ke arah kontralateral dan ditemukan tanda-tanda
inflamasi pada peritonsil. Pada pemeriksaan penunjang dilakukan aspirasi dan
didapatkan darah sebanyak ± 4cc sehingga menyingkirkan diagnosis abses peritonsil.
Terapi Abses peritonsil bisa berupa medikamentosa dan operatif. Menurut
sumber kepustakaan, pada stadium infiltrasi, dapat diberikan antibiotik dan obat
simtomatik seperti analgetik. Obat kumur juga diperlukan untuk antiseptik rongga
mulut.. Pemberian terapi suportif seperti makanan lunak juga dianjurkan. Untuk
prognosis pada pasien ini adalah bonam. Karena semakin cepat Abses peritonsil
ditatalaksana dengan komprehensif akan semakin cepat penyembuhannya dan
diharuskan untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut merupakan hal utama dalam
mencegah munculnya abses peritonsil.
Daftar Pustaka
1. Fachruddin,Damila. Abses Leher Dalam. Buku Ajar Ilmu kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi 7. Jakarta:Balai Penerbit FKUI.
2014.
2. Gadre A.K., Gadre K.C. Infection of the deep Space of the neck. Dalam:
Bailley BJ, Jhonson JT, editors. Otolaryngology Head and neck surgery.
Edisi ke-4. Philadelphia: JB.Lippincott Compan. 2014.
3. Ballenger ,J.J. Infection of the facial space of neck and floor of the mouth.
Dalam: Ballenger JJ editors. Diseases of the nose, throat, ear, head and neck.
Edisi ke-16. Philadelphia, London: Lea and Febiger. 2012
4. Fachruddin D. Abses Leher Dalam. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi 6. 2007. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
5. Adams GL. Penyakit-penyakit Nasofaring dan Orofaring. BOIES Buku Ajar
Penyakit THT. Edisi 6. 1997. Jakarta: EGC.
6. Tom LWC, Jacobs IN. Diseases of the Oral Cavity, Oropharynx, and
Nasopharynx. Ballenger’s Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery.
Edisi 16. 2003. Ontraio: BC Decker Inc.
7. Novialdi, Prijadi J. Diagnosis dan Penatalaksanaan Abses Peritonsil. Bagian
THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
8. Hanna BC, et al. The Epidemiology of Peritonsillar Abscess Disease in
Northern Ireland. J Infect. 2006; 52(4):247-53.
9. Scott BA, Stiernberg CM. Infection of the Deep Spaces of the Neck. In:
Bayle BJ editor Head and Neck Surgery Otolaryngology. 3rd ed. 2001.
Philadelphia.
10. HTA Indonesia. Tonsilektomi pada Anak dan Dewasa. 2004. Departemen
THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.