Anda di halaman 1dari 37

Ilmu THT-KL REFERAT

Fakultas Kedokteran JULI 2018


Universitas Pattimura

RHINOLITH

Tri Asih M.W Fatubun


2017-84-030

Pembimbing:
dr. Julu Manalu, Sp. THT-KL

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepanitraan Klinik


Bagian Ilmu THT-KL
Fakultas Kedokteran
Universitas Pattimura
Ambon
2018 1
PENDAHULUAN
Rhinolith adalah batu seperti benda keras yang ditemukan di dalam rongga
hidung

Rhinolith dianggap sebagai suatu benda asing tipe khusus yang biasanya
diamati pada orang dewasa.

Biasanya hampir selalu tunggal dan unilateral.

Rhinolith terdiri dari dua jenis : rhinolith eksogen dan rhinolith endogen.

2
ANATOMI FISIOLOGI HIDUNG

3
Anatomi Hidung
• HIDUNG LUAR (Nasus eksternus):

– apeks nasi

– dorsum nasi

– radiks nasi

– ala nasi

– kolumela

– nares anterior

• HIDUNG DALAM (Nasus internus):

– rongga hidung

– septum nasi

• SINUS PARANASALES :

– sinus frontalis

– sinus maksilaris

– sinus ethmoidalis

– sinus sfenoidalis
4
HIDUNG LUAR (Nasus eksternus)

• Dorsum nasi
• Apeks nasi
• Radiks nasi
• Ala nasi
• Kolumela
• Nares anterior

5
Kerangka tulang hidung bagian luar

6
HIDUNG DALAM (Nasus Internus)
• Cavum nasi (rongga hidung)
– Ataplamina cribriformis os ethmoidale, disini terdapat n.
olfaktorius
– Dasar processus palatinus os maxilla dan the lamina
horizontalis os palatina
– Os nasale
– Os vomer

7
HIDUNG DALAM

Os frontalis
Os nasale

Konka media

Konka inferior

Septum nasi Os maxillaris

Cavum nasi

8
HIDUNG DALAM (Nasus Internus)

• Septum nasi
– Lamina perpendicularis os ethmoidalis
– Os vomer
– Cartilago septi nasi

9
10
HIDUNG DALAM (Nasus Internus)

• Cavum nasi (rongga hidung)


– Trdpt tonjolan & lipatan selaput lendir hidung, yg disbt konka,
tdd :
• konka nasalis inferior
• konka nasalis media
• konka nasalis superior
– Meatus nasi inferior  ruang antara dasar cavum nasi dg konka
nasalis inferior
– Meatus nasi media ruang antara konka nasalis inferior dg
media
– Meatus nasi superior  ruang antara konka nasalis media dg
superior

11
meatus nasi media

konka nasi inferior

12
13
EA EP

SfP

PM
ARTERI PADA SEPTUM DAN DINDING
RONGGA HIDUNG:
Arteri penting :
etmoidalis anterior(EA) dan etmoidalis posterior(EP),
Sfenopalatina(SfP), palatina mayor(PM).
Pleksus Kiesselbach di area Little di bagian depan
septum nasi
14
15
INNERVASI Bagian depan dan atas : persarafan sensoris dari n. etmoidalis anterior

Rongga hidung lainnya, sebagian besar terdapat persarafan sensorik


dari nervus maksilla

Penghidu : N. cranialis I

16
SINUS PARANASALIS
• Disekitar rongga hidung trdpt rongga2 => sinus paranasalis
• Tdd :
– Sinus frontalis
– Sinus maksilaris
– Sinus sfenoidalis
– Sinus ethmoidalis

17
18
KOMPLEKS OSTIOMEATAL (KOM)

Celah pada dinding lateral hidung yang dibatasi oleh konka


media dan lamina papirasea

Struktur yang membentuk KOM : proc unsinatus, infudibulum


etmoid, hiatus semilunaris, bula etmoid, agger nasi, dan
resessus frontal

19
FISIOLOGI HIDUNG

FUNGSI HIDUNG : 1. Respiratori


2. Olfaktori
3. Fonetik
4. Statik dan mekanik
5. Reflek nasal

20
DEFINISI hasil proses lithiasis atau timbunan batu pada hidung.

massa yang terbentuk dari mineral-mineral yang tidak


larut di kavum nasi

suatu benda asing tipe khusus yang biasanya


ditemukan pada orang dewasa. Biasanya terbentuk
oleh benda asing dari luar tubuh, bakteri, pus, darah,
mukus atau krusta

21
EPIDEMIOLOGI Kasus pertama : tahun 1654 oleh Barthdinin

Insidensnya : 1 dalam setiap 10.000 pada pasien rawat


jalan penyakit THT.

pada pasien dari semua kelompok umur terutama pada


orang dewasa muda

Biasanya usia rentan untuk diagnosis : 8 - 25 tahun dan


lebih banyak pada perempuan daripada laki-laki.

22
Pengendapan inti magnesium, zat besi, kalsium dan fosfor,
ETIOLOGI
Didapat dari intranasal endogen atau bahan asing eksogen.

Inti pusat eksogen, berdasarkan benda asing di hidung


biasanya telah ditempatkan selama masa kanak-kanak, yang
paling umum adalah nidus

Endogen adalah bahan-bahan yang dikembangkan yang


berasal di sekitar tubuh sendiri misalnya, gigi ektopik, fragmen
tulang, bekuan darah yang mengering di rongga hidung, dan
lendir mengeras

Sekitar 20% dari rhinolith berasal dari materi endogen

23
PATOGENESIS
Pemadatan
Benda asing Terhalangnya Pengendapan
dalam peradangan garam-
rongga akut atau dan stagnasi garam
hidung kronis, mukus mineral
obstruksi

Gambar 4 . Massa keras irreguler dan mukosa yang rapuh pada meatus inferior 24
Sebagian besar ditemukan pada nares anterior
GEJELA
KLINIS Ringan : keluarnya sedikit sekret atau sumbatan dari salah satu sisi
hidung sampai yang.

Berat : perubahan struktur yang hebat

Rhinolith yang berukuran kecil biasanya asimptomatik.

Rhinolith yang berukuran besar dapat menyebabkan :

rinore unilateral, nyeri pada hidung, obstruksi nasal, napas yang


berbau busuk (foetor), epistaksis, pembengkakan pada hidung atau
wajah, sakit kepala, sinusitis, anosmia, dan epiphora

25
DIAGNOSIS

Anamnesis

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan penunjang

26
ANAMNESIS
Rhinorrhea yang purulen dan/atau obstruksi nasal ipsilateral

Bau mulut, epistaksis, sinusitis, sakit kepala dan, dalam kasus


yang jarang terjadi, epiphora

Paling umum, adanya benda asing yang telah dilupakan


akan tetap di hidung sampai pasien menjadi sadar akan
adanya nasal discharge yang berbau busuk yang terjadi
unilateral.

27
PEMERIKSAAN
Rhinoskopi anterior akan tampak massa warna kuning-
FISIK
keputihan pada cavum nasi, di antara konka dan septum
nasi

Massa ini terlihat keras dan terlihat berpasir pada


pemeriksaan

Sering rapuh dan dapat terpotong sewaktu dilakukan


pemeriksaan. Kadang-kadang massa ini dikelilingi oleh
granulasi.

28
29
PEMERIKSAAN
PENUNJANG Endoskopi / rhinoskopi mikroskopis

Foto polos

CT- Scan

30
Endoskopi
• Pemeriksaan endoskopi /rhinoskopi mikroskopis
digunakan untuk mengidentifikasi benda asing
pada tahap awal pengembangan.

31
Foto polos
• tampak massa radioopak yang homogen atau heterogen
dengan ukuran yang bervariasi dan bentuknya tergantung
dari asal nidusnya

32
CT-scan
• tampak massa hiperdens pada cavum nasi, pendesakan dan perluasan pada
tulang sekitarnya

33
Medikamentosa

• Pemberian analgesik untuk mengurangi rasa nyeri,


pemberian dekongestan baik secara oral maupun
sistemik, dan pemberian antibiotik

Operasi

34
35
DIAGNOSIS Adanya gigi pada rongga hidung
BANDING
Benda asing lain dalam cavum nasi

Polip nasi.

KOMPLIKASI sinusitis yang rekuren, destruksi dari mukosa hidung,


fistel oroantal dan oronasal, deviasi dan perforasi
septal, perforasi palatum, destruksi dinding sinus
maxillaris, osteomyelitis frontal dan abses epidural.

36
TERIMA KASIH

37

Anda mungkin juga menyukai