Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

Otitis eksterna (OE) ialah radang liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan infeksi bakteri, jamur dan virus. Faktor yang mempermudah radang
telinga luar ialah perubahan pH di liang telinga, yang biasanya normal atau asam.
Bila pH menjadi basa, proteksi terhadap infeksi menjadi menurun.1
OE juga merupakan peradangan atau infeksi yang dapat mengenai saluran
pendengaran luar, daun telinga atau keduanya. Keadaan ini dapat terlihat pada
seluruh kelompok umur. OE biasanya infeksi bakterial akut pada kulit dari saluran
telinga (yang umunya disebabkan oleh pseudomonas aeruginosa

atau

staphylococcus aureus) tetapi dapat disebabkan oleh bakteri lainnya, virus atau
infeksi jamur.
Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap infeksi saluran telinga atau
meatus acusticus eksternus (MAE) dan perkembangan dari OE adalah tidak
adanya serumen, tingginya kelembapan, tertahannya air dalam saluran telinga,
peningkatan suhu dan trauma lokal (seperti, penggunaan cotton swab atau alat
bantu dengar). Otitis Eksterna diklasifikasikan menjadi otitis eksterna akut yang
terbagi atas otitis eksterna sirkumskripta dan otitis eksterna difus, otitis kronik,
otomikosis, harpes zoster otikus, serta otitis maligna.1,2
Gejala klinis yang dapat ditemukan pada OE adalah nyeri saat penekanan
pada tragus (bagian anterior dari saluran telinga) atau saat menarik pinna (penanda
OE), pasien juga memiliki gejala seperti otalgia, penurunan pendengaran, rasa
penuh atau tekanan pada telinga, eritema, edema, tinitus, demam, gatal, keluarnya
cairan, nyeri yang mendalam (malignant) serta dapat terbentuknya jaringan
granulasi. 1,2

Laporan Kasus Otitis Eksterna Disertai Granulasi

Halaman 1

Jaringan granulasi atau granuloma adalah lesi inflamasi nodular.


Granuloma terutama terdiri dari fagosit mononuklear. Granuloma merupakan
massa yang terdiri dari jaringan fibrosa atau pembuluh darah yang tubuh
terbentuk sebagai respon dari infeksi kronis atau proses penyembuhan.

Laporan Kasus Otitis Eksterna Disertai Granulasi

Halaman 2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Telinga
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran
timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga
terbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar,
sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya
kira-kira 2 - 3 cm.1
Daun telinga dari telinga eksternal memiliki bentuk yang simetris bilateral
yang membantu dalam fokus dan lokalisasi suara . Setiap pinna adalah menempel
pada tempurung kepala oleh kulit , tulang rawan , otot-otot auricular , dan ligamen
ekstrinsik .3 Anatomi dari pinna diilustrasikan dalam gambar berikut.

Gambar 1. Telinga Luar4

Laporan Kasus Otitis Eksterna Disertai Granulasi

Halaman 3

G
ambar 2. Anatomi dari MAE5
Pada sepetiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar
serumen (kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh
kulit liang telinga. Pada duapertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar
serumen. otitis eksterna adalah proses inflamasi dan infeksi dari EAC . Kanal
auditori eksternal hangat, gelap dan rentan untuk menjadi lembab, sehingga sangat
baik untuk bakteri dan jamur bertumbuh. Kanal mudah trauma. Kehadiran dari
rambut, terutama rambut lebih tebal umum pada geriatri.
Saluran pendengaran eksternal memiliki beberapa pertahanan khusus.
Cerumen menciptakan mantel asam yang mengandung lysozymes dan zat lainnya
yang mungkin menghambat pertumbuhan bakteri dan pertumbuhan jamur.
Laporan Kasus Otitis Eksterna Disertai Granulasi

Halaman 4

Serumen kaya lipid juga hidrofobik dan mencegah penetrasi air pada kulit yang
menyebabkan laserasi. Serumen kecil dapat mempengaruhi telinga kanal untuk
infeksi, tetapi cerumen yang berlebihan atau terlalu kental dapat menyebabkan
obstruksi, retensi air dan debris, dan infeksi. 5

Gambar 3. Membran Timani4


Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga dan terlihat oblik terdapat sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars
flaksida (membran Sharpnell), sedangkan yang bawah disebut pars tensa
(membran propia). Pars flaksida

hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah

lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia,
seperti epitel mukosa saluran napas. Pasr tensa mempunyai satu lapis ditengah,
yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan
radier di bagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani
disebut umbo. Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of light) ke arah
bawah yaitu pada pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk
membran timpani kanan. Reflek cahaya ialah cahaya dari luar yang dipantulkan
Laporan Kasus Otitis Eksterna Disertai Granulasi

Halaman 5

oleh membran timpani. Di membran timpani terdapat 2 macam serabut, sirkuler


dan radier. Serabut inilah yang menyebabkan timbulnya refleks cahaya yang
berupa kerucut.
Membran timpani terbagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah
dengan prosesus longus maleus dan garis tegak lurus pada garis itu di umbo,
sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan serta bawahbelakang, untuk menyatakan letak membran timpani.
Pada pasr flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Ditempat ini terdapat
aditus ad antrum, yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan
antrum mastoid.1
2.2 Definisi
Otitis eksterna (OE) ialah radang liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan infeksi bakteri, jamur dan virus. Faktor yang mempermudah radang
telinga luar ialah perubahan pH di liang telinga, yang biasanya normal atau asam.
Bila pH menjadi basa, proteksi terhadap infeksi menjadi menurun.1
2.3 Epidemiologi
OE ditemukan di seluruh wilayah Amerika Serikat, terjadi pada 4 dari
setiap 1000 orang setiap tahunnya. Infeksi ini diyakini lebih umum dalam kondisi
panas dan lembab seperti berlaku selama bulan-bulan musim panas, mungkin
karena partisipasi dalam kegiatan air lebih tinggi. Akut, kronis, dan eczematosa
OE umum ditemukan. Necrotizing OE jarang
Frekuensi internasional OE belum sepenuhnya ditentukan; Namun,
insiden tersebut meningkat di negara-negara tropis. Meskipun infeksi dapat
mempengaruhi semua kelompok usia, OE tampaknya paling lazim di populasi
anak dan remaja, dengan puncak insiden pada anak-anak usia 7-12 tahun. Sebuah
studi epidemiologi tunggal dari Inggris menemukan prevalensi 12 bulan yang
sama untuk individu berusia 5-64 tahun dan sedikit peningkatan prevalensi bagi
Laporan Kasus Otitis Eksterna Disertai Granulasi

Halaman 6

mereka yang lebih tua dari 65 tahun. Hal ini mendalilkan terjadi peningkatan
komorbiditas sekunder, yang searah dengan peningkatan penggunaan alat bantu
dengar, yang dapat menyebabkan trauma pada MAE.
OE mempengaruhi kedua jenis kelamin. Tidak ada predileksi rasial telah
ditetapkan, meskipun pada orang-orang di beberapa kelompok ras memiliki kanal
telinga kecil, yang mungkin mempengaruhi untuk terjadi obstruksi dan infeksi.2
2.4 Etiologi
Di Amerika Utara, 98% dari kasus otitis eksterna akut disebabkan oleh
bakteri. Yang paling banyak ditemukan adalah Pseudomonas aeruginosa dan
Staphylococcus aueus. Namun, dapat ditemukan varian bakteri aerobik dan non
aerobik lainnya. Jamur patogen yang ditemukan terutama dari spesies Candida
dan Aspergilus, terjadi lebih sering di lingkungan tropis atau subtropis dan pada
pasien dengan pemberian antibiotik. Gangguan pada inflamasi kulit dan reaksi
alergi mungkin dapat menyebabkan otitis eksterna non infeksi menjai kronik. 6
Pada kasus yang berat, stenosis jaringan lunak dapat hadir. Perpanjangan infeksi
dapat bermanifestasi perubahan kulit seperti selulitis melibatkan concha dari daun
telinga dan tragus.
Kronis OE adalah suatu kondisi yang cukup umum yang kadang-kadang
merupakan hasil pengobatan tidak lengkap dari OE akut. Bagaimanapun, OE
kronis disebabkan oleh overmanipulation dari saluran telinga sebagai konsekuensi
dari membersihkan dan menggaruk telinga. Hasil overmanipulation seperti dalam
respon inflamasi tingkat rendah yang menyebabkan gatal-gatal dari kulit.
Akhirnya, kulit menebal, dan kanal stenosis dapat terjadi.2
2.5

Faktor Predisposisi
a. Sebelumnya episode OE
b.

Berenang, menyelam , atau berpartisipasi dalam kegiatan air

c. Penggunaan penyumbat telinga atau mengorek-ngeorek MAE


(mungkin sekunder terhadap trauma dengan MAE )
Laporan Kasus Otitis Eksterna Disertai Granulasi

Halaman 7

d. Panas, cuaca lembab


e. Penggunaan alat bantu dengar2,6
2.6 Klasifikasi
a. Terdapat 2 kemungkinan otitis eksterna akut yaitu otitis eksterna
sirkumskripta dan otitis eksterna difus.
- Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel=bisul)
Oleh karena kulit disepertiga luar liang telinga yang mengandung
adneksa kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar
serumen, maka ditempat itu dapat terjadi infeksi pada polisebaseus,
sehingga membentuk furunkel. Kuman penyebab biasanya
-

Staphylococcus aureus atau Staphylococcusalbus.


Otitis eksterna difus
Biasanya mengenai kulit liang telinga duapertiga dalam. Nampak
kulit liang telinga hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya.
Kuman penyebab biasanya golongan Pseudomonas. Kuman lain
yang dapat sebagai penyebab Staphylococcus albus, eschericia
coli dan sebagainya. Otitis eksterna difus dapat juga terjadi
sekunder pada otitis media supuratif kronis.

b. Otomikosis infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh


kelembaban yang tinggi didaerah tersebut. Yang tersering ialah
Ptyrosporum, Aspergilus. Kadang-kadang ditemukan Candida albicans
atau jamur lain. Pityrosporum menyebabkan terbentuknya sisik yang
menyerupai ketombe dan merupakan predisposisi otitis eksterna
bakterialis.
c. Otitis eksterna kronis - ini adalah sama dengan difus akut OE tapi
durasi yang lebih lama ( > 12 minggu ). Infeksi bakteri maupun infeksi
jamur yang tidak diobati dengan baik, iritasi kulit yang disebabkan
cairan otitis media, trauma berulang, adanya benda asing, penggunaan
cetakan (modul) pada alat bantu dengar (hearing aid) dapat
menyebabkan

radang

kronis.

Akibatnya

terjadi

stenosis

atau

penyempitan liang telinga karena terbentuk jaringan parut (sikatrik).


Laporan Kasus Otitis Eksterna Disertai Granulasi

Halaman 8

d. Otitis Eksterna Maligna adalah infeksi difus liang telinga luar dan
struktur lain disekitarnya. Biasanya terjadi pada orang tua dengan
penyakit diabetes melitus. Pada penderita diabetes, pH serumennya
lebih tinggi dibandingkan dengan pH serumen non diabetes. Kondisi ini
menyebebkan penderita diabetes lebih mudah menderita otitis eksterna.
Akibat adanya faktor immunocompromiza dan mikroangiopati, otitis
eksterna berlanjut menjadi otitis eksterna maligna. Pada otitis eksterna
maligna peradangan meluas secaara progresif ke lapisan subkutis,
tulang rawan dan tulang sekitarnya sehingga timbul kondritis, osteitis
dan osteomielitis yang meghancurkan tulang temporal.1,2,6
e.
2.7 Patofisiologi
OE adalah infeksi superfisial kulit di MAE . Proses yang terlibat dalam
pengembangan OE dapat dibagi ke dalam empat kategori berikut :
a. Obstruksi ( misalnya , cerumen penumpukan , eksostosis surfer , atau
sebuah kanal sempit atau berliku-liku ) , yang mengakibatkan retensi air
b. Tidak adanya cerumen , yang mungkin terjadi sebagai akibat dari paparan
berulang air atau overcleaning saluran telinga
c. Trauma
d. Perubahan pH kanal telinga
Jika kelembaban terjebak di MAE, dapat menyebabkan maserasi kulit
dan memberikan tempat berkembang biak yang baik bagi bakteri. Hal ini
dapat terjadi setelah berenang (terutama di air yang terkontaminasi) atau
mandi-maka istilah awam umum "Swimmer-ear." Hal ini juga dapat terjadi
pada cuaca panas yang lembab. Obstruksi MAE oleh cerumen yang
berlebihan, debris,

atau kanal yang sempit dan berliku-liku juga dapat

menyebabkan infeksi dengan cara retensi kelembaban.


Trauma pada MAE memungkinkan invasi bakteri ke dalam kulit yang
rusak. Hal ini sering terjadi setelah upaya membersihkan telinga dengan
kapas, klip kertas, atau perkakas lain yang bisa masuk ke dalam telinga.

Laporan Kasus Otitis Eksterna Disertai Granulasi

Halaman 9

Setelah infeksi didirikan, respon inflamasi terjadi dengan edema kulit.


Eksudat dan nanah sering muncul di MAE juga. Jika parah, infeksi dapat
menyebar dan menyebabkan selulitis wajah atau leher.
Necrotizing (ganas) OE merupakan komplikasi langka yang terjadi pada
pasien yang immunocompromised atau pada mereka yang telah menerima
radioterapi pada dasar tengkorak. Dalam kondisi ini, bakteri menginvasi
struktur yang lebih dalam yang mendasari jaringan lunak dan menyebabkan
osteomielitis tulang temporal. Ini adalah gangguan yang mengancam jiwa
dengan angka kematian secara keseluruhan yang secara historis telah
mendekati 50%.2
Trauma pada MAE yang terdapat lesi akan terjadi proses perbaikan
dengan penyembuhan. Regenerasi melibatkan komponen-komponen jaringan
yang identik dengan komponen yang hilang dan rusak. Sebaliknya, proses
penyembuhan adalah suatu respon fibroproliferatif yang lebih bersifat
menambal daripada memulihkan jaringan. Hal ini merupakan suatu fenomena
rumit, tetapi teratur yang melibatkan sejumlah proses
-

Induksi proses peradangan sebagai respon terhadap cedera awal, disertai


pembersihan jaringan rusak dan mati.

Proliferasi dan migrasi sel parenkim dan sel jaringan ikat

Pembentukan pembuluh darah baru (angiogenesis) dan jaringan


granulasi.

Sintesis protein ECM dan pengendapan kolagen

Remodeling jaringan

Kontraksi luka

Akusisi kekuatan luka

Menurut definisi, granuloma adalah lesi inflamasi nodular. Granuloma


terutama terdiri dari fagosit mononuklear. Granuloma merupakan massa yang
terdiri dari jaringan fibrosa atau pembuluh darah yang tubuh terbentuk sebagai
respon dari infeksi kronis atau proses penyembuhan. Gejala klinis yang paling
umum dari granuloma liang telinga adalah otorrhea, rasa sakit yang disebabkan
dari permukaan jaringan granulasi yang terinfeksi. Pemeriksaan telinga melalui
Laporan Kasus Otitis Eksterna Disertai Granulasi

Halaman 10

mikroskop dan debridement dengan microsuction sering diperlukan untuk


menyingkirkan materi mukopurulen dari saluran telinga luar untuk melihat
granuloma. Gambaran klinis dari granuloma liang telinga dapat bervariasi, mulai
dari jaringan granulasi kecil yang berdekatan dengan dasar liang telinga, atau
menonjol dari lumen, sampai massa polypoid besar. Dalam beberapa kasus, massa
jaringan granulasi dapat menjadi cukup besar untuk menutupi seluruh liang
telinga luar.
Peradangan granulomatosa adalah pola khas dari reaksi inflamasi kronis
yang ditandai dengan akumulasi

makrofag teraktivasi / epiteloid. Reaksi

inflamasi ini ditemui dalam sejumlah kondisi imunologi, infeksi maupun non
imunologi. Sebuah granuloma adalah fokus dari peradangan kronis yang terdiri
dari agregasi mikroskopis makrofag yang berubah menjadi sel-sel epitel dan
dikelilingi oleh leukosit mononuklear, terutama limfosit dan sel plasma. Terdapat
dua jenis granuloma, yang berbeda adalah patogenesis antara keduanya.
Granuloma benda asing umumnya terjadi karena terdapat benda asing yang relatif
inert. Biasanya, granuloma benda asing terbentuk ketika bahan seperti bedak
(terkait dengan penyalahgunaan obat intravena), jahitan, atau serat lainnya yang
cukup besar untuk menghalangi fagositosis oleh makrofag tunggal dan tidak
menimbulkan respon inflamasi atau imun spesifik. Sel epitel dan sel raksasa akan
terbentuk dan meliputi seluruh permukaan benda asing. Oleh karena itu, pada
granuloma tipe ini benda asing yang dimaksud dapat diidentifikasi di tengah
granuloma.
Granuloma imun umumnya disebabkan oleh partikel tidak larut (biasanya
mikroba), yang kemudian merangsang respon kekebalan yang dimediasi sel.
Respon imun tidak selalu menghasilkan granuloma, umumnya granuloma terjadi
jika terdapat partikel atau zat yang tidak dapat didegradasi. Dalam tanggapan ini,
makrofag memfagositosis benda asing dan memproses serta menyajikan antigen
yang tepat kepada limfosit T, menyebabkan limfosit menjadi aktif. Sel-sel T
teraktivasi kemudian menghasilkan sitokin, seperti IL-2, yang mengaktifkan sel-

Laporan Kasus Otitis Eksterna Disertai Granulasi

Halaman 11

sel lain T, dan IFN-, yang penting dalam mengaktifkan makrofag dan
mentransformasikannya ke dalam sel epiteloid dan sel raksasa multinuklear.
2.8 Gejala Klinis
- Otitis eskterna sirkumskripta - gejalanya ialah rasa nyeri yang hebat,
tidak sesua dengan besar bisul. hal ini disebabkan karena kulit liang
telinga tidak mengandung jaringan longgar dibawahnya, sehingga rasa
nyeri timbul pada enekanan perikondrium. Rasa nyeri dapat juga
timbul

spontan

pada

waktu

membuka

mulut

(sendi

temporomandibula). Selain itu terdapat juga gangguan pendengaran,


-

bila furunkel besar dan menyumbat telinga.


Otitis eksterna difus
Gejalanya adalah nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit,
kadang kelenjar getah bening regional membesar dan nyeri tekan,
terdapat sekret yang berbau. Sekret ini tidak mengandung lendir
(musin) seperti sekret yang ke luar dari kavum timpani pada otitis

media.
Otomikosis
Gejalanya biasanya berupa rasa gatal dan penuh pada liang telinga,

tetapi sering pula tanpa keluhan.1


Otitis eksterna kronik
Gejala otitis eksterna kronik adalah sekret yang biasanya disertai
iritasi dan rasa gatal. Hal ini sering tebal dan berbau, terbentuk dar
lilin yang terinfeksi dan deskuamasi kulit. Gendang telinga ketika
dapat terlihat biasanya normal dan tidak ada penurunan dari
pendengaran. Gendang telinga akan sulit dievaluasi karena

pembengkakan pada meatus dan terdapat debris.7


Otitis eksterna maligna
Gejala otitis eksterna maligna adalah rasa gatal diliang telinga yang
dengan cepat diikuti oleh nyeri, sekret yang banyak serta
pembengkakan liang telinga. Kemudian rasa nyeri tersebut akan
semakin hebat, liang telinga tertutup jaringan granulasi yang cepat
tumbuhnya. Saraf fasialis dapat terkena, sehingga menimbulkan
kesulitan paresis atau paralisis fasial. Kelain patologik yang penting

Laporan Kasus Otitis Eksterna Disertai Granulasi

Halaman 12

adalah osteomielitis yang progresif, yang disebabkan Pseudomonas


aeroginosa. Penebalan endotel yang meninggi diabetes melitus berat ,
kadar gula darah yang tinggi yang diakibatkan oleh infeksi yang
sedang aktif, menimbulkan kesulitan pengobatan yang adekuat.1
2.9 Penegakan Diagnosis
2.9.1 Anamnesis
- Keluhan utama pasien, seperti nyeri.
- Pada bagian telinga mana di rasakan?
- Sudah berapa lama dirasakan, intensitas nyerinya seberapa besar?
Meningkat dari awal timbul atau sudah berkurang?
-

Nyeri

dirasakan apabila melakukan apa?


Dapat ditanyakan keluhan lain yang dirasakan seperti adakah rasa
gatal? Keluarnya cairan nanah atau darah? Apakah cairan tersebut

2.9.2

berbau? Rasa penuh pada telinga? Pendengaran yang menurun?


Riwayat penyakit terdahulu seperti batuk maupun pilek, serta

tanyakan riwayat pengobatan?


Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi pada preaurikuler dan

retroaurikuler (dengan menarik

aurikuler ke anterior. Bentuk, ukuran dan kelainan aurikular.


Kelainan pada MAE seperti terdapatnya udem, furunkel, sekret,
-

ataupun hifa serta adanya jaringan granulasi.


Palpasi menggunakan jari telunjuk : preaurikuler (abses, fistel
tumor), retroaurikuler (planum mastoid, abses) dan adanya
pembesaran limfonodus pada servikal anterior.

2.9.3

Pemeriksaan Penunjang
- Riwayat pasien (anamnesis) dan pemeriksaan fisik biasanya cukup
memberikan informasi klinik untuk membuat diagnosis dari OE.
Walaupun pemeriksaan laboratorium tidak terlalu dibutuhkan,
pewarnaan gram dan kultur dari sekret saluran pendengaran sangat
membentu pada pasien imunocompromised, jika pengobatan tidak
-

efektif atau penyebab jamur dicurigai.


Otoskopi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa MAE dan lihat adanya
massa, perubahan kulit, dan otorrhea. Selanjutnya, memeriksa semua
bagian dari membran timpani (misalnya, pars Tensa dan pars flaccida).

Laporan Kasus Otitis Eksterna Disertai Granulasi

Halaman 13

Selanjutnya, menilai gerakan membran timpani dengan cara otoskopi


pneumatik. Akhirnya, mencoba pemeriksaan menyeluruh dari isi
telinga tengah melalui membran timpani, meskipun pemeriksaan ini
-

mungkin dibatasi oleh opacity dari membran sendiri


Tes Pendengaran
Kanal pendengaran yang udem dapat menyebabkan penurunan

pendengaran tuli konduktif


CT, MRI, Bone Scan dan Gallium Scan
Pencitraan tidak diperlukan untuk sebagian besar kasus OE . Namun ,
penyelidikan radiologis dapat membantu jika infeksi invasif seperti
necrotizing ( ganas ) OE diduga atau jika diagnosis mastoiditis sedang
dipertimbangkan. Resolusi tinggi computed tomography ( CT ) lebih
disukai dan lebih baik menggambarkan erosi tulang . Scanning tulang
Radionucleotide dan gallium scanning telah digunakan untuk membuat
diagnosis . Magnetic resonance imaging ( MRI ) , meskipun tidak
digunakan sesering , dapat dianggap sekunder atau jika ekstensi

jaringan lunak adalah perhatian utama2,8


2.10 Diagnosis Banding
Diagnosis banding untuk otitis eksterna yaitu otitis media.
2.11

Penatalaksanaan
- Pembersihan debris dari saluran telinga meningkatkan keefektifan
pengobatan topikal. Pembersih lembut dengan kuret plastik lunak,
aplikator atau suction Frazier di bawah penglihatan langsung. Irigasi
dengan campuran peroksida dan air hangat mungkin berguna untuk
menghapus debris dari kanal , tetapi hanya jika membran timpani
masih utuh . Air harus dipastikan keluar untuk menjaga dari kondisi
-

eksaserbasi.
Otitis Eksterna sirkumskripta diberikan terapi tergantung furunkel.
Bila sudah menjadi abses, diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan
nanahnya. Lokal diberikan antibiotika dalam bentuk salep, seperti
polymixin B atau bacitracin atau antiseptik asam asetat 2-5% dalam
alkohol. Kalau dinding furunkel tebal, dilakukan insisi, kemudian
dipasang salir (drain) untuk mengalirkan nanahnya. Biasanya tidak

Laporan Kasus Otitis Eksterna Disertai Granulasi

Halaman 14

diperlukan antibiotika secara sistemik, hanya diberikan obat secara


-

simptomatik seperti analgetik dan obat penenang.


Otitis eksterna difus dapat diobati dengan membersihkan liang telinga,
memasukan tampon yang mengandung antibiotika keliang telinga
supaya terdapat kontak yang baik antara obat dengan kulit yang

meradang. Kadang-kadang diperlukan obat antibiotika sistemik.


Otomikosis dapat dibati dengan membersihkan telinga. Larutan asam
asetat 2% dalam alkohol, larutan Iodium povidon 5% kadang
diperlukan obat anti jamur (salep) yang doberkan topikal yang

mengandung nystatin, klotrimazol.


Otitis eksterna maligna pengobatan harus cepat diberikan. Sesuai
dengan hasil kultur dan resistensi. Mengingat kuman penyebab
tersering adalah pseudomonas aerigenosa, diberkan antibiotik dosis
tinggi yang sesuai. Sementara menunggu hasil kultur dapat diberikan
golongan fluoroquinolone (ciprofloxasin) dosis tinggi per oral. Pada
keadaan yang lebih berat diberikan golongan aminoglikosida yang
diberikan selama 6-8 minggu. Di samping obat-obatan, sering kali

diperlukan juga tindakan pembersihan luka secara radikal.


Apabila terdapat jaringan granulasi
dapat membuang jaringan
patologik tersebut dibawah pemberian anastesi lokal dengan
menggunakan mikroskop Ini diikuti oleh administrasi steroid lokal
tetes selama hampir 1 bulan 1,2,9

2.12 Prognosis
Sebagian besar insiden OE sembuh tanpa kesulitan. Mayoritas pasien
membaik dalam 48-72 jam pemberian antibiotik. Kegagalan untuk membaik
dalam 2-3 hari harus mengevaluasi kembali pasien. OE biasanya sembuh
sepenuhnya dalam 7-10 hari. Namun pada OE disertai nekrosis, kematian
berkisaran 20 % di antara orang dewasa , karena kebanyakan dari
komorbiditas terkait dan perluasan yang cepat dari infeksi untuk menyertakan
sepsis atau ekstensi intrakranial. Jika tidak diobati , necrotizing OE memiliki
angka kematian mendekati 50 %.2

Laporan Kasus Otitis Eksterna Disertai Granulasi

Halaman 15

Laporan Kasus Otitis Eksterna Disertai Granulasi

Halaman 16

BAB III
LAPORAN KASUS
1

Identitas Kasus
Nama
Umur pasien
Jenis kelamin
Pekerjaan
Agama
Alamat
Tanggal pemeriksaan/Status

: Nn. DFL
: 19 tahun
: Perempuan
:: Katolik
: Jl. Teka Iku, Maumere
: Kamis,18 Agustus 2016/Rawat Jalan

2 Anamnesis
a. Keluhan utama:
Telinga kanan terasa sakit
b. Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang ke Poli THT-KL dengan keluhan telinga kanan terasa sakit
sejak empat bulan lalu. Pada awalnya pasien merasa gatal namun sudah tidak
merasa gatal lagi sekarang, dan pasien mengaku sering mengorek telinganya.
Nyeri pada telinga kanan, keluar cairan berwana kuning sejak empat bulan lalu,
namun

sudah

dua hari terakhir keluar cairan nanah bercampur darah saat

membersihkan telinga, cairan berbau, pilek sejak kemarin, demam sudah dua hari,
merasa penuh pada telinga, pendengaran pada telinga kanan dirasakan menurun,
batuk negatif, pusing nrgatif, mual dan muntah negatif.
c. Riwayat penyakit dahulu:
Riwayat keluar gatal, nyeri dan keluar cairan pada telinga kanan hanya
dirasakan dalam empat bulan terakhir.
d. Riwayat pengobatan:
Pasien menerangkan pernah pergi ke puskesmas dan diberikan obat tetes.
3

Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan umum
Kesadaran
Tanda vital

: Baik
: Compos mentis
: Tekanan darah
Nadi
Respirasi
Suhu

Laporan Kasus Otitis Eksterna Disertai Granulasi

: 110/70 mmHg
: 72x/menit
: 18x/menit
: 36,7 0C
Halaman 17

Pemeriksaan Telinga
No
1

Pemeriksaan
telinga
Tragus

Daun telinga
(pinna)

Liang telinga

Telinga kanan

Telinga kiri

Dalam batas normal


Nyeri
Tekan
(+),
Edema (-)
Bentuk dan ukuran
dalam batas normal,
hematoma (-), Nyeri
tarik aurikula
(+),
Nyeri
Tekan
Retroaurikular
(+),
Nyeri
Tekan
Preaurikular (-)
Kelainan
Kongenital
(-),
Serumen (+),
Hiperemis
(+),
Disekitar
Membran
Timani,
Mukosa
Eritema (+), Furunkel
(-), Edema (-), Ottorhea
(-), Jaringan Granulasi
(+),Clothing (+)

Dalam batas normal


Nyeri Tekan (-), Edema(-)
Bentuk dan ukuran dalam
batas normal, hematoma
(-), Nyeri tarik aurikula
(-),
Nyeri
Tekan
Retroaurikular (-), Nyeri
Tekan Preaurikular (-)

Kelainan Kongenital (-),


Serumen (+), Hiperemis
(-), Disekitar Membran
Timani, Mukosa Eritema
(-), Furunkel (-), Edema
(-) , Ottorhea (-)

Pada awalnya tertutup


oleh serumen sehingga
membran timani tidak
Pada awalnya tertutup dapat terlihat, namun
oleh
sekret
kental telah dibersihkan dan
berwarna kuning dan tidak terdapat debris.
debris
,
setelah
dibersihkan telinganya
terlihat ada massa pada
liang telinga menutupi
membran timani. Saat
dibersihkan
keluar
darah pada meatus
acusticus eksterna.

Laporan Kasus Otitis Eksterna Disertai Granulasi

Halaman 18

Membran
timpani
(dilihat
setelah
sekret/debris
dibersihkan)

Retraksi (-), bulging


(-), hiperemis (-),
edema (-), perforasi (-),
refleks cahaya (+),
gambaran pulsasi (-)

Normal

5
2

Tes Penala

Tidak di evaluasi

Retraksi (-), bulging (-),


hiperemis (-), edema (-),
perforasi (-), refleks
cahaya (+), gambaran
pulsasi (-)

Normal

Tidak di evaluasi

Pemeriksaan Hidung

Pemeriksaan Hidung
Hidung luar
Vestibulum nasi
Cavum nasi
Meatus nasi media
Konka nasi inferior
Septum nasi

Hidung kanan
Hidung kiri
Dalam batas normal
Dalam batas normal
Rinoskopi anterior
Tidak di evaluasi
Tidak di evaluasi
Tidak di evaluasi
Tidak di evaluasi
Tidak di evaluasi
Tidak di evaluasi
Tidak di evaluasi
Tidak di evaluasi
Tidak di evaluasi

Laporan Kasus Otitis Eksterna Disertai Granulasi

Halaman 19

Pemeriksaan Tenggorok
Uvula

Bibir
Mulut
Geligi
Lidah
Uvula
Palatum mole
Faring
Tonsila
palatina
Fossa

Mukosa bibir basah, berwarna merah muda


MukosaTonsila
mulut basah,
berwarna merah muda
palatina
Tidak di evaluasi
Tidak di evaluasi
Tidak di evaluasi
Tidak di evaluasi
Tidak di evaluasi
Kanan
Kiri
Tidak di evaluasi
Tidak di evaluasi
Tidak di evaluasi

Tidak di evaluasi

tonsilaris dan
arkus
faringeus

Diagnosis
Otitis Eksterna disertai Jaringan Granulasi

5
a
b
c
-

Penatalaksanaan
Otoskopi dan membersihkan telinga dari sekret serta jaringan granulasi.
Medikamentosa
- Pemberian antiseptik disertai kortikosteroid
Otilon 2 dd gtt IV a.d
Edukasi
Pasien diminta untuk menggunakan obat tetes telinga 2x1 hari dengan satu kali

pemakaian 4 tetes pada telinga kanan


Pasien dianjurkan untuk tidak mengorek-ngorek liang telinga.
Sebaiknya kedua telinga tidak terkena air dulu. Bila mandi, kedua telinga ditutup
menggunakan kapas.
Laporan Kasus Otitis Eksterna Disertai Granulasi

Halaman 20

Datang kontrol kembali pada 5 hari berikutnya, untuk dapat dipantau


perkembangan perjalanan penyakit dan dapat diberikan pengobatan kembalinya.

Prognosis
Dubia et bonam

7
-

Saran
Pasien disiplin dalam menjaga kebersihan telinga dan menjaga agar telinganya

tetap kering.
Pasien disiplin dalam menggunakan obat yang diberikan secara teratur.
Pasien rutin kontrol di Poli THT untuk mengontrol ada atau tidaknya perubahan
setelah pengobatan.

Laporan Kasus Otitis Eksterna Disertai Granulasi

Halaman 21

BAB IV
PEMBAHASAN

Otitis eksterna peradangan atau infeksi yang dapat mengenai saluran


pendengaran luar, daun telinga atau keduanya. Yang ditandai dengan nyeri saat
penekanan pada tragus (bagian anterior dari saluran telinga) atau saat menarik
pinna (penanda OE), pasien juga memiliki gejala seperti otalgia, penurunan
pendengaran, rasa penuh atau tekanan pada telinga, eritema, edema,

tinitus,

demam, gatal, keluarnya cairan, nyeri yang mendalam (malignant) serta dapat
terbentuknya jaringan granulasi.
Pada pasien ini berdasarkan anamnesis terdapat keluhan telinga kanan
terasa sakit sejak empat bulan lalu. Pada awalnya pasien merasa gatal namun
sudah tidak merasa gatal lagi saat datang ke poli, dan pasien mengaku sering
mengorek telinganya. Nyeri pada telinga kanan, keluar cairan berwana kuning
sejak empat bulan lalu, namun sudah dua hari terakhir keluar cairan nanah
bercampur darah saat membersihkan telinga, cairan berbau, pilek sejak kemarin,
demam sudah dua hari, merasa penuh pada telinga, pendengaran pada telinga
kanan dirasakan menurun, tidak terdapat batuk, mual maupun muntah.
Pada pemeriksaan dengan menggunakan otoskop pada telinga kanan,
tampak MAE ditutupi oleh sektret berwana kuning dan tertutup oleh jaringan
granulasi sehingga membran timani sulit dievaluasi. Setelah dibersihkan dari
sekret keluar darah yang berasal dari jaringan granulasi dan setelah granulasi
diangkat tampak MAE kemerahan dan membran timpani yang masih intak tanpa
perforasi. Hal ini menandakan adanya otitis eksterna disertai dengan granulasi.
Dari gejala, tanda dan pemeriksaan fisik yang dilakukan dapat ditentukan
diagnosis kerja pada kasus ini adalah otitis ekstena kronik disertai

dengan

jaringan granulasi. Diagnosis banding pada kasus ini adalah otitis media akut yang
gejalanya berupa nyeri didalam telinga, keluhan lainnya berupa peningkatan suhu
Laporan Kasus Otitis Eksterna Disertai Granulasi

Halaman 22

tubuh, gangguan pendengaran dan rasa penuh. Bila ruptur membran timpani
maka sekret akan keluar dari membran timpani. Namun diagnosis banding ini
dapat disangkal karena pada pemeriksaan tidak terdapatnya gangguan pada
membran timpani dan membaran timpani tampak dalam keadaan intak.
Rencana tindakan yang akan dilakukan adalah dengan cara konservatif
medikamentosa. Pasien diberikan pengobatan H2O2 3% untuk mencuci telinga.
Dan pemberian obat antiseptik disertai kortikosteroid (otilon).
Prognosisnya adalah baik jika pasien dapat menjaga kebersihan telinga serta
daya tahan tubuh agar tidak terjadi infeksi ulang.

Laporan Kasus Otitis Eksterna Disertai Granulasi

Halaman 23

BAB V
KESIMPULAN
Telah dilaporkan satu kasus seorang wanita berusia 19 tahun dengan
diagnosis otitis eksterna disertai granulasi, diagnosis di dasarkan pada anamnesis
dan pemeriksaan fisik. Saat ini pasien sudah mendapatkan terapi dari bagian THT
dan dari bagian THT memperbolehkan rawat jalan untuk kontrol poli pada pasien.

Laporan Kasus Otitis Eksterna Disertai Granulasi

Halaman 24

DAFTAR PUSTAKA
1.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku Ajar Ilmu Kesehatan


Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala Dan Leher. Keenam. Jakarta; 2007.

2.

Waitzman
A.
Otitis
Externa.
Medscape.
http://emedicine.medscape.com/article/994550-overview#showall.
Published 2016. Accessed August 21, 2016.

3.

Lalwani A. Current Diagnosis and Treatment in Otolaryngology - Head


and Neck. Edisi Kedu. New York: McGraw-Hills; 2007.

4.

Professor Dr med Reinhard Putz, ed. Sobbota Atlas of Human Anatomy.


14th ed. Elsevier; 2006.

5.

ROBERT S. Otitis Externa: A Practical Guide to Treatment and Prevention.


Am
Fam
Physician.
2001;63,
Number:927-936.
http://www.aafp.org/afp/2001/0301/p927.pdf.

6.

Schaefer P, Baugh RF. Acute Otitis Externa: An Update. Am Fam


Physician. 2012;86(11):1055-1061. http://dx.doi.org/.

7.

Ludman H, Bradley PJ, eds. ABC of Ear, Nose and Throat. 5 th. Blackwell
Publishing Ltd; 2007.

8.

Probst R, Grevers G, Iro H. Basic Otorhinolaryngology. New York:


Thieme; 2006.

9.

Sanna M, Russo A, De Donnato G. Color Atlas of Otoscopy: From


Diagnosis to Surgery. Vol 25. 2nd ed. New York; 2004.
doi:10.1097/00129492-200403000-00026.

Laporan Kasus Otitis Eksterna Disertai Granulasi

Halaman 25

Anda mungkin juga menyukai