Anda di halaman 1dari 21

“SINUSITIS”

Dibuat oleh :
Vonny Gosali
406162084
ANATOMI SINUS PARANASAL
• Sinus paranasal  hasil
pneumatisasi tulang kepala
sehingga terbentuk rongga
dalam tulang.
• Sinus paranasal tdd 4, yaitu
(dari ukuran terbesar) :
1. Sinus maksilaris
2. Sinus frontalis
3. Sinus ethmoidalis
4. Sinus sphenoidalis
SINUS MAKSILARIS
• Sinus terbesar, bentuk
piramid
• Volume :
• Saat lahir : 6-8 ml
• Dewasa : 15 ml
• Batas :
• Anterior : permukaan fasial os
maksila (fossa kanina)
• Posterior : permukaan
infratemporal os maksila
• Medial : dinding lateral rongga
hidung
• Superior : dasar orbita
• Inferior : prosesus alveolaris dan
palatum
• Ostium di superior dinding medial
sinus  muara di hiatus semilunaris
melalui infundibulum ethmoid
SINUS FRONTAL
• Terletak di os frontal
• Mulai terbentuk sejak bulan ke 4 fetus
dan sesudah lahir berkembang pada
usia 8-10 tahun dan mencapai ukuran
maksimal sebelum usia 20 tahun
• Sinus frontal kanan kiri biasanya tidak
simetris, dipisahkan oleh sekat di
tengah
• Sinus frontal  bersekat-sekat dan
tepi sinus berlekuk-lekuk.
• 5% sinus frontal tidak berkembang
• Ostium terletak di resesus frontal yang
berhubungan dengan infundibulum
ethmoid.
SINUS ETHMOID
• Seperti piramid dengan dasar di
bagian posterior
• Berongga-rongga terdiri dari sel –
sel yang menyerupai sarang tawon.
• Batas :
• Atap : fovea ethmoidalis berbatasan
dengan lamina kribrosa
• Lateral : lamina papirasea membatasi
sinus dengan rongga orbita
• Belakang : sinus sphenoid
• Lokasi muara ostium :
• Sinus ethmoidalis anterior : meatus nasi
media
• Sinus ethmoidalis posterior : meatus nasi
superior
SINUS SPHENOID
• Terletak di os sphenoid di
belakang sinus ethmoidalis
posterior
• Dibagi 2 oleh septum intersfenoid
• Batas :
• Superior : fossa serebri media dan
kelenjar hipofisis
• Inferior : atap nasofaring
• Lateral : sinus kavernosus dan arteri
karotis interna (sering tampak
sebagai indentasi)
• Posterior : fossa serebri posterior di
daerah pons
• Muara : resesus sphenoethmoidalis
KOMPLEKS OSTEOMEATAL
• Merupakan celah pada dinding
lateral hidung dibatasi oleh konka
media dan lamina papirasea
• Terletak di meatus nasi media
• Muara dari sinus frontal, maksila,
ethmoid anterior
• Terdiri dari : infundibulum ethmoid
tepat di belakang prosesus
unsinatus, resesus frontalis, ostium
sinus media, bula ethmoid, sel
ethmoid anterior dengan
ostiumnya
SISTEM MUKOSILIAR
• Sinus  mukosa bersilia dan palut
lendir
• 2 aliran transpor dari sinus :
1. Kelompok sinus anterior (sinus
frontal, maksilaris, dan sinus
ethmoidalis anterior) 
bergabung di infundibulum
ethmoid  nasofaring
2. Kelompok sinus posterior (sinus
sfenoid dan ethmoid posterior)
 bergabung di resesus
sphenoethmoidalis  nasofaring
(posterosuperior muara tuba
eustachius)
FUNGSI SINUS
Pengatur kondisi udara

Penahan suhu

Keseimbangan kepala

Resonansi suara

Peredam perubahan tekanan udara tiba-tiba

Produksi mukus untuk membersihkan rongga hidung


SINUSITIS
(radang pada mukosa sinus paranasalis)

• Infeksi pada sinus  dipicu oleh Rhinitis  Rhinosinusitis

MULTISINUSITIS  apabila terkena beberapa sinus


PANSINUSITIS  semua sinus terinfeksi
• Penyebab :
• Virus
• Bakteri (sekunder)
• Streptococcus pneumonia (30-50%), Haemophilus influenza ( 20-40%), Moraxella catarhalis (4%)
• Kronis  > bakteri gram negatif dan anaerob

• Sinus maksila  > sering terinfeksi


Sinusitis maksilaris juga dikenal sebagai ANTRUM HIGHMORE  lokasi dekat akar gigi
rahang atas  infeksi mudah menyebar ke sinus  “SINUSITIS DENTOGEN”
KLASIFIKASI
• Akut : 4 minggu
• Subakut : 4 minggu – 3 bulan
• Kronis : > 3 bulan
• Kelanjutan dari sinusitis akut oleh karena terapi inadekuat atau
masih ada faktor predisposisi
FAKTOR RISIKO

Kelainan anatomi
(deviasi septum,
Infeksi Polip hidung Lingkungan berpolusi
hipertrofi konka, dan
adenoid)

ISPA, Rhinitis alergi,


hormonal (ibu hamil),
tonsilitis, gigi

PERUBAHAN MUKOSA DAN MERUSAK SILIA SINUS


PATOFISIOLOGI Dipengaruhi oleh :
(AWAL : SEROSA)
1. Patensi ostium
Kesehatan sinus sinus • RHINOSINUSITIS
NON BAKTERIAL
2. Klirens mukosiliar (sembuh bbrp hari
dalam KOM (x) obat)
• Infeksi berlanjut
• Mukosa > bengkak
• Perubahan
Silia tidak mukosa kronis
Edema (hipertrofi,
dapat
mukosa Tekanan (-) polipoid (polip /
Infeksi sinus bergerak Transudasi
saling rongga sinus kista)  OPERATIF
dan ostium
berhadapan
tersumbat
LAMA / MENETAP
 MUKOPURULEN
• RHINOSINUSITIS
AKUT BAKTERIAL
• ANTIBIOTIK !!
PATOFISIOLOGI
DIAGNOSIS
1. Anamnesis :
• Keluhan :
• Hidung tersumbat
• Rasa tekanan pada wajah / pipi  sinusitis maksila / kepala bagian depan (dahi) 
sinusitis frontalis
• Ingus purulen  turun ke tenggorokan (post nasal drip)
• 1 SISI SINUSITIS DENTOGEN
• Demam, malaise
• Batuk
• Nafas bau (halitosis)  rhinosinusitis akut
• Kronis  gejala tidak khas  1-2 gejala di bawah ini :
• Sakit kepala kronis
• Batuk kronis
• Gangguan telinga
• Gangguan paru (bronkitis, bronkiektasis)
• Gejala gastroenteritis pada anak-anak
DIAGNOSIS
2. Pemeriksaan fisik  rhinoskopi anterior / posterior / nasoendoskopi

• Inspeksi :
• Pembengkakan pada pipi dan kelopak mata bawah  sinusitis maksila
• Pembengkakan kelopak mata atas  sinusitis frontalis
• Sinusitis ethmoid  jarang pembengkakan di wajah luar kecuali bila terbentuk abses
• Pus di meatus media  sinusitis maksila, frontal, ethmoid anterior
• Pus di meatus superior  sinusitis ethmoid posterior dan sphenoid
• Mukosa edema dan hiperemis  Rhinosinusitis akut
• Palpasi :
• Nyeri tekan & nyeri ketuk gigi  sinusitis maksila
• Nyeri tekan di dasar sinus frontal (bagian medial atap orbita)  sinusitis frontalis
• Nyeri tekan kantus media  sinusitis ethmoidalis
• Transiluminasi :
• Pemeriksaan sinus frontal dan maksila apabila tidak tersedia pemeriksaan radiologi.
• JARANG DIPAKAI
• Sinus suram / gelap  sinusitis
DIAGNOSIS
3. Pemeriksaan penunjang
a. Foto polos Waters (PA / LAT) 
penebalan mukosa / air-fluid level
Sinusitis maksila
DIAGNOSIS
3. Pemeriksaan penunjang
b. CT-Scan (Gold standart)
Melihat struktur anatomi dan penyakit dalam hidung + sinus secara keseluruhan.
MAHAL  penunjang diagnostik sinusitis kronis / pra-op sebagai panduan
operator saat melakukan operasi
c. Sinuskopi
Melalui endoskopi (pungsi menembus dinding medial sinus maksila melalui
meatus inferior)
Untuk melihat kondisi sinus maksila sebenarnya dan irigasi sinus untuk terapi.
TATA LAKSANA
Prinsip : Membuka sumbatan di KOM  drainase
dan ventilasi sinus-sinus pulih secara alami
• Antibiotik (10-14 hari)  kuman anaerob (amoksilin, amoksiklav,
siprofloksasin, metronidazol, sefalosporin generasi 3)
• Dekongestan
• Simtomatik
• (analgetik, steroid, mukolitik)
• Cuci rongga hidung dengan salin / NaCl 0.9%
• Pemanasan / Diatermi
• Antihistamin generasi 2 (loratadin, cetirizine)
• Irigasi sinus
• Imunoterapi apabila pasien alergi berat
TATA LAKSANA
OPERATIF

• BSEF (bedah sinus endoskopi


fungsional /FESS )
• Indikasi :
1. Sinusitis kronik yang tidak
membaik dengan terapi
2. Sinusitis dengan kista / polip
ekstensif
3. Komplikasi sinus Normal opening into left maxillary sinus (the
4. Sinusitis jamur  ps. natural ostium) seen through a nasal
Imunokompromais (Aspergillus & endoscope.
Candida) mt = middle turbinate
mm = middle meatus
it = inferior turbinate
KOMPLIKASI

Orbita :
• edema palpebra, selulitis orbita, abses periosteal

Intrakranial :
• meningitis, abses ekstradural / subdural, abses
otak, trombosis sinus kavernosus
Paru :
• bronkitis kronis & bronkiektasis

Osteomielitis sinus maksilaris

Fistula pada pipi

Anda mungkin juga menyukai