Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KASUS

ATRESIA KOANA
DEXTRA
Oleh: dr. Khairun Nisa

Pembimbing :
dr. Rus Suheryanto Sp.T.H.T.K.L(K)
Program Pendidikan Dokter Spesialis I

Departemen /SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

RSUD dr. Saiful Anwar Malang


Latar belakang

Atresia koana --> Kelainan kongenital


pada hidung yang umum ditemukan
namun jarang terjadi.
- 1 dari 5000 sampai 8000 kelahiran
- wanita dan laki-laki 2 : 1
- Unilateral berkisar 65 sampai 75 % dan sisanya
terjadi bilateral.
- 30% dari atresia koana terdiri dari tulang dan
70 % terdiri dari campuran antara tulang dan
membran

2
Carl Emmet di Bern pada
tahun 1851
Ronaldson(1881)

Roadrer(1751) C oloboma
H Eart defek
A Tresia Koana
R Etarded Growth
G enitourinary abnormalities
E ar anomali
1. Sebagai karya tulis ke enam untuk
memenuhi persyaratan dalam
menempuh Program Studi Pendidikan
Dokter Spesialis (PS PDS) I Ilmu
Kesehatan T.H.T.K.L. Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya
Malang.
2. Melaporkan satu kasus atresia koana
D/.
TINJAUAN PUSTAKA
EMBRIOLOGI
• Minggu 5-7 • Minggu ke 6-7 • Minggu ke 7
• Koana primitif terbentuk
• Kavum nasi terbentuk • Nasal pits mengalami • koana primitif membagi cavum
invaginasi lebih dalam nasi dan faring dan meatus nasi
hingga ke dasar mesenkim. terletak dekat dengan nares
• Membran oronasal mulai eksternal.
memisahkan celah hidung
dari rongga mulut.
6
ANATOMI

7
Kelainan kongenital yang ditandai dengan
penyempitan atau obliterasi dari rongga hidung bagian
belakang yang menyebabkan perkembangan rongga
hidung untuk berhubungan dengan nasofaring.

DEFINISI
8
• Membran buccopharyngeal yang
persisten
• Kegagalan membrane buccopharyngeal
dari hochstetter yang ruptur
ETIOLOGI
• Abnormal mesodermal yang adhesi
pada area koana
• Misdirection dari aliran mesodermal
akibat faktor lokal

Mutasi CHD7 pada kromosom 8q12 SINDROME CHARGE

9
DIAGNOSIS
• PEMERIKSAAN
PENUNJANG 03 Nasoendoskopi , CT scan

Rhinoskopi anterior sekret unilateral,


• PEMERIKSAAN FISIK 02 Fenomena palatum mole -

Riwayat Kelahiran, gangguan nafas saat lahir, hidung buntu


• ANAMNESIS 01 dan rhinorea terus menerus, kelainanankongenital lain

The Power of PowerPoint | thepopp.com 10


Gambaran hasil endoskopi dengan menggunakan nasal endoskopi 00; A dan B menunjukkan unilateral
atresia koana D/, C dan D cavum nasi S/ normal
TATALAKSANA

• Latihan bernapas lewat mulut


• Penggunaan McGovern nipple
atau oropharyngeal airway

Transpalatal 01

Transantral 02 • Pemakaian Stent


• Mytomicin C
Transnasal 03 03

Transseptal 04

12
TRANSPALATAL

01
• Pendekatan transpalatal ini sangat berguna
baik unilateral dan bilateral atresia koana.

• Pada anak usia lebih tua >>

• Insisi  teknik willian atau U shape

• Atresia plate, vomer posterior, dan bagian


medial maxilla posterior  dihilangkan Teknik insisi william

13
TRANSNASAL

• Transnasal endoskopik paling banyak


01

disukai
• Keuntungan  minimal morbiditas,
waktu operasi pendek, periode rawat
inap lebih pendek, dan visualisasi yang
baik.
• Visualisasi difasilitasi dengan rigid
nasoendoskopi 0 derajat dengan
diameter 4 mm dan 2,7 mm

14
LAPORAN KASUS
• Nama : An. DV
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 13 Tahun
Alamat : Jl. Banggele Kediri
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : SMP KELUHAN UTAMA : HIDUNG BUNTU

No Register : 10785435
Jenis Layanan : BPJS
Tanggal MRS : 20 Maret 2019- 22
maret 2019
Anamnesis
• Pasien dirujuk dari Sp. THT di Kediri dengan • Pasien telah mendapat
atresia koana D/, pasien mengeluh hidung buntu terapi Cuci Hidung NS,
+/- sejak lahir disertai pilek berwarna putih
kental +/+, penurunan penghidu +, bersin
Triamcinolon spray, per oral
beruntun jika terkena debu/ dingin-. Nyeri dahi Clindamicin, N-asetilsistein
kemeng -/-, pipi terasa kemeng -/-, mimisan -/-, dan Metilprednisolon
rasa mengalir ke belakang tenggorok -/+, suara selama berobat ke RSSA.
sengau -, Riwayat trauma –
• Pasien riwayat dilakukan
• Keluhan telinga nyeri -/-, penurunan tonsilektomi dan
pendengaran -/-, keluar cairan -/-, berdenging - adenoidektomi pada tahun
/-, riwayat kopokan -/-.
2009
• Batuk (-), nyeri telan (-), sulit menelan (-), rasa • Riwayat HT-, DM-, Riwayat
berlendir di tenggorok (-), rasa mengganjal (-), tumor dalam keluarga-
suara parau (-), sesak nafas (-).
17
• RHINOSKOPI
ANTERIOR • Foto Waters
• Tak tampak kelainan
• CN D/: pada sinus maksilaris
Hiperemi – D/S, frontalis D/S,
Edema – etmoidalis D/S,
Sekret + mukoid sfenoidalis
FPM – • Penebalan mukosa
• CN S/: cavum nasi kanan kiri
Hiperemi – • Septum nasi di tengah
Edema –
Sekret + mukoid
FPM + 18
NASOENDOSKOPI
• CAVUM NASI D/ • CAVUM NASI S/
Tampak konka inferior Tampak septum deviasi ~ ts 2
eutrofi pada bagian 1/3 depan
Tampak sekret mukoid di Nasofaring : hiperemi -, edema -,
dasar kavum nasi  suction
sekret + mukoid,tampak hipertrofi
Koana tampak tertutup, adenoid sesuai parikh 1
dari palpasi teraba keras
Meatus media : hiperemi -, Meatus Media: Hiperemi -,
edema -, sekret + mukoid edema -, sekret + mukoid
Mukosa CN : hiperemi-, Mukosa cavum nasi hiperemi -,
edema-, sekret + mukoid edema -, sekret + mukoid
CN D/ CN S/
LAPORAN OPERASI

infiltrasi pehacain pada dinding Insisi melingkar dengan sickle knife Pengeboran tulang dengan bor sinus
posterior lateral dan medial
Trimming mukosa dengan Selang dibunga di bagian
Diperlebar hingga mencapai  + 8 mm
microdebrider belakang
Selang NGT dipasang melewati CN D/ dan S/ Fiksasi antar NGT
Perkembangan pasien

• 25 Maret 2019 • 29 Maret 2019

The Power of PowerPoint - thepopp.com 25


Perkembangan pasien

• 18 April 2019

Tampak koana D/ dengan diameter 4 mm


Granulasi-, perdarahan-

26
PEMBAHASAN
• KASUS • Teori
Laki –laki usia 17 tahun Unilateral atresia lebih banyak
dengan keluhan hidung dari bilateral, sebanyak 65-75%,
buntu terutama sebelah dengan perbandingan rasio 2:1
kanan sejak lahir, disertai
pilek putih kental. perempuan : laki-laki. Sisi sebelah
kanan lebih dominan.
• KASUS • Teori
Laki –laki usia 17 tahun Pada kasus unilateral atresia koana
dengan keluhan hidung gejala yang paling menonjol adalah
buntu terutama sebelah hidung buntu satu sisi dengan rhinorea
kanan sejak lahir, disertai yang terus menerus.
pilek putih kental.
• KASUS • Teori
Hasil nasoendoskopi Nasoendoskopi  melihat patensi nasal
terdapat  Koana tampak secara langsung dan anatomi dapat langsung
tertutup, dari palpasi teraba dapat dievaluasi.
keras CT scan juga merupakan salah satu pilihan 
tipe dari obstruksi, ketebalan segmen
obstruksi dan struktur apa saja yang terlibat.
Tatalaksana

Teknik ini diperkenalkan pertama kali oleh stankiewcz pada tahun


1990 dan beberapa tahun belakangan teknik endoskopi transnasal
merupakan pilihan yang paling banyak dilakukaan untuk atresia
koana.

The Power of PowerPoint | thepopp.com 31


• KASUS • Teori
Dilakukan pemasangan Pemasangan stent masih bersifat
stent dengan NGT No 18 kontroversial
Stent  tube endotrakeal, soft
silicone, self-inflating sialastic tube,
tube silikon suction.
Keuntungan Menstabilisasi jalan napas
dan mencegah stenosis.
KerugianJaringan granulasi, timbulnya
scars terutama di columella, tumbuhnya
bakteri biofilm, gangguan drainase mukus.
RINGKASAN
Atresia koana  kelainan kongenital yang ditandai dengan penyempitan atau obliterasi
dari rongga hidung bagian belakang menyebabkan kegagalan perkembangan rongga
hidung untuk berkomunikasi atau berhubungan dengan nasofaring

Kejadian unilateral atresia koana lebih sering terjadi dibandingkan bilateral atresia
koana, dengan insidensi wanita dua kali lebih banyak daripada pria

Bilateral atresia koana  suatu kegawatdaruratan sehingga memerlukan tindakan segera,


berbeda dengan kasus unilateral atresia koana yang dapat ditunda sampai usia anak lebih
dewasa.
Teknik operasi pada atresia koana ada beberapa macam
seperti pendekatan transantral, transpalatal, transseptal,
dan transnasal.

Pasien menjalani koanoplasti dengan pendekatan transnasal


endoskopi. Pada perawatan dan follow up pasca operasi
pasien, menunjukkan perbaikan baik secara klinis maupun
hasil endoskopi.

Anda mungkin juga menyukai