FORENSIK
Estimasi Usia Berdasarkan Cranium
Struktur cranium dan maksila yang
dapat digunakan untuk estimasi usia
struktur Metode pengukuran Keterangan
(osteoskopi)
Cranium Sutura cranial Metode meindl dan
lovejoy
maksila Sutura maksila Metode mann
Penutupan sutura cranial
Meindl dan Lovejoy (1985) mengemukakan
metode estimasi usia berdasarkan penutupan
sutura ektokranial.
penutupan sutura dapat memberikan pengukuran
estimasi usia saat seseorang meninggal dari
segi arkeologi dan forensik ketika digunakan
bersamaan dengan indikator usia skeletal
lainnya”
Penutupan sutura maksila
Mann et al. (1991), mengusulkan sebuah
metode untuk estimasi usia dari sutura maksila.
Mann mengamati bahwa urutan obliterasi dari
sutura insisivus, bagian anterior dan posterior
suturapalatina median, dan sutura palatina
transvers
Determinasi Jenis Kelamin
Berdasarkan Cranium
Ekizoglu et.al (2016) keakuratan dalam
menentukan jenis kelamin berdasarkan kranium
>80%
Korgman dan Iscan dlm Ekizoglu et.al (2016)
92% akurat
Menggunakan CT, MRI dan Caliper
Ekizoglu et.al (2016) 14 parameter
pengukuran
1. Maximum Cranium Length
DIUKUR DARI
GLABELLA SAMPAI
OPISTHAL CRANIUM
>LAKI-LAKI 179±7.9
mm
>WANITA 171±6.6 mm
2. Bizygomatic Diameter
>LAKI-LAKI 131.8±5.1
mm
>WANITA 122.9±4.7 mm
3. Basion-Bregma Height
>LAKI-LAKI 131.3±5.6
mm
>WANITA 125.5±4.9
mm
4. CRANIAL BASE LENGHT
DIUKUR DARI
BASION MENUJU
NASION
>LAKI-LAKI 103.9±4.3
mm
>WANITA 97.1±4.3
mm
5. BASION-PROSTHION LENGHT
DIUKUR DARI
BASION MENUJU
PROSTHION
>LAKI-LAKI 96.8±5.3
mm
>WANITA 90.7±5.2
mm
6. BIMASTOID DIAMETER
>LAKI-LAKI 110.1±4.9
mm
>WANITA 102.6±5.0
mm
Ekizoglu et.al.2016
SEMAKIN BANYAK
PARAMETER YG
DIGUNAKAN MAKA
SEMAKIN AKURAT
DALAM MENENTUKAN
JENIS KELAMIN
Penentuan Ras Berdasarkan Cranium
Terdapat tiga kelompok Ras untuk
mengategorikan ciri kerangka yaitu:
1.Caucasian / Caucasoid (Eropa)
2.Asia / Mongoloid (Asia /
amerindian)
3.Afrika / Negroid (African dan India
Barat)
Estimasi Usia Berdasarkan Gigi Geligi
Metode Radiologi
Metode Klinis
Metode Histologi
Metode Biokimiawi
METODE RADIOGRAF PANORAMIK
1. Metode Demirjian
2. Metode Apikal Terbuka
3. Metode Drucini (CPIC)
4. Metode Kvaal
5. Metode Nolla
6. Erupsi Molar Ketiga
1. Metode Demirjian
Tahap A: Kalsifikasi titik oklusal, tanpa disertai fusi
dari kalsifikasi bagian lain
Tahap B: Fusi dari titik mineralisasi; kontur
permukaan oklusal sudah terlihat
Tahap C: Kalsifikasi mahkota gigi telah selesai dan
dimulai proses disposisi dentin
Tahap D: Pembentukan mahkota sudah selesai
Tahap E: Panjang akar gigi lebih pendek daripada
tinggi mahkotanya
Tahap F: Panjang akar gigi melebihi tinggi mahkota
Tahap G: Pembentukan akar sudah selesai, tetapi
foramen apikalnya masih terbuka
Tahap H: Foramen apikal sudah tertutup.4,14
Menentukan tahap kalsifikasi gigi dari radiograf
panoramik atau periapikal dengan gambar tahap
kalsifikasi gigi yang dikonversi menjadi skor
maturitas untuk mendapatkan usia dental dari
tabel usia.
Dapat menentukan usia 3 – 16 tahun
Yang diukur 7 gigi permanen rahang bawah.
Tabel Konversi Untuk Penentuan Usia
2. Metode Apikal Terbuka oleh Cameirere
Usia 5 – 15 tahun
Yang diukur 7 gigi permanen rahang bawah
3. Metode Drusini (CPIC)
Yang diukur gigi premolar dan molar rahang
bawah.
panjang (mm) mahkota gigi (CL, coronal length)
dan panjang (mm) dari rongga pulpa koronal
(CPCH, coronal pulp cavity height).
hitung CL dan CPCH, kemudian masukkan ke
dalam rumus :
TCL = CPCH x 100
CL
Tidak dapat mengukur usia di atas 25 tahun
6 gigi rahang atas dan bawah, seperti I1 dan I2
rahang atas, P2 rahang atas, I2 rahang bawah,
C rahang bawah, dan P1
hitung nilai rata-rata dari semua rasio selain T (M),
nilai rata-rata lebar rasio B dan C (W) dan nilai
rata-rata panjang rasio P dan R (L) dimasukkan
pada rumus
panjang pulp-root (R), panjang pulptooth (P),
panjang tooth-root (T), lebar pulp-root pada CEJ
(A), lebar pulp-root di pertengahan akar (C) dan
lebar pulproot pada titik tengah antara C dan A
(B).
Age = 129.8 - (316.4 x M)(6.8 x (W - L))
5. Metode Nolla
Metode Nolla membagi periode kalsifikasi gigi
permanen menjadi 10 tahapan dimulai dari
terbentuknya benih gigi sampai dengan
penutupan foramen apikal gigi.
Pembentukan crypte hingga penutupan apeks akar
gigi yang dapat dilihat pada foto radiografi
tersebut tingkat 1 dan selanjutnya sampai dengan
penutupan apeks akar gigi adalah tingkat 10
Masing – masing tahapan diberi nilai skor.
Skor masing – masing tahapan ditotal. Metode
Nolla juga menggunakan table konversi.
ERUPSI MOLAR KETIGA
1. METODE HARRIS DAN NORTJE
Stage 1
(1 dari 3 akar molar III terbentuk, 15.8+1.4 tahun, 5.3+2.1
mm)
Stage 2
(setengah akar terbentuk 17.2+1.2 tahun, 8.6+1.5 mm)
Stage 3
(2 dari 3 akar terbentuk, 17.8+1.2 tahun, 12.9+1.2 mm)
Stage 4
(dinding saluran akar mulai terbentuk 18.5+1.1 tahun,
15.4+1.9 mm)
Stage 5
(dinding saluran akan terbentuk 19.2+1.2 tahun, 16.1+2.1
mm)
2. METODE VAN HEERDEN
Stage 1 (Mahkota, pembentukan akar, 16.8-16.9
tahun, 3.5-5.3 mm)
Stage 2 (Panjang akar >1/3<1/2, 17.5 tahun, 7-8.6
mm)
Stage 3 (Panjang akar >2/3 17.8-17.9 tahun, 10-
12.9 mm)
Stage 4 (Pertumbuhan akar selesai, 18.4-18.5
tahun 12-15.4 mm)
Stage 5 (Penutupan apex)
Metode Gustafson
Gustafson membagi menjadi 6 tahapan yaitu :
a. Derajat atrisi
b. Jumlah dentin sekunder
c. Posisi perlekatan gingiva
d. Derajar resorpsi akar
e. Transparansi dentin akar
f. Ketebalan sementum
A=Atrisi, S=Dentin sekunder, P=Paradontosis,
C=Sementum apoptosis, T=Transparansi/
translusensi akar, R=Resorpsi akar.
Tetapkan skor 0-3 untuk masing-masing kategori
berdasarkan perubahan yang terjadi. Skor
keenam kategori dijumlahkan dan dimasukkan
ke dalam formula berikut :
Y = 3.52 X + 8.88
(X= total skor, Y= estimasi usia)
METODE KLINIS
MENGHITUNG JUMLAH GIGI GELIGI
• Bentuk gigi
• Ukuran gigi
Bentuk Gigi
Black Mongoloid White