Anda di halaman 1dari 35

BUNTU HIDUNG

1
Kelompok E2

PEMBIMBING : dr. HAMNA FITRIA Sp.THT (KL)


2
BUNTU HIDUNG
Keadaan dimana terdapat hambatan masuknya
udara inspirasi melalui hidung, sifatnya :

1. akut / kronis
2. total / parsial
3. unilateral / bilateral
4. konstan / intermiten / progresive
AKIBAT OBSTRUKSI NASI 3

HIDUNG TELINGA
SINUS PARANASAL
Ggn oksigenasi, Ggn ventilasi
Ggn ventilasi
pembau, resonansi drainase cav.
drainase
suara Timpani

MATA
Ggn drainase
duct. lakrimalis
...
4

HIDUNG SINUS PARANASAL


• Ggn oksigenasi  aproseksia nasi
• Ggn ventisali drainase  sinusitis

• Ggn pembau  hiposmia / anosmia

• Ggn resonansi suara  rhinolalia oklusa


(m,n,ng,ny)

• Kebalikannya bila Cav.Nasi terlalu luas 


rhinolalia aperta (k,g,t,d,p,b)
...
5

• Ggn ventilasi drainase cav.timpani


TELINGA  Oklusi tuba, Otitis media

• Ggn drainase duct.lakrimalis 


MATA Epiphora

• Kompensasi nafas lewat mulut 


MULUT Karang gigi, Foetor ex ore
KAVUM NASI LONGGAR RHINOLALIA 6
KAVUM NASI NORMAL APPERTA
PENYEBAB BUNTU HIDUNG
7
Kelainan Anatomi
Reaksi Radang TUMOR
BAWAAN
Rinitis akut / kronis Polip
atresia koana
Rinitis difteri Angiofibroma
Abses septum Inverted papiloma
DIDAPAT
dll Ca sinonasal
deviasi septum, Ca nasofaring
sinekia, trauma Reaksi Alergi dll
(fraktur, deviasi,
epistaksis, stolsel, Rinitis alergi
hematom septi, abses Rinitis vasomotor BENDA ASING
septi)
SEPTUM DEVIASI 8

• Bentuk septum yg tidak lurus di tengah  membentuk deviasi ke salah satu


rongga hidung / kedua rongga hidung  penyempitan rongga hidung
(pembuntuan)

• RINGAN  keluhan buntu (-)

• BERAT  keluhan buntu (+)


Bentuk deformitas septum nasi 9

1. DEVIASI 3. PENONJOLAN TULANG / TULANG RAWAN


• bentuk C atau S KRISTA :
• melibatkan kartilago maupun • memanjang dr anterior ke posterior
tulang • antara os vomer dan lamina perpendikularis os
ethmoidalis
SPINA : sangat runcing dan tipis
2. DISLOKASI
Bagian bawah kartilago keluar
dari krista maksila 4.SINEKIA:
apabila deviasi, krista, spina bertemu dan
menyatu dgn konkha di depannya
spina

10

Konkha media
11
Tipe septum deviasi
Tipe I : tonjolan unilat, tidak mengganggu 12
Tipe II : tonjolan unilat, mengganggu tp
gejala klinis belum bermakna

Tipe III: deviasi pd posisi tonjolan konka


media (daerah oeteomeatal)

Tipe IV: Septum posterior ke sisi satunya,


anterior ke sisi lainnya (S)

Tipe V : Tonjolan septum di unilateral, tapi


di sisi lainnya normal

Tipe VI: tipe V + sulkus unilateral yg


menyebabkan rongga hidung
asimetris

Tipe VII: gabungan antara tipe I - VI


13

Etiologi
- Gangguan pertumbuhan yang tidak
seimbang antara kartilago dgn
tulang septum
- Trauma :
- fraktur fasial
- fraktur nasal
- fraktur septum
- trauma saat lahir
14

GEJALA
KOMPLIKASI
1. Hidung buntu unilateral 
bilateral (hipertrofi Ggn ventilasi drainase cav.
kompensatoar) Timpani & sinus
2. Sakit kepala • Oklusi tuba, Otitis Media
3. Gangguan pembau (hiposmia / • Sinusitis Maksilaris
anosmia)
4. Epistaksis
5. Gejala Komplikasi
TERAPI
1. Tanpa keluhan  tidak perlu koreksi 15
2. Operatif :
- Reseksi Submukosa (KILLIAN)
- SEPTOPLASTI
Polip Hidung

• Polip hidung merupakan massa edema jinak


yang tumbuh dari mukosa sinus paranasal.
Pertumbuhan abnormal ini terjadi karena
inflamasi kronik. Sumbatan hidung terjadi akibat
tahanan pada saluran pernapasan sehingga
udara sulit untuk melewati saluran tersebut.

• Gejala yang timbul dari polip hidung antara lain


hidung tersumbat, rinore, postnasal drip, dan
hiposmia atau anosmia.
Tumor Hidung

• Tumor hidung adalah pertumbuhan ke arah ganas yang mengenai hidung dan lesi
yang menyerupai tumor pada rongga hidung, termasuk kulit dari hidung luar dan
vestibulum nasi.

• Gejala awalnya pun tidak spesifik seperti hidung tersumbat, epistaksis, atau nyeri
wajah.
Klasifikasi tumor hidung dibagi menjadi 2, yaitu tumor hidung ganas dan tumor

hidung jinak.

 Contoh tumor jinak adalah papilloma squamosa, displasia fibros dan

angiofibroma.

 Contoh tumor ganas adalah melanoma, karsinoma adenoid kistik, dan

karsinoma sel squamosa


FRAKTUR NASI 19

• Bagian paling menonjol dari wajah 


trauma >>
• Kerusakan yg terjadi akibat trauma hidung
dipengaruhi beberapa faktor :
 Usia
 Besar kekuatan trauma
 Arah trauma
 Objek / benda penyebab
TIPE FRAKTUR NASI 20

• Tipe I : trauma arah lateral kekuatan ringan s/d sedang  depresi


os nasal unilateral

• Tipe II : trauma tumpul arah Frontolateral  fraktur multipel piramid


hidung, os nasal dan lamina perpendikularis dengan fragmen
eksternal dislokasi ke lateral

• Tipe III : trauma arah frontal  Fraktur bilateral dan depresi /


dislokasi os nasal, Fraktur lamina perpendikularis dan kartilago
dapat terjadi karena depresi yang hebat.

• Tipe IV : trauma arah kaudal-kranial  kompresi dan fraktur septum


21
DIAGNOSIS
1. Anamnesis 22
 Riwayat trauma hidung, epistaksis, buntu

2. Pemeriksaan
 Inspeksi : deformitas, laserasi, edem
 Palpasi : deformitas, nyeri, krepitasi, nasal dapat digerakkan
 RA setelah pemberian dekongestan  dislokasi, hematoma septum, deviasi,
clot, robekan mukosa
 Foto os nasal, Waters, Ct-scan
 Foto dokumentasi mediko-legal
PENATALAKSANAAN 23

• Luka terbuka di bersihkan


Reduksi tertutup
• Fraktur os nasal
• Fragmen fraktur diposisikan kembali & • unilateral / bilateral
• Nasal bridge melebar
jaringan lunak dijahit atraumatik
• Reposisi fraktur sederhana dalam 24-48 Reduksi terbuka
• Fraktur – dislokasi os nasal & septum
jam pertama • Deviasi piramid >1/2 lebar nasal bridge
• Fraktur – dislokasi septum bagian kaudal
• Bila edem >> reposisi dilakukan dalam • Fraktur septum terbuka
• Deformitas menetap setelah reduksi tertutup
10 hari
HEMATOM SEPTUM NASI 24

Perdarahan di submuko – perikondrium,


kadang / jarang di submuko-periosteum

Etiologi  trauma (unilateral)


bila fr tulang rawan  bisa bilateral
Diagnosis

1. ANAMNESIS 25
• trauma (+)  cepat timbul obstruksi nasi

• bisa epistaksis, nyeri (+)

2. PEMERIKSAAN

RA:
• benjolan di septum bgn depan unilateral (bilateral jarang), merah kebiruan, elastis

• tidak hilang dgn tetes hidung

• pungsi percobaan  isinya darah


26

HEMATOME SEPTUM NASI HEMATOME SEPTUM NASI


UNILATERAL BILATERAL
27

TERAPI
 INSISI di antero-inferior secara steril, tekan dengan tampon boorzalf + antibiotika
 antibiotika oral
 anti nyeri
 anti inflamasi

PROGNOSIS
- Bila tidak di insisi  mengeras (mengalami organisasi)
- Bila infeksi sekunder  ABSES SEPTUM NASI
28
ABSES SEPTUM NASI 29

Etiologi

- Infeksi pada trauma luka mukosa septum nasi

- Infeksi sekunder dari hematom septum nasi

 terjadi 3 – 5 hari setelah hematom septum nasi


Diagnosa
1. ANAMNESIS
- obstruksi nasi  sefalgia, epifora
30
- nyeri hidung lebih hebat
- terkadang febris (+)

2. PEMERIKSAAN
INSPEKSI : hidung luar / apex heperemi,
edem, mengkilat
PALPASI : nyeri
RA: - benjolan septum nasi, merah keabuan
- lunak
- tidak kempes dgn sol effedrin
- pungsi percobaan  pus (+)
TERAPI
- Insisi  tekan dg tampon boorzalf 31
- antibiotika
- anti nyeri

PROGNOSIS : baik

bila tdk dilakukan insisi 


- nekrosis kartilago septum nasi
- perforasi septum nasi
- thrombosis sinus cavernosus
FURUNKEL VESTIBULUM NASI 32

• Infeksi akut pada kelenjar sebaceus folikel rambut di vestibulum nasi


• Etiologi: Staphylococcus aureus, Streptococcus
• Predisposisi: trauma berulang, DM
Diagnosa
1. Anamnesis
33
- ada jerawat di hidung
- NYERI hidung
2. Pemeriksaan
- hidung hiperemis, mengkilap, odem
34

KOMPLIKASI

Infeksi menyebar melalui v.fasialis  v. olfaktorius  Sinus Cavernosus 


Thrombophlebitis Sinus Cavernosus

TERAPI

1. Antibiotik

2. Analgetik anti-inflamasi

3. DRAINASE PUS bila sdh ada fluktuasi (abses)


TERIMA KASIH 35

Anda mungkin juga menyukai